Ketiga pria yang sepertinya adalah kakak kelas dari (Y/N) berjalan mendekatinya dan mulai memukul lengan nya, yang satu nya menendang kaki nya dengan tertawa, lalu yang ketiga menjambak rambut (Y/N), dia mencoba melawan dan mencakar tangan yang menjambak rambut nya tapi malah salah satu dari mereka menarik tangan (Y/N) kebelakang hingga terdengar suara.
Krekk
(Y/N) sudah terkulai lemas dibuat nya, dia hanya terisak diantara tawa mereka yang mulai menendang-nendang tubuh nya.
'Aku tidak pernah punya salah dengan mereka kan? Apa yang membuat mereka membenci gadis tak bertalenta seperti ku? Ingin kubalas. Kalau saja, kalau saja aku tidak semalas ini' batin (Y/N), Kesadaran nya perlahan menghilang.
Hari sudah berganti menjadi sore, (Y/N) terbangun dari tempat nya pingsan tadi, otak nya masih memproses apa yang terjadi. Dengan langkah tertatih tatih dia terus memaksakan kaki nya untuk berjalan.
"Apa mereka sudah makan? aku telat bekerja... " Gumam nya.
Tok... Tok... Tok...
"Uhukk... Uhukk hoekh!...hah~"
Selesai mengetuk pintu beberapa kali (Y/N) kemudian mengeluarkan isi perut nya di halaman depan, sekarang perut nya terasa sangat sakit.
"Nak... Apa kamu tidak papa? Kenapa? Astaga.. Bajumu! Kau berkelahi lagi hah? Dasar anak nakal! Kau ini lelaki atau perempuan hah!? Sini! " ibu menyeret (Y/N) masuk kedalam rumah lalu mengguyur nya dengan air di kamar mandi.
"i'm sorry mom" hanya itu yang di ucap kan (Y/N), orang tua nya sibuk dengan pekerjaan mereka untuk membiayai sekolah (Y/N), mereka tidak tau mengenai anak nya di sekolah, (Y/N) selalu bilang dia berkelahi agar terlihat tidak lemah didepan nya, tapi sebalik nya orang tua nya malah menjadi kasar kepada (Y/N).
Lebam yang belum sembuh sudah di isi lebam yang baru lagi.
(Y/N) termenung di kamar nya, meringkuk di bawah beralaskan lantai yang dingin.
"Tidak akan pernah berubah, setiap hari nya.... Selalu...Sama"
Brakk!!
(Y/N) tersentak dari tidur nya mendengar dobrakan pintu yang dilakukan ayah nya.
"APA YANG AYAH DENGAR HAH!? MENCARI MASALAH LAGI!? BELUM PUAS KAU KU PUKUL (Y/N)(L/N) !?" Bentak ayah nya yang mulai naik pitam, melepas sabuk nya dan menjambuk kulit memar (Y/N) yang masih sakit dengan sabuk dengan ujung besi yang merobek dan mengoyak kulit nya.
'Apa aku akan mati? ' (Y/N) sudah pasrah, tidak perduli dengan masa depan yang semu dan mulai terjatuh dan menutup mata tamat. //plak. G.
===============================
"(Y/N)!(Y/N)! SEKOLAH YOK! AYO BANGUN! KEBO" terdengar suara teriakan cempreng yang tak asing bagi nya, suara yang membuat nya memiliki secercah harapan.
Dia mulai membuka mata nya, cahaya dari jendela menusuk mata nya.
Dia tidak bisa bergerak dari tempat nya, tubuh nya mengalami lumpuh sesaat karena luka luka yang mulai membengkak.
Akhir nya (Y/N) terpaksa tidak menjawab suara itu, dia tau orang tua nya sudah kembali berkerja tanpa melihat dirinya terlebih dahulu, dan disatu sisi dia tidak mau merepotkan teman nya dan membuat nya khawatir.
"Maaf Feyy" cairan bening itu merembes keluar dari mata bengkak nya untuk kesekian kali nya.
Suara dari luar sudah berhenti, menandakan orang itu sudah pergi.
Beberapa jam setelah itu (Y/N) memaksakan tubuh nya untuk berdiri, karena dia tidak masuk sekolah jadi (Y/N) memutuskan untuk mengisi perut nya yang belum makan semenjak istirahat sekolah kemarin.
Karena tidak ada makanan terpaksa dia harus memasak nasi goreng dan telur dengan bahan seadanya.
Kryuk~
"akh... Sebentar lagi, sabar sedikit (Y/N)" tangan ringkih nya menyentuh perut yang masih terasa sakit luar dan dalam itu.
Setelah menghabiskan makanan nya (Y/N) memutuskan untuk menonton tv, berita hanya menayangkan kejadian pembunuhan yang berada di beberapa blok dari apartemen nya.
"Cih.. Jika mau bunuh seseorang, bunuh saja diri ku. Pembunuh bodoh" geram nya.
Kring!! Kring!!
Suara dering ponsel berbunyi, tangan (Y/N) dengan cepat menyambar ponsel yang tergeletak di meja melihat siapa yang menelefon nya.
"Ya? Hallo Feyy, maaf ak-"
"Maaf ini dengan pihak sekolah, saya bu Reina kepala sekolah SMA Felicia Wilson" ucap suara di seberang sana, (Y/N) sangat bingung dibuat nya, mengapa ponsel Felicia dipegang kepala sekolah?, dan kenapa dia menelepon nya? Apa Felicia dan dia membuat kesalahan? Dan banyak lagi pertanyaan di benak nya.
"Anda masih disana? " suara itu membuat nya terjengit.
"Y-ya, memang ada apa bu? "
"Felicia Wilson mengalami kecelakaan dan mengalami luka yang cukup serius, tenang kami sudah melakukan yang terbaik. Jika anda punya nomor orang tua nya tolong sampaikan, karena di ponsel nya saya hanya mendapat nomor anda" (Y/N) masih membeku, matanya terbelak tak berkedip, bibirnya bergetar. Dia tidak percaya dengan apa yang terjadi, bagaimana bisa? Bagaimana mungkin? Itu isi pikiran nya.
"Dimana.. Dia" ucap nya kemudian dengan nada yang dipaksakan.
"Rumah Sakit *****"
Tut!
Sambungan kemudian di putus oleh pihak (Y/N), tubuh nya yang masih sakit parah digunakan nya untuk berlari kearah pintu kamar dan mengambil jaket dan pergi tanpa menutup pintu.
"It is okay. everything will be fine, right? " Tubuh nya berlari menerjang rintik air hujan yang turun di musim penghujan seperti ini.
Maski ada kendaraan dia lebih memilih berlari, dia tidak suka menunggu kemacetan dan apapun itu, tujuan nya adalah teman yang sudah di anggap nya sahabat itu lebih penting dari apapun.
"Kenapa... KENAPA KAU CUMA MENYIMPAN NOMOR KU BODOH! Hiks.... K-ku bilang.... SUDAH KU BILANG JANGAN TERLALU MENGANDALKAN KU! hwaa.... Aaa...... Bodoh! Tidak apa-apa kau akan sembuh! Akan ku pastikan" teriak (Y/N) dengan isakan kecil, orang-orang yang melalui nya melihat nya dengan tatapan beragam.
(Y/N) POV.
Brakk!
"FEYY! " teriak ku saat memasuki ruang rawat Felicia dengan keadaan basah.
"Tenang lah nak, d-dimana orang tua nya? " tanya dokter perempuan itu pada ku, aku yang tidak tahu menahu tentang kehidupan Feyy hanya bisa menjambak rambut.
"baiklah-baiklah... Tenang, mari keruangan saya" dokter menuntun ku keruangan nya dan menjelaskan apa yang di alami Feyy.
"Tulang belakang nya retak. Dari pengamatan saya, ini adalah kasus pembunuhan. " lidahku tercekat mendengar nya. Siapa? Siapa yang ingin membunuh gadis sebaik dia?.
"Dia terjatuh dari ketinggian, mungkin... Mungkin kamu harus memberitau orang tua nya nak, biar mereka yang mengurus. " aku yang masih tidak bisa berkata hanya mengangguk.
Aku mendudukan diri didepan kamar inap nya, kulihat dari kaca dia tertidur dengan sangat nyenyak dengan perban yang membalut kepala nya.
"Siapa yang melakukan ini Feyy" lirih ku, kemudian hal yang mengejutkan terjadi, kepala yang sedari tadi menghadap keatas tiba-tiba menoleh kearah ku dengan cepat sambil membelak kan mata, aku cukup terkejut untuk itu, lalu kulihat bibirnya bergerak seperti mengatakan sesuatu.
Setelah kuamati, bibir nya mengucap kan sebuah nama, Selena.
Anak geng itu, tidak ada kapok nya.
Akan ku buat mereka menyesali perbuatan nya untuk mu Feyy.
Aku melihat nya kembali dan memberikan senyum ku, dia kembali memejamkan matanya.
Aku berjalan keluar dari rumah sakit itu dengan penuh ambisi dan dendam.
(Y/N) POV END.
Dirumah yang megah nan mewah terlihat sosok gadis cantik yang tengah menyisir rambut nya.
Dengan bersenandung kecil dia mengembangkan senyum jahat nya.
"Hari ini anak itu sudah mendapat pelajaran nya hahahaha" Gadis itu tersentak dari acara menyisir nya mendengar pintu tertutup kencang.
Brakk!!
"A-ah!? Siapa disana!? Yang sopan dong, atau kupecat kalian! " sungut gadis bernama Selena itu dengan kembali menghadap cermin.
Tak!
Sisir itu jatuh, lepas dari genggaman sang empu.
Selena melihat seperti seorang gadis yang menutup tubuh nya dengan kain hitam panjang yang membalut tubuh nya hingga menyerupai jubah.
"SIAPA KAU!! " Selena berbalik dan dihadiahi pisau yang masuk kedalam mulut nya.
"Ini. Aku. " ucap suara lirih nya.
"(Y-akhhkk... " (Y/N) terus mengobrak abrik isi mulut Selena sampai tenggorokan nya dengan pisau.
"Jangan. Sebut. Namaku. Dengan. Mulut. Kotor. Mu" Ucap (Y/N) dengan penekanan disetiap katanya, mata nya menatap Selena dengan tatapan benci dan bengis tak lupa seringai keji yang membuat nya merasa di cincang bagai daging babi.
"Everything. will. be. fine. " (Y/N) mendekatkan wajah nya didepan mata Selena yang terbelak dengan mulut sampai leher belakang yang tertembus pisau nya.
"Kau. Akan. Selalu. Mengingat. Tatapan. Mataku. Ini. Sampai. Kau. Mati. " tawa nya lepas mengiringi kematian Selena di tangan nya.
================================
"Kami mengabarkan, telah terjadi pembunuhan di rumah mewah blok 5. Anak pengusaha itu menghilang tanpa jejak seperti di telan bumi, hanya menyisakan darah yang menggenang di kamar nya.
Darah nya sudah melalui tes dan hasil nya benar saja, itu adalah darah anak pengusaha itu, lalu kemanakah tubuh nya? Siapa yang membawa nya? Siapa yang mencuri nya? "
"Meresahkan, ya? " tanya seorang laki-laki dengan seringai bengis nya kepada teman nya yang duduk di sebelah nya.
"Kau berbicara dengan ku? " tanya bocah yang masih asik bermain game.
"Dasar anak haram" umpat lelaki itu.