Pojok Ambigu Otak Kanan

By vermoza

11.2K 297 13

Kumpulan sampah dalam otak yang dirasa sayang untuk dilupakan More

Tempat Spesial Kita
Terima Kasih
Second Chance
Eyes
Bus Stop
Hunter With No Name
Old Friend
Captain
Daydream
Can of Coffee
Opposite
Meet Again
24 Hours
Chocolate
LOST
Hey Ratu
The Mechanic
Gelap
Aku Siapa?
Signal
MiraTelli

Conversation

514 16 0
By vermoza

Sore hari yang tenang di sebuah bukit terdapat sebuah pohon besar yang berdiri kokoh dan kelihatannya pohon itu yang paling mecuri perhatian. Bagaimana tidak ? hanya pohon itu yang berdiri sendiri disana, memantapkan akar akarnya sementara disekitarnya hanya ada rumput rumput yang terhampar rapi tanpa ada pohon lain yang menemaninya menikmati indahnya sore ini.

Tapi bukan pohon itu yang menjadi sorotan sebenarnya, melainkan seorang laki laki renta atau mungkin lebih enak di sebut seorang kakek yang sedang duduk di bangku taman yang ada di bawah pohon tersebut. Kakek itu hanya duduk disana, diam, tanpa melakukan hal yang berarti mungkin faktor usia yang membatasinya untuk melakukan hal hal yang dia inginkan namun sepertinya dia memang hanya ingin menikmati hangatnya sinar mentari sore yang membelai lembut kulit kulitnya yang keriput.

Kakek itu memejamkan matanya yang sudah tidak awas lagi, berulang kali dia menarik nafas panjang dan kemudian menghembuskannya perlahan. Tanpa dia sadari sesosok wanita datang menghampirinya.

“Maaf boleh aku duduk disini ?” Ucap wanita itu sopan

“Uhk…uhk… tentu saja boleh nak” Pria tua itu mempersilahkan wanita itu untuk duduk

Wanita itu duduk di sebelah pria tua itu. Wanita yang kelihatannya masih muda dengan wajah yang masih mulus tanpa ada keriput yang menghiasi. Yang mencolok dari wanita itu hanya pakaiannya yang tidak seperti pakaian wanita seusianya, dan dengan warna hitam yang dominan,

“Apa yang sedang anda lakukan disini ?” Wanita itu mencoba membuka percakapan

“Hahaha Aku hanya menikmati hari tuaku disini”

“Apakah aku mengganggumu pak tua ?”

“Tidak kok anak muda, mungkin aku memang butuh teman untuk berbincang”

Wanita itu menatap dalam pria tua itu, sepertinya wanita itu mengenal pria tua tersebut. Ternyata hal itu dirasakan juga oleh pria tua itu, dia merasakan tatapan wanita itu bukan sebuah tatapan iba dari orang yang merasa kasihan terhadap sesosok pria tua melainkan lebih dari tatapan orang yang sudah saling kenal namun baru bisa bertemu.

“Siapakah sebenarnya dirimu nak ? sepertinya kau mengenalku ?”

“Mungkin iya, mungkin juga tidak, tapi yang pasti aku selalu bersamamu selama ini” Balas wanita itu

“Salah satu temanku ? aku rasa teman temanku hampir semuanya seumuran denganku”

“Suatu saat kau akan tau pak, soalnya aku sudah cukup lama menantikan saat seperti ini, saat saat dimana aku bisa berbincang langsung denganmu”

Pria itu semakin heran, namun dia memaklumi hal itu mungkin otaknya sudah terlalu lelah bekerja selama ini dan dia tidak mau membebani otaknya yang sudah tua itu untuk memikirkan hal hal yang berat.

“Hahahaha baiklah nak, apa kau punya sesuatu untuk diceritakan ?”

“Sebaliknya, justru aku lebih tertarik mendengar pengalamanmu pak” Wanita itu tampak antusias

“Benar juga, tapi mungkin ini akan memakan waktu yang lama, jadi maukah kau menemani pria tua ini sedikit lebih lama disini ?”

Wanita itu hanya mengangguk tanda setuju. Pria tua itu pun tersenyum nampaknya dia mulai mengingat ngingat setiap peristiwa yang sudah dia alami untuk dia ceritakan pada penggemar rahasianya ini.

“Baiklah nak ayo kita mulai dari awal”

*****

Namaku adalah Oka, aku terlahir di keluarga yang biasa saja semuanya sangat normal, tidak kaya namun juga terlalu berada untuk dibilang miskin intinya keluarga kami adalah keluarga yang berkecukupan.

Aku dulu merupakan orang yang dianggap punya kecerdasan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak anak seusiaku, sehingga orang tuaku menganggap bahwa aku adalah anak yang akan menjadi seseorang yang berhasil di kemudian hari

 “Apakah benar seperti itu ?” Wanita itu memotong cerita pria tua tersebut

“Pada awalnya, iya” Ucap pria tersebut “Mari kita lanjutkan”

Awalnya aku juga berpikiran sama dengan kedua orang tuaku, aku menganggap bahwa aku berdeda dari anak anak yang lain, ada sesuatu yang lebih dari diriku. Namun seiring berjalannya waktu aku mulai menyadari bahwa sebenarnya aku hanya satu langkah lebih cepat dari anak anak seusiaku.

“Maksud anda ?” Wanita itu nampak sedikit bingung

“Sederhana, aku hanya mengetahui hal baru lebih cepat dibandingkan anak anak yang lain”

Gadis itu hanya mengangguk dan pak tua itu mulai bercerita kembali.

Kehidupan masa kecilku sebenarnya biasa saja, tidak banyak hal yang spesial. Namun ada suatu moment penting yang terjadi pada saat itu, moment dimana untuk pertama kalinya aku berhubungan dengan kematian.

Kelinci peliharaanku meninggal pada awalnya aku mengira dia hanya tertidur namun aku merasa ada hal aneh, badannnya dingin dan kaku. Aku yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi langsung menangis dan mengundang perhatian kedua orang tuaku.

Mereka hanya tersenyum, mereka bilang bahwa waktu kelinci tersebut sudah habis dan dia harus pergi menuju tempat yang lebih baik.

“Anda percaya akan hal itu ?”

“Dulu iya, lagipula dulu aku juga tidak merawatnya dengan baik jadi wajar jika dia memilih tempat yang menurutnya lebih nyaman dibandingkan tinggal bersamaku” Pria tua itu mengatur nafasnya.

“Adakah peristiwa lain yang terjadi pada masa kecil anda ?”

“Sepertinya tidak, namun ada hal aneh saat aku mengubur mayat kelinci itu, aku melihat seorang perempuan berdiri di depan pagar menatapku aku kira dia adalah warga sekitar namun dia langsung menghilang setelah aku menoleh sebentar”

“Baiklah lanjutkan ceritamu pak” Wanita itu nampak tidak sabar

Sekarang masuk ke masa remaja, masa masa pencarian jati diri, masa dimana anak anak muda mencoba hal hal yang baru untuk menemukan minat dan bakatnya. Menurutku masa masa ini adalah masa yang menyenangkan karena jiwa muda yang berapi api dan tak kenal takut membuat kita berani mencoba apapun dari yang masuk akal hingga yang dianggap gila.

“Apakah anda juga melakukan hal hal yang gila ?”

“Beberapa hal kulakukan, namun aku lebih fokus pada hal lain”

“Apa itu ?”

“Disinilah aku bertemu dengan apa yang mereka bilang cinta pertama”

Aku bertemu dengan sesosok wanita, awalnya aku pikir ini akan jadi hal yang biasa toh aku juga punya banyak teman teman wanita. Tapi entah mengapa kali ini berbeda, aku merasakan takut, bahkan untuk menatap matanya saja tidak berani, jantungku berdebar debar layaknya atlit yang habis menyelesaikan semua menu latihannya, lidahku kelu bahkan untuk menyapa saja tidak mampu dan perutuku terasa aneh seperti ada kupu kupu yang terbang kesana kemari di dalam.

“Jadi anda membiarkannya begitu saja ?”

“Sempat terpikir begitu, namun takdir berkata lain”

Awalnya aku berniat meninggalkannya dan mengabaikan apa yang kurasakan dan pada saat yang sama dia memandang kearahku dan tersenyum, pada saat itu aku berpikir bahwa malaikatlah yang tersenyum karena memang benar benar sangat indah. Dia menghampiriku dan mengajakku berkenalan, Melody nama gadis pemilik senyum indah itu.

“Hmm apakah sejak itu kalian pacaran ?” Wanita itu meletakan tangannya di dagu lancipnya

“Wowowow sabar anak muda, waktu itu aku masih terlalu muda untuk menjalin sebuah hubungan dengan seseorang, lagipula semenjak perkenalan itu aku tidak pernah melihatnya lagi”

“Dan berakhirlah kisah tentang anda dan melody”

“Tidak juga” Pria tua itu tersenyum “Namun ada satu hal yang aneh”

“Apa itu ?” Wanita itu terlihat penasaran

“Ingatkah kau gadis yang ada di saat aku menguburkan kelinciku ? ya dia ada disana juga memang belum tentu itu dia tapi aku yakin bahwa dialah yang saat itu berada disana”

“Siapa sebenarnya gadis itu ?” Tanya wanita itu sementara pria tua itu hanya mengangkat kedua bahunya.

Sekarang mari lanjut ke masa masa SMA, masa di mana orang  bilang adalah masa masa yang paling indah. Aku akui mereka yang mengatakan hal itu tidak salah karena aku juga merasakan hal yang sama terlebih lagi aku bisa bertemu kembali dengan Melody, ya kami satu sekolah dan juga disinilah aku bertemu dengan musuh pertamaku.

“Tidak kusangka ternyata anda memiliki musuh juga”

“Setiap orang memiliki musuh anak muda, mulai dari yang terlihat hingga tidak terlihat”

“Yah kau benar pak tua”

Hubunganku dengan Melody semakin dekat, yah kami menjadi sahabat. Hampir semuanya kami lakukan bersama, kecuali yang menyangkut hal hal pribadi tentunya. Ternyata hal itu membuat iri pihak pihak tertentu, mereka beranggapan bagaimana mungkin pria sepertiku bisa dekat dengan wanita cantik seperti Melody, aku sendiri tidak percaya tapi itulah yang terjadi.

“Memang seperti apa anda waktu itu ?”

“Bisa dibilang aku adalah orang yang imanjinatif saat dituntut untuk lebih realistis”

“Oh aku mengerti” Wanita itu kembali siap mendengarkan cerita pria tua yang duduk disampingnya.

Pihak pihak yang merasa iri tersebut pun melancarkan aksinya. Ya disanalah aku mengalami apa yang dinamakan bullying. Hari hari kulalui dengan menikmati perilaku yang kurang menyenangkan dari orang orang itu.

Aku heran, jika mereka ingin dekat dengan Melody mengapa mereka tidak mencoba berkenalan dan berteman dengannya ? toh Melody bukan tipikal gadis yang sombong dan suka pilih pilih teman. Yah apapun yang mereka lakukan padaku selalu ada Melody yang memberikan support kepadaku.

“Kenapa anda tidak melawan ?”

“Apa kau bisa melawan api dengan api ?” Wanita itu terdiam sejenak

“Tidak”

“Kau tahu juga ternyata, tapi aku tidak pernah merasa kesal ataupun dendam pada mereka” Pria tua itu membetulkan posisi duduknya

“Kenapa ? bukannya mereka membuat anda susah ?”

“Karena mereka memberikan pelajaran padaku”

“Apa itu ?” Wanita itu semakin penasaran

“Bahwa sebaik apapun hal yang kau lakukan, selalu ada orang yang akan membencimu dan berusaha menjatuhkanmu”

Wanita itu terdiam beberapa saat. Dia mencoba mendalami apa yang dikatan oleh pria tua ini. Setelah itu dia menganggukkan kepalanya sebagai tanda kepada pria tua itu untuk melanjutkan ceritanya.

Sekarang disinilah masa dimana pertama kali aku merasakan apa itu kehilangan. Pada waktu itu aku dan Melody sedang berjalan jalan di sebuah pusat perbelanjaan dan pandangan kami tertarik dengan brosur yang berisi tentang audisi pencarian anggota untuk grup idola baru. Melody tampaknya sangat antusias melihat hal itu, memang sudah menjadi impiannya untuk tampil dan dikenal oleh banyak orang, sebagai teman yang baik aku pun mendukung keputusannya.

Mungkin dia menganggap aku benar benar mendukung keputusannya itu, namun dalam hati kecilku sebenarnya kau menentangnya. Segera aku menyadarkan diriku, apa sebenarnya yang aku pikirkan ? bukankah selama ini Melody selalu mendukungku ? betapa egoisnya diriku bila aku tidak membantunya menggapai mimpi.

“Apa kau takut dia kecewa karena tidak lolos ?”

“Bukan, dia pasti lolos audisi, aku tau, dan itulah yang kutakutkan”

“Lanjutkan…” Wanita itu nampaknya dihantui rasa penasaran

Sebelum mengikuti audisi itu aku mulai menemani Melody berlatih. Menari, bernyanyi, latihan fisik dan segala latihan lainnya kami lakukan demi memaksimalkan penampilan Melody dihadapan para juri yang nanti akan menilainya.

Berkali kali dia sempat kelelahan dan timbul keinginan untuk menyerah, namun aku segera menyemangatinya dan mengatakan untuk melupakan keinginannya untuk menyerah karena kesempatan ini tidak datang untuk semua orang dan aku yakin bahwa dialah salah satu orang yang beruntung. Apapun yang terjadi aku terus mendukung mimpi milik Melody.

“Bagaimana dengan mimpi anda pak ?”

“Mimpiku ? mimpiku masih berjalan lancar”

“Apa itu ?”

“Membantunya mewujudkan apa yang ingin dia capai” Laki laki tua itu melanjutkan ceritanya

Akhirnya hal yang sudah kuperkirakan terjadi. Melody lolos dan resmi menjadi salah satu anggota grup tersebut. Jujur aku ikut senang karena dia selangkah lebih dekat dengan mimpinya dan lagi, siapa yang tidak ikut senang saat melihat senyumnya ?.

Bersamaan dengan itu hal yang kutakutkan terjadi, ya kami terpaksa harus berpisah, dia bilang dia harus mengikuti pelatihan sebelum benar benar bisa tampil di depan banyak orang.

“Disinilah kalian berdua berpisah ?” celetuk wanita itu

“Ya kau benar, tapi dari sini aku belajar merelakan sesuatu”

“Gimana kehidupan anda pasca ditinggal olehnya ?”

“Ok begini….”

Setelah Melody pergi aku merasakan sesuatu, sesuatu yang tidak bisa kujelaskan dengan spesifik. Hari hari yang kujalani terasa lebih datar, dan seperti ada lubang kosong yang menunggu untuk diisi. Tidak ada lagi senyum khasnya, tidak ada lagi dukungan disaat aku terpuruk, tidak ada lagi teman untuk saling berbagi mimpi. Aku sendiri tidak tahu apa yang akan aku lakukan, untuk siapa aku melakukan sesuatu, dan kenapa aku melakukannya. Alasan itu sudah hilang, alasan itu, Melody.

“Secara tidak langsung anda menyerah ?”

“Ya” Pria tua itu menundukkan kepalanya. Wanita itu hanya terdiam. Nampaknya sudah habis apa yang akan diceritakan oleh pria tua ini.

“Hingga akhirnya aku mengerti bahwa aku sedang mempelajari sesuatu” Celetuk pria tua itu yang mengagetkan Wanita muda yang siap beranjak dari tempat duduk disampingnya.

“Kali ini apa yang anda pelajari ?” Wanita itu kembali duduk dan tampak sangat antusias

“Aku sedang belajar tentang kesepian, bagaimana kesepian bisa merubah hidupmu, bagaimana kesepian bisa membuatmu terpuruk dan yang terpenting bagaimana kau memilih”

“Memilih apa ?” Wanita itu mengkerutkan dahinya.

“Memilih untuk tetap terjebak dalam kesepian, atau bangkit dan melanjutkan hidupmu”

“Biar kutebak, kau memilih bangkit ?”

Pria tua itu tersenyum sambil mengangguk dan sepertinya wanita yang duduk disampingnya mengerti apa yang dimaksud.

“Bagaimana kelanjutannya ?”

“Oke mungkin ini jadi yang terakhir nak”

Setelah sekian lama, setelah aku berhasil bangkit dari kesepian yang kurasakan akhirnya aku dipertemukan kembali dengan Melody. Berawal dari sebuah kotak ajaib yang mereka sebut televisi, aku melihatnya sedang bernyanyi sambil menari bersama teman teman di Grupnya itu. Dia terlihat sangat mengagumkan terutama senyum khas yang terukir di bibirnya itu.

“Anda mencoba menghubunginya ?”

“Tentu saja, namun kelihatannya tidak semudah itu nak”

“Apa yang terjadi ?”

“Dia mengganti semua kontaknya”

“Lalu apa yang anda lakukan”

Aku berusaha mencari tahu tentang grup yang menjadi tempat Melody bernaung. Setelah mengumpulkan informasi akhirnya aku tahu bahwa mereka memiliki sebuah theater dimana para fans mereka bisa menonton secara langsung penampilan grup itu, dan ya aku memutuskan untuk menyambangi theater mereka.

Wanita itu hanya menyimak cerita dari pak tua disampingnya, tidak ada pertanyaan kali ini. Sementara lelaki tua itu sudah mulai sulit mengatur nafasnya, namun dia tetap melanjutkan ceritanya.

Setelah melewati proses yang rumit, akhirnya aku memiliki tiket untuk menonton penampilan grup itu secara langsung lebih tepatnya penampilan Melody. Akhirnya pertunjukan dimulai, aku bisa melihat Melody tampil. Aku tersenyum dalam hati, setidaknya dia masih Melody yang dulu hanya saja kali ini dengan lebih banyak orang yang mendukungnya. Penampilan demi penampilan dia bawakan dengan penuh semangat hingga pada suatu titik pandangan kami bertemu.

“Apa dia menyadari itu kamu ?” Wanita itu mulai melempar pertanyaan lagi

“Entahlah aku juga tidak begitu yakin”

“Lalu apa yang terjadi ?”

Setelah kedua mata kami bertemu ada sesuatu yang aneh terjadi. Gerakan tarian Melody mulai aneh, beberapa kali dia kehilangan ritme yang menyebabkan gerakannya menjadi sedikit tidak sinkron dengan gerakan teman temannya. Sempat berpikir apakah mungkin karena kehadiranku ? ah tapi mana mungkin dia menyadari keberadaanku ditengah banyaknya penonton show ini.

Pertunjukan pun selesai, semua penonton digiring menuju pintu keluar, di pintu keluar terdapa anggota anggota grup itu sedang berdiri berjejer dan melakukan toss sembari mengucapkan terima kasih karena menonton pertunjukan mereka. Aku tidak menghiraukan mereka yang menjadi fokusku adalah Melody.

“Kalian berdua bertemu ?”

“Itu harapanku” Pria tua itu menarik nafas panjang “Tapi dia tidak ada di barisan itu”

Wanita itu menggelengkan kepalanya, sepertinya dia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh kakek tua ini, perasaan kecewa.

“Tapi aku bertemu dengannya diluar theater”

“Lalu ?”

“Dan ini menjadi pertemuan terakhir kami”

Aku pergi meninggalkan theater dengan perasaan kecewa. Ya aku tidak bisa bertemu dengan Melody. Sepertinya Tuhan mendenger doaku, di pintu keluar aku melihat sosok yang familiar, sosok yang menjadi tujuanku untuk datang kesini, sosok itu adalah Melody.

Dia menggunakan pakaian yang tidak seperti biasanya, hampir sebagian besar wajahnya berusaha dia tutupi yah wajar, sekarang dia sudah terkenal. Dia mengajakku ke suatu tempat agar bisa berdua saja kelihatannya dia ingin membicarakan sesuatu.

Dia memelukku, air matanya menetes, dia bilang dia sangat merindukanku. Sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama tetapi nampaknya aku tidak bisa menangis. Dia menceritakan apa yang terjadi selama dia di grup itu. Ternyata dia menjadi ‘wajah’ dari grup itu yang membuatnya menjadi tokoh central yang selalu disorot. Namun dia mengatakan bahwa dia ingin berhenti, dia lelah, waktunya tersita untuk kegiatan kegiatan grup itu bahkan untuk keluarga pun tidak ada waktu. Oleh karena itu dia sangat senang melihatku, dia ingin aku membawanya pergi, pergi menuju kehidupan normal.

“Dan…?”

“Aku menamparnya”

“benarkah ?” Wanita itu nampak tidak percaya

“bukankah aku sudah terlalu tua untuk berbohong ?”

Wanita itu hanya mengangguk.

Tentu saja Melody terkejut melihat perlakuanku padanya. Jujur akupun sebenarnya tidak sampai hati untuk melakukan itu, tapi sifat cengengnya itu membuatku kesal, itu bukan seperti Melody yang selama ini ku kenal, Melody yang ku kenal tidak pernah lari dari masalah bahkan dia cenderung berusaha untuk menyelesaikan apapun rintangan yang dia hadapi, tapi ini ? aku tidak kenal siapa yang berada di hadapanku ini.

“Dan begitulah perpisahan kalian ?”

“Apakah kau pikir aku sekejam itu nak ?”

“Lalu ?”

“Yah aku mengatakan padanya bahwa untuk apa dia melakukan itu ? untuk orang sepertiku ? memang aku menginginkannya tapi betapa egoisnya aku menyimpan senyuman indahnya hanya untuk diriku sendiri sementara diluar sana banyak orang yang termotivasi melihat penampilan Melody”

“Kalian akhirnya jadian ?”

“Oh iya aku belum bilang kalau anggota grup itu tidak boleh memiliki hubungan romansa dengan laki laki”

“Kenapa seperti itu ?”

“Secara garis besar aku tau, agar konsentrasi mereka tidak terpecah, dan mereka bisa fokus mengejar apa yang ingin mereka capai”

“Dan apa yang kau lakukan setelah itu pak tua ?”

“Aku kembali menjalani hidupku, menjadi penulis, bertemu dengan wanita yang menerimaku apa adanya dan membuat sebuah keluarga kecil yang bahagia”

“Dan Melody ?”

“Uhk…Aku tidak pernah bertemu dengannya lagi, tapi uhk… aku dengar dia semakin bersinar disana …uhk” Pria tua itu menutup mulutnya dengan kepalan tangannya

Wanita itu tersenyum, sepertinya dia memikirkan sesuatu. Dia mengubah posisi duduknya hingga seluruh badannya menghadap ke pria tua disampingnya.

“Hei pak tua, apabila kau kuberi kesempatan untuk kembali ke masa lalu maukah kau melakukannya ?”

“Uhk…Tidak…nak” Pria itu tersenyum

“Kenapa ? bukannya banyak orang yang ingin kesempatan ini dan kau malah menolaknya” Wanita itu nampak terkejut.

“Hehehe menurutku waktu itu hidup, dia bagian dari kita, dia bernafas dan setiap kita memaksa untuk kembali ke masa lalu kita menyakitinya bagaimana jika dia mati ? apa yang akan terjadi dengan kita semua ?”

“Baiklah aku mendapat pelajaran terakhir darimu yang membuatku mengerti kenapa kau menolak tawaranku” Wanita itu berdiri membelakangi pria tua disampingnya

“Apa itu nak ?”

“Bersyukur, kau bahagia seperiti ini karena kau mensyukuri apa adanya kau sekarang, bukan malah bersyukur saat kau bahagia”

Pria tersebut tersenyum, dia tidak menyangka bahwa di usia rentanya dia bisa memberikan pelajaran untuk orang lain.

“Oke kau sudah dengar ceritaku nak, maukah kau beri tahu siapa dirimu ?”

Wanita itu berbalik kali ini dia berhadapan dengan pria tua yang dari tadi menceritakan kisah hidupnya, memberinya pelajaran.

“Aku adalah sesuatu yang lebih dekat denganmu jauh lebih dekat dari keluargamu, temanmu, bahkan Melody, aku tidak pernah lelah mengikutimu melebihi bayanganmu, aku selalu memperhatikanmu lebih dari penggemar rahasiamu, dan akulah yang paling sabar menunggumu lebih dari siapapun”

Pria itu sedikit kaget, namun pada akhirnya dia tersenyum, sepertinya dia mengetahui siapa sebenarnya wanita yang menjadi temannya berbincang sedari tadi. Dia mencoba bangkit dari tempat duduknya.

“Ternyata kau Nona ‘Kematian’ maaf aku tidak mengenalimu dari awal”

“Tidak apa pak tua, aku selalu senang mendengar cerita yang menarik”

“Terima kasih karena sudah mau menungguku menyelesaikan cerita konyol itu”

“Yah hal yang setimpal, jadi apakah kau rindu dengan kelinci kecilmu ?” Wanita yang ternyata dewa kematian itu mengulurkan tangannnya

“Tentu saja, aku penasaran sudah sebesar apa dia sekarang”

Pria tua itu menyambut tangan wanita itu. Perlahan lahan kesadarannya mulai sirna. Matahari pun mulai terbenam, seolah olah mengiringi kepergian pria tua itu menuju tempat peristirahatan terakhirnya.

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 34.9K 60
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that. -Completed-
132K 7.8K 93
"Great news! Wei WuXian has died!" "Wait- WHAT?!" "But I'm still here." The juniors (Lan Sizhui, Lan Jingyi, Jin Ling, and Ouyang Zizhen) accidentall...
129K 2.3K 48
Alexis Piastri is Oscar Piastri's older sister. After feeling unfulfilled with her life, Alexis decides to drop everything to take a gap year and joi...
1.4M 32.2K 60
In which Daniel Ricciardo accidentally adds a stranger into his F1 group chat instead of Carlos Sainz.