Kupu-Kupu Malam

By NaomiOcta

17.6K 769 28

MARET 2021 [ONLY FOR ADULTS!!!] "Cantik tapi terluka. Anggun tapi terhina. Kuat tapi menangis." Demi biaya pe... More

Bagian Satu
Bagian Dua
Bagian Tiga
Bagian Empat
Bagian Lima
Bagian Enam
Bagian Delapan
Bagian Sembilan
Info Lanjutan cerita

Bagian Tujuh

1.5K 74 0
By NaomiOcta

Rudi dan Shanti masih berpelukan di atas tempat tidur dengan selimut yang menutupi tubuh telanjang mereka. Shanti tersenyum menggoda dan mencium pipi Rudi. Ia memainkan jemarinya di dada telanjang suaminya.

Rudi sadar dan terdiam menatap Shanti. Kini ia benar-benar melihat Shanti dalam pelukannya, tidak ada wajah Laura lagi. Rudi menahan rasa kecewa di hatinya. Ia melepaskan pelukannya dan menurunkan kedua kakinya di lantai berlapis karpet tebal berwarna merah marun. Ia berdiri dan Shanti langsung memeluk Rudi dari belakang. Shanti tersenyum bahagia karena hubungan intimnya tadi dengan Rudi.

"Aku nggak nyangka, kita masih bisa seperti penganti baru gini. Papa ini nakalll...." ucap Shanti dengan manja. Ia mencubit lengan Rudi malu-malu.

Rudi kembali berbaring dan menarik Shanti kepelukannya. Shanti menyandarkan kepalanya di dada Rudi. Shanti benar-benar sangat bahagia malam ini.

Sementara Rudi menghela napas pelan dan menatap langit-langit kamarnya dengan nanar.

Saat Shanti sudah tertidur, Rudi memperbaiki posisi tidur Shanti dan ia bersandar di tempat tidur. Rudi meraih Ipad-nya dan meletakkan di panggkuannya dan menghidupkan Ipad tersebut.

Ia juga meraih KTP Laura dari dalam dompetnya. Ia melirik Shanti sekilas, lalu mengeluarkan KTP itu.

Rudi langsung mencari nama 'Laura' di kolom pencarian escort agency profile. Shanti bergerak memperbaiki posisi tidurnya. Rudi langsung menutup Ipad-nya dan menyelipkannya ke dalam selimut.

Shanti bergerak menghadap Rudi dan mengerjapkan matanya melihat Rudi.

"Belum tidur, Pa?" Rudi menggeleng sambil menguap. Ia menurunkan badannya untuk tidur sambil menaikkan selimtnya.

"Barusan dari kamar mandi, Ma." Shanti mengangguk dan membalikkan badan membelakangi Rudi dan kembali tidur.

Dengan gerakan pelan, Rudi kembali duduk dan kembali membuka Ipad-nya, ia menatap foto-foto di Ipad-nya. Terlihat nama Laura keluar, namun tidak ada fota wajah Laura. Rudi semakin penasaran pada Laura.

***

Laura terbangun dan langsung terduduk, ternyata ia sudah ada di kamar kostnya. Laura melihat sekeliling kamar, hanya ia sendiri di kamar itu. Lalu ia melirik jam di dinding, ternyata sudah pukul 03:00.

Laura meraba lehernya, ia merasa haus. Laura turun dari tempat tidur dan bangkit berdiri. Ia berjalan ke arah pintu kamarnya, dan saat ia membuka pintu, ia syok melihat Dicky sudah berdiri di depan pintu kamarnya sambil tersenyum mengejek.

"Lo pikir gue akan biarin lo bebas gitu aja, Luna?"

Laura mulai ketakutan dan hendak menutup pintu kamarnya, namun Dicky menahan pintu itu dan masuk ke dalam kamar. Laura teriak hiteris.

"Aaaaahhkkk!!!"

Dicky langsung menutup mulut Laura sambil menatapnya penuh nafsu campur marah.

"Percuma aja lo teriak! Kali ini nggak ada yang akan nolongin lo!" Dicky menarik dan mendorong Laura ke ranjang.

"Saatnya menyelesaikan urusan kita yang tadi tertunda, Luna!" Dicky menindih Laura dan mencengkeram kedua tangan Laura yang ia letakkan di atas kepala. Laura berusaha melepaskan diri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tapi tubuh Dicky yang besar menahannya. Laura terus meronta dan kembali berteriak histeris.

"Lepasiiin!!! Aahhkkkk!!! Lepasiiinnnn!!!" Dicky tersenyum licik menatap Laura.

Laura tersentak kaget, matanya nyalang dan napas yang terengah-engah ketakutan. Peluh membasahi kening dan lehernya. Laura melihat ke sekeliling dengan takut dan ia sadar sekarang ada di kamarnya. Laura duduk dan langsung memeluk lututnya sambil menangis pilu.

Tidak ada Dicky atau siapa pun di kamarnya. Hanya ada ia sendiri. Ternyata Laura hanya mimpi buruk yang terasa nyata.

"Ya Tuhan...masih untung aku bisa selamat malam ini. Tapi gimana kalau keberuntunganku habis?" Laura menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin memikirkan hal yang buruk.

Laura terus menangis sampai sesesnggukan di tengah malam yang sepi. Ia tidak tahu bagaimana nasibnya kedepannya, ia hanya berharap bisa tetap bertahan hidup di tengah kerasnya hidup ini.

***

Lapangan Golf di siang hari

Rudi sedang bermain golf sendirian, wajahnya begitu serius, ia baru saja memukul bola golf. Rudi berdiri tegak saat seorang anak muda dengan penampilan dandy mendekatinya. Anak muda itu adalah anak buah Rudi bernama Arman.

"Ada yang bisa saya bantu, Bos?"

Rudi mengeluarkan KTP Laura dari saku celananya dan memberikan pada Arman. Arman menerima dan menatap KTP itu dengan heran.

"Dia perempuan malam, I want her! Cari sampai dapet, mungkin ada madamnya! Lalu booking dia!"

"Siap, Bos!!"

"Ini yang saya suka dari kamu, Arman. Never ask too many question! That's why I always trust you." Arman tersenyum penuh arti atas pujian Rudi.

"Saya jalan dulu, Bos!" Arman lalu pergi meninggalkan Rudi di lapangan golf. Pria itu melanjutkan lagi peremainan golfnya. Rasanya ia sudah tidak sabar menanti kabar baik dari Arman.

Sementara itu di rumah Rachma, Laura datang dan menghampiri Rachma yang sedang ada di kolam renang. Tadi pelayan rumah Rachma mengatakan kalau Rachma ada di sana.

Rachma yang melihat Laura datang langsung berdiri dan menghampiri Laura. Ia memeluk Laura seperti seorang ibu memeluk putrinya.

"Kamu sudah baikan?" Laura mengangguk pelan. Rachma melepas pelukannya dan merangkul pinggang Laura.

"Kita ke dalem, yuk..." Laura mengangguk patuh dan Rachma membawanya masuk ke dalam rumah.

Kini mereka berdiri di depan jendela yang langsung menghadap ke kolam renang. Laura dan Rachma menatap keluar jendela. Beberapa wanita cantik dengan penampilan elegan berlalu-lalang di sekitar kolam, wanita-wanita itu adalah anak buah Rachma.

Laura membuka mulutnya dan berbicara dengan datar. "Aku mau berhenti dari pekerjaan ini, Mbak!" Masih terlihat jelas gurat kesedihan di wajah Laura.

Rachma tetap tenang dan tersenyum mendengar kata-kata Laura.

"Saya ngerti, itu pertama kalinya kamu diperlakukan seperti itu. Wajar kalau kamu trauma dengan kejadian kemarin malam."

"Belum pernah seumur hidupku merasa bukan manusia dan terhina seperti semalam, Mbak." Rachma tersenyum sambil mengelus rambut Laura.

"Kamu nggak boleh nyerah gitu aja, Laura."

"Kayaknya aku nggak kuat lagi, Mbak!"

"Ingat biaya rumah sakit dan biaya kuliah kamu, Laura. Belum lagi kebutuhan ibumu..." Rachma menatap keluar jendela. "Mungkin pekerjaan ini hina bagi banyak orang," Rachma menatap Laura. "Tapi kalau ini jalan satu-satunya, kenapa kamu harus peduli sama orang lain?" lanjut Rachma. Laura menunduk sedih.

"Aku mau berhenti, Mbak! Enough!!!" ucap Laura dengan tegas.

"Tapi jika itu pilihan kamu! Saya nggak bisa maksa. Kita udah cukup banyak saling menguntungkan."

Laura diam sambil menatap kosong keluar jendela.

Laura kembali mengingat masa lalunya. Yang mana saat baru pulang kuliah, ia sudah harus bekerja. Saat itu Laura memasuki sebuah mini market, tempat bekerjanya paruh waktu. Masih dengan dandanan kuliah dan langsung masuk ke ruang belakang untuk mengganti pakaiannya dengan seragam pegawai mini market. Lalu ia bekerja sampai malam.

Lalu setelah pulang bekerja dari mini market, Laura bekerja di klub malam sebagai pelayan.

Malam itu ada pesta di klub malam ia bekerja. Tampak orang-orang ramai berjoget sambil minum-minum. Laura mengantarkan minuman ke sebuah meja yang isinya cowok-cowok semua. Cowok-cowk itu bersiul melihat Laura dan mereka menggoda Laura, ada juga yang mencolek Laura.

"Hi Waiters cantik, layanin aku dong!" Laura menepis tangan orang itu dari pantatnya sambil tersenyum ramah.

"Sorry..." ucap Laura dengan sopan. Lalu ia jalan ke meja lain.

"Mbak, Chivasnya satu botol lagi!" Saat bicara, cowok itu sudah sempoyongan dan Laura dengan sigap memegangnya agar tidak jatuh. Laura merangkulnya dan membantunya berjalan.

"Tenang, Mbak, saya nggak mabuk kok..."

Cowok itu bicara sambil mendengus di leher Laura. Ia hendak mencium leher Laura yang membuat Laura risih dan menolak lagi secara halus. Cowok itu terus memanfaatkan kesempatan dan ia ingin meraba-raba Laura.

"Maaf Mas, saya...." Laura terus menghindar dari cowok yang sudah mabuk berat, yang terus ingin memeluknya. Laura melepaskan coowk itu dan saat hendak pergi, Laura dirangkul cowok lain yang mabuk lebih parah dan...

"Wueeekkkkkk!!!" Cowok itu malah muntah di depan Laura sehingga Laura terkena muntahan yang sangat menjijikkan itu.

"Aakkhhh...!" Laura langsung menghindar. Rasanya ia ingin muntah mencium muntahan yang mengenai bajunya. Ekspresi wajah Laura bercampur aduk, pilu. Begitu susah mendapatkan uang.

Laura mengedipkan matanya, ia mengehla napas kuat. Ia kembali mengingat masa sulinya mendapatkan uang.

Saat itu, Laura dan ibunya yang bernama Maya menemui seorang dokter yang merawat ibunya.

"Kanker Rahim Bu Maya sudah semakin parah. Sudah stadium 3," ucap dokter memberitahu. "Saya sarankan Ibu coba obat baru ini. Semoga bisa memperlambat penyebaran sel kankernya."

"Tapi biayanya, Dok?" tanya Laura.

"Memang mahal, tapi ini pilihan terbaik kita."

"Tidak usah, Dok... kita nggak ada biaya," ucap Maya pelan.

"Kita ambil, Dok!" ucap Laura dengan pasti.

"Laura!!! Dapat uang dari mana kita, Nak?!"

"Aku akan cari uang, Bu. Ibu tenang aja, ibu pasti sembuh!" Laura memeluk ibunya dengan erat walaupun diam-diam ia sangat cemas.

Setelah mengantar Maya pulang ke rumah, Laura menemui manager bar tempatnya bekerja. Ia menatap lelaki itu memohon.

"Tolong, Pak! Saya benar-benar butuh uang untuk pengobatan ibu saya."

"Maaf, Laura...saya udah nggak bisa lagi kasih kamu pinjaman. Sudah terlalu banyak utang kamu. Kalau saya pinjamin lagi segitu, kamu kerja di potong gaji di sini sampai nenek-nenek! Kan, nggak mungkin!"

"Tolong, Pak...saya mohon. Saya nggak tahu lagi harus pinjam ke mana lagi."

"Gini saja, saya punya solusi buat kamu. Tapi mungkin kamu akan nolak. Ini nggak akan berat!" Manager itu mebuka pintu ruang kerjanya dan seorang wanita yang berpenampilan menarik. Wanita itu adalah Rachma.

Rachma dan Laura duduk berhadapan, Rachma mentap Laura dengan penasaran.

"Kamu butuh uang untuk biaya pengobatan ibumu?" Laura mengangguk sedih.

"Iya, Mbak. Pengobatan ibu saya sangat mahal dan saya juga perlu uang untuk biaya kuliah, dan pengobatan kakak saya."

Rachma menatap Laura sambil bicara dengan santai. "Oke, saya punya pekerjaan buat kamu dengan bayaran tinggi. It's pure business, jangan pakai hati. Kamu hanya perlu melayani kemauan client. That's it!" Rachma tersenyum penuh arti.

Laura langsung paham dan ia kesal dengan tawaran Rachma.

"Saya bukan perempuan murahan, Mbak!!!"

Rachma tertawa menatap Laura. "Memang bukan, tapi kamu perempuan pintar! Kadang kita harus berkorban dalam hidup. Kamu bisa kuliah dengan tenang, bisa biayain ibu dan kakak kamu di rumah sakit." Laura terdiam menatap Rachma.

"Setelah lulus kuliah, kamu bisa memulai hidup baru. Nggak akan ada yang tau masa lalu kamu. Saya akan atur semuanya. Ingat, perempuan di luar sana nggak semua bejat dan hina, mereka hanya nggak punya pilihan yang lebih baik. Seperti kamu sekarang."

"SAYA NGGAK AKAN MENJUAL DIRI SAYA SENDIRI!!!" Laura langsung pergi dengan marah. Rachma menatap kepergian Laura sambil tersenyum tenang. Ia pastikan Laura akan berubah pikiran.

Laura tersadar saat Rachma memegang bahunya. Tanpa sadar air mata sudah membasahi pipinya yang pucat. Rachma memeluk Laura dengan lembut.

"Maaf nggak bisa jagain kamu semalam."

Laura menggeleng sambil melepaskan pelukan Rachma. "Mbak Rachma nggak salah."

Rachma tersenyum memegang tangan Laura dan mengusap air mata dari pipi Laura.

"Kalau kamu belum siap, saya ngerti kok." Rachma melepaskan tangan Laura, saat hendak pergi Laura menahan tangannya.

"Mbak, I'm fine. Saya udah siap kok. Saya nggak boleh egois. Ibu dan kakak masih butuh saya." Rcahma tersenyum manis.

"Good girl! Stand by for your next client, okay? Hotel Sky Seventy Seven for tonight. Tapi kamu istirahat aja dulu, sampai tubuhmu pulih."

Laura mengangguk patuh. Rachma meninggalkan Laura yang menatap keluar jendela, berusaha menguatkan dirinya. Ia hanya berharap tidak bertemu client seperti Dicky lagi.

***

Semoga suka dan jangan lupa Vote dan Koment, ya!🥰

Terima kasih, semuanya!❤

Continue Reading

You'll Also Like

363K 19.5K 28
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
17M 753K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
514K 2.9K 24
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.
2.9M 302K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...