MY PERFECT CEO

By agreeyou

17.3K 1.5K 442

❝ Kisah seorang CEO muda yang jatuh hati kepada gadis SMA ❞ ilustration : pinterest and google start : 29 Des... More

0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.8
0.9
1.0
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5 Another Couple
1.6 H-10 wedding
1.7 Ending

0.7

918 90 15
By agreeyou

BRAKKK!

Pintu ruangan itu dibuka dengan sangat keras oleh seorang gadis yang mengenakan kaos bergambar teddy bear, celana hitam selutut, dan rambutnya dikuncir kuda, ia adalah Nana.

"NOVAL!" teriaknya saat melihat Noval yang sedang bermain game di handphonenya dengan tangan kiri.

Noval kaget, ia hampir melempar handphonenya barusan. Noval menghembuskan napasnya pelan.

"Salam dulu kek, kaget tau" protes Noval, tangan kirinya mengelus dada.

Nana tidak menjawab, ia menelisik keadaan Noval. Memang tidak parah, tapi Nana tetap khawatir. Ia pun duduk di kursi sebelah kasur Noval.

"Kok kamu bisa begini sih?!" ucapnya khawatir.

"Ah, biasa anak motor kan bisa kecelakaan." jawab enteng Noval tak ingin Nana khawatir.

Nana berdecak pelan, "Temen-temen kamu kok ga kesini?"

"Ga gue kasih tau."

"NOVAL!"

"BABI SIALAN KAGET"

"MY BABY HONEY NOVAL KENAPA KAMU BISA DI SINI SIH SAYANG!" Gibran memeluk Noval secara tiba-tiba.

Yap, mereka teman-teman Noval. Bagas membuka pintu secara tidak berakhlak, Johan yang menangis drama, dan Bagas yang spontan lompat untuk memeluk Noval. Bisa dibayangkan se-stress apa Noval sekarang.

"Jahat banget ni orang kaga ngasih tau kita," ucap Bagas menjauhi Noval dengan tangan bersedekap di dada.

"Gue ga ngasih tau juga pasti bakalan ada yang ngasih tau kalian" ucap Noval melirik Nana, sedangkan Nana hanya nyengir dengan watadosnya.

Noval berdecih pelan.

"Kalian jenguk gua atau mau ngajak ribut? Kok kaga ada yang bawa buah kek apa kek," protes Noval.

"Kita aja langsung cabut kesini pas dikasih kabar kalo lo masuk RS" ucap Johan. Bagas dan Gibran mengangguk setuju.

Nana mengedarkan pandangannya ke tiap sudut, dan menemukan sebuah tas hitam kecil.

"Val, itu tas kamu?" tanya Nana.

"Oh itu-"

ceklek!

"Oh kalian di sini?"

Bagas, Johan, Gibran, dan Nana serempak menoleh ke arah pintu. Di sana, sosok Ardan yang memakai kaos hitam dan celana training serta menenteng kantong belanja.

Ardan dengan santai menaruh isi kantong itu di laci di samping kasur Noval.

"Val, tadi gue ga nemu sempak ukuran lo" ucap Ardan, matanya masih fokus menyusun isi belanjaan.

"Yah Bang, ya udah ambil di kostan gua aja, gatel anjir ga ganti-ganti dari kemarin" gerutu Noval.

Sementara makhluk lainnya masih terdiam mematung atas pemandangan didepannya itu.

Noval yang sadar situasi langsung mengenalkan Ardan, "Oh ini abang gua, Bang Ardan. Bang, ini temen-temen gua, yang pendek ini Bagas, yang agak item Johan, nah yang jelek itu Bagas." ucap Noval.

"Cocotnya"

"Sekata-kata ni bocah"

"Gebukin aja lah anjing"

Ardan tertawa renyah, "Saya Ardan" ucapnya tersenyum.

Ardan menatap Nana, "Kamu juga di sini, Na?" pertanyaan Ardan menyadarkan Nana dari lamunannya.

"Iya Om, Noval kan temen aku" jelas Nana.

Ardan mengangguk mengerti, "Pulang aku antar aja ya? Udah hampir malam, ga baik gadis cantik pulang sendirian" ucap Ardan sambil mengecek jam tangannya.

"Woekkkk"

"Kata-kata gombalan yang sering gue denger kok jadi menggelikan gini"

"Allahu Akbar, Om sadar Om, kan udah tua"

"Saya baru 25 tahun" dingin Ardan menatap intens Gibran.

Gibran hanya ber-oh lalu kicep.

Menyeramkan.

Mungkin itu yang dipikirkan Gibran.

"Ehem, jadi kok kalian bisa jadi kakak-adek?" Bagas membuka suaranya.

Ardan dan Noval saling bertukar pandang.

"Saudara tiri" ucap Ardan.

Seketika suasana menjadi hening, tidak ada yang berani bertanya lagi karena takut canggung.

"Kenapa diam? Saya kira akan bertanya lebih jauh" Ardan tertawa renyah.

"Mau makan apa? Pizza? Burger? Chicken?" tawar Ardan, dia mengotak-atik ponselnya, hendak memesan makanan online.

"Pizza aja om, yang mahal" Johan tertawa kecil.

"Panggil aja bang, atau apa kek, ga enak banget dipanggil om" ucap Ardan, ia selesai memesan 1 paket pizza, 6 paket burger, dan 5 paket chicken.

o - o

"Noval aku pamit ya? Udah malem juga" pamit Nana.

Noval mengangguk kecil, "Hati-hati"

Nana tersenyum.

"Ayo aku anter" Ardan bangkit dari duduknya, ia mengambil kunci mobil lalu menghilang dibalik pintu bersama Nana.

"Val" panggil Gibran.

"Paan?"

"Abang lu suka sama Nana?" tanya Gibran.

Noval berhenti memainkan handphonenya, menatap dinding sejenak, "Mungkin" ucapnya tersenyum simpul.

"Lu ga cemburu, Val?" tanya Johan.

"Cih, buat apa? Gue ga suka sama Nana juga" Noval berdecih, menampis pertanyaan Johan jauh-jauh. Bagaimana bisa dia menyukai Nana? Apalagi sekarang abangnya itu menyukai gadis itu. Satu kata yang ada dibenaknya sekarang, mundur.

o - o

"Kenapa megang perut?"

"Sakit"

"Kamu gapapa?" Ardan memberhentikan mobilnya. Menatap cemas ke arah Nana yang dari tadi memegangi perutnya.

Nana meringis kesakitan, "Kayaknya dia dateng deh"

Ardan mengernyit, "Dia?"

20 menit kemudian.

"Udah sakitnya?" tanya Ardan, ia menyeruput cup kopi nya.

"Hehe, makasih ya om, udah beliin pembalut, jadi malu" Nana menutup mukanya malu.

Ardan tertawa gemas, "Laper?"

"Iya om, laper, tapi udah jam segini, takut dicariin Bunda nanti" Nana memerucutkan bibirnya.

"Oh itu, aku udah beli 2 box martabak, nanti dimakan ya sama keluarga kamu" Ardan menaruh 2 box martabak di hadapan Nana.

Nana tersenyum lebar, "Huaaa makasihhh, aku jadi utang banyak banget sama om"

"Iya makanya aku mau bayaranku seka-"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Nana mengecup sekilas pipi Ardan. Ardan mematung, entah kaget, senang, dan malu. Yap, seorang Ardan Wijaya sekarang sedang malu. Wajahnya sedikit memerah.

"Makasih, Ardan" ucap Nana tersenyum, matanya juga ikut tersenyum.

'Damage banget senyumannya'

o - o

"Ayahh, ini aku bawain martabak" Nana berlari kecil menghampiri Arkan yang sedang menonton tv bersama Tiara.

"Tumben beli martabak, oiya kamu pulang sendiri?" tanya Tiara. Sedangkan Arkan langsung memakan martabaknya.

Nana menggeleng, "Nggak Bun, tadi dianterin sama Om Ardan"

"Om?"

"Itu loh anaknya rekan bisnis ayah, aku manggil dia om, hehe" kekeh Nana menggaruk kepalanya pelan.

"Ohh Ardan, kok ga mampir?" Arkan menyuapi istrinya.

"Katanya ada urusan penting, jadi cuma bisa beliin martabak sama nganterin aku doang" Nana ikut memakan martabak di depannya.

Setelah melahap 4 potong martabak, Arkan menegakkan tubuhnya, menatap lekat-lekat anak gadisnya itu, "Tentang tawaran itu.." ia menggantungkan katanya.

Nana menatap Arkan, jantungnya berdegup kencang.

"Kamu mau terima?" lanjut Arkan.

Nana berpikir keras, 5 menit dia diam.

"Aku.."

"Belum tertarik sama dia, Yah..."




















"Oh gitu...." - Ardan









- adegan yang tidak disampaikan -

Ardan pas beli pembalut be like :

"Yang mana anjir"

"Lah ini bisa terbang?"

"Ini ada sayapnya, yang ini ga, bedanya apaan?"

"Sayap apaan lagi ini"

"Kok ini panjang amat dah?"

"Ini kok katanya ada cool-cool nya gitu?"

"Yang mana anjirrrr"




tap star to next part

©taabinaa

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 122K 48
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
55.3K 2.5K 22
ARDIAN ADHILIO GAVIN sebut saja si es kutub cewe itu yang pertama kalinya memanggilnya dengan sebutan es Tak tertebak ternyata di balik sifat dingin...
898K 66.6K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
583K 27.7K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...