"Lingga tunggu disini dulu, jangan kemana-mana gue mau beli rokok dulu" Lingga yang sedang menyuap mie ayam berhenti sejenak lalu mengangguk patuh. Pele tersenyum sekilas, tapi begitu hendak berjalan keluar Pele kembali lagi ke meja Lingga. "Sekalian titip kunci motor sama Hp deh... Tapi Lingga gue boleh minta tolong?"
Lingga langsung saja menghentikan kegiatan makannya "Boleh kak, minta tolong apa?"
Pele menyerahkan Hpnya yang sedang menampilkan fitur kamera story' ig, tersenyum penuh makna ke arah Lingga.
"Tolong rekamin Gue"
*****
Orang dengan tampilan lengkap dan bewarna serba hitam semuanya itu ,tersenyum miring dibalik maskernya saat mendapati orang didepannya sudah terkapar tidak berdaya.
Dia pun menyeret tubuh orang itu, dan membawanya keluar dari gudang. Kondisi lorong yang sepi membuat orang itu bisa bergerak leluasa tanpa takut tertangkap.
Langkahnya pun terhenti tepat di depan ruangan kelas yang kosong. Berdiam sebentar lalu masuk ke dalam ruang kelas itu, serta membawa masuk tubuh yang sedari tadi diseretnya ke dalam.
*****
Bara menyemburkan air yang dia minum. Zevan yang ada didepannya otomatis terkena semburan itu, langsung berdiri dan mengelap mukanya kasar "Asu Jorok Lo Bar. Muka ganteng gue ternoda. Mana Lo abis makan Ikan,amis gini. Hueeek bau" Ucap Zevan yang kini sedang menahan mual begitu mencium bau amis di seragamnya yang juga ikut kena cipratan.
Bara tidak mendengarkan, malah Bara sibuk melihat kembali Story' yang dibagikan 25 menit lalu "Anjir dah si Pele adik gue dibawa bolos"
Zevan yang mendengar itu pun ikut melirik. Dan melihat Photo Lingga sedang menyuap yang diambil candid, lalu story' berikutnya berisi boomerang Pele yang sedang memelet dan menunjukkan jari tengahnya ke arah kamera "Hmm.. saingan terbesar Lo ternyata bukan si Tara ya" Bara mendelik tak senang akan respon Zevan yang ada di luar topik yang ingin Bara bahas,kemudian Bara yang tadinya santai saja di dekati oleh Zevan langsung beringsut menjauh begitu tercium bau amis dari arah Zevan. "Bau lu Van. Nyebur di laut mana Lo?"
Zevan yang sudah sabar setengah mati dengan kelakuan tidak tau diri temannya itu. Tanpa bisa menahan lagi, Zevan langsung mengeplak belakang kepala Bara. "Dari sungut Lo. Bangsul!"
"Mana mungkin. Mulut gue bau surga gini" Tolak Bara sambil mengelus-elus kepalanya "Sakitt njir. Gak sopan lu Van!! Udah di fitrah ini kepala!"
Zevan pura-pura tidak mendengar,malahan anak itu pergi masuk ke kamar mandi.
Saat ini keduanya tengah berada di ruang osis padahal sudah resmi pensiun. Tapi keduanya malah tetap memanfaatkan dan menjadikan ruangan itu sebagai tempat kabur saat suntuk pelajaran. Sebenarnya hanya Bara karena Zevan sedang kosong.
"Bar. Soal Iky gimana?" Tanya Zevan yang sudah keluar dari kamar mandi dan kini tengah membuka seragamnya menggantinya dengan baju olahraga.
Bara yang tadinya sibuk menscrol layar beranda halaman Instagram langsung saja terdiam dan mematikan hpnya, menaruhnya di meja "Gue belum dapet kabar lagi dari Erlang" ujar Bara pelan, sambil membuka kacamata, kemudian Bara memijat pangkal hidungnya.
"Lo udah tanya Pele?". Bara menggeleng "Belum. Tapi gue yakin tuh anak udah tau dimana posisinya, tapi belum bilang-bilang ajah keknya" Jawab Bara yang kini tengah mendongak menatap langit-langit ruangan.
Zevan manggut-manggut setuju. "Bener juga, tuh anak kan tingkahnya ajaib banget. Kalo bukan karena tuh anak juga, kita gak bakal tau isi lemari itu"
Diingatkan kembali Bara jadi terkekeh geli. Pikirannya pun kembali mengawang memutar kembali memori setahun lalu itu.
Tapi tidak jadi, karena suara keras Zevan lebih dulu mengintrupsikannya membuat Bara kembali.
"Eh tapi ya Bar. Menurut Lo gak apa-apa, biarin adik Lo gantiin posisi Iky?" Tanya Zevan tiba-tiba.
Bara tidak langsung menjawab ia malahan bangkit dari kursi dan berjalan mendekat ke arah jendela besar yang ada di ruang itu. Membukanya lebar-lebar.
Bara tersenyum senang, begitu dia merasakan sepoi-sepoi angin sejuk menerpanya, membuat rambut lurusnya juga ikut berterbangan.
Setelah itu Bara pun menengok ke arah Zevan dan tersenyum lebar.
"Santaii. Tara dan gue berbagi ikatan yang sama. Jadi gue yakin tuh anak bisa dipercaya"
*****
"Lingga" Panggil Pele yang baru melepaskan helmnya.
"Iya kak" Jawab Lingga yang sudah turun dari motor sedang menungguinya. Pele mengambil jeda sebentar menatap kosong pandangan di depannya sebelum akhirnya kembali lagi menatap Lingga dengan serius.
"Berhenti cari Iky. Karena semua usaha Lo buat nyari Iky itu percuma dia ada di tempat yang gak bisa Lo jangkau"
Lingga terhenyak mendengar itu. "Maksud kakak gimana?!"
"Iky gak bisa Lo jangkau, Lingga"
Lingga langsung mundur, mendadak kepalanya pusing dan tubuhnya melemas. Pele yang melihat itu langsung loncat dari motor, memegang tangan Lingga sebelum anak itu goyah dan terjatuh.
"Lingga. Lo oke?" Tanya Pele memastikan.
"Gila panas banget Lingga. Lo demam" Pekik Pele begitu menaruh tangannya di dahi Lingga. Tanpa banyak bicara lagi Pele langsung menarik Lingga dan menaruhnya di punggung.
"Gue bawa Lo ke UKS"
*****
"Capek banget sial. Encok lama-lama gue lari lima putaran tiap hari mana luas lapangan gak wajar lagi"
"Heleh ngeluh Mulu Lo kek betina"
"Dih suka-suka gue. Dong Lo jug- ANJING "
"Kenapa Lo- ASTAGHFIRULLAH"
Kedua siswa itu langsung kaget begitu pun murid-murid lainnya yang berada dibelakangnya yang baru masuk ke dalam kelas. Para murid pria langsung mematung tidak bisa berkata-kata lagi sedangkan para murid perempuannya mendadak lemas ditempat.
Dan juga dua siswi yang baru masuk langsung terkejut . Bahkan siswi disampingnya menjatuhkan HP-nya saking kagetnya.
"KAK ARDYY!"
Teriak histeris siswi yang menjatuhkan hp itu yang tak lama kehilangan kesadaran di tempat. Beruntung teman di sebelahnya dengan sigap langsung kembali tersadar dan mencegah temannya itu terjatuh ke lantai.
Dari teriakan itu orang-orang langsung tersadar kembali dan panik seketika, kemudian berlarian keluar. Beberapa ada yang tetap tinggal mencoba membantu siswi yang pingsan itu. Satu murid dari pertama yang menemukan lantas pergi melapor ke guru. Dan yang lainnya dari luar menatap dengan tak percaya dengan apa yang mereka temukan di kelasnya.
Begitu mereka melihat secara langsung seorang siswa yangtak sadarkan diri dengan muka yang penuh lebam, dan berdarah di sudut bibir, seragamnya juga tampak kotor seperti habis diinjak-injak.
Kemudian siswa itu diikat pada kursi yang dihadapkan langsung ke arah pintu masuk. Dan dilantai sekitarnya terdapat cairan merah menyala berceceran yang rupanya adalah sebuah cat karena baunya yang begitu menyengat.
Yang juga cairan cat merah itu tampak ikut serta menghiasi papan tulis yang terdapat tulisan. Diam Karena Kami Mengawasi . Yang ditulis dengan spidol permanen, dengan ukuran sangat besar sampai menghabisi papan tulis itu.
*****
Lingga mengerjapkan matanya, berusaha bangun.
"Gak usah bangun. Tidur lagi ,bentar lagi bel pulang"
Lingga yang mendengar itu seketika saja melihat ke arah samping dan menemukan Tara disana tengah duduk dengan wajah yang tertekuk di sampingnya sambil bersilang tangan.
"Kak Perdi dimana?" Tanya lingga mengabaikan mood Tara yang selalu jelek saat berada di sekitarnya.
Tara berdecak menatap kesal ke arah Lingga tadinya ia tidak berniat menjawab tapi melihat wajah kuyu Lingga Tara pun mendengus sebelum akhirnya benar-benar menjawab. "Pele lagi ada urusan. Lo pulang sama Bara ntar tuh anak kemari pas bel. Makanya Lo tidur lagi!" Paksa Tara yang meskipun begitu tangannya bergerak menyelimuti Lingga dengan benar dan kembali lagi duduk.
Lingga menurut tidak ingin membuat Tara menjadi lebih marah. Tapi sebelum memejamkan matanya. Lingga bertanya lagi kepada Tara yang kali ini tidak ada decakan maupun dengusan dari kakaknya itu.
"Menurut kakak. Kak Iky masih bisa dijangkau, enggak?"
"Gak tau. Gue belum dikasih tau lebih jelas sama si Pele, tapi tuh anak udah tau. Jadi tunggu ajah"
Lingga ingin menyakini ucapan Tara yang memintanya untuk menunggu. Meski dia sendiri sudah tau dan Pele sendiri memintanya untuk berhenti.
Btw Mo Pamer anak baru
.
.
.
.
Nyari tur kehidupan?, Tenang Jingga dan kawan-kawan akan jadi tur guide baik buat kamu mengenal mereka yang berselimutkan duka dan bermahkotakan kesedihan, dengan singgasana ketegaran sebagai puncaknya.
Karena hidup bukan hanya tentang bagaimana caranya bisa bahagia.
Tapi,
Hidup juga tentang bagaimana caranya tegar dan bersyukur atas setiap kejadian.
Jadi ayo! pilih tur guidmu dan rasakan lonjakan emosional yang ada.
Jingga dan kawan-kawan menantimu 👀