Kupu-Kupu Malam

By NaomiOcta

17.9K 774 28

MARET 2021 [ONLY FOR ADULTS!!!] "Cantik tapi terluka. Anggun tapi terhina. Kuat tapi menangis." Demi biaya pe... More

Bagian Dua
Bagian Tiga
Bagian Empat
Bagian Lima
Bagian Enam
Bagian Tujuh
Bagian Delapan
Bagian Sembilan
Info Lanjutan cerita

Bagian Satu

3.5K 161 6
By NaomiOcta

Hai!
Apa kabar? Salam sehat buat kita semua, ya❤
Jadi ini adalah cerita baru aku, semoga kalian semua suka, ya!

Sebelum baca, jangan lupa klik bintang di bawah alias vote karena vote itu gratis😊 Dan jangan lupa juga koment yang banyak, ya. Udah lama juga gak update cerita dan pengen tau juga gimana pendapat kalian tentang cerita ini.

Vote dan koment yang banyak, ya. Biar makin semangat nulisnya, karena kalian adalah motivasi aku untuk tetap menulis🤗 Dan semoga kalian suka cerita ini, ya!

Happy reading!❤

***

Laura adalah seorang gadis berusia 21 tahun, seorang mahasiswa tingkat akhir yang sangat cerdas dan menjadi tulang punggung keluarganya. Kuliah sambil bekerja, itu adalah keseharian Laura. Berasal dari latar belakang keluarga kelas menengah ke bawah membuat Laura harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Terlebih ia memiliki seorang kakak laki-laki yang menderita sakit kanker dan ibunya juga sudah sakit-sakitan karena sudah tua.

Ia bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terkadang 3 sampai 4 pekerjaan. Lelah memang, tapi apa boleh buat, Laura harus melakukannya dan membagi waktu untuk kuliah dan bekerja. Penghasilannya pun terkadang tidak mencukupi kebutuhan, apa lagi kakaknya yang harus rutin meminum obat dan melakukan cuci darah yang membutuhkan biaya yang besar.

Suatu hari di sebuah café, Laura yang bekerja sebagai pelayan di café tersebut bertemu dengan seorang wanita paruh baya bernama Rachma, bukan pertemuan pertama mereka, tapi pertemuan kedua mereka.

Rachma yang lumayan sering datang ke café itu ternyata sudah lama memperhatikan Laura dan kemudian muncul sebuah ide dalam kepalanya.

"Bisa saya berbicara dengan gadis itu?" Tanya Rachma pada manager café sambil mengarahkan telunjuknya pada Laura yang sedang sibuk mengantar pesanan pelanggan. Dan sang manager itu setuju karena mengetahui Rachma adalah pelanggan tetapnya dan dengan syarat saat Laura sudah selesai bekerja. Rachma setuju dan menunggu Laura selesai bekerja.

Saat Laura sudah selesai bekerja, ia langsung menemui Rachma.

"Hmm, boleh juga!" Rachma mengelilingi Laura sambil menilai. Laura hanya diam dan tanpa ekspresi. Ia sudah tahu apa maksud dan tujuan wanita itu ingin bertemu dengannya, namun mulutnya enggan membuka suara.

"Aku sudah mencari tahu tentangmu seperti yang kukatakan saat itu. Dan aku ingin menawarkan sekali lagi pekerjaan ini padamu. Aku yakin kamu tidak akan menolak karena kamu akan mendapat upah yang besar dalam pekerjaan ini," ucap Rachma to the point.

"Maaf, Mbak! Bukannya malam itu saya sudah menolak tawaran Mbak?" tanya Laura dengan pelan. Rachma memegang dagunya sambil tersenyum malu.

"Aku akan mengatakannya sekali lagi, aku ingin kamu bekerja denganku! Tidak perlu khawatir soal gaji, aku akan membayar kamu empat kali lipat dan waktumu bekerja juga tidaklah lama. Hanya kurang dari seperempat waktumu bekerja setiap hari. Bagaimana? Tertarik?"

Laura mengernyit mendengar ucapan Rachma. Pekerjaan apa yang bergaji besar dengan waktu yang tidak lama? Ia sudah bisa menebak, Rachma akan menawarkan pekerjaan itu lagi.

"Pekerjaan apa, ya Mbak?" tanya Laura memastikan.

Rachma mendekat dan membisikkan sesuatu di telinga Laura. Laura menghela napas pelan dan menyipitkan matanya menatap Rachma. Rachma kembali berdiri tegak sambil tersenyum.

"Maaf, Mbak. Saya tidak tertarik," tolak Laura mentah-mentah. Saat ia hendak pergi, Rachma menahan tangannya.

"Pikirkan baik-baik! Aku tahu kamu sangat membutuhkan uang. Biaya kuliahmu, biaya berobat kakak dan ibumu, biaya hidup, dan masih banyak lagi biaya yang tak terduga. Kamu hanya menemani pria-pria kesepian itu! Itu saja dan tidak lebih! Kapan lagi kamu mendapatkan uang dengan mudah? Kamu harus bisa memanfaatkan fisik dan rupa wajahmu yang cantik ini! It's pure business! Nggak perlu pakai hati!"

Laura menghela napas pelan, ini terlalu mendadak baginya. Bagaimana bisa ia bekerja sebagai wanita penghibur?

"Kalau belum bisa menjawab sekarang, aku akan menunggu." Rachma mengeluarkan kartu nama dari dompetnya dan meletakkan kartu nama itu di atas meja. "Hubungi aku kalau kamu sudah bersedia!" Usai mengucapkan itu, Rachma melenggang pergi dari café.

Laura menatap kartu nama Rachma, tawaran wanita itu memang menggoda, tapi ia tidak bisa melakukannya.

Bagaimana kalau nanti teman-temanku tahu aku bekerja sebagai wanita penghibur? Laura menggeleng, ia tidak akan menerima tawaran itu!

"Ra, lo belum pulang? Mau bareng, nggak?" Laura menoleh dan tersenyum tipis pada Lola, gadis yang juga bekerja di café.

"Lo duluan aja, La. Gue masih ada urusan, nih."

"Oke deh, kalau gitu gue duluan, ya. Daahhh..." Lola melenggang pergi. Laura kembali menghela napas. Ia meraih kartu nama Rachma dan memasukkan ke dalam saku celananya. Lalu ia bergegas keluar dari café. Masih ada pekerjaan lain yang harus Laura kerjakan, yaitu menyetrika pakaian orang.

Jam sudah menunjukkan pukul 21:25, Laura harus bergegas sebelum semakin malam. Tidak kenal lelah, tidak kenal menyerah.

***

Pukul 22.45

Laura baru sampai di rumah. Ia mengunci pintu dan langsung melangkah menuju kamar yang di tempati kakaknya. Ia menyibakkan gorden, melihat kakaknya sudah tidur. Ia menutup gorden dan masuk ke kamar yang ia tempati bersama ibunya. Ibunya juga sudah tidur.

Laura meletakkan tasnya di meja kayu yang sudah tua dan usang, lalu duduk di lantai beralaskan karpet plastik. Laura bersandar di dinding kayu dengan matanya yang terpejam. Rasanya lelah sekali, namun untuk mengeluh pun ia tidak bisa.

"Semangat, Laura!" Kata-kata yang selalu Luara ucapkan pada dirinya sendiri.

Laura membuka matanya dan meraih tasnya dari nakas. Keningnya berkerut melihat selembar kertas yang jatuh dari nakas, sepertinya tadi tertimpa tasnya. Laura mengambil dan membuka kertas itu. Ternyata surat pemutusan listrik dari PLN. Helaan napas itu terdengar nyaring di ruangan yang sepi. Belum lagi besok ia harus menebus obat kakaknya. Cairan bening itu mengalir begitu saja dari pelupuk mata Laura. Dan lagi karena awal bulan, ia harus membayar cicilan uang kuliahnya. Terlebih kondisi kakaknya semakin hari semakin memburuk.

Laura mengusap air matanya, kini ia mulai memikirkan tawaran Rachma.

"Kalau gajinya memang besar, mungkin bisa mencukupi kebutuhan kami." Laura menatap wajah ibunya yang tidur dengan lelap.

"Maaf..." ucapnya pelan. Ia menahan air matanya agar tidak jatuh lagi.

"Nggak boleh cengeng, Ra. Masalah seperti ini udah jadi santapan sehari-hari untukmu. Semangat! Jangan mengeluh! Jangan nangis! Nangis nggak akan nyelesein apa pun!" ucap Laura sambil mengusap air matanya.

Ia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan dengan perlahan.

"Tetep tenang, semua pasti ada jalannya! Semangat dan semangat!" Laura mengangguk-anggukkan kepalanya dan tersenyum tipis. Ia mengusap pipinya dari sisa-sisa air mata. Saat sudah lebih tenang, ia pun mulai mengerjakan tugas kuliahnya sampai larut malam.

***

Pukul 08:00

Laura menarik napasnya dalam-dalam dan mengembuskannya dengan perlahan, lalu ia melangkahkan kakinya memasuki sebuah rumah mewah yang lumayan jauh dari rumahnya.

Walau masih ada keraguan dalam hatinya saat menginjakkan kakinya di rumah mewah itu, namun Laura sudah bertekad. Ia sudah sampai di rumah itu dan tidak mungkin kembali lagi. Ia dijamu oleh pelayan yang ada di rumah itu, seolah mereka sudah tahu apa maksud dan tujuan Luara datang ke rumah majikan mereka.

Laura duduk di sofa mewah dan mahal berwarna putih emas sambil melihat ke sekeliling rumah yang luas dan mewah. Tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rumahnya.

"Datang juga. Aku sudah menunggumu sejak beberapa hari yang lalu." Rachma mendekati Laura dan duduk di sebelah gadis itu. Ia meletakkan dua kertas berupa surat perjanjian bermaterai 6000 di depan Laura.

"Ini adalah surat perjanjian kerjasama kita. Kamu tanda tangani keduanya." Laura hanya mengangguk sambil meraih pulpen. Ia membacanya sebentar lalu membubuhkan tanda tangannya sambil mengucapkan dalam hati, 'aku tidak akan menyesali semua ini'.

Rachma tersenyum puas, ia yakin para pelanggannya akan sangat senang melihat kecantikan dan tubuh seksi Laura.

"Sesuai isi perjanjian, aku akan menyiapkan semua keperluanmu. Mobil, baju, sepatu, tas, make-up, dan semua yang kamu butuhkan."

"Saya mengerti, Mbak."

Laura sudah memikirkan ini sejak tiga hari yang lalu. Demi keluarganya, demi kuliahnya. Terlebih Rachma tidak menyerah dan tidak menyia-nyiakan kesempatan saat Laura membawa kakaknya ke rumah sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Wanita itu langsung membayar biaya pengobatan kakaknya membuat Laura merasa bersyukur dan berterima kasih pada Rachma. Biaya rumah sakit tidaklah murah, mau tidak mau Laura mempunyai hutang budi pada Rachma.

"Tapi saya ada satu permintaan, Mbak."

"Katakan saja."

"Saya ingin identitas asli saya dirahasiakan."

"Kalau soal itu kamu tenang saja. Identitasmu akan kusimpan rapat-rapat." Laura mengangguk dan sedikit merasa lega. Setidaknya kalau nanti ia bekerja, tidak akan ada yang tahu.

"Ingat Laura, kamu harus bekerja dengan profesional! Jangan kecewakan pelangganku!" Laura mengangguk mengerti.

"Nanti malam adalah jadwal pertamamu. Hari ini kita pergi perawatan agar kamu nantinya lebih fresh." Laura lagi-lagi hanya mengangguk.

Laura tahu setelah ini dunianya akan berubah, namun ia tidak ingin terus menerus menyalahkan keadaan dan siap menerima risiko apa pun itu, demi kakaknya yang kini terbaring lemah di brankar rumah sakit, demi ibunya yang juga berjuang untuk sembuh, dan demi masa depannya.

Kamu bisa, pasti bisa Laura! Ingat, kamu melakukan ini bukan karena kemauanmu, tapi karena keadaan yang memaksa! Semangat! Jangan pakai hati, jangan baperan! Ucap Laura dalam hati. Ia menghela napas pelan, ia bisa melihat dari lirikan matanya Rachma tersenyum puas.

***

Untuk info update, aku post di ig aku ya. Naomiocta29
Yuk, di follow dan mari kita berteman.
Karena bakal ada info menarik dari cerita ini, loh ya😁

Jangan lupa masukin reading list buat dapet update-an, dan share juga ke teman2 kalian, ya.

Salam hangat,
Naomi Octa

Continue Reading

You'll Also Like

390K 43.2K 26
Yg gk sabar jangan baca. Slow up !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. ...
478K 1K 15
🔞 kisah sx abang tiri dan adik tirinya
1.3M 82.4K 36
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
157K 10K 22
Akankah kisah tragis terulang kembali? °°° 'Hikayat cinta Sang Iblis', lanjutan dari cerita 'Di bawah naungan Sang Iblis' Cover by Pinterest and Me