Will Not Erase You

Por ZahraYulianti3

446 337 163

(Revisi Setelah Tamat) Follow dulu dong sebelum baca hehe.... -Will Not Erase You- "Bolehkah aku berharap l... Más

Prolog
Chap 01
Chap 02
Chap 03
Chap 04
Chap 06
Chap 07
Chap 08
Chap 09
Chap 10
Chap 11
Chap 12
Chap 13
Chap 14
Chap 15
Chap 16
Chap 17
Chap 18
Chap 19
Chap 20

Chap 05

28 27 4
Por ZahraYulianti3

Awa menghela napas sebentar kemudian membuka pintu bernuansa putih di depannya. Sial, jantungnya lagi-lagi berdetak ketika melihat Adam tengah bersandar di kepala ranjang sembari menutup mata. Awa tahu kalau Adam pasti tidak sedang tertidur. Mengambil napas sejenak sembari melangkah mendekati ranjang tersebut bersama dengan nampan yang kedua tangannya pegang.

"Hmm... Kak Adam" panggil Awa pelan.

Adam membuka matanya, meski ia tidak bisa melihat Awa tapi ia tahu kalau gadis itu sekarang berdiri di sampingnya.

"Aku bawa makanan yang sudah Bi Minah siapin. Gimana kalau kak Adam makan dulu?" Kata Awa yang langsung saja di tanggapi Adam dengan memperbaiki posisi duduknya.

Awa tersenyum sembari meletakkan nampan berisi piring dengan makanan serta air dalam gelas bening itu ke atas meja samping ranjang. Kemudian ia bergerak menduduki sebuah kursi yang sudah ia posisikan tepat di samping Adam.

"Aku mau nanya, kak Adam seharian ini ngapain aja?" Tanya Awa mulai berbasa-basi. Soalnya ia paling tidak suka dengan yang namanya canggung.

"Nggak ngapa-ngapain" balas Adam sembari menerima suapan yang Awa berikan.

Awa mengangguk mengerti. Melihat Adam yang makan dengan lahap dan menerima suapannya entah kenapa membuatnya merasa sedang terbang sekarang. Adam itu baik meski kadang judes dan jutek menanggapinya. Awa tahu kalau Adam itu butuh perhatian makanya ia berada di sini. Awa juga tahu kalau Adam kini sudah berusaha menerima kehadirannya di sisi cowok itu. Meski ia belum tahu, seperti apa perasaan Adam padanya.

Butuh sekitar lima menit hingga makanan yang Adam makan kini sudah habis. Awa kembali meletakkan piring kosong itu ke atas nampan makanan kemudian memberikan segelas air minum pada Adam yang langsung saja di teguk setengah oleh lelaki itu tentu saja berkat bantuan darinya.

"Ini masih jam lima sore, kak Adam mau tidur apa gimana?" Tanya Awa.

"Gue baru aja habis makan dan lo bilang gue mau tidur?" Balas Adam mendengus kecil.

Awa gelagapan "Bu-bukan begitu. Kan aku nanya aja, siapa tau kan kak Adam langsung mau baring" balas Awa.

"Lo mau gue kembung?"

Awa mendengkus. Kehabisan kata-kata dia "aku kan cuma nanya"

Adam hanya bergumam namun dalam hati ia tertawa, lucu juga mengerjai gadis di sampingnya. sementara Awa membantu meletakkan selimut Adam hingga sebatas perut atletis cowok itu.

"Kak Adam aku boleh nanya sesuatu nggak?" Tanya Awa sembari menatap Adam dalam.

Adam mengangguk "Hm"

"Kak Adam pernah pacaran?" Tanya Awa entah sadar atau tidak membuat Adam sedikit terdiam.

"Kenapa lo nanya gitu?" Adam bertanya balik.

"Ya mungkin aja kak Adam pernah pacaran. Soalnya siapa sih yang gak mau sama kak Adam, udah ganteng... tajir.... pintar.... baik lagi" ucap Awa tanpa sadar tersenyum malu-malu.

Sejenak Adam merenung "Kenapa lo cuma sebutin kelebihan gue?" Adam tersenyum pahit "Padahal gue masih punya kekurangan"

Awa balik terdiam. Ia menatap Adam sendu yang saat ini tengah menatap ke depan kosong. Entah serangan dari mana pula ia menggenggam tangan Adam yang bebas di depannya. Awa menggam tangan itu dengan kedua tangan mungilnya.

Adam tersentak. Seperti ada sengatan listrik kala tangan halus itu menyentuh tangannya. Adam berdehem singkat, namun juga tidak melepaskan genggaman tangan Awa padanya.

"Kak Adam bagaimana pun selalu terlihat sempurna. Aku tahu kak Adam punya kekurangan, karena semua manusia itu pasti punya kekurangan sama seperti aku juga. Kak Adam tidak perlu berkecil hati, akan ada banyak gadis yang mengantri kalau saja mereka tahu seperti apa sosok asli kak Adam" jelas Awa.

"Tapi mereka bakal mundur kalau melihat keadaan gue" balas Adam membuat Awa merasa sesak seketika.

"Tapi aku tidak. Melihat kekurangan kak Adam, entah kenapa aku suka.... kak Adam terlihat berbeda dengan cowok lain. Meski kak Adam sering kali cuek dan dingin nganggepin aku. Tapi aku tetap merasa senang, aku senang bagaimana kak Adam berbicara. Bagaimana kak Adam tersenyum meski tipis. Melihat kak Adam, entah kenapa aku seketika merasa damai"

Sayangnya, kalimat itu hanya bisa Awa tahan. Ia tidak mungkin mengatakan hal tersebut di saat dirinya baru saja hadir dalam hidup cowok itu.

"Mungkin juga tidak kan? Mungkin saja mereka bakal menerima setiap kekurangan kak Adam" ucap Awa tersenyum simpul "Sama seperti aku, yang akan menerima kak Adam bagaimana pun sosok kak Adam" lanjutnya dalam hati.

"Hm, gue harap seperti itu"

Hanya itu yang Adam balas. Awa menghela napas. Sadar akan sesuatu, Awa langsung saja menjauhkan tangannya dari tangan Adam. Aishh... kenapa juga ia harus mellow seperti tadi sih?

"Ma-maaf kak, tadi refleks megang tangan kak Adam" kata Awa merutuki sikap bodohnya.

Adam hanya mengangguk singkat.

"Hmmm.... mau aku nyanyikan lagu kak?" Tanya Awa membuat Adam menggeleng pelan.

Awa mengerucutkan bibirnya "Kok gitu sih, padahal kan suara aku bagus" kata Awa merasa tidak terima.

"Suara lo bagus"

"Terus?"

"Terlalu bagus buat gue yang biasa aja"

Jawaban yang cukup ambigu bagi Awa dan membingungkan bagi pembaca.

"Apaan sih, gak jelas!" Ketus Awa.

●●●●●

Setelah kembali dari kediaman Pratama, kini Awa sudah berada di rumahnya. Ia duduk di atas sofa empuk yang terletak di sudut ruang santainya. Mengambil napas pelan seraya memijat keningnya.

"Masih muda udah pusing aja gue" gumam gadis itu.

Awa mendengkus kala ponsel yang ia letakkan di atas meja berbunyi menandakan sebuah panggilan masuk dari kontak yang ia beri nama 'Wiwi gombel' tersebut.

Dengan malas, Awa menekan tombol hijau yang berarti menerima panggilan telepon itu "Apaan?" tanya Awa to the point.

Bukan apa, ia hanya merasa sangat lelah makanya ia berniat untuk langsung beristirahat malam ini. Tapi Wiwi? Malah menelepon nya di saat seperti ini? Ck!

"Gitu amat lo balasnya" suara dari seberang sana terdengar.

"Bodo amat, emang ngapain lo nelpon gue malam-malam begini? Gue udah mau tidur padahal" kata Awa sayup-sayup karena mulai merasa mengantuk.

"Aelah... baru jam berapa udah mau tidur aja lo yah"

"Ck, emang lo mau ngapain sih? Besok aja di sekolah, gue capek pengen bocan" balas Awa.

"Tunggu napa! Gue mau nanya sesuatu ini"

"Sesuatu apaan?" Tanya Awa berdecak kesal. Basa-basi sekali temannya yang satu ini.

"Besok lo ada waktu nggak?" Tanya Wiwi.

"Buat apa emang?"

"Enggak, gue mau mintol temenin gue ke gramedia besok. Si Rara ada acara keluarga, kalau Kiki lagi sibuk ngurusin adeknya makanya gue gak bisa minta tolong ke mereka. Kalau lo sendiri, ada waktu nggak?" Tanya Wiwi.

Awa terdiam, kemudian berpikir sejenak.
"Gak ada, besok gue banyak kerjaan. Gimana kalau hari kamis aja?" Tanya Awa mengingat kalau kamis nanti, ia banyak memiliki waktu luang untuk beristirahat. Karena katanya, setiap kamis om Johan selalu menghabiskan waktu untuk Adam. Mau itu membantunya tidur, memberinya makan, atau pun menghiburnya.

Awa tersenyum. Om Adam memang tipe ayah idaman. Sama seperti Ayahnya yang benar-benar memberikan perhatian khusus padanya.

"Wa! Lo masih di sana kan?" Terdengar dari seberang sana Wiwi bertanya yang berhasil mengalihkan pikiran Awa.

"Eh iya, gue ada waktu kamis nanti. Lo bisa kan kalau kita ke gramedia nya hari kamis?" Tanya Awa.

"Yaelahh... itu mah sama aja, si Rara sama Kiki pasti udah gak sibuk lagi"

"Yaudah, lo mintol ke mereka aja. Jangan ke gue" balas Awa.

"Dih...... baperan lo! Yaudah gini aja, nanti hari kamis sekalian kita pergi ke gramed nya berempat, gimana?"

Awa tersenyum kemudian mengangguk semangat meski Wiwi tidak akan bisa melihatnya "Wahh... ide yang ba-"

"Yaudah, bayy"

Tutt...

Awa mengernyit bingung menatap layar ponselnya. Tidak lama kemudian ia berdecak sebal "Gitu doang? Anjir! Bikin kesel aja tuh bocah" kesal Awa melempar ponselnya ke atas sofa empuk di depannya. Ya kali dia lempar ke lantai, bisa berabe kalau hp nya rusak.

●●●●●

Pagi menjelang, Awa memasuki kelasnya seperti hari-hari biasanya. Tapi ada yang berbeda, kali ini ia ia menguncir kuda rambutnya tidak seperti hari biasa di mana rambutnya selalu ia gerai bebas. Memasuki kelasnya dengan sedikit lesu karena semalam ia tidak bisa tidur akibat suara keran air dalam kamar mandinya yang terus saja berbunyi karena rusak.

Awa benar-benar bingung, bagaimana caranya ia memperbaiki keran air nya kalau uangnya saja kini sudah habis. Membuang napas sejenak sembari menduduki bangku miliknya yang terletak di barisan kedua samping jendela yang langsung mengarah ke taman sekolah.

"Pagi Awaaaa" sapa Rara yang baru saja menduduki bangku tepat depan Awa.

Di sekolah ini memang setiap bangku di isi oleh perorangan. Makanya tidak ada meja atau pun bangku yang bersampingan, atau lebih tepatnya setiap bangku dan meja di beri jarak minimal satu langkah kaki manusia.

"Pagi" balas Awa lemas.

Rara mengernyit "Kenapa lo? Lesu banget dah pagi-pagi"

Awa membuang napas pelan "Gue nggak bisa tidur semalam, keran air di rumah gue rusak makanya bunyi terus" kata Awa.

Rara mengangguk mengerti "Kenapa nggak lo suruh aja orang baikin keran air lo?"

"Ya kan itu karena gue gak pu-"

Awa terdiam, ia menjeda ucapannya. Tidak mungkin ia megatakan kalau dirinya sudah tidak memiliki uang. Kalau sampai itu terjadi, sudah di pastikan Rara akan memaksa meminjamkan uang padanya. Padahal Awa tidak mau menyusahkan orang. Seperti bagaimana orang-orang dulu mengatakan kalau dirinya itu menyusahkan.

"Eh... gue gak punya kenalan perbaikan keran air hehe" lanjut Awa kikuk.

Rara mendengkus "Kirain apaan! Ya... lo bisa minta bantuan bang Eza aja, lo tau dia kan? Orang yang selalu di pekerjakan di rumah gue kalau keran air rumah gue rusak?"

Awa mengangguk.

"Nah... gue bisa aja bilang ke dia kalau keran air rumah teman gue rusak. Mungkin, bang Eza bisa bantu" kata Rara menawarkan.

Awa nampak berpikir. Dia bisa saja menerima tawaran itu, tapi di sini masalahnya adalah dia tidak mempunyai uang.

"Gak usah deh, nanti gue minta bantuan tetangga aja" kata Awa tersenyum manis.

"Bener?"

"Ya bener lah, masa boong" balas Awa meyakinkan.

Tidak terasa, beberapa teman kelasnya pun sudah berdatangan satu persatu. Hingga bel pelajaran pertama berbunyi yang menandakan jam pelajaran pertama di mulai.

●●●●●

"Wa!"

Awa menoleh ke ambang pintu di mana teman sekelasnya yang bernama Kia meneriaki namanya.

"Ada yang cariin lo nih!" Balas Kia lagi.

"Sia-"

Baru saja Awa ingin menanyakan siapa yang mencarinya, Kia sudah melesat meninggalkan kelas begitu saja. Entah kekuatan dari mana, Kia bahkan sudah hilang di pandangannya dalam satu kedipan. Awa tentu tahu alasannya, pasti karena Kia yang sudah kelaparan makanya terburu-buru seperti itu.

Awa menggeleng tidak habis pikir. Ada-ada saja teman kelasnya itu, pikirnya.

"Lo mau kemana? Ini tugasnya belum selesai anjir, lo udah mau ke kantin? Tungguin kita napa!" Seru Wiwi menatap Awa yang sudah beranjak dari duduknya.

Memang mereka sedang mengerjakan tugas Matematika. Bu Hikmah selaku guru Mapel Matematika menegaskan kalau tidak ada satu pun murid yang boleh ke luar main jika tugasnya belum selesai juga. Makanya, Wiwi nampak begitu tergesa-gesa bertanya kala melihat Awa yang berdiri dari duduknya. Tentu saja Wiwi berpikir Awa akan kabur atau apa, ia juga tidak mau ketinggalan ke kantin. Kalian pasti tau lah tabiat Wiwi seperti apa. Tanpa kantin, hidupnya terasa hampa di sekolah.

Awa mendengus "Lo nggak dengar tadi Kia bilang kalau ada yang cariin gue?" Tanya Awa.

Wiwi terdiam nampak berpikir sebentar "Iya juga yah..."

Awa menggeleng heran kemudian berniat kembali melanjutkan langkahnya.

"Eh, tapi lo jangan kabur yah.... maksud gue lo jangan ke kantin duluan. Nggak solid tuh namanya kalau lo udah nangkring di kantin" kata Wiwi memperingati.

Awa hanya menganggukkan kepalanya, kemudian kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda tadi.

"Aelah Wi, ya jelas lah Awa gak bakal kabur. Orang dianya aja belum selesai. Di sini tuh, seharusnya lo juga cepat-cepat kerjain tugasnya. Jangan salahin kita kalau entar lo di tinggal sendiri. Kita aja udah nomor lima, lah elo? Masih nomor tiga" nyolot Kiki membuat Wiwi memanyunkan bibirnya. Sadar kalau ternyata di antara teman-temannya hanya dirinya yang masih di nomor tiga.

"Mampus lo!" Sembur Rara kemudian tertawa jahat.

"Dih, setan nggak usah ikut campur" balas Wiwi kembali melanjutkan acara menulisnya membuat Rara melotot tidak terima karena Wiwi secara terang-terangan sudah menyebutnya setan.

"Udah...udah... kalian berdua cepat kerjain, biar nanti kalau Awa balik tinggal nungguin dia aja" potong Kiki melerai ketika melihat Rara hampir saja memaki-maki Wiwi.

"Nggak bakal kelar kalau mereka lanjut kelahi" gumam Kiki mendengus.

●●●●●

Awa POV

Aishh... nggak ada orang lain apa yang manggil aku? Kenapa harus makhluk seperti Guntur sih yang di maksud Kia? Aku benar-benar capek ladenin nih bocah. Tapi...... soal kejadian kemarin waktu Guntur langsung pergi gitu aja pas dengar aku bilang kalau gak pernah ngarepin dia, kok aku masih merasa bersalah ya, meski pada kenyataannya memang aku tidak mengharapkannya.

"Ngapain lo manggil gue?" Tanya ku langsung, tanpa berbasa-basi.

"Lo udah lihat postingan kemarin?" Tanya Guntur.

Aku sedikit terdiam. Berusaha mengingat postingan yang di maksud oleh Guntur. Ah! Ternyata postingan jelek itu yah.

"Hm, gue udah liat. Kenapa?" Tanya ku kembali.

"Mereka semua berpikir kalau kita pacaran"

"Ya terus?" Tanya ku jengah.

Nih cowok gak bisa apa kagak usah basa-basi. Capek juga aku lama-lama berdiri terus. Mana di kepala ku cuma mikirin tugas yang Bu Hikmah kasih lagi.

"Gimana kalau kita pura-pura pacaran aja?"

WHATT?! Guntur udah gila apa nih? Ngapain coba nanya gitu yang jelas-jelas dia udah tau jawabannya. Ya pasti lah aku gak bakal terima. Ya kali aku pacaran sama Guntur. Bisa gila aku lama-lama.

"Sori, gue gak mau" balas ku final, kemudian berniat untuk kembali masuk ke dalam kelas.

Tapi....

Greppp...

Gu-Guntur tiba-tiba menarik dan memelukku?

Whatthef***

●●●●●

Jangan lupa tekan tombol bintang yah manteman...

Maaf kalau ada typo, makasih...

Enjoy terus dan sampai jumpa :)


Seguir leyendo

También te gustarán

48.4K 1.9K 40
Cinta. Hal itu adalah hal yang paling tidak dipahami dan tidak dimengerti oleh dua sosok yang hidupnya tidak pernah dihampiri dengan cinta, dua sosok...
9.6M 413K 65
PART LENGKAP! Terbit : Momentous Publisher Zara memberontak, namun yang didapatkan adalah dorongan keras dan punggungnya hingga membentur tembok. Sat...
56.8K 1.9K 30
[ TAMAT ] Aku berharap suatu saat nanti kamu akan membalas perasaanku. Menunggumu sama halnya dengan menunggu bintang jatuh. Bisa terjadi ataupun tid...
3.4M 242K 58
#2 in Teenfiction [29/12/2020] "Lo tau nggak gimana rasanya ditinggal waktu lagi sayang-sayangnya?" "Rasanya berjuang tapi malah disia-siain?" Apakah...
Wattpad App - Desbloquea funciones exclusivas