We Best Love - No.1 For You (...

By FunzeeShu

21.9K 676 308

Judul : We Best Love - No.1 For You Tipe : Retelling Genre : Boyslove Sumber : Berdasarkan serial yang tayang... More

šŸ’œ Catatan Penulis : šŸ’œ
Chapter 1 - Part 1
Chapter 2 - Part 1
Chapter 2 - Part 2
Chapter 2 - Part 3
Chapter 3 - Part 1
Chapter 3 - Part 2
Chapter 3 - Part 3
Chapter 4 - Part 1
Chapter 4 - Part 2
Chapter 4 - Part 3
Chapter 5 - Part 1
Chapter 5 - Part 2
Chapter 5 - Part 3
Chapter 6 - Part 1
Chapter 6 - Part 2
Chapter 6 - Part 3
Chapter 6 -Part 4
šŸŒŠ Extra Chapter šŸŒŠ
šŸŒŠ Catatan Tambahan šŸŒŠ

Chapter 1 - Part 2

924 31 8
By FunzeeShu

Lesson 1 ~ Let’s Suffocate!

~ Part 2 ~

🌊🌊🌊

Penerjemah/penulis :
Funzee Shu

Proofreader :
TheodoraMel
UeeMs94

🌊🌊🌊


Zhou Shu Yi dan Liu Bing Wei mulai melaksanakan siasat mereka untuk mengerjai Gao Shi De.

~ Rencana #1 – “Bom Bedak” ~

Liu Bing Wei memasukan bedak bayi ke dalam corong hairdryer yang ada di ruang ganti. Biasanya Gao Shi De akan mengeringkan rambutnya menggunakan itu setiap kali habis mandi setelah melakukan latihan renang.

“Bing Wei, sudah selesai belum?” tanya Zhou Shu Yi sambil terus menatap ke arah pintu ruangan shower di area kamar ganti. Berharap semoga Gao Shi De belum selesai mandi dan keluar menuju ke arah mereka.

“Tunggu….sebentar lagi. Hampir selesai , nih!” Liu Bing Wei kembali menambahkan bubuk bedak bayi ke dalam corong hairdryer yang dipegangnya.

“Cepatlah. Mereka akan segera datang. Ayolah, cepat…!”

“Oke, beres!” seru Liu Bing Wei akhirnya, lalu merapikan letak hairdryer itu ke posisi semula.

“Ayo pergi!” Zhou Shu Yi segera menarik Liu Bing Wei ke balik loker di dekat pintu keluar. Keduanya lantas mengintip dari balik loker dengan kamera ponsel yang siap mengabadikan kejadian itu.

“Shi De, aku pakai dulu, ya, hairdryer-nya.” 

“Oke,” jawab Gao Shi De singkat sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk.

“Terima kasih.” Shi Zhe Yu meraih hairdryer itu lalu menghidupkannya. Seketika semburan bedak berwarna putih berhamburan keluar dari hairdryer itu dan memenuhi rambut dan wajahnya. Gao Shi De yang berdiri tak jauh darinya pun ikut terkena imbasnya meski tak separah temannya yang berlumur bedak dari rambut hingga bagian depan tubuhnya.

“Ulah siapa ini?? Siapa yang usil, hah?!” seru Shi Zhe Yu kesal sambil menutup matanya yang terasa perih terkena bedak.

“Sial! Ayo pergi, kita cari cara lain saja!” Zhou Shu Yi beringsut menuju pintu keluar diikuti Liu Bing Wei. “Ayo!”

“Siapa yang melakukan ini, sih!” Shi Zhe Yu berusaha mengibas-ibaskan rambutnya yang dipenuhi bubuk berwarna putih itu.

Gao Shi De yang curiga lalu mengarahkan pandangannya ke seluruh ruang.

“Mungkinkah…” 

~ Rencana #2 – “Bom Coca Cola” ~

Rencana kedua adalah mengerjai Gao Shi De yang tengah berlatih basket di lapangan indoor dengan cara memberikan botol minuman bersoda yang sudah dikocok terlebih dahulu.  

“Tembakan yang bagus, Shi De!” seru teman-teman sepermainan Gao Shi De setelah permainan usai dan mereka menuju bangku di dekat lapangan.

Lay Up tadi keren sekali!” puji Shi Zhe Yu lalu duduk di sebelah Gao Shi De.

“Sangat bagus! Penutup yang keren!” teman lainnya ikut memberikan pujian. Ketiganya lantas melakukan toss bersama.

Tiba-tiba datang seorang gadis berparas manis ke hadapan mereka, lalu menyodorkan sebotol minuman bersoda kepada Gao Shi De. “Senior, ini, minumlah.”

Gao Shi De mengangkat wajahnya ke arah gadis manis itu lalu sambil tersenyum ia menolak pemberian gadis itu. Melihat itu, Shi Zhe Yu yang duduk di sampingnya justru menjulurkan tangannya dan meraih botol minuman tersebut. “Minuman gratis ditolak. Mubazir tahu. Sini, berikan padaku saja.” 

Gao Shi De berusaha mencegah temannya itu membuka botol minuman pemberian gadis tadi karena merasa curiga, namun terlambat karena Shi Zhe Yu sudah terlanjur membukanya. Sedetik kemudian minuman bersoda itu menyembur dan membasahi wajah dan bajunya. Untungnya, refleks cepat Gao Shi De mampu membuat dirinya sedikit terhindar dari insiden itu.

“Sialan! Ini bom*)!” sungut Shi Zhe Yu kesal.

*) bom – minuman bersoda biasa digunakan untuk mengerjai orang dengan cara mengocok minuman itu beberapa saat. Tekanan yang terbentuk dari kocokan tersebut akan memberikan efek semburan yang dahsyat ketika minuman bersoda tersebut dibuka. Oleh karena itu orang menyebutnya sebagai ‘bom’ atau ‘bom soda'.

“Dasar bodoh. Kenapa kamu menyodorkannya padaku?” Gao Shi De reflek melemparkan handuk biru tua yang ada di tangannya ke Shi Zhe Yu yang dalam kepanikannya tadi menyodorkan botol soda ke arahnya.

“Ini baju baruku! Aaah!!” Shi Zhe Yu menatap kesal pada baju yang dikenakannya.

Sementara itu Zhou Shu Yi dan Liu Bing Wei tampak asyik merekam kejadian tersebut dari lantai atas sambil tersenyum puas. Gadis suruhan mereka menoleh ke arah keduanya sambil memberikan gerakan tanda ‘OK’ dengan tangannya yang dibalas dengan gerakan ‘OK’ oleh keduanya.

Gao Shi De meraih botol minuman bersoda yang telah berkurang setengah isinya itu dari tangan Shi Zhe Yu dan menemukan tulisan ‘bodoh’ disana. Lalu spontan melayangkan pandangannya ke lantai atas. Tatapannya bertemu dengan Zhou Shu Yi yang tengah melemparkan senyum mengejek padanya lalu pergi. Melihat kalau itu adalah perbuatan Zhou Shu Yi, Gao Shi De tak mampu menahan senyumnya.

(Dia melihatku….)

“Aku memang agak sial belakangan ini…” sementara itu Shi Zhe Yu kembali mendesah kesal di sampingnya.

~~~


Setelah meninggalkan gedung olah raga, Zhou Shu Yi berpisah dengan Liu Bing Wei yang harus pergi karena masih ada kelas sore itu. Zhou Shu Yi yang masih enggan untuk pulang hanya berjalan mengikuti kemana langkah kakinya membawanya pergi. Ketika melintasi ruang musik, Zhou Shu Yi melihat grand piano yang ada disana lalu memutuskan untuk bermain sejenak.

Jari-jemari Zhou Shu Yi menari di atas tuts-tuts piano dengan lincah, matanya setengah terpejam menikmati lagu ‘Aqua Blue’ milik salah satu penyanyi pendatang baru favoritnya, YU. Untuk beberapa saat pikirannya larut dalam dentingan piano yang dimainkannya itu.

Namun tiba-tiba sudut matanya menangkap sosok Gao Shi De yang tengah melihatnya dari balik jendela yang terbuka, dengan kesal Zhou Shu Yi pun menghentikan permainan pianonya.

“Permainan yang bagus. Teruslah bermain, aku ingin….”

“Apa aku harus memainkan hanya karena kamu ingin mendengarnya? Kamu pikir kamu siapa, hah?” potong Zhou Shu Yi dengan nada ketus.

“Maksudku… permainan pianomu luar biasa.” puji Gao Shi De disertai tepuk tangan yang sengaja dibuat agak lambat, “Bravo!” lanjutnya sambil tersenyum.

Dengan kesal, Zhou Shu Yi menutup piano di hadapannya. Mood nya jadi hilang seketika. 

Gao Shi De melompat masuk ke dalam ruangan musik dari jendela yang terbuka itu, lalu melangkah mendekati Zhou Shu Yi yang tengah membereskan tasnya.

Prank yang tadi itu ulahmu, 'kan?” 

Prank apa? Aku tidak tahu.” jawab Zhou Shu Yi pura-pura tidak tahu.

Zhou Shu Yi hendak berdiri dan bersiap meninggalkan ruang musik, tapi tangan kokoh Gao Shi De dengan sigap menahannya sehingga Zhou Shu Yi sulit bergerak. Dengan perlahan, Gao Shi De membungkukkan badannya ke arah Zhou Shu Yi, mendekatkan wajahnya ke leher pria di depannya itu hingga hanya berjarak beberapa senti, lalu mengendus bagian leher Zhou Shu Yi, membuat bola mata Zhou Shu Yi membulat dan panik.

“Apa yang kamu lakukan?” 

“Hmm, baunya seperti bedak bayi.” Gumam Gao Shi De sambil menyeringai.

“Jangan bohong! Yang kulempar…”

“Apa yang kamu lempar?” potong Gao Shi De masih dengan seulas senyum yang tampak mengesalkan di mata Zhou Shu Yi.

Zhou Shu Yi tidak membalas, hanya menatap galak pada Gao Shi De dengan ekspresi kesal, lalu mendorong tubuh Gao Shi De dengan sentakan keras kemudian beranjak berdiri dan meninggalkan ruang musik dengan langkah kesal.

Gao Shi De menatap kepergian Zhou Shu Yi melalui sudut matanya. Lalu tersenyum….

~~~

Zhou Shu Yi menatap lekat-lekat tulisan yang ada di papan tulis di hadapannya.


Di depan papan tulis itu tampak Fang Zheng Wen dan Liu Bing Wei tengah menulis serangkaian ide-ide ‘cemerlang’ yang kemungkinan akan digunakan mereka untuk mengerjai Gao Shi De.

Zhou Shu Yi membaca satu per satu ide itu sambil bergumam. 

“Sejuta cara untuk mengerjai Gao Shi De."

“Menaburkan bubuk cabai di celana renangnya?”

“Hmmm…” batin Zhou Shu Yi sambil mencoba membayangkan adegan yang akan terjadi selanjutnya.

“Menelepon dia lalu didiamkan?”

“Gunakan wax untuk mencabut alisnya?” Zhou Shu Yi mengerutkan kedua alisnya.

“Gunting bulu hidungnya diam-diam.”

“Yang benar saja!” umpatnya dalam hati.

“Tempelkan permen karet di kursinya.”

“Nah! Ini menarik!” Zhou Shu Yi tersenyum licik.

“Sudah cukup belum? Kita sudah melakukan ini sejak jam 3 hingga sekarang. Yang benar saja!” Sungut Fang Zheng Wen kesal.

“Iya, nih, aku sampai sudah kehabisan ide!” Liu Bing Wei menimpali.

“Sebenarnya kamu itu sedang bersiap menghukum dia atau kami, sih?” Fang Zheng Wen meninggalkan papan tulis lalu duduk di atas salah satu meja di dekatnya.

“Bagaimana kalau kita cari saja berandalan untuk memberi dia pelajaran?” Tiba-tiba Liu Bing Wei hadir dengan ‘ide cemerlangnya' yang lain.

“Kamu ini bodoh atau bagaimana, sih? Kamu 'kan kuliah di fakultas hukum, Bagaimana bisa kamu punya ide sampah seperti ini?” balas Zhou Shu Yi kesal.

“Mereka sangat ahli melakukan hal seperti itu. Dia tidak mungkin tahu,” jawab Liu Bing Wei dengan muka polosnya itu.

“Hmm, Sudahlah… kita sebentar lagi akan lulus, tahanlah sedikit lagi.” Fang Zheng Wen mencoba mengajak kedua temannya yang tampak kekanak-kanakkan itu untuk menahan diri dan berpikir logis.

“Justru karena itu, aku ingin sebuah kenangan yang pantas untuk aku kenang setelah lulus kelak.” Zhou Shu Yi tetap bersikeras melanjutkan ‘misinya’ itu.

“Apa kamu ingat waktu kita kelas 6 dulu? Kamu juga pernah berencana melakukan hal ini. Tapi pada akhirnya, justru kamulah yang terjatuh ke dalam lubang pohon itu dan akhirnya, dia juga yang menolongmu.” Fang Zheng Wen mencoba memperingati sahabatnya itu melalui kenangan lama yang pernah mereka alami bersama.

“Setiap menjelang kelulusan, kamu selalu ingin memberi dia pelajaran. Dan pada akhirnya apa yang terjadi? Kamu 'kan  yang selalu menderita akibat prank-mu sendiri?” lanjut Fang Zheng Wen.

“Maksudmu apa? Apa kamu pikir aku akan kalah darinya kali ini? Aku sudah memikirkan banyak cara!” balas Zhou Shu Yi sambil melotot kesal ke arah sahabatnya itu.

“Bukan itu maksudku.” Fang Zheng Wen menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan pelan, “Kita semua ini sudah dewasa bukan anak kecil lagi, tidak bisakah kamu berbicara baik-baik dengannya?”

“Nah, betul itu.” Liu Bing Wei menimpali.

“Aku tidak peduli. Pokoknya aku harus membuat perhitungan dengannya!” Zhou Shu Yi masih saja kukuh pada pendiriannya. Lalu pergi meninggalkan ruang kelas begitu saja. 

“Shu Yi, ayolah….” pinta Liu Bing Wei.

“Loh? Jadi bagaimana ini? Sudah begitu saja?” Fang Zheng Wen berdiri dengan wajah terkejut.

“Ingat, foto lalu kirimkan padaku list yang ada di papan tulis itu,” teriak Zhou Shu Yi dari ambang pintu, lalu pergi.

“Huh? Umurnya sudah 21 tahun tapi masih saja bertingkah seperti ini,” keluh Fang Zheng Wen sambil menggelengkan kepalanya.

“Kurasa bukan masalah. Menurutku berkelakuan seperti itu di usia 21 tahun itu…malah terlihat menggemaskan.” Liu Bing Wei menatap Fang Zheng Wen dengan wajah polosnya itu.

“Menggemaskan apanya? Jangan lupa foto itu yang ada di papan!” lalu pergi dengan rasa tak bersalah.

“Kenapa selalu aku lagi sih yang kena getahnya!” gumam Liu Bing Wei sambil mengomel lalu mulai mengambil gambar list yang ada di papan tulis menggunakan kamera ponselnya.

Keesokan harinya, Zhou Shu Yi berjalan dengan santai menuju kelas pagi yang akan di mulai satu jam lagi sambil membuka ponselnya.

“Haish, kenapa gambar daftar prank yang diambil Bing Wei kabur semua, sih?! Aku 'kan masih harus berurusan dengan Gao Shi De,” keluhnya melihat hasil kiriman foto sahabatnya itu yang kabur semua.

Zhou Shu Yi mengalihkan tatapannya dari ponselnya yang berada di tangannya dan hendak menaiki tangga menuju kelas selanjutnya ketika sudut matanya melihat Jiang Yu Xin tengah menarik-narik Fang Zheng Wen agar mengikutinya. Zhou Shu Yi memicingkan matanya sejenak lalu memutuskan untuk menyusul kedua sahabatnya itu.

“Fang Zheng Wen, cepatlah sedkit!” Jiang Yu Xin menarik pergelangan tangan Fang Zheng Wen dengan kuat.

“Iyaaa....iyaaaa….” jawab Fang Zheng Wen sembari menaiki tangga, “Ada apa , sih? Misterius sekali.”

“Ada yang ingin kukatakan padamu.”

Jiang Yu Xin menarik Fang Zheng Wen dan membawanya ke tempat yang agak sepi di dekat situ. Sementara Zhou Shu Yi mengikuti keduanya secara diam-diam dan memutuskan untuk berhenti di balik tembok dan menguping pembicaraan kedua temannya itu.

“Fang Zheng Wen, apa kamu membenciku?” tanya Jiang Yu Xin dengan wajah serius.

“Tentu saja tidak,” jawab Fang Zheng Wen.

“Jadi….kamu tidak membenciku?”

“Kamu bicara apa, sih? Bagaimana mungkin aku membencimu?” wajah Fang Zheng Wen tampak kebingungan.

“Jadi, apa kamu menyukaiku?” tanya Jiang Yu Xin lagi.

“Aku kan sudah bilang kalau aku…”

“Karena aku suka kamu,” potong Jiang Yu Xin.

Fang Zheng Wen menatap Jiang Yu Xin dengan terkejut bercampur bingung.

“Aku punya dua hal yang sangat kupedulikan sebelum aku lulus, pertama adalah menyelesaikan tesisku, dan yang lainnya adalah…..mengenai hubungan kita." Jiang Yu Xin menatap pria di hadapannya itu lekat-lekat, "Jadi, kalau kamu tidak membenciku…maukah kamu jadi kekasihku?” 

Mendengar gadis yang disukainya kini justru tengah menyatakan cintanya pada orang lain membuat tubuh Zhou Shu Yi serasa membeku. Otaknya tak mampu berpikir, lidahnya kelu. Tanpa sadar Zhou Shu Yi meraba dadanya yang tiba-tiba terasa sesak.

“Tapi….Shu Yi dan aku…”

“Aku tidak sedang membicarakan hubungan kita bertiga, tapi hubungan kamu dan aku. Kenapa kamu membawa-bawa Shu Yi dalam hal ini?” potong Jiang Yu Xin.

Zhou Shu Yi yang masih mematung mendengarkan semua itu, tanpa sengaja menjatuhkan ponsel yang tengah digenggamnya. Suara benturan ponselnya dengan lantai membuat kedua sahabatnya itu menoleh ke balik tembok dan terkejut ketika menyadari keberadaan Zhou Shu Yi di sana.

“Shu Yi…” gumam Jiang Yu Xin terkejut.

“Kenapa kamu ada disini?” tanya Fang Zheng Wen.

Menyadari dirinya tertangkap basah sedang menguping, Zhou Shu Yi buru-buru mengubah ekspresi wajahnya agar tampak biasa saja.

“Waaah, bagus sekali! Sungguh ini adalah kabar baik! Kita bertiga besar bersama, dan sekarang kalian berdua menjadi sepasang kekasih. Hebat!” seru Zhou Shu Yi dengan wajah yang dia buat seceria mungkin.

Fang Zheng Wei yang merasa tidak enak pada sahabatnya itu berusaha menjelaskan apa yang tengah terjadi. Namun perkataannya itu segera dipotong oleh Zhou Shu Yi, “Ayolah, katakan ‘ya’ padanya! Tunggu apa lagi?”

Zhou Shu Yi lantas meraih kedua tangan sahabatnya itu lalu menyatukannya dengan raut bahagia semu.

“Aku sebenarnya sangat mengkhawatirkan nasib si tomboi satu ini, apa dia bisa punya pacar nanti?” lanjut Zhou Shu Yi sambil pura-pura melotot kesal pada Jiang Yu Xin.

“Shu Yi. Aku tak tahu kalau kamu….” Fang Zheng Wen yang tampak masih tak enak hati itu berusaha menjelaskan, namun lagi-lagi Zhou Shu Yi sengaja memotong apa yang hendak Fang Zheng Wen katakan.

“Aku sangat lega sekarang,” suara Zhou Shu Yi terdengar begitu ceria dan bersemangat, “….karena ternyata kamulah yang akhirnya menjadi pacarnya! Aku jadi ingin merayakan hal ini bersama kalian. Bagaimana kalau kita pergi makan-makan malam ini?”

“Shu Yi…” Fang Zheng Wen yang merasa khawatir dengan sikap ceria berlebihan yang ditunjukkan sahabatnya itu hanya bisa menatapnya dengan sorot simpati.

“Oke! Ingat ya, malam ini….jam 8!” Zhou Shu Yi mengarahkan telunjuknya pada kedua sahabatnya itu secara bergantian. Senyum lebar terkembang di wajahnya.

“Shu Yi….” panggil Jiang Yu Xin dengan sorot khawatir juga.

“Sampai ketemu nanti!” Zhou Shu Yi segera berbalik pergi meninggalkan kedua sahabatnya itu yang menatap kepergiannya dengan sorot kebingungan disertai rasa khawatir. 

“Hmm…kenapa dia terlihat begitu tergesa-gesa? Apakah Shu Yi….baik-baik saja?” gumam Jiang Yu Xin sambil mengerutkan alisnya.

Sedangkan Fang Zheng Wen yang berada di sampingnya hanya bisa tersenyum canggung.

~~~

Zhou Shu Yi berusaha tetap tenang menghadapi berita yang baru saja dia dengar. Hari begitu cerah, tapi di dalam dadanya seolah sedang ada badai topan yang tengah berkecamuk dan mengoyak hatinya. Jiang Yu Xin menyukai Fang Zheng Wen….dan kini impiannya telah hancur berantakan.

Zhou Shu Yi melangkahkan kakinya setenang mungkin melewati lorong kelas, menuju area lobi. Dengan pikiran kalut mencoba mengatur agar langkah kakinya tetap stabil. 

Namun tampaknya apa yang dia lakukan itu sia-sia belaka. 

Tak ingin orang mengetahui gejolak yang kini tengah mengaduk perasaannya, Zhou Shu Yi memutuskan untuk berlari menjauh dari area kampus yang ramai dan mencari tempat yang sunyi untuk menenangkan diri.

Zhou Shu Yi berlari menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa dan tak sengaja menyenggol Gao Shi De yang tengah menaiki anak tangga bersama Shi Zhe Yu.

“Eh, ada apa sih?! Berlari sambil menuruni tangga itu sangat berbahaya tahu!” umpat Shi Zhe Yu kesal. Sementara Gao Shi De yang berada di sampingnya menatap Zhou Shu Yi yang tengah berlari itu dengan sorot khawatir.

Shi Zhe Yu menoleh dan menatap Gao Shi De, “Kamu tidak apa-apa 'kan?”

“Tidak apa-apa.” jawab Gao Shi De tanpa mengalihkan pandangannya dari arah kemana Zhou Shu Yi pergi.

Zhou Shu Yi berlari sekuat tenaga. Langkah kaki membawa dirinya tiba di kolam renang. Pada saat itu kolam renang dalam keadaan sepi karena pada jam sekarang ini tidak ada kegiatan apapun di situ karena kelas pagi kebanyakan masih berlangsung dan kegiatan klub baru aktif di sore hari. 

Zhou Shu Yi duduk dibangku penonton setelah lelah berlari. Nafasnya terengah-engah, dadanya terasa kian sesak. Dengan kedua siku yang ditopangkan pada lututnya dan wajah tertunduk, air mata yang sedari tadi coba ditahannya sekuat tenaga kini tak mampu lagi ia bendung….

“Kenapa Zheng Wen? Kenapa memilih dia dan bukan aku? Zheng Wen, dasar kamu bodoh. Yu Xin, kamu juga bodoh! Kalian berdua tolol!” umpatnya kesal.

“Aku telah berusaha selama ini, kenapa kalian begini padaku?” Air mata itu kini tumpah sudah, ledakan emosi itu akhirnya keluar juga.

Zhou Shu Yi meraih kalung pembawa keberuntungan pemberian Jiang Yu Xin itu dan melepasnya, lalu menatapnya sambil menangis. 

“Kamu bilang kalau kalung ini adalah kalung keberuntungan yang dibuat secara khusus. Beruntung apanya!” umpatnya kesal.

Zhou Shu Yi mengalihkan tatapannya ke arah kolam renang di hadapannya. Sesaat kemudian bangkit berdiri lalu berjalan ke bibir kolam, menatap riak air di permukaannya yang bergerak tenang itu sejenak lalu menceburkan dirinya ke riak tenang itu dengan sentakan keras. Menenggelamkan dirinya hingga ke dasar kolam. 

Dengan perlahan Zhou Shu Yi membuka telapak tangannya, kalung yang berada di dalam genggamannya itu pun terlepas dan melayang jatuh hingga menyentuh dasar kolam. 

Zhou Shu Yi berdiam di dasar kolam itu untuk beberapa saat, mencoba menikmati kesunyian yang hampa di dasar kolam yang menyelimutinya itu. Kehampaan yang sesuai dengan apa yang ia rasakan saat ini.

Tiba-tiba seseorang terjun masuk ke dalam kolam dan berenang cepat ke arah dimana Zhou Shu Yi melayang dalam diam. Lalu meraih tangan Zhou Shu Yi dan menyentaknya keras.

Zhou Shu Yi membuka matanya dengan terkejut, dan mendapati sosok Gao Shi De yang tengah mencengkram erat tangannya dengan wajah khawatir. 

Gao Shi De berusaha menolong Zhou Shu Yi, memberi kode dengan jarinya yang menunjuk ke arah atas. Tetapi Zhou Shu Yi berontak keras menolak pertolongan Gao Shi De dan berusaha melepaskan diri dari genggaman tangan Gao Shi De itu.

Sesaat kemudian Zhou Shu Yi merasakan sentakan keras pada tangannya yang membuat dirinya tertarik ke depan. Detik berikutnya, Zhou Shu Yi merasakan sesuatu menyentuh bibirnya. Untuk sesaat Zhou Shu Yi tak tahu apa yang tengah terjadi. Pikirannya terasa kosong. Yang Zhou Shu Yi lihat saat ini adalah wajah Gao Shi De yang tampak begitu dekat dan bibirnya yang kini menempel padanya.

Gao Shi De menciumnya… dan itu membuat Zhou Shu Yi terpana, tubuhnya mendadak terasa membeku menghadapi situasi tak terduga itu….

(Ini…)

💧💧💧

🗂 Catatan penulis :

Bagaimana? Masih baper juga gak pas sampai di scene ini? 😉

~fs20210328

Continue Reading

You'll Also Like

1.2K 70 35
Author: Jiao Tang Dong Gua ( ē„¦ē³–冬ē“œ ) Total bab : 98 bab + 2 Extra Genre : Action, Adventure, Mature, Romance, Sci-fi, Smut, Yaoi Kisah ini tentang...
1.7M 105K 40
"You all must have heard that a ray of light is definitely visible in the darkness which takes us towards light. But what if instead of light the dev...
3.2M 261K 96
RANKED #1 CUTE #1 COMEDY-ROMANCE #2 YOUNG ADULT #2 BOLLYWOOD #2 LOVE AT FIRST SIGHT #3 PASSION #7 COMEDY-DRAMA #9 LOVE P.S - Do let me know if you...
3.2M 202K 90
What will happen when an innocent girl gets trapped in the clutches of a devil mafia? This is the story of Rishabh and Anokhi. Anokhi's life is as...