Oekkk... Oekkk...
Seorang wanita berhati malaikat tengah menimang putri kecilnya. Tersirat aura kebahagiaan tiada tara saat memandang malaikat yang baru saja hadir dalam hidupnya.
"Mas, aku mau beri nama dia Theodora Grizelle Agatha, karena dia adalah anugerah terindah dalam hidup kita."
"Nama yang cantik. Aku setuju."
"Asyik! Berarti mulai sekarang Rayen punya adik perempuan!"
***
Pertemuan kala itu...
Ah, aku masih sangat kecil. Duduk dibangku kelas satu SMA dan usia yang masih terbilang belia, aku sudah merasakan degupan kecil saat melihatnya.
Kala itu mataku menangkap seorang laki-laki yang aku tebak bahwa dia satu pantaran denganku, entah apa alasannya tiba-tiba saja kakiku melangkah tanpa beban menghampirinya.
Sempat ragu setelah mencium bau alkohol yang cukup menyengat, lagi dan lagi aku dibuat bingung oleh tubuhku yang seolah tak memiliki rasa takut padanya. Terbukti, saat tanganku mulai memegang pundak laki-laki itu.
"Lo kenapa?"
Laki-laki muda itu mendongak dan menatapku dalam diam. Tidak munafik, detik itu juga aku mengakui bahwa dia sangat tampan. Juga, ada rasa aneh yang menjalar dalam dadaku. Seperti... Degupan jantung yang makin lama makin cepat.
"Bokap gue brengsek!"
Aku sempat terlonjak kaget mendengar penuturannya yang terdengar sangat kasar nan sarkas. Jujur saja, aku hidup dalam lingkungan keluarga dan teman yang sehat. Jadi wajar jika aku sempat terkejut mendengar kata-kata kasar walau itu bukan ditujukan untukku.
"Lo nggak takut sama gue?"
Aku kembali menaruh atensi pada laki-laki itu. Walau bau alkohol cukup membuatku mual, namun aku tetap berusaha menghargai laki-laki di depanku ini.
"Gue takut karena lo lagi mabuk. Tapi, disini sepi. Nggak ada orang lain selain gue yang mau bantuin lo."
Mata kita seolah saling mengunci. Menatap dalam-dalam tanpa ada niatan untuk memutus satu sama lain.
"Izel! Ayo pulang!"
Teriakan itu sangat familiar di telingaku. Secepat kilat aku menoleh dan berdiri dari tempatku berjongkok.
"Pulang sekarang ya, udara malem nggak baik." Selanjutnya aku melepas syal yang melingkar di leherku.
Aku pasangkan syal itu ke lehernya, mengelus pucuk kepala laki-laki itu, lalu melambai dan setengah berlari menuju cafe tempat kakakku meeting.
Hingga saat aku telah benar-benar pergi, aku baru menyadari satu hal...
Sepertinya aku suka dia. Apa mungkin dia cinta pertamaku?
***
"Cinta pertama
bahagia saat dirasa, sulit untuk dilupa,
dan indah pada waktunya."
***
Welcome to my story, semoga kalian enjoy bacanya!
🤗🌙