Gerombolan pengunjung berbaris rapi di gerbangnya. Anak-anak di sana-sini memenuhi area tersebut. Para remaja berbicara keras-keras dengan mengenakan bando karakter dan juga pakaiannya, menyatu dalam atmosfer yang riang dan gembira itu. Ada banyak sekali orang di mana-mana, sesuatu yang membuat Taeyong tidak nyaman dan gelisah. Akan tidak mungkin baginya untuk keluar dari kerumunan orang-orang ini.
Dengan tiket yang sudah dipesan lebih dulu, mereka dengan mudah masuk ke dalam taman dan begitu di dalamnya, si kembar sudah menjerit senang, tubuh kecil mereka memeluk maskot Donal Bebek dan Goofy. Mereka minta dipotret di sana, digendong oleh maskot-maskot itu dan Jaehyun hanyalah budak bagi anak-anak menggemaskan itu jadi ia memotret beberapa kali sebelum para maskot menurunkan mereka untuk menghibur anak lainnya.
Masih kenyang oleh sarapan beberapa saat lalu, mereka melewati gerobak-gerobak makanan yang berderet di sisi jalan untuk pergi ke tujuan pertama mereka di area Fantasyland, wahana yang dinamakan 'It's a small world' — tur menggunakan kapal kecil selama 10 menit yang dibuat untuk segala usia terutama anak-anak usia taman kanak-kanak.
Ketika mengetahui bahwa wahana itu dibangun untuk anak-anak balita, Taeyong terpekik heran. "Jadi ini seperti wisata sekolah? Wisata sekolah itu hal terburuk yang pernah ada."
Orang tua yang ada di depan mereka melihatnya sambil cemberut sebelum kembali berjalan.
"Tidak seperti itu. Ini jauh lebih baik." Jaehyun berkata, menyuruh si kembar untuk masuk.
"Sama saja kecuali kita akan naik kapal yang kecil. Jangan marahi aku kalau aku mendorong kalian ke dalam air satu per satu." Ia tidak repot-repot memelankan suaranya jadi orang-orang yang bergabung di sana menatapnya ngeri. Beberapa mengabaikannya, berpikir ia hanya bercanda saja sedangkan orang tua yang tadi cemberut padanya melontarkan komentar bernada marah, menyuruhnya untuk enyah dengan kata-kata yang sesopan mungkin.
Tapi Ethan tidak peduli, ia hanya melihat lurus ke depan dengan bosan.
Mereka pergi bergantian karena kapal itu hanya bisa memuat 10 orang saja. Ironisnya, Taeyong adalah yang pertama untuk naik ke kapal selanjutnya, duduk di ujung belakang. Tidak ada pilihan lain karena mereka tidak ingin duduk terpisah, Jaehyun duduk di sebelah suaminya sedangkan si kembar duduk di depan mereka.
Matahari tidak bisa mengintip ke dalam, sehingga latar belakang yang dibuat dari bubur kertas dengan sangat terampil, yang berkelap-kelip dan berwarna-warni bisa terlihat jelas di dalam sana, menampilkan beragam budaya dari seluruh dunia sembari kapal itu berjalan melewati tujuh saluran air yang mewakili tujuh benua. Saat pemandu menjelaskan sejarah wahana itu, lagu It's A Small World berkumandang dalam beberapa bahasa tiap kali mereka berhenti di boneka berpakaian tradisional. Lagu itu dinyanyikan dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Jepang, juga dalam beberapa bahasa lainnya. Bisikan-bisikan penumpang mengisi seluruh gedung itu, yang remaja mengambil beberapa gambar untuk kenang-kenangan setelah meninggalkan Disneyland. Haera mencelupkan tangannya di air sambil tertawa kecil lalu menjerit airnya dingin! sedangkan Haechan dengan serius mendengarkan informasi yang dibagikan oleh sang pemandu wahana yang hampir terpeleset dari kapal itu, membuat Taeyong tertawa.
Selama perjalanan 10 menit itu, mereka disambut oleh banyak boneka sehingga di akhir wahana, suara Haera menjadi serak akibat menyapa semua boneka itu.
Berakhir terlalu cepat, mencicipi rasa Disneyland untuk pertama kalinya membuat mereka semakin bersemangat (kecuali sang pelempar pisau).
Terlihat memiliki energi tanpa batas, anak-anak itu mengikuti arus para pengunjung, menyeret tangan kedua dewasa itu, ke atraksi berikutnya yaitu Princess' Pavilion, di dekat jalan keluar wahana It's A Small World. Adalah kesempatan untuk bertemu-sapa dengan putri hari itu, Cinderella.
Seperti yang bisa diduga, ketertarikan Haera terhadap putri sudah bisa dilihat ketika ia suka sekali mengaitkan Taeyong dengan tokoh putri, maka Haera tidak melewatkan kesempatan ini untuk mendekat dan menarik-narik gaun yang dikenakan Cinderella itu. Ia berceloteh tanpa henti, memberitahu putri itu apa pun yang ia rasakan dan juga nyaris menangis saat ia berkata, yang mana bahasanya sama sekali tidak dimengerti oleh putri itu, bahwa Cinderella adalah putri favoritnya karena Haera suka warna gaunnya.
Haera berusaha menguasai putri itu untuknya sendiri, merajuk saat anak-anak lainnya mencoba merebut Cinderella darinya. Merasa kesal dengan suara berisik di sekitarnya, Taeyong akhirnya menarik gadis itu dari pelukan sang putri dan menurunkannya, menghalanginya dengan tangan ketika anak itu mencoba kembali berlari ke putri kesukaannya.
"Hei, beri kesempatan untuk anak lainnya. Kau bukan satu-satunya anak yang harus dihibur olehnya, oke? Lihat sekitarmu. Apa menurutmu hanya ada kita saja di sini?" Taeyong melirik sekilas Cinderella yang menonton adegan itu, dan ia tidak membalas ketika putri itu melambaikan tangannya. Kemudian keempat orang itu berlalu.
Jaehyun diam saja kali ini, memutuskan untuk tidak mengomentari suaminya yang tidak berbicara dengan baik-baik pada anak itu. Haera nampaknya adalah tipe anak yang ingin semua kemauannya dituruti, ingin mendapatkan semuanya dengan cara menangis dan menghentak-hentakkan kakinya. Meskipun alasan sebenarnya Taeyong menariknya pergi adalah bukan karena ia merasa tidak enak pada pengunjung lainnya, melainkan karena ia sebal dengan tangisan anak itu, Jaehyun cukup senang dengan bantuannya. Akan lebih sulit jika tugas itu dilimpahkan padanya.
"Ke mana kita sekarang?" Haechan menarik tangan Jaehyun.
"Hm, biar kulihat. Ada begitu banyak atraksi, aku tidak tahu kita harus ke mana... bagaimana dengan yang itu?" Jaehyun menunjuk ke wahana Mad Hatter's Tea Cups. "Kau mau naik ke cangkir besar yang berputar-putar?" Anggukan cepat dan mata yang melebar bersemangat cukup baginya untuk mengantarkan mereka ke sana. Antriannya tidak terlalu ramai ketika mereka tiba, mungkin karena pengunjung tidak ingin merasa pusing saat hari belum larut.
Haera sudah melupakan kekesalannya tadi. Air matanya sudah mengering dan pipinya memerah, ia melompat-lompat ingin cepat menaiki wahana itu.
"Kalian tidak akan pusing?"
Si kembar menggelengkan kepalanya dan berlarian menuju cangkir ungu. Tiap cangkir memiliki motif goresan dan bentuk di dindingnya, dengan warna yang berbeda.
Dua orang Kingpin itu duduk di masing-masing sisi anak kembar di dalam cangkir itu. Di hadapan mereka adalah setir yang bisa digunakan untuk mengendalikan cangkirnya jika mereka ingin mempercepat putarannya atau mengubah arahnya.
Ketika musik yang ceria dimulai, semua cangkir juga mulai berputar dalam kecepatan sedang. Kecepatan itu berlangsung selama 1 menit sebelum salah satu dari mereka berpikir itu terlalu lambat.
Jaehyun sedetik terlambat menghentikan Taeyong yang tersenyum lebar, yang dengan cepat memutar setirnya, membuat cangkir mereka berputar kencang.
Haera menjerit-jerit, hampir lebih keras daripada musiknya. Taeyong terbahak-bahak gila dari tempat duduknya sambil terus memutar setirnya, membelokkan ke kiri dan kanan bergantian dan membuat mereka sangat pusing.
Untungnya, itu tidak berlangsung lama. Ketiganya turun dari cangkir itu dengan kaki yang lemas dan goyah, sedangkan seseorang berjalan sempurna dengan tangan di dalam saku, bahkan bisa bersiul santai.
"Berengsek," Jaehyun menggeram, memegang kepalanya. "Aku mau muntah."
"Itu masalahmu," adalah respon sarkastik yang ia dapatkan, "bukan salahku kau seorang pecundang. Kau bisa saja menutup matamu, 'kan? Bukan begitu?"
Taeyong melihat ke bawah ketika sesuatu menabrak kakinya. Haera terhuyung-huyung.
Merasa mual, Jaehyun menuntun mereka ke bangku terdekat yang kosong. Mereka menghabiskan waktu 1 jam untuk duduk di sana, berdoa agar perut mereka tidak bergejolak. Gerobak melewati tempat itu dan mereka memakan sekotak popcorn sembari menunggu tubuh mereka merasa lebih baik untuk pergi ke wahana berikutnya.
Tentu saja, saat si kembar sudah kembali hiperaktif, mereka langsung ke belakang panggung dari sebuah pertunjukan di mana mereka bisa bertemu Mickey Mouse. Antrian yang sungguh panjang menyambut mereka. Mengetahui gadis kecil itu mungkin saja akan mengamuk lagi, mereka tetap mendampingi sepasang anak itu untuk menunggu giliran berfoto bersama karakter yang paling populer itu.
... Dan ketika giliran mereka tiba, Taeyong pun tidak luput dari pelukan erat tikus raksasa itu. Ia memaksa dirinya untuk tersenyum saat dipotret sebagai suvenir gratis, ia memutar matanya saat tiga orang lainnya menertawai dan mengejek ekspresi wajah di fotonya.
"Kau terlihat seperti sedang sembelit," Haechan berani berkomentar. Adiknya mendukung dengan ledekan lain sedangkan bibir Jaehyun tertutup rapat, ia tidak ingin mengambil risiko.
"Enak saja," Taeyong melawannya dengan nada datar. "Apa kau terlihat seperti ingin membunuh orang kalau sedang sembelit?"
"Aku belum pernah sembelit!" Haera berseru.
"Bagus. Rasanya tidak enak kalau kau punya kotoran yang membandel. Kotoran itu hanya punya satu tugas yaitu keluar dengan lancar dari bokongmu dan kalau kau sembelit, tugas itu tidak berjalan dengan baik. Makanya dia tidak dibayar sepeser pun!"
"Jangan hiraukan dia, dia hanya membual dan dia tahu itu. Ayo. Apa kalian ingin berkeliling Fantasyland untuk hari ini dan pergi ke tempat lainnya besok?"
"Mm, oke..."
"Baiklah. Tempat selanjutnya..." Menggunakan peta yang dibagikan tadi di gerbang masuk (ia baru ingat kalau ia membawanya karena ia menyimpannya dengan asal di saku saat diberikan — dan itu tindakan bodoh, percayalah, ia tahu itu), Jaehyun menyarankan mereka untuk mencoba Dumbo the Flying Elephant.
3 menit adalah durasi dari masing-masing wahananya. Karena hanya anak-anak yang boleh menaikinya, Taeyong mengajak Jaehyun untuk menunggu bersamanya di luar. Anak kembar itu juga nampaknya tidak butuh bantuan dari mereka berdua. Dari luar sana, sembari mereka menonton gondola berbentuk gajah itu bergerak naik dan turun, Kingpin pertama menyandarkan tubuhnya di pembatas besi.
"Tempat ini untuk orang-orang dengan energi tanpa batas. Apa menurutmu aku merasa cepat lelah karena aku belum ke gym selama 2 minggu?"
"Tidak tahu dan tidak peduli. Tapi kalau kau ingin sekali ke gym, ada satu di belakang hotel kita."
"Benarkah?"
"Hah. Kau tidak melihatnya. Untuk seseorang sepertimu, bukannya gym adalah hal pertama yang seharusnya kau cari ke mana pun kau pergi?"
Jaehyun dengan jail menyenggol suaminya. "Aku tidak seperti itu."
"Ya," Taeyong membenarkan letak ikat pinggangnya. "Semoga kau beruntung menemukan orang lain yang bisa kau bodohi."
"Apa," penembak jitu itu tersenyum lebar, matanya berkilat. "Aku tidak bisa membodohimu? Tidak akan pernah?"
Yang lebih tua menggelengkan kepalanya. "Bagaimana penampilanku?" Ia menghadap Jaehyun.
Jaehyun melihat suaminya dan memiringkan kepalanya. "Menawan."
"Salah. Sudah kubilang kau tidak bisa membodohiku." Mata biru itu menatapnya, terlihat begitu riang.
"Kenapa? Memangnya bagaimana menurutmu?"
Taeyong menjauhi pembatas besi itu. "Sungguh luar biasa menawan. Menarik. Brilian, belum pernah dilakukan sebelum—"
Jaehyun menjilati bibirnya dan mendekati Taeyong, bibirnya menggesek telinga Kingpin yang lebih tua itu. "Kau sudah pernah 'dilakukan (ditiduri)' sebelumnya. Berkali-kali."
Taeyong mendorongnya menjauh sambil tergelak. "Enyahlah. Kau juga sudah pernah 'dilakukan' olehku sebelumnya."
Saat itulah anak-anak kembali mencari mereka, untungnya tidak sempat mendengar topik percakapan kedua orang dewasa itu dan juga arti di baliknya.
Seraya waktu mereka bersama telah berkurang lagi, mereka kembali menjalani jadwal untuk hari itu. Mereka memutuskan untuk beristirahat dari acara mencoba wahana dengan mengunjungi toko suvenir yang beragam — terkadang membeli, terkadang hanya melihat-lihat.
Sepasang anak kembar itu begitu gembira dengan barang-barang yang dibelikan oleh Jaehyun. Di balik keluarga kecil yang bahagia itu, ada seseorang berambut karamel yang menyendiri sambil menyaksikan sepasang saudara itu dan bertanya-tanya mengapa ia tidak bisa mengalami hal ini dengan adiknya — keseruan anak-anak yang polos. Mereka bisa saja mendapatkan semua ini beberapa tahun lalu sebelum mereka diboyong ke Korea. Sebelum mereka diserang kenyataan. Mereka bisa saja mewujudkan satu atau dua mimpi mereka di Disneyland sebelum mereka diberikan begitu banyak mimpi buruk.
Sebuah tangan terkepal di dalam sakunya. Pemandangan monster-monster cilik ini membuatnya mual.