Happy Reading!
***
Dirga memegang bahu Kinan yang jalan di sebelahnya karena tidak memperhatikan jalan. Perempuan itu terlalu sibuk dengan ponselnya membuat lelaki yang berjalan di sebelahnya harus siap siaga menjaganya supaya tidak meleng.
Hari ini Kinan merasa senang sekali. Dirinya sudah baikan dan tidak ada yang salah dengan tubuhnya. Ia sudah bisa masuk perkuliahan seperti biasanya setelah beberapa hari ijin tidak masuk karena sakit. Bahkan saking senangnya, perempuan itu harus membalas satu persatu pesan yang masuk di ponselnya yang menanyai keberadaan dan kondisi perempuan itu tanpa memperhatikan jalannya.
Ia tambah senang lagi karena ada Dirga di sisinya. Ya, Kinan selalu senang jika berada di dekat Dirga. Ia akan dengan senang hati mengikuti lelaki itu kemanapun ia pergi. Tidak segan-segan Kinan akan menjadi benalu- ah bukan, melainkan bunga anggrek yang akan menempel selalu pada inangnya. Bahkan, Dirga sendiri juga yang mengatakan bahwa Kinan boleh terus ada di dekatnya, mengikutinya, dan bersamanya.
Ya, Kinan harus tetap ada di sekitar Dirga, karena menurutnya perempuan itu ceroboh dan butuh perhatian ekstra. Seperti sekarang, jika Dirga tidak segera menarik Kinan ke dekatnya dan meluruskan langkah perempuan itu yang meleng, bisa saja Kinan masuk parit yang berada di pinggiran koridor kampus.
"Nggak bisa mainan HPnya nanti aja, Ki?"
Kinan tidak bersuara. Perempuan itu menjawab dengan gelengan kepala, masih sibuk menekan layar ponselnya dengan asyik. Sedangkan Dirga yang berjalan di sebelahnya hanya menggelengkan kepalanya.
Dirga menarik lengan Kinan cukup keras karena perempuan itu hampir saja jatuh ke selokan di sekitar teras kampus. Jika Dirga tidak cekatan menahan Kinan, enatah bagaimana nasib perempuan itu.
"Sini HP-nya aku yang simpan." Dirga langsung merebut ponsel Kinan dan menyimpannya dalam saku jaket. Ia kemudian berajalan beberapa langkah mendahului Kinan yang sekarang sedang mencebikkan bibirnya tidak terima karena ponselnya dirampas.
"Ih, Dirga. Aku tadi masih chat-an sama temen-temen sekelas! Balikin dong!"
"Kamu jalannya meleng terus kalau sambil mainan HP, Ki. Udah kita jalan dulu yang bener. Nanti kalau udah sampai Perpustakaan, aku kasih HP kamu lagi."
Meskipun Kinan tidak setuju, tetapi perempuan itu tetap menurut dan berjalan bersisihan dengan Dirga. Bahkan tangan perempuan itu tidak segan menggandeng sebelah lengan Dirga.
"Kita gandengan aja biar aku bisa satu tujuan sama kamu. Iya, nggak?"
Dari kejauhan, Lala tidak sengaja melihat interaksi Dirga dan perempuan yang tidak ia kenal. Dari pandangannya, mereka cukup dekat jika hanya dikatakan sebagai seorang teman. Mungkin saja perempuan yang menggandeng lengan Dirga itu adalah pacarnya. Siapa yang akan beranggapan bahwa Dirga masih sendiri setelah cukup lama lelaki itu memutuskannya? Lagipula di kampus ini tentu saja banyak yang menyukai lelaki itu. Memiliki wajah tampan, tubuh tinggi tegap, bahkan sekali kedip pun Lala yakin akan ada lebih dari 3 orang mahasiswi di sini yang menaksir Dirga.
"La?" Mahesa yang berdiri di sebelahnya menyentuh pelan tengan Lala yang tanpa perempuan sadari telah mengepal.
"Eh, iya?" Lala langsung menolehkan kepala dan tersenyum kecil.
"Yuk, saya laper." Tangan Mahesa menggenggam telapak tangan perempuan itu dan menggandengnya sepanjang koridor menuju Kantin.
Langkah demi langkah, Dirga dan Lala semakin dekat. Lelaki itu masih belum menyadari keberadaannya, tapi Lala tidak bisa berhenti melihat ke arah Dirga yang sedang asyik berbincang dengan perempuan di sebelahnya. Seberapa keras perempuan itu menyangkal, nyatanya sang pemilik hatinya masih sama. Ia tidak bisa mengelak jika hatinya masih berdebar setiap kali melihat senyuman itu. Senyuman yang meski bukan untuknya.
Tiba-tiba saja mata mereka bertemu. Dirga terlihat terkejut melihat Lala di depannya bersama seorang lelaki muda tampan dan berwibawa. Ia memelankan langkah sampai akhirnya berhenti demi untuk melihat Lala dengan lelaki lain itu. Suhu panas dalam dada Dirga tiba-tiba saja meningkat. Giginya bergemeletuk tidak suka melihat kedekatan keduanya. Tapi ia bisa apa? Di sisi sinipun ia tidak bisa berbuat banyak
"Ga? Ayuk, katanya mau ke Perpustakaan?"
Setelah Lala dan lelaki yang membuat darahnya mendidih itu melewatinya, Dirga menarik napasnya dalam. "Kita ke Kantin, ya? Aku tiba-tiba laper."
"Loh? Heh? Tadi, kan udah ke kantin. Masa mau ke sana lagi?"
"Gue laper, Ki. Udah, yuk!"
Mendengar itu, wajah Kinan tentu saja menunjukkan penolakan. Untuk apalagi mereka harus ke kantin jika baru saja beberapa menit lalu mereka ke sana? Kalau memang Dirga lapar, kenapa tidak dari tadi saja pesan makanan dan makan di sana?
Sesampainya di kantin, Kinan dan Dirga duduk di sebelah pintu masuk. Dirga memesan nasi goreng sedangkan Kinan hanya minuman dingin dan pilus untuk menemani Dirga makan.
"Aneh, ya, kenapa nggak pas kita ke Kantin tadi kamu makannya?" protes Kinan dengan bibir cemberut kesal.
"Aku laper, Kinan."
Sedangkan Lala dan Mahesa ada di tengah-tengah kantin duduk sambil berbincang dan menyantap makanan mereka. Dari tempatnya duduk, Dirga bisa melihat dengan jelas dua sejoli di sana.
Kinan terus memperhatikan gelagat aneh dari Dirga. Lelaki itu tadi bilangnya lapar, tetapi sepertinya ia tidak fokus dengan makanan di piring melainkan pada objek lain. Kinan ikut menengok dan melihat objek yang sejak tadi menjadi titik fokus Dirga. Matanya menyipit untuk memperjelas pandangan karena dirinya memiliki cukup penglihatan yang buruk.
"Kamu ngeliatin apa, sih, Ga?" Tanya Kinan penasaran. "Kamu ngeliatin mereka, ya? Wahh, pantesan aja. Mereka serasi, deh. Cowoknya mana keren banget pakek kemaja gitu. Wahhh. Dia dosen apa, ya?"
Dirga diam tidak menjawab membuat Kinan makin penasaran dan terus memandangi dua sejoli di meja sana. Semakin diperhatikan, Kinan menyadari bahwa wajah perempuan itu makin familiar. Ia seperti pernah bertemu atau melihatnya, tapi ia tidak yakin.
Mungkin, kah?
Kinan memperhatikan pandangan Dirga yang dari tadi tidak pernah lepas tertuju kepada si perempuan berambut pendek itu, alih-alih fokus menyantap nasi gorenganya. Kinan memiringkan kepalanya mengingat-ingat wajah tersebut dan menghubungkan dengan perilaku Dirga yang aneh ini.
Kepalanya seperti baru saja dihantam balok kayu sehingga bisa mengingat jelas wajah tersebut. Darahnya tiba-tiba naik, napasnya terasa berat karena emosi dan sesak di dadanya kian terasa. Bagaimana bisa perempuan itu ada di sini? Kinan tidak suka, akan lebih baik perempuan dari masa lalu Dirga itu hilang dari muka bumi dan tidak pernah memunculkan lagi wajahnya di hadapannya apalagi Dirga.
Kinan bangkit berdiri dengan kemarahan yang meluap sampai membuat sedikit kegaduhan karena kursi yang di dudukinya sedikit terlempar ke belakang karena dirinya yang berdiri secara serampangan. Dirga yang menyadari Kinan berderap pergi menuju meja Lala langsung sigap mengejar dan menahan pergelangan tangan gadis itu.
"Ki,"
"Lepasin!" teriak Kinan sambil menghempas kasar tangan Dirga di lengannya.
"Lo mau ngapain?"
"Ngapain kamu bilang? Mari kita lihat apa yang bakal gue lakuin ke perempuan kesayangan lo itu!"
Kinan melangkah lebar-lebar tanpa sempat Dirga mencegahnya lagi. Kini Kinan sudah berdiri di sebelah meja Lala dengan satu sudut bibirnya terangkat dan tangan bersidekap. Kehadiran Kinan yang tiba-tiba di meja Lala juga Mahesa membuat mereka berdua bingung dan mengernyitkan dahi, karena keduanya sama-sama tidak mengenal siapa perempuan yang mendatangi mereka ini.
Tanpa sempat dicegah, Kinan meraih minuman di meja Lala dan menumpahkannya dengan sengaja di atas kepala Lala tanpa rasa bersalah.
"Hehh!!! Lo gila?" Mahesa segera menyingkirkan tangan Kinan yang masih menumpahkan sisa minuman di atas kepala Lala dengan keras sampai gelas itu terlempar dan pecah di sudut kantin.
Suasana kantin makin riuh dengan insiden itu yang terjadi cukup cepat. Lala masih syok dengan jus alpukat yang ia pesan sudah berada di seluruh tubuhnya dari ujung rambut sampai sepatu. Lala menatap tidak mengerti apa yang dilakukan perempuan yang masih berdiri di sebelahnya ini tanpa rasa bersalah sekalipun.
"Maksud lo apa, hah?" tanya Lala kesal sambil mengusap cairan jus yang mengenai matanya.
Dirga yang sudah berada di sebelah Kinan otomatis menyergap lengan perempuan itu yang sudah kelewatan menumpahkan jus alpukat ke kepala Lala.
"Kinan!! Apa yang kamu lakuin?"
Lala bangkit berdiri meski Mahesa sibuk membersihkan sisa-sisa jus alpukat di pakaiannya yang ia rasa itu sia-sia saja, toh sudah basah. Mau dibersihkan sekalipun tidak akan cukup hanya dengan tisu dan air saja.
"Kenapa? Dia pantes dapetin itu," jawab Kinan angkuh masih dengan dagu yang ditinggikan.
"Lo siapa, sih? Lo kenal gue? Tapi sori, gue sama sekali nggak kenal lo dan ngerasa nggak pernah punya urusan sama cewek gila kaya lo," putus Lala emosi sendiri. Dirinya tidak merasa punya salah apalagi mengenal perempuan ini. Tanpa tedeng aling-aling, tiba-tiba saja perempuan ini menumpahkan jus alpukat padanya dan sama sekali tidak menunjukkan wajah penuh penyesalan.
"Lo nggak apa-apa, La?" Dirga berpindah posisi di sebelah Lala dan memeriksa seluruh tubuh Lala yang terkena tumpahan jus alpukat.
Mahesa segera menyingkirkan tangan Dirga dari lengan Lala ketika melihat wajah Kinan makin tidak suka. Tentu saja, melihat Dirga memberi perhatian terdahap Lala membuat rasa kesalnya makin meningkat. Ia mendorong bahu Lala dan berteriak marah.
"Yaaa!!! Jauh-jauh lo dari Dirga!! Ngapain lo ke sini, hah? Mau ngajak balikan Dirga?! Iya?!" Kinan berteriak marah, emosi telah menguasinya dengan penuh. "Lo... awas aja sampai lo munculin wajah lo di depan gue apalagi Dirga. Mati lo!"
Sebelum Kinan berulah lebih brutal lagi, Dirga segera menyerat paksa Kinan keluar dari kantin. Wanita itu tidak sedang dalam kondisi emosi yang baik. Membiarkan Kinan tetap berada di sana adalah hal yang buruk. Ia tidak mau mereka semua dalam masalah, di panggil pihak kampus dan urusan semakin panjang.
"Kamu apa-apaan sih, Ki? Kenapa kamu nyiram Lala barusan? Dia salah apa sama?" todong Dirga setelah mereka menjauh dari kantin dan berpindah ke taman yang ada gazebonya.
"Kamu yang apa-apan!! Kenapa ngeliatin mantan sampai segitunya? Masih suka? Masih cinta? Mau balikan?! Iya?!" Teriak Kinan dengan napas terengah. Tanpa bisa dicegah, air matanya luruh. Ia tidak peduli dengan bisik-bisik di sekitar mereka. Kinan hanya ingin mendengar pengakuan dari Dirga langsung.
"Nggak, Ki." Dirga berusaha menenangkan Kinan yang mulai menangis terisak. Ia memegang kedua pundak Kinan dan mengusapnya agar berhenti menangis. "Ingat? Gue sama Lala udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Udah nggak ada lagi cerita antara gue sama Lala. Semuanya cuma masa lalu."
Kinan menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Tapi kenapa dia bisa ada di sini? Dia pasti pengen balikan sama kamu, Ga. Aku nggak mau, aku nggak rela kehilangan kamu. Nggak akan rela sampai aku mati," katanya sambil sesenggukan.
Dirga menarik tubuh Kinan mendekat dan mendekapnya erat. Ia mengelus penuh lembut rambut perempuan itu dan membisikkan sesuatu yang bisa membuat Kinan tenang kembali.
"Kinan, sekarang aku ada kamu. Buat apa aku balikan lagi sama Lala. Sekarang Dirga hanya punya Kinan seorang, bukan yang lain."
"Jangan tinggalin aku, Ga. Aku takut," lirih Kinan sambil balas memeluk Dirga dengan erat.
"Nggak akan. Aku janji."
***
Lama nggak nunggu updatenya?
Emosi nggak kalian? EMOSII NGGAK?!! Yang punya dendam sama Kinan yokk kumpul sini yookk, kita selamatan sebelum bulan puasa nanti, heheheh.
Kekenya konflik makin seru aja, nih... Makin menguras emosi, apalagi bentar lagi bulan puasa, nih~ Uhuyyy
Enaknya di bulan puasa Kinan suruh insyaf apa gimana, nih?
Ahh, nggak ah, aku sayang Kinan soalnya. Kinan anak baik, anak kuat, anak kesayangan~
Menurut kalian bab ini gimana? Jangan lupa vote, komen dan share ke temen-temen kalian ya.
Oh iya . . . aku juga ada kabar mengejutkan buat kalian. Kalau kalian udah baca banyak ceritaku, pasti kalian tahu salah satu ceritaku judulnya RINDU mau terbitkan? Nahh, hari ini RINDU sudah buka PO nya loh~ Yukk buruan yang masih suka sama cerita Rindu dan terbayang-bayang kisah Rindu ngejar cintanya Saveri, mendingan ikut PO ini, karena bakal ada banyak bonus menarik!
Menarik semua, kan bonusnya >,<
Buruan order jangan sampai ketinggalan yaa, karena limited banget hanya di PO ini kalian bisa mendapatkan RINDU versi cetaknya!
Yang penasaran, bisa langsung cek ceritaku RINDU di profil yakk!
Big Love,
Erisya