*****
"MAMAH." Teriak Yoojung refleks tanpa menyadari jika dirinya sedang berada di rumah sakit.
Teman-teman adiknya juga terlihat sangat terkejut dan tak bisa berkata-kata, beberapa dari mereka hampir saja refleks berteriak. Ibunya baru saja menampar Yena, bahkan yang ditampar juga menunjukkan ekspresi tidak mengerti apa kesalahannya.
Yena hanya bisa terbengong memegang sebelah pipinya yang habis terkena tamparan, dia menatap ibunya Yuri dengan bingung. Ibunya Yuri kembali menggerakkan tangannya membuat Yena sedikit tersentak takut.
Gadis itu berpikir ibunya Yuri akan kembali menampar atau berteriak memarahinya. Namun bukan itu semua yang diterimanya, Yena malah menerima pelukan dari wanita paruh baya itu.
Ibunya Yuri menangis memeluknya.
Yena membalas pelukan itu dengan canggung. "Eehmm Tante gpp?"
Dia menepuk-nepuk pelan belakang punggung orang tua itu, berusaha menenangkan nya.
Sementara yang lain fokus dengan Yena dan ibunya Yuri, Minju jalan mendekati Doyeon dan Yoojung. Dia ingin meminta penjelasan atas semua yang terjadi.
"Kak ceritain semuanya ke gue, kenapa bisa-bisanya Yuri ngelakuin itu. Terus gimana keadaan dia sekarang, dia baik-baik aja kan? Bilang ke gue kalo dia selamat, kasih tau ke gue kalo tuh anak masih bisa gue omelin dan gue pukulin." Minju memegang kedua tangan Yoojung. "Kak, adek lo gpp kan ya? Dia gak ..."
Minju tak bisa melanjutkan kata-katanya, dia menatap kedua orang dihadapannya dengan penuh harap.
"Lo tenang dulu, gue ceritain semua yang gue tau. Tapi.." Doyeon menatap Yoojung, takut Yoojung belum mau bercerita.
Yoojung menganggukan kepalanya, dia sudah sanggup menceritakan semuanya. Membuat Doyeon tersenyum lembut dan mengusap kepala kekasihnya.
Mereka bertiga mencari tempat duduk, dan berjalan sedikit menjauhi yang lain.
Di satu sisi, yang lain masih memandang Yena dan ibunya Yuri dengan bingung, mereka ingin bertanya keadaan Yuri namun takut. Mereka bahkan tidak menyadari jika Minju sudah tidak ada lagi di dekat mereka.
Ibunya Yuri melepas pelukannya dan menatap Yena. "Kamu.."
"Awas kamu berani nyakitin atau ngecewain anak saya."
Wanita paruh baya itu mengusap air matanya, tanpa mengucapkan apa-apa lagi dia pergi meninggalkan Yena dan yang lain.
Ibunya Yuri ingin menenangkan diri dan menerima semuanya. Sebenarnya dia ingin sekali segera melihat keadaan anaknya. Namun dia tau Yuri akan merasa canggung dan takut jika melihat ibunya dan Yena berada di satu ruangan yang sama dengan nya, apalagi dengan apa yang baru saja terjadi.
Biarlah anaknya yang satu itu bertemu terlebih dahulu dengan teman-temannya, baru nanti dia. Yang terpenting sekarang adalah dia mengetahui bahwa anaknya, Yuri selamat dan baik-baik saja.
***
Minju meremas tali tasnya kesal. "Bego, Yuri bego."
Dia kembali menatap Yoojung. "Tapi sekarang dia gpp kan Kak?"
Yoojung tersenyum lega dan menganggukkan kepalanya. "Gue gak begitu ngerti penjelasan tadi tuh Dokter, pokoknya yang gue tangkep kita bawa adek gue kesini tepat waktu. Terus adek gue sempet sadar tadi, tapi merem lagi."
"Tadi katanya kenapa dah dia merem lagi?" Yoojung menatap kekasihnya bertanya.
Doyeon menggelengkan kepalanya menjawab, dia tidak begitu mendengar perkataan Dokter tadi. Yang dia dengar hanya kalimat bahwa Yuri selamat.
"Yaudah anggap aja dia kecapean, jadi dia istirahat tidur." Ucap Yoojung santai.
Setelah mendengar kabar bahwa adiknya selamat, tiba-tiba dia melupakan sosok dirinya yang tadi berteriak dan menangis tak karuan.
***
Yuri sudah sadar, tapi dia masih menutup matanya berpura-pura masih tertidur. Dia sempat ingin membuka matanya tadi, tapi ketika mendengar suara-suara yang dikenalinya dia buru-buru menutup matanya kembali. Dan dengan beruntungnya diantara mereka tidak ada yang menyadarinya.
Dia tau, jika dia bangun. Dia akan banyak menerima omelan entah itu dari kakaknya, kak doyeon atau bahkan teman-temannya.
Yuri bahkan ingin memarahi dirinya sendiri, bisa-bisanya dia ingin meninggal dengan cara tenggelam. Dia merasa sangat tersiksa, tidak lagi-lagi lah dia bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri. Eeh?
"Kak, Yuri nya kita paksa bangun aja yuk." Ucap Yena diangguki Chaewon.
"Iya kak, mumpung gue masih emosi. Jadi nanti enak marahin dia nya."
Yuri berusaha menahan ekspresinya saat mendengar temannya berbicara seperti itu. Chaweon sialan
Yoojung berpikir sebentar lalu menganggukkan kepalanya menyetujui. "Gpp sih kalo menurut gue, lagian tuh anak udah tidur dari pagi tau. Masa iya kurang."
Yena dan Chaewon mengedipkan mata berkali-kali, tidak percaya jika omongan mereka dianggap serius oleh Yoojung.
Sebenarnya mereka berdua berkata seperti itu hanya untuk menghilangkan aura kesedihan diantara mereka semua. Meskipun Yena dan Chaewon sedang berusaha menahan tangisan, mereka berdua tetap tidak ingin yang lain bersedih.
"Heh malah bengong, gimana jadi gak?"
Yena dan Chaewon saling tatap sebelum menjawab pertanyaan Yoojung, mereka berdua mengangguk pelan.
Yuri buru-buru bergerak dan mulai membuka matanya secara perlahan. Bisa-bisa nanti dia malah tertawa jika Yoojung berusaha membuatnya sadar.
Dia menggerang sedikit seakan-akan menahan sakit. Bener gini gak sih biar keliatan natural
Yuri sadar jika sedang diperhatikan mereka semua, dengan perlahan dia menatap mereka polos.
Yoojung mendekati Yuri dan langsung menjambak rambut adiknya itu.
"AAGHH ANJ." Yuri menahan teriakannya sadar jika dia sedang berada di rumah sakit. "Aduuuh Kak sakittt."
"Biarin, bodo amat." Yoojung melepaskan rambut adiknya lalu menjitak kepala adiknya. "Biar otak lo gak miring lagi."
Dia memeluk adiknya erat, mengeluarkan air mata bahagia namun segera mengusapnya. Sudah cukup baginya untuk menangis hari ini.
Yoojung melepaskan pelukannya dan kembali kesamping pacarnya. "Keluar yuk, cari makan."
Doyeon mengangguk mengerti. Mereka berdua tidak ingin mengganggu momen Yuri bersama teman-temannya.
Begitu kedua orang itu keluar dan menutup pintu, Yena dan Chaweon langsung buru-buru mendekati Yuri dan memeluknya.
Yena dan Chaewon menangis, lega. Walaupun tadi katanya Yuri selamat, mereka berdua masih khawatir. Mereka berdua masih butuh melihat Yuri bangun dan bergerak agar mereka benar-benar bisa percaya.
"Hahahaha." Yur tertawa, namun kedua matanya mengeluarkan air mata. Dia menatap teman-temannya yang lain lalu menggerakkan telapak tangannya mengajak mereka semua bergabung.
Yang lain langsung mendekat mengelilingi Yuri dan memeluknya.
"Bisa-bisanya gue khawatir sama makhluk kaya lo." Ucap Minju kesal membuat mereka tertawa.
Minju sudah menceritakan alasan Yuri menjauhi Yena, alasan Yuri menjauhi mereka semua. Minju menceritakan semuanya ke mereka.
Mereka melepaskan pelukan dan menatap Yuri marah. Yang ditatap hanya bisa menampilkan cengirannya.
Chaewon mencubit kencang lengan Yuri, membuat Yuri cemberut menatap Yena meminta pertolongan.
"Apa? Minta di tambahin?" Ucap Yena ikut mencubit lengan Yuri yang satunya.
Yuri ganti menatap yang lain, berharap salah satu dari mereka ada yang kasihan dan menolongnya.
Bukannya kasihan Yujin malah tersenyum licik menatap teman-temannya, dia menggerak-gerakan alisnya.
Tanpa aba-aba mereka langsung menyerang Yuri.
"AAARGHH YUJIN GUE JANGAN DIGIGIT, SAKIT ANJ." Yena menutup mulut Yuri menahan teriakan nya.
"Rumah sakit astagaa, jangan teriak-teriak."
*****