We Best Love - No.1 For You (...

By FunzeeShu

21.9K 676 308

Judul : We Best Love - No.1 For You Tipe : Retelling Genre : Boyslove Sumber : Berdasarkan serial yang tayang... More

šŸ’œ Catatan Penulis : šŸ’œ
Chapter 1 - Part 1
Chapter 1 - Part 2
Chapter 2 - Part 1
Chapter 2 - Part 2
Chapter 2 - Part 3
Chapter 3 - Part 1
Chapter 3 - Part 3
Chapter 4 - Part 1
Chapter 4 - Part 2
Chapter 4 - Part 3
Chapter 5 - Part 1
Chapter 5 - Part 2
Chapter 5 - Part 3
Chapter 6 - Part 1
Chapter 6 - Part 2
Chapter 6 - Part 3
Chapter 6 -Part 4
šŸŒŠ Extra Chapter šŸŒŠ
šŸŒŠ Catatan Tambahan šŸŒŠ

Chapter 3 - Part 2

592 29 5
By FunzeeShu

Lesson 3 - It's Been Long

~ Part 2 ~

🌊🌊🌊

Penerjemah/penulis :
Funzee Shu

Proofreader :
TheodoraMel
UeeMs94

🌊🌊🌊

Fang Zheng Wen bergegas menghampiri Zhou Shu Yi ketika pelajaran usai, "Shu Yi, apa kamu sedang senggang?"

"Ada apa?" Zhou Shu Yi memasukan buku dan alat tulis ke dalam tasnya.

"Uhm, sudah lama kita tidak makan bersama."

"Aku agak sibuk belakangan ini."

"Aku cuma ingin bertanya...." Zhen Wen tampak meragu sejenak, "Apa kamu.....maksudku....apa kamu menyukai Yu Xin?" wajah Fang Zheng Wen tampak agak cemas ketika mengajukan pertanyaan itu.

Zhou Shu Yi menghela nafas pelan lalu menatap sahabatnya itu, "Jangan bilang kalau kamu mau menyerah demi aku. Jika kamu menyukainya dan dia juga menyukaimu, bukankah itu sudah cukup?"

"Tapi...waktu itu...ketika kamu melihat kami bersama, apa kamu sungguh tidak apa-apa?"

"Jika aku bilang 'keberatan', apa kamu bersedia memberikan Yu Xin padaku?" tantang Zhou Shu Yi.

Fang Zheng Wen tak langsung menjawab apa yang Zhou Shu Yi tanyakan. Dia terlihat terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan tegas, "Aku tidak ingin kehilangan seorang teman. Tapi aku benar-benar menyukai Yu Xin. Jadi....aku tidak bisa melakukan itu."

"Nah, begitu baru benar," balas Zhou Shu Yi dengan bahasa tubuh yang memperlihatkan kalau dirinya tidak ada masalah dengan hal itu.

"Lindungi kekasihmu dan jadilah pacar yang baik. Jangan biarkan siapapun merebutnya," lanjutnya dengan wajah serius.

"Jadi...kamu tidak menyukai Yu Xin?"

Zhou Shu Yi mendekati Fang Zheng Wen dengan raut muka sedih dan suara lirih, "Yang aku sukai itu....kalian berdua!" suaranya berubah keras di penghujung kalimat, lalu melingkarkan lengannya pada bahu Fang Zheng Wen.

"Oh, ayolah. Aku sudah khawatir dari tadi, nih!" Fang Zheng Wen tampak sangat lega ketika tahu apa yang dia khawatirkan selama ini ternyata tidak terjadi. Ternyata Zhou Shu Yi tidak mencintai Jiang Yu Xin seperti dugaannya selama ini, itu berarti persahabatan di antara mereka akan baik-baik saja.

"Jagalah dia baik-baik atau aku akan menghajarmu." Zhou Shu Yi memukul bagian perut sahabatnya itu dengan agak keras.

"Baiklah....baiklah...aku tahu." Fang Zheng Wen pura-pura meringis kesakitan lalu tersenyum.

"Fang Zheng Wen, kamu bilang kalau kamu menyukainya, tapi kenapa justru dia yang terlebih dahulu mengungkapkan perasaanya padamu. Kamu ini laki-laki atau bukan?" tatap Zhou Shu Yi dengan ekspresi galak yang dibuat-buat.

"Itu karena aku mengkhawatirkanmu." Fang Zheng Wen menatap sahabatnya itu dengan wajah khawatir.

"Kamu sangat beruntung, orang yang kamu sukai ternyata juga menyukaimu. Berbahagialah! Dan apa kamu tahu? Itu membuatku sedikit cemburu!"

"Baiklah.....baiklah." Fang Zheng Wei menepuk pelan lengan Zhou Shu Yi beberapa kali.

"Jadi kamu harus mentraktirku makan!" Zhou Shu Yi menarik kerah baju Fang Zheng Wen.

"Gampanglah itu."

"Ya sudah. Ayo!"

Zhou Shu Yi meraih tas ranselnya lalu menarik Fang Zheng Wen keluar kelas.

"Kamu mau makan apa?" Fang Zheng Wen balas merangkul pundak sahabat karibnya itu lalu keduanya berjalan menuju kantin.

~~~

"Gao Shi De...! Gao Shi De...!" Zhou Shu Yi berlari-lari kecil mengejar Gao Shi De yang tengah berjalan sendirian.

"Apa perutmu sudah baikan?" tanya Gao Shi De ketika Zhou Shu Yi tiba di dekatnya.

Zhou Shu Yi menganggukan kepalanya sambil tersenyum, lalu menyamakan langkahnya dengan Gao Shi De.

"Zheng Wen tadi mencariku."

"Mencarimu? Kenapa?"

"Dia bertanya padaku apakah aku menyukai Yu Xin. Ya, kujawab, Jika aku menyukainya, apakah dia mau merelakan Yu Xin untukku?"

Gao Shi De mengerutkan keningnya, "Dia jawab apa?"

"Hmmm, dia bahkan tampak tidak ragu sedikitpun dan bilang kalau dia tidak bisa melakukan itu."

Gao Shi De berusaha menyembunyikan senyumnya ketika melihat Zhou Shu Yi terlihat mulai merengut di sebelahnya yang membuat dirinya jadi terlihat menggemaskan.

"Dia adalah teman yang baik sejak dulu. Aku tidak menyangka dia bisa berubah jadi tegas begitu."

Sudut bibir Gao Shi De kembali terangkat membentuk sebuah senyuman samar.

(Menggemaskan...)

"Aku merasa sangat bahagia."

Gao Shi De mendengar desah lega keluar dari mulut Zhou Shu Yi, lalu menoleh ke arah Zhou Shu Yi yang berjalan di sampingnya, ada senyum tulus terlihat disana.

"Aku berharap Zheng Wen akan memperlakukan Yu Xin dengan baik. Kalau tidak, lihat saja, aku akan menghajarnya nanti!" Zhou Shu Yi mengepalkan tangannya seolah tengah mempersiapkan tinju terbaiknya untuk Fang Zheng Wen apabila sahabatnya itu kelak menyakiti Jiang Yu Xin, lalu tersenyum.

Melihat Zhou Shu Yi yang mengatakan itu dengan wajah yang ceria membuat Gao Shi De merasa ikut senang dan lega. Karena akhirnya Zhou Shu Yi bisa melepaskan diri dari krisis patah hatinya dan mengikhlaskan apa yang terjadi.

"Jadi benar apa yang kamu katakan, bahwa waktu akan menyembuhkan segalanya." Zhou Shu Yi menatap Gao Shi De dengan tatapan penuh rasa terima kasih, lalu tersenyum manis padanya.

Gao Shi De balas tersenyum, "Hebat! Selamat, ya!"

Ketika perasaan Zhou Shu Yi membaik, senyum itu akan kembali menghiasi wajah manisnya. Dan Gao Shi De amat sangat merindukan senyuman itu dan berharap suatu hari kelak senyum itu bisa menjadi miliknya seorang...

"Eh, bukankah kalian berdua ini adalah perenang utama dari klub renang?" seseorang tiba-tiba mencegat langkah keduanya.

Ternyata orang itu adalah Liu Bing Wei.

Liu Bing Wei memberi kode pada salah satu juniornya untuk menyerahkan lembaran pamflet berisikan acara yang akan diselenggarakan oleh para junior dengan tema 'Rumah Hantu'. Kemudian langsung menempatkan dirinya di antara Zhou Shu Yi dan Gao Shi De sambil menjulurkan kedua tangannya masing-masing melingkari bahu kedua pria itu.

"Apa kalian mau ikut acara 'Rumah Hantu' yang akan diadakan para junior? Ini seperti acara pesta perpisahan, 'kan?"

Liu Bing Wei lantas melepas rangkulannya, dan berdiri di depan Zhou Shu Yi dan Gao Shi De. Dengan mimik wajah dan suara yang dibuat dramatis disertai gerakan tangan yang seolah ikut 'berbicara' itu Liu Bing Wei berusaha mendeskripsikan apa yang akan terjadi agar keduanya tertarik.

"Bayangkan, di malam yang gelap dan menakutkan, suasana horor di dalam kampus sedang menantimu. Huaaaaa!" dengan penuh semangat Liu Bing Wei meraih boneka tengkorak dari salah satu junior di sampingnya, lalu berusaha menakut-nakuti Gao Shi De dan Zhou Shu Yi yang tampak berusaha menghindari tengkorak buruk rupa dengan baju lusuhnya itu.

"Dan...kalau kalian berdua datang, aku yakin para junior itu akan merasa senang. Bukan begituuu?!" Liu Bing Wei lalu berbalik ke arah para junior yang berada di meja pendaftaran dan disambut teriakan penuh semangat dari mereka.

Zhou Shu Yi mengacungkan lembaran pamflet yang ada di tangannya, "Aku tidak ikut."

Gao Shi De yang berada di sampingnya tampak terkejut, begitu pula Liu Bing Wei.

"Ah, ayolaaaah...jangan begitu." Liu Bing Wei menepuk pundak temannya sambil setengah merajuk, lalu melirik ke arah Gao Shi De, "Selama ini kamu terus bersama dengan dia dan mengabaikan kami."

Mendengar perkataan Liu Bing Wei barusan membuat Gao Shi De jadi merasa agak tidak enak hati, lalu menoleh sekilas ke arah Zhou Shu Yi.

"Kuberi tahu, ya. Kami telah merancang beberapa permainan. Kamu akan mendapat hadiah kalau kamu bisa memenangkan permainan ini." Liu Bing Wei masih berusaha meyakinkan teman baiknya itu.

Tatapan penuh semangat Liu Bing Wei beralih ke Gao Shi De, "Dan kali ini permainannya akan lebih sulit dari sebelumnya dan jauh lebih menantang, loh. Para peserta dilarang membawa ponsel! Jadi, tunjukkanlah pada kami seberapa cerdas dan beraninya kalian dalam memecahkan teka-teki yang ada nanti." tangan Liu Bing Wei yang sedari tadi ikut bergerak-gerak penuh semangat ketika menjelaskan permainan yang akan diadakan lantas menutup kalimatnya dengan menepuk kedua telapak tangannya di depan wajah Zhou Shu Yi dan Gao Shi De, membuat keduanya tersentak kaget dengan ekspresi wajah penuh rasa sangsi.

"Ayo! Mari kita membuat kenangan terindah sebelum kita lulus! Bukan begitu, teman-teman?!" bagai kelinci Energizer, Liu Bing Wei berlari kesana-kemari melakukan toss dengan pada junior yang menjadi panitia penyelenggara acara itu.

Tiba-tiba sebuah pemikiran terbersit di kepala Zhou Shu Yi, "Sebuah kompetisi?"

"Membuat kenangan sebelum kelulusan...," batin Gao Shi De di saat yang sama. Keduanya saling menoleh dan menatap satu sama lain.

"Berkompetisi sekali lagi okelah...," batin Gao Shi De. Anggaplah, ini kesempatan terakhirnya mengumpulkan kenangan bersama Zhou Shu Yi sebelum lulus dan pergi ke Amerika. Gao Shi De akan mengambil setiap kesempatan yang ada untuk bisa berdekatan dengan pria yang dicintainya itu, dan akan menghargai setiap kenangan itu kelak.

Senyum Zhou Shu Yi pun terkembang lebar, "Jika aku berhasil menang kali ini, maka aku akan bebas!" batin Zhou Shu Yi, lalu tersenyum licik.

Melihat Zhou Shu Yi yang tengah tersenyum begitu lebar di hadapannya membuat Shi De berpikir, "Siasat apalagi yang akan dilakukannya kali ini?" lalu balas tersenyum pada Zhou Shu Yi.

~~~

Malam itu, banyak peserta yang berkumpul di depan pintu masuk acara 'Rumah Hantu' yang diselenggarakan para junior. Sebagian area kampus dari taman hingga beberapa ruang di dalam gedung dijadikan lokasi dimana permainan itu akan dilakukan. Di beberapa sudut lampu-lampu sengaja dimatikan untuk membuat suasana semakin tampak gelap dan mencekam.

Peserta yang akan memasuki area 'Rumah Hantu' wajib menitipkan ponselnya di meja penerima tamu, kemudian dipersilahkan masuk satu per satu dengan jarak waktu sekitar 10-15 menit.

"Kalian dengar itu? Apa kalian dengar langkah-langkah kaki itu? Huh?" seru salah seorang panitia acara kepada para peserta yang tengah berkumpul di pintu masuk.

"Langkah kaki?" guman pada peserta sambil saling melihat satu sama lain.

"Nah, coba kalian dengar...sebentar lagi akan ada yang datang...," lanjut panitia yang sedari tadi tampak sengaja membangun suasana mencekam kepada para peserta.

Lalu sayup-sayup terdengar suara langkah kaki yang tampak tergesa-gesa dan panik. Seorang wanita tampak tengah berlari dengan panik dari arah pintu masuk area 'Rumah Hantu'.

"Ah, gila. Ini sangat menakutkan!" serunya panik lalu berlari ketakutan.

"Kalian lihat, 'kan? Sudah kubilang di dalam sana benar-benar menakutkan. Aku tidak bohong!" lanjutnya dengan wajah puas.

"Tadi itu adalah peserta ketiga yang keluar dalam keadaan menangis, loh." panitia itu kembali membangun suasana mencekam pada peserta yang ada. "Aku anggap kalian masing-masing sudah membawa jimat pelindung, 'kan? Aku tidak bercanda, loh, ya."

"Asal kalian tahu, area kampus ini itu dulunya adalah bekas kuburan masal. Kalian jangan anggap remeh hal itu,"
ujarnya sambil menatap satu per satu wajah para peserta di hadapannya dengan mimik wajah serius.

"Oke, sekarang mari kita sambut peserta berikutnya, Senior Zheng Wen! Silahkan! Tinggalkan ponselnya disini. Terima kasih."

Fang Zheng Wen maju ke arah meja panitia untuk menyerahkan ponselnya yang disambut oleh salah satu panitia, "Jangan takut, Senior Zheng Wen. Aku percaya kamu pasti..."

Ucapannya terputus ketika Shi Zhe Yu menyela barisan, "Biarkan aku masuk lebih dulu." Shi Zhe Yu lantas mendorong Fang Zheng Wen dari depan meja, "Aku sedang terburu-buru," lalu menyerahkan ponselnya ke panitia, "Lagi pula ini tidak menakutkan sama sekali," pungkasnya lalu berjalan memasuki pintu gerbang.

"Baiklah. Tampaknya kali ini kita punya seorang penantang tangguh yang akan mencoba. Beri tepuk tangan pada senior tadi!" seru panitia yang sedari tadi memimpin jalannya permainan. "Semoga dia tidak akan keluar dari pintu ini dalam keadaan menangis, yaaaa."

"Senior Zheng Wen, maafkan atas kejadian tadi, ya." panitia tadi mendekati Fang Zheng Wen yang sedang menaruh ponselnya ke dalam wadah di meja panitia. "Tunggulah sekitar 15 menit lagi, oke?"

"Baiklah."

Di dalam area 'rumah hantu', Liu Bing Wei yang telah terlebih dahulu masuk kini tengah berada di salah satu lorong gedung yang berisikan beberapa manekin. Di hadapannya berdiri Zhou Shu Yi yang tampak agak ketakutan.

"Ayo kita pergi dari sini," rajuk Zhou Shu Yi. "Di sini sangat menakutkan." Mata Zhou Shu Yi tak henti-henti melirik ke sekeliling ruangan yang miskin pencahayaan itu. "Aku takut..."

Liu Bing Wei segera beranjak mendekati Zhou Shu Yi lalu memegang kedua lengannya, "Jangan takut, ada aku disini. Aku akan melindungimu," tatap Liu Bing Wei dengan ekspresi serius.

"Aku tidak akan meninggalkanmu seorang diri. Jangan khawatir," lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Zhou Shu Yi.

Melihat betapa penuh perhatiannya Liu Bing Wei, Zhou Shu Yi lantas berubah sedikit tenang, lalu memejamkan matanya kemudian mengangkat wajahnya bersiap menyambut wajah Liu Bing Wei yang kian mendekat.

Liu Bing Wei memejamkan matanya lalu memajukan bibirnya bersiap melumat bibir Zhou Shu Yi, namun...bukannya bibir ranum milik Zhou Shu Yi yang dikecupnya, tapi bibir boneka kepala manekin yang sedari tadi berada dalam genggamannya.

"Ah, sial!" batin Liu Bing Wei kesal begitu dirinya tersadar dari khayalannya.

"Maafkan aku...maafkan, ya..." Liu Bing Wei beberapa kali memberi hormat kepada kepala manekin yang telah 'ternoda' oleh ulahnya barusan. Lalu meletakkan kepala manekin itu ke tempatnya semula. Memberikan hormatnya sekali lagi seolah itu papan leluhurnya lalu berbalik menuju ujung lorong.

"Sialan. Anak-anak itu benar-benar membuat properti rumah hantu ini jadi tampak menakutkan," gumamnya sambil bergidik.

Padahal, tujuan utama Liu Bing Wei mengajak Zhou Shu Yi turut serta dalam permainan 'rumah hantu' ini adalah agar dirinya bisa lebih dekat dengan Zhou Shu Yi dan membuatnya terlihat tangguh di hadapan temannya itu.

Sebenarnya, sudah lama Liu Bing Wei menyimpan perasaan sukanya pada teman baiknya itu. Oleh karena itu, Liu Bing Wei selalu berusaha berada di dekat Zhou Shu Yi dan memihaknya dalam hal apapun. Namun dirinya tak kunjung berani untuk mengungkapkan isi hatinya pada Zhou Shu Yi. Banyak pertimbangan yang Liu Bing Wei pikirkan yang membuatnya terjebak dalam dilema yang berkepanjangan. Di satu sisi, Liu Bing Wei sangat menyukai temannya itu, namun disisi lain, dia juga khawatir bagaimana reaksi Zhou Shu Yi bila mengetahui hal ini. Karena Liu Bing Wei tahu kalau Zhou Shu Yi diam-diam menyukai Jiang Yu Xin. Meski sekarang Jiang Yu Xin justru berpacaran dengan Fang Zheng Wen dan membuat Zhou Shu Yi diam-diam patah hati, itu tidak membuatnya bisa serta merta mendekati Zhou Shu Yi dan menyatakan perasaanya, 'kan? Bagaimana kalau Zhou Shu Yi menolak perasaannya? Bagaimana dengan nasib pertemanan mereka?

Liu Bing Wei tak sanggup menanggung itu semua kalau hal itu benar-benar sampai terjadi. Jadi, Liu Bing Wei hanya ingin memanfaatkan ajang permainan rumah hantu ini semata-mata demi agar dirinya bisa lebih dekat lagi dengan Zhou Shu Yi. Ya, syukur-syukur temannya itu bisa menangkap isi hatinya melalui perhatian dan dukungan yang diberikan olehnya. Dan perlahan-lahan luluh...bukan begitu akan lebih baik?

Jadi, cukuplah kalau malam ini dia hanya bisa memegang tangan Zhou Shu Yi, merangkulnya bila nanti dia merasa ketakutan. Yah, untuk saat ini, Liu Bing Wei merasa itu sudah lebih dari cukup. Biarlah Zhou Shu Yi merasakan nyaman berada dalam dekapannya...meski itu hanya sebatas 'dekapan seorang teman'...

"Ayo, Liu Bing Wei. Kamu pasti bisa!" serunya menyemangati dirinya sendiri, lalu bergegas mencari keberadaan Zhou Shu Yi yang telah berada di dalam area rumah hantu terlebih dulu.

"Zhou Shu Yi, tenanglah. Aku akan datang menyelamatkanmu!" Liu Bing Wei berteriak dengan lantang lalu membuang nafas dengan suara mendesah yang keras serta wajah serius, berusaha untuk terlihat tangguh meski pada kenyataanya dirinya merasa ngeri dengan keadaan lorong yang terlihat remang-remang dengan bayangan para manekin yang ditata sedemikian rupa hingga membuat suasana jadi terasa benar-benar mencekam.

Di tempat lain, Fang Zheng Wen juga tengah berjalan memasuki bagian lorong gedung fakultas yang sama remangnya. Dengan mengendap-endap dan sesekali melemparkan pandangannya ke setiap penjuru ruangan, Fang Zheng Wen berusaha menemukan stempel untuk memenuhi lembar permainanya agar terisi penuh.

Ketika Fang Zheng Wen menemukan meja kecil berisikan set stempel berada dan bersiap membubuhkan stempel itu pada lembaran kertas yang dibawanya tiba-tiba dirinya dikejutkan oleh lengkingan seseorang yang langsung menubruknya dari belakang dan bersiap untuk mencekiknya. Fang Zheng Wen terpekik sesaat dan jantungnya nyaris melorot hingga ke sepatunya. Namun suara jeritan wanita tadi berubah menjadi gelak tawa dari suara yang amat dikenalnya.

"Kaget, yaaaaaa!!" seru Jiang Yu Xin puas.

"Apa yang kamu lakukan disini, hah?" Fang Zheng Wen tak mampu menyembunyikan rasa terkejutnya ketika melihat kalau ternyata sosok hantu wanita yang 'menyerangnya' tadi itu Jiang Yu Xin.

"Apa aku membuatmu terkejut?" Jiang Yu Xin yang mengenakan baju putih yang ujungnya nyaris menyentuh lantai serta wig hitam panjang dan berantakan dan make up pucat itu menyeringai puas ke arah kekasihnya.

Fang Zheng Wen melepas nafas lega sambil mengelus dadanya lalu menundukkan badannya dan menumpukan kedua tangannya pada lutut.

"Kamu imut sekaliiii...," goda Jiang Yu Xin ketika melihat kekasihnya itu tengah mengatur nafas karena masih setengah syok dengan kejutan yang diberikannya tadi.

Di ujung lorong, Zhou Shu Yi yang tengah berjalan hendak memasuki lorong yang sama buru-buru berbalik dan menyembunyikan dirinya di balik tembok agar tak terlihat. Lalu perlahan memajukan wajahnya sedikit dan mengintip ke arah keduanya dari balik tembok.

"Para junior memintaku untuk bergabung dengan mereka. Dan aku ingin memberikan kenangan yang tidak akan terlupakan untukmu dari kampus ini. Lihat, aku bahkan berdandan habis-habisan seperti hantu begini," lanjutnya sambil memainkan wig rambut panjangnya.

"Apa kamu sendirian disini?" tanya Fang Zheng Wen.

"Uhum...," jawab Jiang Yu Xin sambil menganggukkan wajahnya dengan mimik menggemaskan.

"Kalau begitu....biarkan aku menemanimu." Ucapan Fang Zheng Wen itu langsung disambut Jiang Yu Xin dengan melingkarkan kedua tangannya dengan manja ke leher kekasihnya itu lalu mendaratkan sebuah ciuman di pipinya.

Di kejauhan, Zhou Shu Yi menatap kejadian itu dengan wajah muram.

Zhou Shu Yi hanya bisa menatap semuanya itu dalam diam. Meskipun berulang kali ia mengatakan kalau dirinya sudah bisa menerima, namun tidak bisa ia pungkiri kalau hatinya terkadang masih merasa sakit ketika melihat kemesraan kedua sahabatnya itu.

Zhou Shu Yi masih tampak terdiam, seolah larut dalam pikirannya sendiri hingga tidak menyadari kalau seseorang tengah mengendap-endap mendekatinya dari belakang. Orang itu kemudian mendekatkan wajahnya hingga hanya berjarak beberapa senti dari leher Zhou Shu Yi lalu 'menyapanya' sambil berbisik. "Heh!"

Zhou Shu Yi yang terkejut segera membalikkan badannya dan mendapati kalau Gao Shi De tengah berdiri dengan tubuh yang nyaris menempel pada punggungnya. Sebuah senyum tersungging di bibirnya.

"Mengejutkanku saja!" bisiknya ke arah Gao Shi De, lalu menepuk pelan dada pria itu dengan kesal. "Apa yang sedang kamu lakukan di belakangku?"

"Aku sedang lewat sini ketika melihatmu tadi."

"Oh...," balas Zhou Shu Yi.

"Ayo pergi dan menangkan permainan ini," ajak Gao Shi De sembari melihat sekilas melewati bahu Zhou Shu Yi. Namun, kemudian matanya menangkap sosok Fang Zheng Wen dan Jiang Yu Xin yang nampak tersenyum dan berpelukan di ujung lorong. Tatapannya sontak berubah simpati ketika mengetahui apa yang sedang Zhou Shu Yi lihat barusan. Hatinya ikut merasakan kesedihan yang dirasakan pria itu meski Zhou Shu Yi tampak berusaha menyembunyikannya dengan memasang ekspresi galak seperti biasanya. Namun usaha Zhou Shu Yi tak bertahan lama, sejurus kemudian ia kembali berubah muram lalu menundukkan wajahnya. Di hadapan Gao Shi De, Zhou Shu Yi seolah tak mampu lagi untuk berpura-pura. Lagi pula buat apa lagi berpura-pura? Toh, Gao Shi De telah mengetahui rahasianya ini dan tahu bagaimana keadaan suasana hatinya yang sebenarnya.

Melihat raut wajah Zhou Shu Yi yang kembali muram, Gao Shi De pun menghela nafas berat, "Kupikir...kamu sudah benar-benar merelakannya," tatapnya penuh simpati.

Zhou Shu Yi mengangkat wajahnya, "Sejujurnya... aku merasa bahagia melihat mereka bersama..."

Zhou Shu Yi mendesah pelan lalu menatap Gao Shi De, "Kamu sebaiknya berkonsentrasilah pada permainan ini," tantangnya, "Aku akan mengalahkanmu kali ini," lalu melemparkan senyum sinisnya sebelum berlalu dari hadapan Gao Shi De menuju pintu keluar ke arah taman yang berada pada arah yang berlawanan.

Namun sesaat kemudian langkahnya terhenti.

"Ya Tuhan....sejak kapan sekolah ini tiba-tiba jadi terlihat sangat menakutkan begini?" batin Zhou Shu Yi ketika dirinya membuka pintu menuju taman dan melihat keadaan taman sekolah yang remang-remang itu. Zhou Shu Yi meraih senter kecil dari sakunya dan coba menyalakannya dengan wajah cemas.

"Sial! Kenapa senter ini tiba-tiba tidak mau menyala pula. Jangan bilang baterainya habis saat dibutuhkan!" sungut Zhou Shu Yi sambil mengguncang-guncangkan senter kecil yang berada digenggamannya sambil memainkan tombol on-off nya berkali-kali.

"Apa Gao Shi De masih disini?" batin Zhou Shu Yi, lalu menoleh ke belakang.

"Kenapa kamu masih ada disini?" Zhou Shu Yi tanpak heran ketika melihat Gao Shi De masih berada ditempat yang sama. "Pergilah!"

Gao Shi De tampak ragu-ragu ketika melangkahkan kakinya menuju lorong dimana Fang Zheng Wen dan Jiang Yu Xin berada tadi dan kini lorong itu telah kosong. Baru dua langkah berjalan, Gao Shi De lantas menghentikan langkahnya lalu berbalik menoleh ke arah lorong yang sebelumnya dia lewati, kemudian kembali berbalik ke posisi semula.

"Aku...." suaranya tampak meragu, "...aku takut hantu...," lanjut Gao Shi De dengan suara pelan sambil memainkan tali hoodie biru mudanya yang menjuntai dari kerahnya. Ketika Gao Shi De mengangkat wajahnya, dia mendapati Zhou Shu Yi yang tengah tersenyum dengan raut wajah tak percaya.

"Hah? Kamu takut hantu? Yang benar saja!" mimik wajah Zhou Shu Yi tampak menggemaskan meski Gao Shi De tahu kalau dia mungkin tengah mengejeknya. Zhou Shu Yi berbalik menjauhi pintu dan mendekati Gao Shi De yang nampak kikuk dan tak tahu harus menatap kemana.

"Well, kalau begitu lebih baik kita hentikan saja kompetisi di antara kita. Aku tidak akan bisa menikmati kemenanganku kalau begini. Bagiamana kalau kita menyelesaikan misi ini bersama-sama?" Zhou Shu Yi mengatakan itu sambil menatap Gao Shi De lalu kembali beranjak menuju pintu keluar. Ketika Zhou Shu Yi memunggunginya, sudut bibir Gao Shi De terangkat samar.

Sadar kalau Gao Shi De tidak juga bergerak mengikutinya, Zhou Shu Yi pun berbalik, "Kenapa kamu masih berdiri di sana?"

Gao Shi De menatap ragu ke arah Zhou Shu Yi, "Apa aku tidak akan menjadi bebanmu nanti?"

Zhou Shu Yi menghela nafas pelan, lalu kembali berjalan mendekati Gao Shi De, meletakan tangan kirinya di bahu kanan Gao Shi De dengan lembut, "Daijoubu*), aku akan menjagamu," lanjutnya sambil menepuk dadanya sendiri. Lalu berbalik menuju pintu.

*) daijoubu - jangan khawatir (bahasa Jepang)

Daijoubu bisa berarti 'oke' atau 'tidak apa-apa'. Tapi disini Mandarinnya memakai frasa 别担心 [Bié dānxīn] yang artinya 'jangan khawatir.

Namun lagi-lagi Zhou Shu Yi menghentikan langkahnya ketika dirinya merasa kalau Gao Shi De tak juga mengikuti langkahnya. Zhou Shu Yi membalikkan badannya lagi, lalu berjalan menghampiri Gao Shi De yang masih berdiri terdiam ditempatnya. Zhou Shu Yi menatap pria di hadapannya itu untuk beberapa saat, kemudian mengulurkan tangan kirinya ke arah Gao Shi De, "Ayo...," ajaknya dengan nada seolah sedang mengajak anak kecil untuk mengikutinya pergi membeli permen.

Gao Shi De menatap apa yang terjadi di hadapannya itu dengan sorot mata tak percaya. Uluran tangan Zhou Shu Yi serta senyum manis yang terkembang di wajahnya adalah suatu pemandangan yang langka dalam hidupnya.

"Ayolah, jangan ragu begitu. Ikut saja denganku, hmm...," suara Zhou Shu Yi berubah lembut, tatapannya pun berubah ramah dengan seulas senyum yang tampak begitu tulus menghiasi wajah manisnya. Jantung Gao Shi De berdegup kencang. Dengan perasaan campur aduk yang berkecamuk dalam dirinya, Gao Shi De pun memberanikan diri mengulurkan tangannya. Membiarkan Zhou Shu Yi meraih pergelangan tangannya lalu menariknya pergi.

"Kamu sebaiknya berjalan di depan." Zhou Shu Yi menarik tubuh Gao Shi De agar berjalan di depannya. "Karena berjalan di belakang akan terasa lebih menakutkan!" lanjutnya sembari membuat mimik bergidik yang justru terlihat menggemaskan di mata Gao Shi De.

(Hangat....)

Ada rasa hangat yang mengalir dari pergelangan tangan Gao Shi De tepat dimana tangan Zhou Shu Yi menggenggam erat dirinya yang kemudian menjalar naik ke lengan hingga berakhir di dadanya....

~~~

"Shi De ada di mana, sih?" guman Shi Zhe Yu yang sedang berputar-putar di sebuah lorong mencari keberadaan temannya itu.

Pandangannya terhenti pada sosok seseorang yang tampak sedang 'memarahi' kakinya sendiri.

"Liu Bing Wei?" gumamnya pelan.

"Kamu dengar tidak apa yang barusan kukatakan, heh?! Dasar kaki tak punya telinga! Ayo, bergerak, 'lah!" sungut orang itu sambil terus memukuli kedua kakinya secara bergantian. Di belakangnya, Shi Zhe Yu yang tengah melintas hanya menatap kelakuan aneh teman Zhou Shu Yi itu sambil mengerutkan kedua alisnya.

"Ayolah....aku mohon pada kalian*), bergeraklah," pintanya terdengar putus asa menghadapi kenyataan kalau 'sang kaki' tidak mau bergerak menuruti perintahnya karena takut.

*) T/N : kalian 👉🏻 kaki 😅

Rupanya Liu Bing Wei masih berputar-putar di lorong yang sama dan belum berhasil menemukan keberadaan Zhou Shu Yi karena 'kakinya merasa takut' dan tidak mau diajak bekerjasama.

"Oh, ayolah...aku tahu aku salah. Aku minta maaf karena telah memukul kalian dengan keras...," Liu Bing Wei menepuk-nepuk lembut kedua kakinya. "Berbaik hatilah padaku, oke?"

Tak tahan, Shi Zhe Yu akhirnya memutuskan untuk menghampiri Liu Bing Wei dan menepuk bahu kirinya dari belakang lalu berjalan ke depan Liu Bing Wei dari sisi kanan. Liu Bing Wei spontan menoleh ke arah bahu kirinya yang terasa di tepuk tadi. Ketika dirinya menemukan kalau tidak ada siapa-siapa di sana, Liu Bing Wei merasa bulu kuduknya meremang, lalu buru-buru kembali mengarahkan pandangannya ke depan, bersiap mengambil langkah seribu bila perlu.

"Ah!" serunya tertahan dan nyaris terjengkang ke belakang ketika mendapati seseorang tengah menatapnya lekat-lekat dengan ekspresi penuh selidik.

"Kamu ini. Mengagetkanku saja!" bentaknya. "Ada apa?!"

"Kamu lihat Shi De?" tanya Shi Zhe Yu.

Liu Bing Wei menggelengkan kepalanya layaknya anak kecil yang tertangkap basah tengah melakukan sesuatu.

"Apa kamu lihat Zhou Shu Yi? " Liu Bing Wei balas bertanya.

Shi Zhe Yu enggan meladeni teman Zhou Shu Yi yang aneh itu, dan memilih untuk segera meninggalkannya. Namun baru saja dirinya berbalik, Liu Bing Wei sudah mencengkram erat lengan kirinya.

"Kamu mau apa?" sentaknya.

Liu Bing Wei menatap Shi Zhe Yu sejenak, wajahnya terlihat memelas dan agak pucat, "Ayo, pergi bersama."

Shi Zhe Yu lantas berbalik kesal lalu melanjutkan langkahnya, "Lepaskan tanganmu!" bentaknya, namun Liu Bing Wei justru semakin mencengkram erat bagian belakang bajunya.

"Berhentilah mengikutiku!"

Liu Bing Wei semakin merapatkan jaraknya.

"Aaah, jangan ditarik-tarik, dong!"

Liu Bing Wei tetap mencengkram erat lengan dan baju Shi Zhe Yu.

"Lepaskan! Aaah!"

Shi Zhe Yu berusaha melepaskan diri dari Liu Bing Wei yang menempel erat padanya itu.

Tiba-tiba salah satu kepala manekin yang ada di ujung lorong dekatnya terjatuh dan menggelinding ke arah Liu Bing Wei.

Liu Bing Wei memekik tertahan dan menarik bagian belakang baju Shi Zhe Yu hingga dirinya nyaris tercekik.

"Kamu gila, ya?!" bentaknya sambil mempercepat langkahnya menuju pintu di ujung lorong. Sementara Liu Bing Wei meraih lengan Shi Zhe Yu dengan panik lalu menariknya berlari meninggalkan lorong.

🌊🌊🌊

🗂 Catatan penulis :

Coba perhatiin detail lampu-lampu di latar belakang scenes ini. Apa kalian notice juga, 'kah?

Pihak Result Entertainment ini memang bener-bener ya usahanya. Terniat banget lah pokoknya! 😆

Hatikuuuh 💜💜💜

Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 150K 61
The story of Abeer Singh Rathore and Chandni Sharma continue.............. when Destiny bond two strangers in holy bond accidentally ā£ļø Cover credit...
3.3M 190K 77
Nobody ever loved him; she was the first who loved him. He did not have a family and then one day she entered into his life and became a world for h...
22.1M 684K 29
"Ethan." Aiden pauses. "I want you." He softly bites my ear. "I want to kiss you more than you will ever know." Trying to avoid the daily beatings of...
4.6M 213K 200
The main character always ends up with the male lead? Even if they're backstabbing, evil, and cruel, they will live happily ever after just because t...