Still Unfair

By keyralvia_

253K 23.5K 2.4K

[Part Lengkap] [demi kenyamanan di harapkan untuk Follow sebelum membaca] [Axender series] [Unfair Book II] ... More

kata sambutan
Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
36 [Ini Endingnya?]
Exrta part|My Family My Team
Ekstra Part 2| Ini Tentang Libra
jadi ini ceritanya

35 [Menuju Ending]

6.6K 553 138
By keyralvia_


Breaking news
Nathaniel Axender, CEO muda dari Axender'company dan juga Natex Corp di kabarkan akan melangsungkan pernikahan. Pernikahan tersebut akan di selenggarakan di Hotel Megantara, minggu mendatang. Berikut ulasannya.

Berita tentang CEO muda fenomenal yang akan melangsungkan pernikahan itu menjadi trending topik di berbagai media, mulai dari internet, televisi, bahkan radio. Beberapa stasiun televisi bahkan yak menyia-nyiakan momen tersebut, sehingga kini kediaman Thalassa di penuhi oleh wartawan. Bahkan satpam di rumahnya sampai kewalahan menghadapi para wartawan yang hampir memenuhi halaman depan kediaman Nathan.

Bahkan Nathan harus mengungsi ke apartemennya guna menghindari wartawan. Kalau Kirana tetap santai dan masih menjalani kegiatan sehari-hari tanpa tercium oleh wartawan, karna Nathan memang belum mempublikasikan Kirana pada publik. Nathan saja kaget ketika rencana pernikahannya dan Kirana bocor dan tersebar di media massa.

Dan karna itu pula, sudah seminggu ini Thalassa menginap di rumah Arkan. Di rumah calon ibu nya lebih tepatnya. Dua hari yang lalu Thalassa sudah di perbolehkan pulang, namun Thalassa tidak bisa pulang ke rumahnya karna rumahnya di penuhi oleh wartawan, jadi Thalassa memilih untuk menumpang di rumah Arkan untuk sementara waktu sampai para wartawan itu pergi dari rumahnya.

Funfact nya, baik Arkan maupun Thalassa sama-sama belum mengatakan kalau mereka berdua sudah putus. Jadi dalam artian mereka masih menjalin hubungan pacaran. Lucu sih.

"Om"

Arkan menoleh ke arah Thalassa dengan tatapan kesal. Sudah seminggu ini Thalassa memanggilnya dengan sebutan 'Om' Arkan sudah jengah sekali dengan tingkah Thalassa yang semakin hari semakin menjadi.

"Gue bukan om lo" jawab Arkan.

Jadi, mereka berdua sedang berada di teras rumah Arkan. Seperti biasa, sore-sore itu enaknya minum teh hangat sambil ngobrol, gak lupa juga kue buatan ibu Arkan.

Thalassa malah tertawa. "Kan sebentar lagi lo jadi om gue, dua hari lagi" ucap Thalassa.

Arkan memutar bola matanya malas. Thalassa itu semakin menyebalkan semenjak keluar dari rumah sakit. Arkan juga mendengar keluh kesah Libra yang selalu di goda oleh Thalassa. Libra curhat dengan nya, pria itu bilang jika Thalassa selalu meminta Libra untuk menikahinya. Arkan sebenarnya ingin tertawa namun sayang Arkan takut di tabok Libra. Libra galak by the way. Mungkin karna faktor jomblo.

"Thalassa udah di minum belum obatnya?" Tanya Kirana yang baru saja datang. Kirana terlihat seperti ibu-ibu muda dengan daster batik se mata kaki, tak lupa juga rambut panjangnya yang di cepol.

"Udah tadi, iya Kan om?" Tanya Thalassa pada Arkan.

Arkan mendengus sebal, dan memilih mengabaikan ucapan Thalassa.

Sedangkan Kirana yang melihat adiknya kesal malah tertawa, lalu tangan kanannya terangkat guna mengelus lembut surai Thalassa.

"Thalassa jangan isengin Arkan terus, kasian. Tuh liat mukanya, jelek. Jadi tambah jelek" ucap Kirana sambil terkekeh.

Arkan yang mendengar itupun semakin kesal di buatnya.

"Mbak, nanti kalau Mbak udah nikah sama Papa. Thalassa panggilnya apa ya? Mama? Mami? Bunda? Ibu? Atau Umi?" Tanya Thalassa pada Kirana.

"Nikah aja belom" cibir Arkan.

Plak!

"Kan nanti!" Ucap Thalassa. "Lo mah gak asik, pergi sana lo" usir Thalassa.

"Kemarin gue pulang sekolah telat aja lo nyariin. Sekarang sok-sokan ngusir. Ntar kangen baru tau rasa" cibir Arkan.

"Mbak adeknya ngeselin, buang aja di rawa-rawa" adu Thalassa pada Kirana.

Sedangkan Kirana hanya tertawa melihat tingkah Thalassa dan Arkan. Akhir-akhir ini dua bocah itu memang sering berantem, karna Thalassa jahil, dan Arkan yang judes. Mereka sering beradu pendapat, saling lempar-lemparan barang, bahkan sampai kejar-kejaran di jalanan depan rumah.

"Mbak masuk dulu ya. Mbak lagi goreng ikan soalnya" ucap Kirana dan masuk kembali ke dalam rumah meninggalkan Arkan dan juga Thalassa yang masih saling membuang muka.

"Spada! Any body home!"

"Dateng itu salam! Jangan teriak-teriak kayak tarzan!" Cibir Thalassa lada seseorang yang baru saja datang.

Itu Sean. Pemuda itu memang sering main ke rumah Arkan semenjak Thalassa menginap di rumah Arkan. Sean juga suka membawakan banyak makanan. Kadang Sean juga mengajak Sherina, namun Sherina sekarang sibuk dengan persiapan lombanya, jadi jarang ikut bermain bersama.

"Paduka kenapa muka lo Asem gitu? Di ledekin Nyonya besar Thalassa yang terhormat ya?" Tanya Sean.

Arkan menatap Sean dengan tatapan tajam. Semenjak kabar rencana pernikahan Kakaknya dan juga Papanya Thalassa. Sean memanggilnya Paduka, katanya Nathan otw jadi orang kaya. Jadi harus di panggil paduka. Random emang anak nya pak dokter itu.

"Paduka paduka, gue gampar ya" ancam Arkan.

Sean terkekeh, laku pandangannya beralih pada Thalassa yang sedang makan kue buatan ibu Arkan. "Hoi nyai, jalan-jalan sore yuk!" Ajak Sean.

"Kemana?" Tanya Thalassa.

"Kemana aja, naik motor baru gue" ucap Sean sambil menujuk Vespa matic berwarna biru langit yang baru di belinya dua hari yang lalu. Hadiah dari papanya karna berhasil meraih peringkat ke dua pararel.

"Gue gak di ajak nih?" Tanya Arkan.

"Ya masa Cengtri?" Tanya Sean. Cengtri as boceng tiga.

"Ayok! Gue di depan, Sean di tengah, Arkan di belakang" ucap Thalassa sambil bangkit dari duduknya.

"Heh! Yang bener aja, bahaya"

"Cuma muter-muter di deket sini aja, ya kan Sean?" Tanya Thalassa pada Sean.

Sean pun mengangguk. "Gue mah ikut kata nyai aja" jawabnya.

Arkan menghela nafasnya. "Yaudah, tapi jangan jauh-jauh. Malu gue, kayak jamet" ucapnya.

"Halah, kayak gak pernah jadi jamet aja" cibir Sean.

"Emang gak pernah!" Bantah Arkan.

"Padahal kata ibu, dulu Arkan pernah warnain rambut warna merah merona terus di poni lempar gitu. Gue punya fotonya. Mau liat gak?" Tanya Thalassa pada Sean.

"Heh! Jangan buka kartu!"

Thalassa dan Sean pun tertawa setelahnya.

"MBAK THALASSA MAIN SAMA SEAN YA!" pekik Thalassa.

"KEMANA?" tanya Kirana dari dalam rumah.

"JALAN-JALAN NAIK MOTOR BARU SEAN!"

"JANGAN LAMA-LAMA, DIKIT LAGI MAGRIB"

"IYA MBAK!"

Arkan dan Sean secara bersamaan mengusap-usap telinga mereka yang terasa pengang.

"Gue kalo jadi lo, udah gue usir kali si nyai"

"Gue siram teh panas mau?" Tanya Thalassa pada Sean.

•°•°•°•

"Nathan! Nathan!"

"Elo yang nikah, gue yang ribet"

Pria dengan status singelnya itu terus menggerutu seraya mengumpati sahabat sialan nya yang sedari duku selalu menyusahkan dirinya. Siapa lagi kalau bukan Nathan. Si Manusia paling ngerepotin di muka bumi. Untung saja Libra sahabat yang baik jadi Libra dengan hati yang ikhlas membantu Nathan mengurus pernikahan yang akan di adakan besok, di hotel Mengantarkan. Hotel milik keluarga Arjuna.

Enaknya jadi keluarga kaya raya kayak Keluarganya Nathan itu ya kayak sekarang ini. Pernikahan Nathan di sponsori oleh salah satu perusahaan wedding organizer milik paman Nathan. Belum lagi konsumsi yang di tanggung oleh Tantenya Nathan selaku owner dari salah satu restoran bintang lima yang terkenal. Terakhir, Libra dengan suka rela menjadi penanggung jawab di bagian hiburan. Libra mengundang artis-artis di bawah angensinya untuk hadir dan mengisi acara di pernikahan Nathan yang akan di adakan besar-besaran itu.

Dan rencananya, salah satu stasiun televisi bahkan akan menyiarkan secara langsung prosesi pernikahan Nathan dan Kirana. Ngomong-ngomong stasiun televisi itu milik salah satu keluarga Nathan juga.

"Konsumsi udah, Tempat udah, dekorasi udah, persiapan udah sembilan puluh delapan persen" gumam Libra.

Brak!

Note book yang sedang di pegang Libra pun jatuh ke lantai karna seseorang yang tidak sengaja menabraknya.

"Aduh maaf pak, saya gak sengaja" ucap gadis itu dengan raut wajah takut.

"Kamu—"

"Maaf pak Libra atas kecerobohan karyawan kami. Dia anak magang yang baru turun ke lapangan, jadi mohon pengertiannya ya pak" ucap si pria berkacamata yang di ketahui adalah orang dari Wedding organizer.

Libra mengangguk. "Ah oke, Nama kamu siapa? Masih muda banget keliatannya" Tanya Libra.

"S-saya Venusya Artamevia, enam belas tahun pak" ucapnya.

"Hah? Enam belas tahun?" Tanya Libra dengan raut wajah kaget. "Eum maaf, By the way Venus, setelah tugas kamu selesai, temui saya di depan situ ya" tunjuk Libra pada salah satu tempat yang tak jauh darinya.

Gadis bernama Venus itu pun mengangguk. "A-ah iya pak, sekali lagi saya minta maaf" ucapnya.

"Nope" jawab Libra dan setelah itu Libra pergi dari tempat itu. Ia kembali berkeliling guna memastikan semuanya berjalan dengan lancar.

Ngomong-ngomong soal Venus, gadis itu terlalu kecil untuk berkerja. Seharusnya gadis itu fokus belajar bukan malah bekerja seperti tadi. Siapa sih orang tua yang tega membiarkan anaknya bekerja? Pikir Libra.

Tapi, wajah gadis itu seperti tidak asing. Ia seperti pernah melihatnya, wajah gadis itu mengingatkan Libra pada seseorang. Tapi siapa?

"Libra!"

"Anjing!"

Nathan langsung menatap kaget ke arah Libra. Nathan baru dateng langsung di katain Anjing. Kan gak sopan.

"Heh, mulut lo"

Libra mendengus sebal. "Lo ngagetin gue sialan" umpat Libra.

Nathan terkekeh. "Ya abisnya lo ngelamun, gak takut ke sambet lo?" Tanya Nathan.

"Berisik"

Nathan lalu menepuk pundak Libra dua kali. "Kayaknya nasib lo lebih buruk di banding gue" bisik Nathan.

Libra menatap ke arah Nathan dengan tatapan tak percaya. "Maksud lo?" Tanya Libra.

"Satu atau dua tahun lagi, takdir lo bakalan dateng, eh enggak—tapi lo yang perlahan menghampiri takdir itu" ucap Nathan.

"Udah gila lo ya?"

Dan Nathan hanya terkekeh dengan senyuman misterius yang membuat Libra bertanya-tanya.

•°•°•°•

"SEAN SEAN BERHENTI WOY!"

Sean pun langsung menarik remnya.

Bugh!

Dan kata tarikan rem mendadak itu pula membuat kepala Thalassa terbentur stang motor. Secara Thalassa duduk di depan, mana sempit, mana pake helm, engap. Gak lagi-lagi deh Thalassa naik motor bonceng tiga. Malu, soalnya tatapan orang-orang mengarah kepada mereka, orang-orang menatap mereka dengan tatapan aneh.

"Pelan-pelan kampret!" Ucap Arkan sambil menoyor kepala Sean.

"Si nyai minta berhenti mendadak, gue kan kaget" jawab Sean. "Ngapain sih nyai?" Tanya Sean.

Thalassa menujuk ke arah penjual telur gulung yang tengah ramai di kerubungi oleh bocah-bocah.

"Beli telur gulung dong!" Pekik Thalassa.

"Heh, gak boleh jajan sembarangan" timpal Arkan.

"Dikit doang, masa gak boleh"

"Gak! Gak! Gak!" Ucap Arkan. "Jalan lagi" sambung Arkan seraya menepuk pundak Sean guna menyuruhnya untuk menjalankan motornya kembali.

"Siap—NGUEEENG~"

"SEAN PELAN-PELAN!"

"WOY KAMPRET DAH GILA APA?"

Sean seakan-akan tak mendengar teriakan dari dua sahabatnya itu. Sean terus menjalankan motornya dengan kecepatan 60km/jam. Kan lumayan kenceng. Trus gila nya lagi, Sean membelokan motornya ke arah jalan raya besar.

"Heh Sean, lo mau di tilang polisi hah?" Tanya Thalassa.

"Tenang aja, gak ada razia hari ini" jawab Sean dengan santainya.

Hingga—

"MAMPUS DI DEPAN ADA POLISI!" Pekik Thalassa ketika melihat banyak polisi di depan mereka.

"PUTER BALIK!" Ucap Arkan sambil menepuk-nepuk pundak Sean.

"MANA SEMPAT KEBURU TELAT!" Jawab Sean ketika melihat salah satu polisi menghampiri mereka.

Polisi itu semakin mendekat ke arah mereka, Sean pun sudah pasrah jika pada akhirnya ia kena tilang.

"Selamat sore adik-adik" ucap sang polisi.

"Sore pak" jawab ketiganya kompak.

"Sudah tau kesalahan kalian apa?" Tanya polisi.

"Bonceng tiga" jawab Thalassa. "Tapi kita pakai helm kok pak, jadi aman!" Ucap Thalassa lagi.

Polisi itu menghela nafasnya. "Tetap saja adik-adik, naik motor bertiga itu dapat membahayakan diri kalian dan orang lain. Sekarang boleh di liat surat-surat kendaraannya?" Tanya Pak polisi tersebut.

Sontak mendengar itu Sean panik. Karna Sean gak punya SIM motor, Sean punya nya SIM mobil. Dan STNK pun Sean lupa bawa.

"Pak saya lupa bawa STNK, SIM motor saya juga masih di proses belum jadi" jawab Sean.

"Terus kenapa adik berani bawa motor kalau surat-suratnya belum lengkap?"

Sean menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Anu pak, saya mau cobain motor baru saya. Motor mahal nih pak beli nya cash no credit credit " ucap Sean.

Thalassa dan Arkan yang mendengar itu hanya memutar bola matanya malas.

"Nah sekarang karna gak ada SIM dan STNK nya pun gak di bawa, jadi motor adik kami sita" ucap polisi itu.

"LOH KOK DI SITA PAK? SAYA PULANG NAIK APA DONG?" Tanya Sean.

"Iya pak, rumah kita jauh"

"Di mana rumahnya? nanti biar kami yang antar, untuk sementara motor adik kami sita, nanti setelah surat-suratnya sudah lengkap, boleh langsung di tebus di polsek"

"Di—"

"Di private Residenz pak" jawab Thalassa serata memotong ucapan Thalassa.

Polisi itu nampak terkejut dengan ucapan Thalassa. Karna polisi itu tau betul Private Residenz itu tempat apa.

"Kediaman Axender Family?" Tanya Polisi itu.

"Saya anak nya" jawab Thalassa.

"Heh, lo mau pake kekuasaan bokap lo buat nyogok polisi hah?" Bisik Sean lada Thalassa.

Thalassa pun menggelengkan kepalanya. "Enggak, cuma mau pamer aja" jawab Thalassa sambil berbisik.

"Cih jinja!"

"Baik, nanti adik-adik kami antarkan pulang. Tapi motornya di tahan dulu gak apa-apa ya?"

Sean pun mengangguk. "Iya pak gak apa-apa, maaf ya pak"

"Iya gak apa-apa, lain kali jangan di ulangi ya, terus surat-surat seperti STNK dan SIM itu wajib di bawa ketika berkendara"

"Baik pak"

"Halo om?" Ucap Thalassa pada seseorang di telepon.

"Iya jemput Thalassa di jalan Kenanga indah, deket rumah nya Mbak Kirana"

"Thalassa di tilang polisi"

"Iya Gara-gara bonceng tiga"

"Jemput pake yang Tesla aja, iya yang abu-abu itu, soalnya yang kuning Thalassa jual buat beli Buggati"

"Oke Thalassa tunggu"

Tut.

Lalu Thalassa menatap satu persatu, mulai dari Arkan, Sean, hingga polisi itu.

"Hehehe om polisi, saya di jemput sama om saya. Jadi om gak usah repot-repot anterin saya" ucap Thalassa.

"Oh iya gak apa-apa, tunggu di pos dulu aja. Di sini banyak debu" ucap polisi itu.

Thalassa pun mengangguk lalu mengikuti langkah polisi itu menuju ke pos nya.

"Heh nyai" Sean menahan tangan Thalassa agar berhenti berjalan.

"Guna nya lo pamer itu apa hah?" Tanya Sean.

Thalassa tersenyum penuh arti. "Pamerlah selama anda punya harta dan kekuasaan" jawab Thalassa.

Plak!

"Gendeng" ucap Arkan seraya menempeleng kepala Thalassa.

"SAKIT! KAN GUE CUMA BECANDA!"


TBC

A.n
2180 Kata

Ini adalah penghantar menuju ending guys.

By the way nabung yuk, siapa tau nanti book Vanya terbit wkwk

Continue Reading

You'll Also Like

52K 4.2K 56
Series # 7 Abila Nafisa Putri *** Setelah kembali dari Belanda, Abila memulai hidup barunya dengan melanjutkan sekolahnya di SMA Merpati. Di nyataka...
306K 11.4K 59
"Gua itu bongkahan es, kalo nggak kuat?minggir." -Arion destama. "Tapi dia pangeran yang gagal dingin kalau lagi sama pacarnya." -Aleta aelius.
1.8M 128K 49
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
97.4K 8.4K 59
Tentang Aksa Gibran Pratama yang dipertemukan dengan orang yang selalu mengejar cintanya, tak lain adalah Sherina Aliesa Alexandra. Namun, hatinya ju...