CANDU [END✔]

By Seiss_

45.4K 3.1K 89

GENIUS HIGH SCHOOL Myzenger Series #1 15+ (Banyak kata kasar bertebaran. Bijak dalam memilih bacaan gengs. Ka... More

Cast: Candu
Cast: Candu
Candu | Prolog
Candu | 1
Candu | 2
Candu | 3
Candu | 4
Candu | 5
Candu | 6
Candu | 7
Candu | 8
Candu | 9
Candu | 10
Candu | 11
Candu | 12
Candu | 13
Candu | 14
Candu | 15
Candu | 16
Candu | 17
Candu | 18
Candu | 19
Candu | 20
Candu | 21
Candu | 22
Candu | 23
Candu | 24
Candu | 25
Candu | 26
Candu | 27
Candu | 28
Candu | 29
Candu | 30
Candu | 31
Candu | 32
Candu | 33
Candu | 34
Candu | 35
Candu | 36
Candu | 37
Candu | 38
Candu | 39
Special Chapter: Suara Hati Neo
Special Chapter: Suara Hati Neo 2
Candu | 41
Candu |42| End: Penutup manis
Candu | Epilog
Candu| Bonus Chapter
Candu | Extra Part

Candu | 40

753 50 0
By Seiss_

Happy Reading~~

Now Playing | NCT U - My Everything

🐰🐰🐰
Kamu ngeselin karena ngangenin.

Seina Himeka Xaquila
🐰🐰🐰

"Udah dulu peluk-peluknya," kataku karena sedari tadi Neo tidak mau melepaskan pelukannya dariku. Dia harus minum obat.

"Masih kangen," balasnya sambil merengek malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Makan dulu terus minum obat. Ok?" bujukku.

"Habis itu peluk lagi ya," balasnya. Bayi besar satu ini memang sangat manja.

"Iya."

"Janji."

"Iya. Neo Ngeselin Antariksa," balasku gemas sambil memukul pelan dadanya.

"Emang aku ngeselin?" tanyanya yang sudah melepaskan pelukannya dariku.

"Banget," balasku sambil mengambil bubur yang ada di atas nakas. "Aaaa," kataku mengansurkan sesendok bubur ke depan mulut Neo.

"Bukannya ngangenin ya?" tanyanya sebelum membuka mulut.

"Ya itu. Kamu ngeselin karena suka buat aku kangen," balasku yang membuatnya tersenyum lebar.

"By, kok buburnya jadi manis ya?" tanya Neo padaku.

Aku mengerutkan kening. Masa bubur yang polos begini bisa manis. Aku mencobanya dan seperti bubur polos pada umumnya. Hambar.

"Nggak kok," kataku.

Neo terkekeh kecil. "Iya manis. Soalnya makan sambil liatin kamu," katanya yang berhasil membuatku tersipu.

"Kamu makan sendiri aja deh," balasku salah tingkah lalu meletakkan mangkok bubur di atas tubuh Neo.

"Suapin dong, sayang," pintanya yang sekarang sudah membuka mulut lebar-lebar.

Aku berdecak kemudian mengalah. Kembali menyuapi cowok itu. "By," panggil Neo.

Aku membalasnya dengan deheman tanpa berani menatapnya. Jantungku sangat berdegub kencang sekarang karena Neo menatapku lekat-lekat.

"I Love You," katanya yang terdengar manis ditelingaku.

"Makan lagi," balasku mengalihkan karena sudah sangat salah tingkah.

Neo terkekeh. "Cantik banget pacar aku," katanya sambil mengusap samping kepalaku.

"Kamu emang beneran sakit deh."

"Siapa yang bilang aku pura-pura, sayang," katanya gemas sambil memainkan pipiku.

Tubuh Neo menegak kemudian kedua telapak tangannya kini memegang kedua sisi wajahku. Menoel-noel kedua pipiku.

"Pipi kamu kok tambah tirus sih. Belakangan kamu jarang makan ya, By?" tanyanya.

Jawabannya adalah iya. Dan aku tidak akan menjawabnya begitu kalau tidak ingin mendapat ceramah panjang kali lebar dari Neo.

"Emang dari dulu begitu, gak ada yang berubah kok," balasku.

"Nggak. Nggak. Terakhir kali gak gini amat kok," katanya.

"Perasaan kamu aja kali," balasku.

"Ini sepertinya karena terlalu mikirin aku deh," gumamnya.

Dih. Pede banget. Tapi emang gak salah sih.

"Nanti aku ajak makan yang enak ya, biar pipinya Bubby aku gak tirus lagi," katanya sambil tersenyum hangat padaku yang membuatku sangat gemas dengan Neo sekarang.

"Iya. Kamu harus sembuh dulu," kataku.

"Udah sembuh kok," katanya. "Kan obatnya ada disini," sambungnya.

"Maksudnya aku?" tanyaku dengan tingkat kepedean yang entah darimana ku dapatkan.

Neo tertawa renyah. "Itu obat aku di atas nakas," balasnya sambil menunjuk nakas yang seketika membuatku mencebik. Memukul lengannya pelan. Ngeselin banget.

"Iya deh obatnya emang cuma Seina aja," katanya membujuk setelah tawanya redah.

"Dih," balasku.

"Gemes banget," katanya sambil terkekeh.

"ASTAGFIRULLAH. MATA GUE, JOK," teriakan tiba-tiba itu sontak membuatku terlonjak lalu menoleh ke arah pintu kamar Neo. Disana berdiri, Jouri, Azkara, Sakti, Ajan, Gentala, Ugo dan Abyaz berjejer sambil memandangi kami.

Mereka berjalan masuk. "Kirain lo sakit, Yo. Taunya lo lagi ngebucin," cibir Ugo yang kini sudah menyalakan playstation Neo.

"Ya elah, tau gitu gue gak usah repot-repot kesini," ujar Jouri.

"Siapa yang suruh kesini?" balas Neo geram.

"Gue kira lo sakit parah deh abis dihajar Gabrio," ujar Sakti sambil tertawa diikuti teman-temannya yang lain.

"Emang Neo habis dihajar Gabrio?" tanya Gentala yang sepertinya tidak tahu.

"IYA ANJIR. MANA GAK NGELAWAN LAGI," seru Azkara heboh sambil tertawa keras.

"Parah banget," sahut Jouri ikutan tertawa.

Seperti biasa Ajan adalah tim bengek yang sudah terpingkal-pingkal tertawa. Dia sampai menabok Sakti yang duduk di sampingnya.

"Heh, kalian ngomong kek gak ada gue aja anjir," kata Neo.

"Bagus dong kita ngomong depan lo," sahut Azkara tengil diikuti suara tawa yang lain.

Ugo dan Abyaz sudah fokus bermain mereka hanya ikut tertawa jika merasa lucu.

"Ngapain kesini sih?" tanya Neo jengah. "Ganggu!" sambungnya.

"Kita tuh perhatian, Yo. Sama teman yang habis ditonjok," ucap Jouri dramatis.

"Gue gak nyangka loh kalo Neo gak ngelawan sama sekali," sahut Ajan.

"Sok gentle dia," cibir Sakti.

"Yo, Yo," ucap Gentala sambil geleng-geleng masih terdengar tawa dari bibirnya.

Aku ikut terkekeh mendengar mereka. "Kamu kok ikutan ketawa sih, By," rengek Neo.

"Lucu aja, tawanya Ajan tuh nular banget," balasku jujur.

"Eh. Gak boleh gitu. Puji cowok lain di depan pacar sendiri tuh dosa," katanya.

"Emang iya?" tanyaku.

"Iyalah. Bahagianya sama aku aja ya," pintanya.

"Kamu mau bahagiain aku?"

"Maulah. Ayo kita bahagia bersama," jawab Neo yang membuat senyumku mengembang.

🐰🐰🐰

"Aduh, makasih ya Mbak Wika udah repot-repot banget bikinin kita minum," ucap Azkara saat Mbak Wika datang membawa minuman dan cemilan untuk mereka.

"Jadi gak enak kita," sahut Jouri.

"Yang ada kalian keenakan," sindir Neo tajam.

"Dih. Sensi banget sih orang sekarat," cibir Sakti.

"Biasalah," sahut Azkara yang kini sudah fokus dengan cemilan yang dibawakan Mbak Wika.

"ANJIR. GUE BARU SADAR," seru Jouri tiba-tiba sambil menutup mulutnya dengan mata terbuka lebar.

"Bikin kaget aja lo, Jok," kesal Ugo karena sempat terkejut dengan suara Jouri.

"Gue bener-bener gak nyangka, Yo," katanya yang kini menatap Neo sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Neo melempar Jouri dengan boneka kelinci kecil yang katanya selalu menemaninya tidur.

"Apasih," balas Neo greget.

Jouri menunjuk sebuah pigura besar yang terletak di atas Televisi. Pigura itu sangat besar dan aku juga baru sadar dengan keberadaan pigura itu.

"Anjir. Anjir. Anjir. Gede banget weh," seru Azkara.

Aku menoleh pada Neo, menatap cowok itu lekat.

"Kan aku udah bilang mau pajang foto kita di kamar," jelasnya.

Dalam pigura itu terdapat fotoku bersama Neo saat kami weekend di pantai bersama anak Myzenger. Neo memang mengatakan akan mencetaknya untuk dipajang di kamarnya tapi aku tidak menyangka kalau dia akan mencetaknya sebesar itu.

"Sebesar itu?" tanyaku sedikit syok karena foto itu di cetak sangat besar. Sekali lagi sangat besar. Lebih besar dari pigura foto pernikahan Jo Dan Tae dan Shim Suryeon di drama The Penthouses.

"Gak suka?" tanya Neo padaku.

"Suka-suka aja sih, tapi gak berlebihan?"

"Nggak kok. Malah kata Bunda kurang besar," balas Neo. "Apa perlu aku ganti yang lebih besar ya?" gumamnya.

"Gak usah. Gitu aja," sahutku cepat.

Neo terkekeh sambil mengusap kepalaku. "Oke. Nanti foto nikahan kita yang digedein ya?"

"BELAJAR DULU YANG BENER!" balasku ngegas.

"Iya, sayang," balasnya sambil terkekeh renyah.

"Kita kok udah kayak nyamuk ya," cibir Sakti.

"Iya anjir, capek gue," sahut Azkara.

"Capek? Istrahat lah," balas Ajan sambil tertawa. Walaupun tidak lucu Ajan selalu bengek. Memang humornya recehan.

"Yehh, gak gitu konsepnya," protes Azkara.

"Konsepnya tuh cuma punya pacar biar lo bisa rasain uwu-uwu," balas Jouri.

"Nah bener," sahut Ugo.

"Apalah dayaku yang dikejar-kejar sama cewek tapi...," ucapan Azkara terpotong.

"Tapi sukanya sama cowok," celetuk Sakti yang membuat Azkara menabok keras kepalanya sampai cowok itu meringis kesakitan.

"Anjing. Gue gak belok!" umpat Azkara.

"Heh. Mulutnya gak boleh kasar. Orang jomblo gak boleh ngomong gitu," sahut Ajan.

"Kayak lo punya pacar aja," balas Azkara.

"Punya dia," sahut Gentala yang membuat Azkara melotot.

"EMANG IYA? JADI GUE DOANG NIH YANG JOMBLO?" tanyanya ngegas.

Sakti menepuk-nepuk bahu Azkara. "Sabar ya, Az," katanya prihatin.

"Sialan!" umpat Azkara sambil misuh-misuh di lantai.

🐰🐰🐰

Ya ampun, Az. Wkwkwk. Demi apapun aku suka banget sama Azkara Hahahaha. Di real life pun dia selalu menjadi moodbooster buat aku bhahaha. Emang tengil sih tapi gak tau dia mood banget.

Aku update lagi nichh. Sebentar lagi ending yeheeee. Oh iya, besok aku bakal up Special Chapter. Tungguin ya. Ada yg nunggu gak sih wkwkwk.

Semoga suka yes, ajakin teman kelen ikutan baca.

Luv, Seiss♡

Continue Reading

You'll Also Like

10.3K 1.5K 62
*Publish: 25 Oktober 2021 *Ending: 31 Januari 2024 *Repair: 20 Februari 2024 *Completed repair: 1 April 2024 Jangan lupa Follow💐 NHS (Nea High Scho...
2.1K 482 34
Ini bukan tentang cowok dingin yang menjabat sebagai ketua geng terkenal. Ini juga bukan tentang gadis polos yang mendapat banyak respon kasih sayang...
1.9K 1K 10
Waktu kecil, saat bertemu tidak sempat berkenalan, sehingga salah satu dari mereka menghilang diam-diam. Kehidupan gadis itu berubah menjadi lebih ce...
Alice By HIATUS

Teen Fiction

761K 39.9K 31
"Detik ini, lo pacar gue."ucap Alex enteng. "HAH?!" "I'm yours and you're mine." Bagaimana perasaan kalian saat ada orang yang langsung menjadikanmu...
Wattpad App - Unlock exclusive features