Akulah Sang Perdana Menteri

By Hi_04skkk

16.8K 2.4K 147

"Nona Karin, sebelum pemimpin kota ini pergi kabur entah kemana, dia meninggalkan selir-selirnya disini." "Me... More

Ch. OO
Ch. O1
Ch. O3
Ch. O4
Ch. O5
Ch. O6
Ch. O7
Ch. O8
Ch. O9
Ch. 10

Ch. O2

2K 318 13
By Hi_04skkk

"Selamat pagi nona." Ucap Farga, Fargo, Alois dan Darius bersamaan.

"Pagi." Aku mengucek mataku.

Mereka berempat berdiri di kedua sisi ranjang baruku.

Mulai hari ini aku adalah seorang penguasa kota kecil bernama Axton. Banyak hal yang tidak aku mengerti, banyak hal yang masih menjadi misteri dan banyak hal yang harus aku tangani.

Flashback on

"Jangan bilang bahwa kalian semua adalah selir perdana menteri kalian itu." Aku bertanya sambil berharap bukan mereka orangnya.

"Aku mohon bukan mereka semua." Aku berdoa dalam hati.

"Kami semua selir perdana menteri yang dulu nona." Carel tersenyum lebar.

Sial

"Baiklah, jika kalian ingin aku menjadi pemimpin disini maka aku akan melakukannya." Ucapku.

Sebagai dari mereka tersenyum dan sebagiannya lagi acuh.

"Tapi kalian semua harus pergi dari kastil ini!" Aku tersenyum manis menatap mereka satu persatu.

"HAH?" Mereka melotot kearahku secara bersamaan.

Mungkin aku terdengar tidak tahu diri karena telah merampas tempat tinggal mereka, tapi apa peduliku? Aku bisa merekrut karyawan jika mereka semua ku usir, gampang kan?

"T-tapi nona, kenapa kami harus pergi dari sini?" Tanya Carel.

Karena aku membenci semua jenis laki-laki. Tapi aku tidak harus mengatakan itu bukan? Karena itu bukan sesuatu yang bisa dijadikan alasan.

"Ah, ya karena aku tidak butuh orang yang tidak berguna."

"Siapa yang anda maksud, kami tidak berguna?" Tanya Darius tidak terima.

Aku menatapnya malas, "Menurutmu?"

"Kau, kau, kau, kau, dan kalian semua adalah selir bukan?"

Mereka mengangguk.

"Tapi majikan kalian itu pergi meninggalkan kalian, jadi untuk apa aku memungut selir orang lain yang bahkan tidak aku kenal,"

"Ta--"

"Dan kalian kira aku akan berbaik hati kepada kalian hanya karena kalian tampan? Cih jangan bercanda! Di dunia ini tidak ada yang gratis, jika ingin hidup maka bekerja!" Tolong jangan mengataiku tidak tahu diri karena tanpa kalian katakan pun aku tahu aku tidak tahu diri.

Mereka tertunduk.

Aku agak membenci pria tampan. Mereka adalah orang-orang yang mengandalkan wajah, kata-kata manis dan perhatian palsu mereka untuk memikat hati wanita dan meninggalkannya begitu saja setelah bosan.

Aku menghela nafas.

Mereka semua masih setia tertunduk dan tidak ada satupun yang mengeluarkan suara apalagi berani protes.

Apa mereka sepatuh itu?

Sepertinya aku terlalu kejam kepada mereka, padahal aku tidak tahu apa yang mereka alami tapi berbicara seolah-olah aku tahu dan merendahkan mereka.

"Maafkan aku karena terbawa emosi dan berbicara tidak sopan kepada kalian padahal aku tidak tahu apa yang kalian alami." Aku menatap satu-satu orang yang tertunduk itu.

Mereka perlahan mengangkat wajah mereka dengan ragu.

"Tidak nona, tidak apa-apa kami sudah terbiasa."

Benarkah? malangnya~

"Jika nona ingin membuang kami, kami akan menerimanya dengan lapang dada." Ucap Erroll yang seperti ingin menangis.

Sepertinya aku memang keterlaluan.

"Baiklah mari kita diskusikan ini." Aku memberi kode karena aku lelah berdiri terus.

Caesar memimpin jalan ke tempat yang katanya adalah ruang rapat.

"Ayo."

Mereka mengikuti instruksiku tanpa mengatakan apapun.

Apa yang harus aku lakukan sekarang? jika aku membuang mereka, aku takut mereka menjadi pemberontak dan lagi aku tidak yakin bisa merekrut karyawan baru karena seperti keterbatasan biaya.

Haruskah aku merekrut mereka tanpa bayaran?

Ruang rapat ini sepertinya sering di gunakan dan terawat sangat baik padahal yang aku lihat sepanjang perjalanan tidak menemukan satupun pelayan yang bekerja di kastil ini, itu artinya dua belas selir pria dan tiga selir wanita itu yang mengerjakannya.

"Carel, dimana tiga selir wanita yang kau sebutkan itu? Dan lagi sepertinya hanya ada sebelas orang pria disini, mana yang satunya?" Aku bertanya kepada Carel yang tengah duduk di bangku sebelahku.

"Mereka sedang pulang ke rumah mereka masing-masing nona dan untuk pria yang satunya dia kabur entah kemana."

Aku mengangguk mengerti.

"Baiklah, aku sudah memutuskan nasib kalian semua," mereka semua menatapku yang duduk di tempat paling berbeda dengan mereka.

Seperti tempat seorang pemimpin.

"Aku putuskan nasib kalian akan ditentukan oleh kalian sendiri." Ucapku yang tidak sadar tersenyum kecil.

Mereka tampak tidak mengerti tapi tidak berani untuk bertanya.

"Kalian boleh tinggal bersamaku di kastil ini asalkan kalian bekerja dibawah pimpinanku," aku menjelaskan.

"Kalian akan di beri gaji setiap bulannya, makan dan tempat tinggal dengan status seorang bawahan bukan seorang selir ataupun budak." Aku mengakhiri ucapanku sambil menatap mereka yang sedang memutuskan.

Setidaknya aku butuh satu orang dari mereka untuk menjadi seorang pemandu dan guruku di tempat ini.

"Saya akan bekerja untuk nona." Ucap Carel dengan penuh tekad.

Aku tersenyum.

"Saya juga."

Baiklah, dua juga tidak akan menjadi masalah.

"Saya juga."

Baiklah, tiga orang lebih dari cukup.

"Saya juga."

Hm? Mungkin aku masih bisa menampungnya jika empat orang

"Saya juga nona."

Lima orang? Masih oke.

"Saya juga."

Dan akhirnya mereka semua memilih untuk bekerja dibawah pimpinanku untuk membangun kembali roda perekonomian kota ini.

Aku hanya bisa menatap datar tekad mereka. Jadi kenapa aku menawarkan mereka pekerjaan ya?Kenapa aku tidak memilih salah satu dari mereka saja?


Argh dasar Karina bodoh!

"Baiklah jika itu yang kalian mau," aku menjeda. "Aku harap kalian memikirkan tawaranku itu dengan hati-hati karena aku akan tidak akan melepaskan pekerja yang sudah bekerja denganku kecuali jika dia tidak kompeten dalam bekerja!"

Ayo kalian menyerah saja, aku mohon.

"Tidak nona, keputusan kami sudah bulat. Kami tidak akan mengubahnya." Ucap Alois.

Huhu menyebalkan, kalian sangat menyebalkan!

"Baiklah karena kita sudah ada di sini mari kita bicarakan tentang soal keadaan yang sebenarnya sedang terjadi di kota kecil kita ini."

Flashback off

Kemarin aku diberi tahukan bagaimana keadaan kota ini, bagaimana sistem perekonomian dan iklim apa saja di sini dan ternyata di sini ada musim salju.

Gak perlu ke luar negeri buat lihat salju, di sini aku bisa melihatnya setiap tahun sampai tugasku disini selesai.

Karena di negaraku beriklim tropis atau hanya memiliki dua musim saja jadi bagi kami tidak mungkin dapat melihat salju di tahun apapun. Hanya ada satu cara agar kami bisa melihat salju yaitu dengan pergi ke luar negeri yang beriklim subtropis

Di kota Axton memiliki empat musim setiap tahunnya, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur dan musim salju. Sumber daya alam yang ada di sini hampir sama dengan negaraku dan sama persis dengan game yang terakhir aku mainkan.

Game yang aku mainkan itu bernama penguasa kota aku tidak tahu game itu berasal dari negara mana karena aku tidak mencari tahu, yang aku tahu game penguasa kota dirilis kedalam 25 bahasa yang salah satunya bahasa Indonesia.

Semua yang mereka jabarkan sama persis dengan game itu yang berbeda adalah penguasa kota yang ada di game adalah pria dan dia hanya miliki satu orang penasihat saja.

"Nona, apakah anda yakin ingin pergi berkeliling?" Tanya Alois.

Jika aku harus memilih seorang penasihat, maka aku akan memilih Alois Neilson sebagai penasihatku dan Carel Osvald sebagai wakilnya.

"Tentu saja." aku mengangguk mantap.

Dia menghela nafas.

"Baiklah, saya akan menyiapkan kereta kuda untuk nona." ucap Alois.

Sebelum Alois pergi aku mencegahnya.

"Kita berdua belasan akan pergi berkeliling dengan berjalan kaki." Ucapku yang dapat pelototan dari Alois.

Salah kalian sendiri karena ingin ikut padahal aku hanya butuh satu orang saja yang menjadi pemanduku.

"Baiklah, nona." Ucap Alois pasrah.


Aku akan mencoba untuk menilai mereka sendiri, bagaimana caraku memperlakukan mereka itu dinilai dari diri mereka sendiri terhadapku.

"Baik nona, kami sudah siap." Ucap Farga dengan semangat.

Aku menatap mereka.

"Kenapa kalian memakai pakaian menyi--- ehm maksudku pakaian formal seperti itu? Ganti!"

"Tapi---"

"Alois ayo kau saja yang ikut bersamaku yang lainnya biarkan mereka diam di kastil ini!" aku menarik tangan Alois untuk mengikutiku.

"Baiklah nona, jangan tinggalkan kami, kami akan berganti pakaian dengan sangat cepat." Ucap Carel.

"Lima menit."

***

"Apakah penduduk kota Axton tahu wajah pemimpinnya?" Entah aku bertanya kepada siapa.

"Tidak, nona."

Aku menatap Mandel.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Karena pemimpin kota kami yang dulu yaitu nona..."

"Alois, siapa nama nona penguasa yang dulu?" Tanya Mandel mengubah topik pembicaraan sambil menatap Alois.

?

"Aku tidak tahu." Jawab Alois acuh.

"Nona, sebenarnya kami lupa menanyakan siapa nama nona pemimpin yang menjadi penguasa kota ini lalu, kami lupa menanyakan nama anda." Ucap Farga cengengesan yang diangguki Fargo.

Pantesan gak tau.

"Karina Galicia." Aku menjawab tanpa menatap orang yang bertanya itu.

"Karena apa Mandel?" Aku bertanya kepada Mandel sekali lagi.

"Karena nona penguasa kota kami yang tidak kami ketahui namanya itu selalu mengutus seorang untuk datang ke istana raja, dia tidak pernah pergi menghadap raja." jelas Mandel.

"Dan yang di utus adalah kami semua dan beberapa selir yang dibawa kabur nona penguasa itu." ucap Gaston menambahkan.

"Sebenarnya penguasa kota kalian itu memiliki berapa selir?" tanyaku, penasaran.

"Sebenarnya 29 selir, 22 selir pria dan 7 selir wanita tapi hanya menyisakan 12 selir pria dan 3 selir wanita." jawab Darius.

Malangnya, tapi kalian terlihat biasa saja.

"Apa alasan dia melarikan diri?" tanyaku yang tidak ingin terlalu kaget dengan kelakuan penguasa kota Axton sebelumnya.

"Kami tidak tahu, yang pasti ketika dia melarikan diri dia membawa kabur 1.000 thaler emas dan meninggalkan upeti yang harus dibayar kepada raja sebesar 25.000 thaler emas."

Sialan kau!

"Jadi selain kemiskinan ekonomi, kota yang kacau, bandit yang berkeliaran dia jika meninggalkan hutang kepada raja dan beberapa penguasa kota disekitarnya?"

Alois mengangguk ragu.

"Brengsek sialan. Lihat saja nanti ketika aku bertemu dengannya, aku akan membunuhnya dan mencincangnya menjadi seribu bagian!" gumamku.

Kami berjalan-jalan sambil sesekali mereka semua menerangkan apa-apa saja yang ada di kota ini sampai tidak terasa waktu berjalan begitu cepat sampai-sampai waktu sudah gelap. Ternyata tidak seburuk yang aku kira dan tidak seindah yang dibayangkan.

Setelah membersihkan diri, aku berbaring di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamar yang bernuansa putih.

Kamar ini aku yang memilihnya sendiri, yang pasti ini bukanlah kamar yang pernah dipakai si penguasa brengsek itu. Tidak sudi aku memakai kamar yang sama dengan orang brengsek seperti dia.

"Nona, bolehkah saya masuk?" tanya seseorang di balik pintu.

"Masuk saja" jawabku.

Di balik pintu muncullah Erroll yang memakai pakaian tidur sambil memeluk bantal.

"Ada apa?"


"Sa..saya bermimpi buruk" ucapnya setengah bergumam sembari menunduk.


"Kenapa kau tidak meminta yang lain untuk tidur bersamamu?"

"Sebenarnya, kami tidak memiliki hubungan yang baik satu sama lain." Ucap Erroll ragu.

Aku menghela nafas panjang.

"Baiklah, ayo kembali ke kamarmu, aku akan menunggumu sampai kau terlelap tidur." Aku turun dari ranjang.

Dia mengangguk cepet.

Hah~ pekerjaanku sangat banyak ya.

TBC

Kalian tau gak kenapa Errol bertingkah seperti itu ke Karina, bersikap kayak seorang anak kepada ibunya?

Continue Reading

You'll Also Like

814K 74.7K 36
Lembayung Rinai Kayana. Wanita itu tidak menyangka bahwa hidupnya dalam sekejap hancur berkeping-keping setelah mengetahui fakta menyakitkan tentang...
208K 15.9K 53
Semenjak Eirlys Demetria bekerja di Istana sebagai seorang pelayan, ia selalu dibuat penasaran dengan wajah sang pangeran yang seringkali diperbinca...
576K 833 12
Adult content (21+) Tentang Lina dan Ayahnya "Akhhh ahhh ahh aa-yahh ahhhh" "Ahh gimana sayang enak dientot ahh di depan ibumu ahhh"
202K 10.5K 31
"eh masak mati sih cuman kesedak jajan belum ketemu ayang yoongi elah" batin Aileen. Bukannya ke alam baka menemui kedua orang tuanya Aileen memasu...