[✔] Klub 513 | Hidden Chapter...

By Wiki_Dwiki

88.9K 21.9K 4K

Juyeon : "Jadi kita ber empat dikutuk ama Seonghwa, gitu?" Moonbin : "Gaada yang namanya kutukan, yang ada it... More

Prologue : "Let Death Make a Room"
Para Akang Ganteng :')
1. Ketakutan Akibat Trauma
2. Kebetulan Mengerikan
3. Di Tempat Yang Sama
4. Panggilan Dari Masa Lalu
5. Kelipatan Dua
6. Saling Terhubung
7. Bunga Aster Yang Tenggelam
8. Kepingan Aster, Si Bunga Kecil
9. Lingkaran Terang, Lingkaran Gelap
11. Ingatan dan Ketakutan
12. Kisah Raja, F dan A
13. Jalan Petunjuk
14. Kotak Merah Berisi Kematian
15. Utopia Dalam Anarkisme
16. Malam Gelap, Saksi Bisu Kematian
17. Sepanjang Masa
Epilogue : "Semua Baik Baik Saja Sekarang"

10. Susunan Angka

3.6K 1K 268
By Wiki_Dwiki

.
.
.

    Setelah menjelaskan ingatan yang hilang darinya, ketiga Zahuwirya tampak merasa aneh dengan Moonbin. Keadaan tuh, gini, Moonbin hidup sekitar 20 tahun di dalam bayangan masa kecil indah yang dia tulis sendiri dan direalisasikan oleh Seonghwa. Kalau reaksi dia kaget campur emosi dan benci ama Seonghwa, jelas mereka akan maklum, namun, Moonbin ga lakuin itu, dia cerita kayak itu hanya masalah kecil dan ga perlu diungkit ungkit.
   

  "Kok lu bisa gitu, ya?" Ujar Juyeon keheranan.

  "Bisa gimana?" Tanya Moonbin.

  "Bisa se santai itu setelah tau kalo lu di bohongin ama Seonghwa selama ini." Balas Juyeon.

  "Soalnya Seonghwa itu Dreamcatcher gua."
  
 
    Juyeon senyum, dia tau kalo Moonbin lagi ngajak dia bercanda dan Hamdalah, Juyeon lagi gamau diajakin bercanda.
 
 
   Menyadari itu, Moonbin tertawa lalu menjelaskan, "awalnya gua marah banget, bisa bisanya ingatan itu beneran gaada di kepala gua. Pas lu bilang kalo lu beneran ga inget apa apa pasal keluarga Abuwayna, gua mikir lu ini berlebihan, mana ada ingatan yang bisa kehapus sebersih itu sampai gaada bekasnya sedikitpun. Gua maklumin karena lu kan emang gampang nge lag otaknya, kali aja lu se pikun itu."

  "Besok lagi, kalo nge hina gua gausah ditutup ditutupi gitu, gua makin emosi liatnya." Ucap Juyeon sambil menghela nafas panjang, dia gaboleh marah, karena dia ganteng.

    Moonbin melayangkan pandangannya pada Hongjoong dan Jungwoo, "keluarga Abuwayna dan Mahawira dibunuh oleh kami sendiri atas rekomendasi dari Seonghwa, gua rasa, kemungkinan kalo keluarga kalian juga begitu tapi kalian ga inget. Well, kira aja itu yang terjadi ama keluarga Harsaya, kalo Hongjoong gua ga yakin."

    Juyeon tertawa kecil, "pastinya nggak. Karena gua ga pernah bisa bayangin Seonghwa ketemu ama keluarganya Hongjoong apalagi interaksi ama mereka. Pratabrama ama Shamal gamungkin bisa dibunuh gitu aja ama Hongjoong sendiri."

    Hongjoong mengangguk, "Seonghwa ga pernah ketemu ama keluarga gua. Soalnya dari kecil gua diurus Nenek ama Kakek."

  "Ba-bagaimana dengan keluarganya sendiri?" Tanya Jungwoo.

    Hongjoong menghela nafas, "Seonghwa membunuh mereka."

    Seharusnya mereka tak terkejut. Bukankah Seonghwa bisa membuat Moonbin dan Juyeon membunuh keluarga mereka? Apalagi dirinya sendiri yang membunuh keluarganya. Namun, tetap saja, itu terlalu mengerikan apalagi saat itu, Seonghwa masih berumur sangat muda. Umur ketika hanya ada kata bermain dan bersenang-senang dalam kamus kehidupannya.

  "Dia membunuhnya?" Tanya Moonbin memastikan.

  "Menikam mereka semua ketika mereka terlelap di tengah malam." Jelas Hongjoong.

  "Kau menyaksikannya? Kenapa tak menghentikannya?" Tanya Jungwoo.

    Hongjoong tertawa, "gua nggak liat kejadiannya, Jungwoo. Dia sendiri yang cerita ke gua. Di malam yang sama, dengan kondisi bersimbah darah, dia datang ke rumah gua, minta tolong untuk manggil polisi."

  "Terus?"

  "Dia nyerahin diri. Untuk beberapa bulan, gua ga lagi ketemu ama dia dan gua sempet berfikir ga akan pernah lagi ketemu ama dia. Tapi secara mengejutkan, dia kembali. Pas gua tanya siapa yang bebasin dia, Seonghwa menjawab jika para polisi sangat baik hati dan membebaskannya, omong kosong kalo kata gua, kita bisa tebak siapa yang memerintah siapa." Lanjut Hongjoong.

  "Lu tau tentang Utopia nya, kan? Kalau gatau seenggaknya lu pernah denger itu. Kemungkinan ucapan Seonghwa yang 'Joongie bakal bawa kamu balik ke aku' bukan kebetulan tapi udah direncanakan." Ucap Moonbin.

  "Teori yang bagus, tapi dalam sudut pandang gua, itu semua kebetulan. Gua gatau apa apa tentang hubungan lu ama Seonghwa sebelum akhirnya lu cerita beberapa saat yang lalu. Kalo Seonghwa yang rencanain semuanya, gua bakal percaya dan ngeiyain. Tapi kalo lu mikir gua tau sesuatu tentang masa lalu lu, gua bakal bilang lu fitnah." Jelas Hongjoong.

  "Bahasanya ga harus fitnah juga, Joong -_-" Ucap Moonbin.

  "Gimana soal Utopia itu?" Tanya Juyeon.
  
  
    Hongjoong menimang nimang apa harus dia katakan saja?
  
  
  "Lu tau, kan?" Ucap Juyeon dengan nada interogasi. "Hongjoong Zahuwirya, gua minta lu jelasin itu sekarang, gua ga terima bantahan."

  "Nahlo, Juyeon, kamu kok maksa.." Ucap Jungwoo.

    Hongjoong mendengus, ga enak banget jadi anak terakhir kalo kakak tertuanya modelan Juyeon. Tipe kakak yang gatau namanya privasi, mana ngeselinnya luar biasa, maksa pula.

  "Moonbin lu inget apa deskripsi yang Seonghwa kasih buat gambarin Utopia nya?" Tanya Hongjoong.

  "Dunia penuh kesetaraan." Jawab Moonbin.

  "Itu Utopia yang pingin Seonghwa ciptakan. Dunia penuh kesetaraan. Pertama, gua pingin bilang kalo Seonghwa itu bukan orang baik—"

  "Hongjoong.." Sela Jungwoo.

  "Bukan orang baik, seenggaknya di masa lalu." Ulang Hongjoong.

  "Itu jauh lebih baik." Ucap Jungwoo.

  "Dunia penuh kesetaraan itu kek gimana? Bukannya bagus, biar gaada yang rasis, kan?" Tanya Juyeon.

    Hongjoong menggeleng, "kalo caranya bener, itu bakal kayak yang lu omongin. Tapi, kesetaraan yang Seonghwa tetapkan itu ga masuk akal. Patokan dari standar kesetaraan itu adalah dirinya sendiri."

  "Gua ga paham..." Ucap Juyeon.

    Hongjoong kembali menghela nafas panjang, "Seonghwa lahir di keluarga yang membencinya, dia tak mendapat kasih sayang yang baik dari kedua orang tuanya, namun, karena dia jenius, keluarganya mempertahankannya atau lebih tepatnya memanfaatkannya. Seonghwa langsung tau jika keluarganya tak menyayanginya, itu membuatnya tumbuh menjadi orang tanpa empati."
  
 
    Moonbin terdiam, dia teringat ucapan Seonghwa yang mengatakan jika Moonbin adalah orang pertamanya yang membuat Seonghwa merasa iba dan mengasihani orang lain.
 
 
  "Gua rasa, ada suatu hal yang membuatnya pingin menciptakan Utopia penuh kesetaraan itu. Standarnya dirinya. Intinya, kalo dia ga punya keluarga kandung, maka orang lain ga boleh punya juga, dan kemungkinan Utopia itu adalah Zahuwirya." Jelas Hongjoong.

  "Apa itu alasan yang masuk akal? Lalu kenapa Seonghwa ngasih kita teka teki kayak gini?" Tanya Jungwoo.
 
  "Jawabannya ada di dalam kotak merah itu, Jungwoo. Harta karun yang kita cari ada di dalam sana. Seonghwa minta kita buat cari kotak itu. Gua rasa lirik lagu itu adalah penunjuk arahnya." Jelas Moonbin.

  "Ya, mungkin aja," ucap Hongjoong berdiri dari duduknya, berjalan ke arah papan tulis yang berada di dinding ruang tamu. "Gua nemuin hal lucu dari lirik dan angka angka di batu nisan yang ada di file punya Juyeon."

    Hongjoong meraih spidol di atas meja dan menunjukkan perkalian yang ada di lirik lagu itu.

  
  
4 x 3 = 12
21 x 9 = 189
11 x 8 = 88
31 x 4 = 124
20 x 5 = 100

12 + 189 + 88 + 124 + 100 = 513

 
 
  "Gua yakin kalian udah coba hitung angka angka ini." Ucap Hongjoong.

  "Bukan rahasia lagi kalo ada sesuatu di dalam ruang Klub 513, Seonghwa bilang sendiri kalo pemberhentian terakhir semua rahasianya ada di Klub 513. Lucunya, kalo angka angka dalam batu nisan di file punya Juyeon dikurangkan—tahun yang lebih besar dikurangi yang lebih kecil, jadinya gini,"
    

   
Batu Nisan 1
1998 — 2010
Age 14

Batu Nisan 2
1831 —2020
Age 31

Batu Nisan 3
1929 — 2017
Age 43

Batu Nisan 4
1890 — 2014
Age 35

Batu Nisan 5
1912 — 2012
Age 3

2010 — 1998 = 12

2020 — 1831 = 189

2017 —1929 = 88

2014 — 1890 = 124

2012 — 1912 = 100

12 + 189 + 88 + 124 + 100 = 513

   
  
  "Seketika gua nge lag.." Ucap Juyeon.

  "Gila, Seonghwa! Kamu ini berdosa banget, huhu." Tambah Jungwoo yang kini ada di antara mau terpukau atau mau marah marah liat susuan angka itu.

  "Bahkan Seonghwa nggak ngubah hasil angka angka yang bakal dijumlahkan, antara batu nisan ama lirik lagunya, perkalian dan pengurangannya punya nilai sama. Otaknya Seonghwa dibuat dari apa, sih? Kok lama lama gua syirik, iri, dengki, dan hasad. Kan, gua juga pingin pinter..." Omel Moonbin.

  "Kalo tentang umurnya?" Tanya Juyeon.

    Hongjoong menggeleng tak tau, "pas coba gua kali dan gua jumlah, nggak ada susunan angka yang berarti. Cuma angka acak tanpa arti."

  "Kalo dijumlah berapa?" Tanya Jungwoo.

  "126."

  "Kalo dikali?" Tanya Juyeon

  "1959510."

  "Makin bingung gua." Ucap Moonbin.

  "Sama." Balas Hongjoong.

  
    Juyeon menatap susunan angka itu dengan muka bengong, sampai Jungwoo yang ada di sampingnya ga bisa nebak Juyeon lagi mikirin apa, tapi disaat yang bersamaan, Jungwoo pingin ngetawain mukanya Juyeon yang kocak banget itu. Jungwoo kembali menatap papan tulis itu dengan tatapan tak mengerti.

  "Alasannya Seonghwa apa?" Tanya Jungwoo.

  "Itu yang kita cari. Juga tentang alasan Seonghwa ngejadiin Klub 513 jadi pemberhentian terakhirnya, kek gaada yang lain aja gitu, loh." Jelas Hongjoong.

  "Berarti alasan Seonghwa masuk ke dalam Klub 513 itu karena nyembunyiin rahasia itu? BERARTI KOTAK MERAHNYA ADA DI DALAM RUANG KLUB, DONG?!" Teriak Juyeon di akhir kalimatnya.

  "Santai anjir! Gausah teriak!" Balas Moonbin karena Juyeon teriak di samping telinganya.

    Hongjoong mengangkat bahu, "gua belom nge cek. Tapi bakal lucu banget kalo sampai kotaknya ada di sana selama 7 tahun dan kelompoknya Eric ga nemuin kotaknya, atau malah mereka udah buang kotaknya pas bersih bersih."

  "Kalo disimpen di ruang Klub 513 rasanya aneh, itu tempat yang mudah ditebak. Kalo memang kotaknya sepenting itu, bukankah terlalu ceroboh jika Seonghwa menyembunyikannya disana? Selain itu kebenaran dari lirik juga file milikku dan Hongjoong masih abu abu. Apa hubungan kucingku Enola dengan semua ini?" Jelas Jungwoo.

    Ketiga Zahuwirya lain terdiam, Jungwoo benar. Seonghwa bukan orang ceroboh, dia tak mungkin menciptakan teka teki serumit ini jika kotak itu hanya disimpan di dalam ruang Klub, 'orang orang yang menginginkan kotak itu' pasti telah menebaknya dan coba menggeledah tempat itu sejak lama.
 
 
  "Kalo kalian bilang petunjuknya ada di dalam ruang Klub, itu jauh lebih masuk akal." Lanjut Jungwoo.

    Juyeon teringat dengan pertemuannya dengan Eric beberapa minggu lalu, ketika Eric menyerahkan sebuah kertas yang katanya tertempel di antara kasus yang telah selesai, di dalam Klub 513. Kertas yang berisi angka angka, memiliki arti, Aku telah meletakkan benda itu di tempat dimana tak seorangpun bisa menemukannya, jikalau ada, itu hanya saudaraku.

  
  "Jungwoo bener. Soalnya, beberapa minggu lalu, Eric ketemu ama gua, dia bilang jika menemukan kertas berisi susunan angka dari Seonghwa, kertas itu bilang jika Seonghwa telah menyembunyikan 'benda itu' di tempat dimana tak ada seorangpun yang bisa menemukannya, jikalau ada itu hanya saudaranya, otomatis itu kita, kan? Seonghwa anak tunggal." Jelas Juyeon.

    Hongjoong tertawa, "para pencari antara ga nemuin kertas itu atau gabisa nguraikan. Soalnya kalo mereka tau isi dari susunan angkanya, kita udah di teror habis habisan."

  "Atau mungkin 'mereka' gatau kalau saudaranya Seonghwa itu kita." Ucap Moonbin.

  "Ga mungkin mereka gatau, kalau mereka beneran niat, pastinya mereka nyari tau indentitas Seonghwa." Tolak Jungwoo.

    Keempatnya menatap papan tulis itu sekali lagi, mereka diam sebelum Juyeon berucap, "Moonbin lu tadi bilang tau kemana kita harus pergi, kan? Emang kita mau kemana?"

  "Nyariin dongeng Raja Abuwayna." Jawab Moonbin.

    Pupil mata Hongjoong melebar, "dimana?!"

  "Kalian inget kerangka manusia yang gua temuin di sumur kala itu?" Tanya Moonbin.

    Ketiganya mengangguk.

  "Jangan bilang lu mau balik ke Pondok Denzel?" Tanya Hongjoong.

    Moonbin mengangguk, "gua yakin banyak petunjuk di sana. Cuman karena ada insiden, gua jadi kaget. Dikit doang—"

  "Dikit mata lu." Sela Hongjoong.

  "Kapan lagi dipisuhin dua kali sehari ama lu, Joong :)?" Ucap Moonbin.

  "Coba aja lu lemparin laptopnya Hongjoong ke sungai pasti dipisuhin." Ucap Juyeon.

  "Otak lu yang gua lempar ke sungai, Juy." Balas Hongjoong.

 
    Jungwoo tertawa, sebelum matanya menatap ke arah papan tulis dan langit langit rumah secara bergantian. Dalam hati, Jungwoo membatin dengan bingung. "Kira kira kerangkanya kemarin punya siapa, ya?"
 
  
  
  
  
 
 
  
#####

Halo, Hola!
Apa kabar kalian?
Apakah sehat?
Semoga senantiasa sehat dan bahagia.

Selamat hari Minggu!
Selamat istirahat!

Makasih udah baca!

Luv kalian semua ♡♡♡♡
  
   

Continue Reading

You'll Also Like

137K 25.6K 44
❝ Cepat atau lambat semuanya akan dimulai. ❞ • • • • • © REYJONQUIL ─ 10 Juli 2021
86.8K 8.6K 36
FIKSI
412K 30.5K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
15.5K 2.9K 13
Sebuah kejadian yang seharusnya menjadi suatu hal yang menyenangkan, tapi kesenangan tersebut berubah menjadi rencana untuk bertahan hidup namun satu...