πŸ†ƒπŸ…°πŸ…ΌπŸ…°πŸ†ƒ Sangat Membenci Me...

By iu3a17

130K 6.9K 1.2K

[WARNING: TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR C... More

Kata Pengantar Penerjemah Abal-Abal
Curhatan Mimin Selama Menerjemahkan
Introduction
Chapter I Katanya Semakin Membenci Sesuatu, Semakin Sulit untuk Menghindar
Chapter II Perang Dimulai
Chapter III Keduanya Memanas
Chapter IV Cara untuk Membalas
Chapter V Menyaksikan Sendiri
Chapter VI Seseorang yang Sok Kuat
Chapter VII Menempelkan Daun Emas ke Belakang Patung Buddha
Chapter VIII Perubahan Sudut Pandang
Chapter IX Di Waktu Malam
Chapter X Perasaan yang Menuntun
Chapter XI Dibawah Guyuran Air Dingin
Chapter XII Mati Akibat Ucapan
Chapter XIII Di Tengah Situasi Buruk
Chapter XIV Perasaan yang Terucap
Chapter XV Menelan Kata-Katanya Sendiri
Chapter XVI Sekali Saja Tidak akan Cukup
Chapter XVII Kedua Kalinya Telah Dimulai
Chapter XVIII Mulut yang Berkata Tidak...
Chapter XIX ...Tapi Setiap Waktu Selalu Selesai
Chapter XX Sebenarnya, Hanya Merasa Takut?
Chapter XXI Beginikah Teman?
Chapter XXII Aku Tidak Akan Berbaikan!
Chapter XXIII Status Hubungan
Chapter XXIV Saat Memutar Sumbu yang Hampir Terlepas
Chapter XXV TTM Bukan Pacar, Tidak Berhak Bertindak Posesif
Chapter XXVI Berhenti Di Tempat yang Sama
Chapter XXVII Tiba Pada Titik Memutuskan Hubungan
Chapter XXVIII Menyalahkan
Chapter XXIX Ketika Type Telah Memiliki Status Hubungan
Chapter XXX Pulang ke Rumah
Chapter XXXI Harus Berpikiran Terbuka
Chapter XXXII Cara Berpikir Pria Buruk Itu
Chapter XXXIII Seseorang yang Egois
Chapter XXXIV Ulang Tahun Bersama Seseorang di Masa Lalu
Chapter XXXV Tidak Terlihat akan Dicampakkan
Chapter XXXVI Harga untuk Menahan Sebuah Kenyataan
Chapter XXXVII Ketika Dia Meminta Putus
Chapter XXXVIII Cerita Kala itu
Chapter XXXIX Sungguh, Seseorang yang Lebih Tinggi
Chapter XL Milikku!
Chapter XLI Huft, Dia Benar-benar Jahat
Chapter XLII Menghimpun Tentara, Jangan Gila...
Chapter XLIII Rasanya Benci, Bagaimanapun Juga, Aku Mencintainya
Chapter XLIV Di Atas Panggung
Chapter XLV Bercinta di Malam Hari
Chapter XLVI Kebahagiaan Ini Akankah Berlanjut ?
Chapter XLVII Di Belakang Cintanya
Chapter XLVIII Ketika Sang Mantan Kembali
Chapter XLIX Tolong, Kembalilah
Chapter L Harga Sebuah Kebohongan Merupakan Awal Masalah Besar
Chapter LI Mantan VS Pacar
Chapter LII Karena Cinta, Sehingga Takut
Chapter LIII Penyebab Berjanji
Chapter LV Kebenaran Di Bawah Dusta
Chapter LVI Investasi yang Tidak Terbayarkan
Chapter LVII Menghancurkan Topeng
Chapter LVIII Pernyataan yang Tidak Sesuai Harapan
Chapter LIX Api di Atas Sekotak Es
Chapter LX Pertarungan Panas di Lautan antara Mertua dengan Menantu
[END]Chapter XLI Akhir Pertempuran Tak Terduga

Chapter LIV Penyebab Sebenarnya

709 56 8
By iu3a17

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

"Tar... Tar tidak seharusnya bersikap begini"

Thara butuh waktu satu menit penuh untuk menemukan suaranya. Dia menatap ke arah anak laki-laki yang sudah duduk di atas tubuhnya. Sang Drummer sampai tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi di depan matanya. Karena apa yang sedang terjadi sekarang ini masih sulit dicerna.

"Tidak apa-apa 'kan, bukankah Tar baru saja dipukul?"

Anak di atas tubuh Tharn tersenyum, berbicara sambil memperlihatkan perutnya. Di perutnya yang putih terlihat tanda merah bekas pukulan yang baru diterima, membuat orang melihat merasa sangat bodoh;

"Tar membohongi Phi? Kenapa, kenapa Tar melakukan semua ini? Padahal Phi benar-benar merasa cemas. Tar, ini benar-benar gila!"

Tentu saja Tharn marah... Memang siapa yang tidak marah jika dibodohi sampai sejauh ini? Saat Tharn mencoba untuk menyangga tubuhnya untuk bangun...

Buk

Tar sudah menggunakan kekuatan tubuhnya untuk mendorong kedua bahu Tharn agar pria itu kembali terbaring di atas tempat tidur, mata pria bertubuh jenjang itu berubah berkilat karena marah, dan berseru;

"Lepaskan Phi!"

"Tidak, tidak akan kulepaskan"

Anak laki-laki di atasnya menegaskan ucapannya. Tharn menggertakan giginya sambil berteriak sekuat tenaga;

"LEPASKAN PHI SEKARANG JUGA, TAR!"

Mata anak yang berada di atas tubuhnya berubah menjadi berkaca-kaca seperti sebentar lagi akan menangis, tapi...

"TAR TIDAK AKAN LEPASKAN, TIDAK AKAN PERNAH MELEPASKAN. TAR TIDAK INGIN MELEPASKAN PHI THARN LAGI, TIDAK AKAN PERNAH MELEPASKAN LAGI!"

Kali ini Tar membalas ucapan dengan teriakan sekuat tenaga sambil memeluk erat pria dibawahnya, tubuhnya gemetaran terlihat begitu menyedihkan. Tapi pria blasteran itu terlalu marah untuk merasa kasihan. Tangan besarnya terus menerus berusaha untuk mendorong bahu anak laki-laki di atasnya, sedangkan anak itu masih saja melingkarkan kedua tangan di pinggangnya dengan erat sambil memohon;

"Phi Tharn, kumohon..."

"Apa lagi yang Tar inginkan? Segalanya sudah Phi bicarakan 'kan, Tar! Sekarang Phi hanya melihat Tar sebagai adik laki-laki, tapi kalau Tar masih bertindak sejauh ini. Phi tidak ingin lagi menganggap Tar begitu!"

Suara yang dikeluarkan Sang Drummer terdengar berat, meskipun sudah  melingkarkan kedua tangannya, tapi salah satu tangan anak laki-laki itu terlepas dari pinggang yang terus bergerak, sehingga anak itu menggunakan kedua kakinya untuk menahan gerakan pria di bawah tubuhnya

"Tar! Phi ada janji, lepaskan sekarang juga"

Tharn tahu, sekarang Tar sudah tumbuh menjadi seorang pria, paling tidak cukup kuat untuk menahan gerakan tubuhnya, padahal dia sudah mengerahkan kekuatan, tapi anak itu masih mampu memeluk tubuhnya, nafasnya telah berubah terengah-engah saat melawannya.

"MESKIPUN PHI THARN PERGI, ORANG YANG MEMBUAT JANJI TIDAK AKAN PERNAH DATANG!!!"

"Apa maksud ucapan..."

Meskipun bertanya begini, Tharn yang pada akhirnya paham dengan semua ini sekarang hanya bisa menutup mata tajamnya, kemudian berseru dengan nada suram;

"Tar berusaha menipu Phi!"

Awalnya Tharn berusaha untuk menahan kekuatannya, berharap bisa mendorong tubuh diatasnya dengan hati-hati. Tapi sekarang, pria itu menjadi sangat marah dan mendorong keras tubuh anak laki-laki di atasnya, sampai anak itu mulai sedikit menjauh. Walaupun melenguh kesakitan, tapi anak itu berusaha sekuat tenaga untuk tetap memeluk tubuh pria di bawah, tanpa terlihat menyerah sedikitpun.

"Phi Tharn, dengarkan, dengarkan Tar dulu... Ini bukan untuk menipu Phi, Tar tidak ingin menipu Phi, tapi Tar tidak punya pilihan lain"

Mata anak laki-laki itu terlihat berkaca-kaca, kali ini air mata akan jatuh. Tapi siapa yang bisa membiarkan dirinya tetap mengasihani anak itu setelah semua yang dilakukannya ini.

"Tar punya pilihan. Lepaskan! Lepaskan Phi sekarang juga!"

Tharn bicara sambil bergerak melepaskan diri dari tempat tidur, masih berusaha untuk berdiri

"Phi Tharn, dengarkan dulu, dengarkanlah lebih dulu"

Tar dengan cepat segera memeluk pinggang Tharn lagi setelah pria itu mampu lepas sejenak, bahkan wajahnya telah menempel di pundaknya dengan tubuh gemetaran seperti seekor burung kecil, menangis tersedu-sedu. Tapi Tharn tahu, anak ini bukan burung kecil, dia telah berubah menjadi burung pemangsa yang menggunakan tipu daya padanya

"Phi Tharn, Tar benar-benar tidak punya pilihan lain. Ini satu-satunya cara agar Tar bisa bertemu dengan Phi. Phi Tharn, kumohon jangan tinggalkan Tar. Penuhi satu permintaan ini... Hanya kali ini saja"

Anak laki-laki itu berteriak mengatakan pada pria di hadapannya dengan nafas yang sudah terengah-engah. Kali ini kedua tangan besar itu sudah berada di atas pinggang pria di atasnya, dengan pandangan tajam dia menatap anak di atas, berberbicara sambil menangkap pandangan matanya;

"Tidak ada kesempatan apapun lagi!"

Setelah menyelesaikan kalimat Tharn yang sengaja membuat anak itu menangis hanya memalingkan wajah.

"Be...benar... Hanya hanya sekarang, setelah itu Tar akan benar-benar memutuskan segalanya... Benar-benar berhenti mengganggu Phi lagi..."

Setelah berbicara Tar menunduk untuk melepaskan kancing baju Tharn dengan tangannya yang terlihat kaku dan gemetar, sampai pria yang melihat tindakannya ini membelalakkan mata;

"Tar, berhentilah bersikap seperti ini sekarang juga!"

Kali ini bayangan anak baik-baik yang selalu tersenyum pada Tharn ketika memanggil namanya telah sirna, Tharn tersadar bahwa dia sudah sepenuhnya jatuh ke dalam jebakan.

"BERHENTILAH BERSIKAP MURAHAN BEGINI!"

Kali ini Tharn meraung dengan penuh kemarahan di depan wajah Tar sambil menggenggam erat tangan yang berusaha membuka kancing bajunya, membiarkan anak itu mendongak untuk menatapnya.

Sinar mata yang diperlihatkan oleh anak itu terlihat begitu nelangsa, dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipi, dia berbicara terbata-bata;

"Phi Tharn... Tar tidak punya pilihan, Hah... Tidak punya pilihan... Sudah sejak lama 'kan... Sekarang, hanya sekarang... Jadi anak yang mudah bergaul...hah... Tidur dengan siapapun... Tidak apa-apa... Benar, memang murahan... Tapi bersikap murahan karena aku begitu mencintai Phi... Hah... Aku benar-benar mencintai Phi... Aku mencintai Phi..."

Saat akan tertipu, tiba-tiba saja Tharn menangkap pandangan matanya. Walaupun sebenarnya Tharn bisa merasakan anak di hadapannya ini berbicara sambil mengeluhkan semua perasaannya, sampai bahunya gemetaran, menangis sejadi-jadinya seperti orang yang kehilangan segalanya, dia merasa tidak akan tertipu lagi.

"Tar, Tar selalu punya pilihan. Phi memang tidak berhak mengatakan apapun untuk ini , tapi meskipun perlu sedikit waktu, Tar pasti bertemu dengan orang yang lebih baik dari Phi, seperti Phi bertemu dengan pacar Phi"

". . ."

Kali ini Tar menghentikan gerakan, menatapnya dengan kedua mata yang memerah, sedikit menunduk seolah menyerah, tapi setelahnya...

"Kalau begitu... Phi harus putus"

"TAR!"

Kalimat itupun kembali didengar oleh Sang Drummer, dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang di dengarnya

Anak ini mencoba memberitahuku untuk putus dengan Type?

Pria blasteran ini begitu terpukul sehingga tidak mendengar suara apapun. Tepat saat dia terpengah suara pintu kunci yang sedang dibuka terdengar, Tharn terlihat hanya memandang ke arah wajah anak yang pernah dia cintai. Sekarang saat menatap wajah anak itu, dia merasa sudah tidak mencintainya lagi.

Tar yang pernah dicintainya dulu, ternyata sudah bukan Tar yang mengatakan semua ini padanya sekarang.

"Phi Tharn tidak punya pilihan apapun... Sama denganku, yang tidak bisa memilih..."

Clak!

"Hei!"

Sekali lagi, Tharn gagal untuk melepaskan diri dan kembali terbaring di atas tempat tidur. Tapi kali ini bukan pelukan di pinggang, tindakan yang lebih mengejutkan terjadi.

Tar dengan cepat membuka celana panjangnya, cukup cepat untuk mengeluarkan adik kecil di dalam celana Tharn.

"TAR, BERHENTI!"

Keterkejutan Tharn tidak berhenti sampai di situ, kali ini...

BRAK!!

"DASAR BOCAH SIALAN KELUARLAH, TEMUI AKU...!!!"

Rasa terkejutnya tidak begitu besar saat mengetahui kamar yang seharusnya terkunci sebelumnya, sekarang terbuka lebar, tapi yang paling mengejutkannya adalah suara lantang yang terdengar marah dari seseorang yang paling tidak ingin di temuinya saat ini, sedangkan orang yang menyusul masuk terlihat meneliti keadaan, dan hanya bisa berdiri dengan pandangan tertegun memandang situasi di dalam ruangan. Pria yang baru saja berteriak keras langsung terdiam saat melihat kondisi dua orang di dalam ruangan sekarang.

Tharn kali ini sedang setengah duduk di atas tempat tidur, sedangkan anak laki-laki di atasnya sedang menuduk, mengarahkan kepala tepat di depan tubuh bagian tengahnya.

"WOI!"

Sang Drummer berteriak keras sambil mendorong tubuh anak di atasnya untuk menjauh dengan sekuat tenaga, kemudian dia berpaling menatap ke arah wajah kekasihnya yang sangat terpukul menyaksikan pemandangan yang sedang terjadi.

"Shit, ini bukan seperti yang kamu pikirkan Type..."

Thara langsung berbicara untuk menenangkan kekasihnya saat berpikir Type akan mengamuk di dalam kamar dan membuatnya menjadi mayat terlebih dahulu. Tapi ternyata Type terlihat mundur ke belakang dari tempatnya, lalu menitikkan air mata...

Type menangis.

Tangisan Type tidak seperti Tar, hanya terlihat tetesan air mata yang terjatuh dari ujung matanya, sedangkan kunci kamar yang dipegangnya terjatuh di atas lantai. Melihat sikap ini membuat Thara tidak mampu mengucapkan kalimat apapun

"Aku tidak percaya ini..."

Type hanya mengatakan kalimat ini sebelum terdiam. Thara buru-buru berdiri dan menjelaskan;

"Type, ini salah paham. Aku tidak melakukan apapun dengan Tar. Aku tidak..."

Saat mengatakan kalimatnya, Tharn segera mengembalikan senjata pusakanya masuk ke dalam celana panjang, bahkan dalam hati dia benar-benar sangat ketakutan...

Semua yang terjadi terlihat sangat jelas sehingga sebuah alasan hanya akan membuat situasi menjadi terlihat sangat tidak masuk akal. Kali ini pandangan mata Thiwat beralih ke anak yang masih duduk di atas tempat tidur, menatap padanya dengan tubuh kaku.

"Kamu menang. Apa kamu merasa puas..."

Thiwat mengatakan kalimatnya dengan nada yang terdengar tenang, tapi jelas menggambarkan kekecewaan di sana.

"Aku benar-benar bodoh, berpikir bahwa Tharn tidak akan bersikap seperti pria buruk di luar sana. Aku bahkan merasa bodoh memikirkan seberapa buruknya sikapku. Manusia bisa berubah, semua pria ternyata sama. Sebagai teman bercinta, sepertinya cukup tahu pelayanan seperti apa yang mampu memuaskanmu... Aku benar-benar bodoh."

Type mengulang-ulang kata bodoh sebelum mengeluarkan momen manis dari benaknya untuk sejenak, dan pada akhirnya dia memalingkan wajah untuk menangkap pandangan kekasihnya, setelah itu bicara;

"Tharn... Mari putus"

"! ! !"

Hanya beberapa kata yang terucap, tapi luka yang dirasakannya benar-benar tidak terbayangkan sampai Tharn hanya mampu berdiri seperti patung, menatap ke arah Type dengan pandangan tidak percaya. Butuh waktu beberapa detik sampai Tharn mampu menemukan suaranya, dia bahkan hampir berlutut di ruangan untuk memohon;

"Tidak! Aku tidak mau putus. Type, jangaan putus denganku. Aku tidak..."

Tharn segera merebut pergelangan tangan kekasihnya yang sekarang sudah memalingkan kepala, cara berbicaranya terdengar tegas, meskipun begitu Type menolak untuk menatap matanya.

"Aku tidak tahan lagi. Aku lelah menjadi orang brengsek yang terlihat bodoh setiap mengikuti permainan mantanmu yang brengsek . Aku ini pria. Menurutmu bagaimana perasaanku, bersikap seperti suami yang sedang cemburu buta, berlarian mengejar seseorang seperti orang tolol. Aku tidak sanggup. Cukup."

Di saat keadaan menjadi lebih buruk, Long buru-buru datang untuk menengahi, dia berusaha berbicara dengan nada menenangkan.

"Hei, kalian tenanglah. Type, tenanglah. Kamu tahu 'kan ini semua rencana anak itu. Seharusnya kamu tidak begitu saja memutuskan Tharn begini"

"Apa maksud ucapannya? Rencana apa?"

Apa dia masih tidak tahu sama sekali?

Mendengar kalimat ini Type hanya menggertakan giginya. Belum sempat siapapun menjawab pertanyaan ini, Thiwat sudah memalingkan wajah untuk menangkap pandangan Tharn, lalu...

Plak

Dengan amarah yang memuncak, Type menampar pipi Tharn, pada akhirnya dia tidak tahan untuk mengucapkan umpatan sambil berteriak di depan wajahnya;

"BERHENTILAH BERSIKAP BODOH SEPERTI KERBAU THARN!!!"

Saat melontarkan kalimat, Type seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi dia tidak mengucapkannya, hanya menutup matanya dengan erat, kemudian segera pergi keluar ruangan. Melihat ini Thara terlihat terpukul.

"Hei Tharn. Type sedang sangat emosi, biarkan dia menenangkan dirinya lebih dulu!"

"TENANG! KAMU MENGATAKAN PADAKU UNTUK TENANG SETELAH DIA MEMINTA PUTUS DARIKU! LONG, APA YANG KAMU TAHU. CERITAKAN SEMUANYA PADAKU!"

Saat sahabatnya berusaha untuk membesarkan hatinya, Thara malah meraung di hadapannya. Dia bahkan mencengkram kedua bahu Long sambil menggoyangkan tubuhnya, karena saat ini pria blasteran itu masih belum dapat mencerna akhir kisah cintanya, dan kenapa semua seolah terdengar sedang direncanakan di belakangnya begini? Sehingga kawan dekatnya hanya bisa tersenyum getir sambil melirik ke arah anak yang sedang duduk di atas tempat tidur.

"Aku, sebenarnya aku sendiri tidak tahu banyak. Aku baru saja sampai dan menemukan Type di lantai bawah... Dia mengatakan padaku bahwa Tar menghubunginya, mengatakan akan tinggal dihotel denganmu..."

Long yang baru datang menjeda kalimatnya, bersikap seolah ragu meneruskan kalimat;

"Setelah itu Tar mengatakan pada Type, bahwa dia masih mencintaimu, dia akan membuktikan ini. Jika Type tidak percaya, dia menyuruh Type untuk datang dengan meminta kunci yang ditinggalkan di lantai bawah"

Cerita ini membuat Tharn segera berpaling untuk menatap anak yang sedang menundukkan kepala di atas tempat tidur, Tharn menatap dengan pandangan tidak percaya, rasa kecewa telah menusuk hatinya.

Inikah yang diperbuat orang lain untuk membuatku mencintainya

Tharn hanya bisa menekan setiap kata-katanya;

"Jangan pernah lagi muncul dihadapan Phi!"

Setelah melontarkan kalimatnya, Tharn berbalik untuk keluar dari ruangan tanpa mendengarkan ucapan sahabatnya. Karena jika dia tetap tinggal di sana, dia tidak tahu bagaimana cara menghentikan perasaannya untuk membunuh Tar, ditambah lagi, dia merasa harus mengikuti Type. Karena Tharn jelas tidak ingin mengakhiri hubungannya sampai di sini. Meskipun harus berlutut dan memohon untuk meminta maaf, dia rela.

Sebelum sampai ke apartemen, perjalanan ternyata cukup memakan waktu lama. Karena di sore hari jalanan macet. Saat terjebak di kemacetan, dia berusaha untuk menelpon, tapi ponsel Type dimatikan, sehingga perasaan cemas mulai menjalar didadanya. Setelah memarkirkan mobil, Sang Drummer buru-buru berlari untuk menuju ruangannya, tapi saat masuk, dia menemukan pemandangan yang sangat mengejutkan

Thiwat sedang mengemasi barang-barang ke dalam tas besar, beberapa barang hanya dilempar masuk begitu saja ke dalam tas. Sehingga Tharn bertanya dengan nada kuat;

"Apa yang sedang kamu lakukan?"

Meski mendengar pertanyaan ini, tangan Type sama sekali tidak berhenti mengemasi semua barang-barangnya

"Keluar dari tempat ini, kita sudah putus. Membiarkanku tetap tinggal di sini, hanya akan menjadi penghalang bagimu saat membawa istri lainmu datang, iya 'kan?"

Type mengatakan kalimatnya sambil melemparkan seragam ke dalam tas. Membiarkan pria yang melihat segera merebut tangannya

"Aku tidak ingin putus. Aku tidak akan pernah putus denganmu"

"Tapi, aku ingin putus"

Type masih menggunakan nada yang sama saat mengucapkan kalimat putus sebelumnya, dia bahkan menepis tangan yang mencengkramnya, kemudian melanjutkan mengemasi barang-barang. Sikapnya ini membuat pria yang melihat mulai menjadi tidak sabar.

Ini bukan hanya marah biasa, dia tidak sedang bercanda... Dia serius

"Type, tataplah mataku!"

Tharn yang tidak punya pilihan hanya segera merebut kedua bahunya, dia membuat tubuh Type untuk berhadapan dengannya, membiarkan pandangan mata mereka bertemu, mata kekasihnya masih memerah, tersirat ekspresi marah dan menderita. Tharn memang tidak tahu apapun, tapi dia hanya tahu bahwa dia harus melakukan apapun untuk mencegahnya pergi.

"Aku tidak melakukan apapun bersama dengan Tar, percayalah padaku"

"Apa kamu melihatku seperti orang bodoh, setolol kerbau?"

Pertanyaan ini terdengar lancar dan tenang, membiarkan pria yang mendengar menggelengkan kepalanya

"Aku tidak begitu, percayalah padaku. Kamu tahu Tar merencanakan sesuatu untuk bisa membuatku datang 'kan, dan kenapa kamu harus mempercayainya begini?"

Tharn berusaha memberikan alasan, apalagi ekspresi Type memperlihatkan, dia tahu semua kejadian ini akibat kemampuan akting anak itu. Seharusnya Type tidak serta mereta percaya dengan pemandangan yang dilihatnya karena semua hanya sebuah rencana yang dipikirkan dengan matang. Ucapan Tharn pada akhirnya membuat tangan Type yang mengemasi barang berhenti. Kali ini dia berpaling untuk menangkap pandangan matanya, lalu bicara;

"Aku tahu, semua ini jebakan"

"Kalau begitu, kenapa..."

Saat Tharn ingin mengangkat kedua ujung bibirnya saat menangkap bahu Type sekali lagi, kali ini Type menangkap pandangan matanya, memperlihatkan ketidakberdayaannya

"Tapi aku tidak tahan lagi Tharn"

Saat mengatakan kalimatnya Type menarik bahunya dengan mundur beberapa langkah, setelah itu tersenyum padanya... Tapi senyuman yang diperlihatkannya saat ini sama sekali tidak bisa membuatnya bahagia.

"Kali ini jebakan, setelah ini mantan pacarmu yang lain akan melakukan apa lagi, siapa lagi yang akan datang menangis di hadapanmu?"

". . ."

Tharn tidak dapat mengucapkan sepatah kata, dia hanya bisa menatap ke arah pria yang sedang mengutarakan pemikirannya.

"Terakhir kali Phi San, mendatangiku untuk sengaja mempermainkanku. Kali ini Nong-mu yang telah mengacaukan emosiku, setelah ini apa lagi? Siapa lagi? Kekacauan seperti apa yang kamu inginkan saat bersamaku? Mau membuatku cemas, atau merasa ketakutan, lalu mati?"

"Tapi..."

"Bagaimana jika aku mengatakan padamu kalau aku sudah tidak sanggup lagi? Aku tidak ingin menjadi badut seperti ini lagi. Kamu tahu 'kan aku benci gay, dan seharusnya kamu sadar bahwa aku tidak tahan bertingkah seperti wanita posesif terus menerus. Kamu tataplah aku. Aku ini pria. Menurutmu, aku ingin bertingkah begitu? Sedikit-sedikit cemburu, sedikit-sedikit emosi. Kamu ingin aku terus mengatakan pada siapapun bahwa kamu milikku... Tidak akan lagi. Aku lelah. Aku tidak sanggup lagi. Karena dari hari ke hari, aku semakin merasa jijik dengan diriku sendiri"

Thara tidak bisa mengatakan apapun, karena ternyata semua ini bukan masalah Tar, tapi apa yang selalu dirasakan oleh Type.

"Tharn, jika perlu suatu hari untuk berpisah, kupikir bukankah sebaiknya menghentikan semua ini mulai sekarang. Jangan biarkan aku atau kamu semakin terjerat perasaan ini lebih dalam lagi... Jangan buat diriku semakin kehilangan pendirian sampai seperti ini"

Meskipun setiap waktu Type mengamuk saat marah, atau bicara tanpa dipikir saat emosinya memuncak, tapi Tharn lebih suka dia bertindak seperti itu daripada sikap Type yang berusaha menjelaskan semua alasannya sekarang. Ketika tasnya sudah ditutup, Type bicara;

"Biarkan aku pergi"

Ucapan ini membuat pria mendengar menitikkan air mata...

Tharn membiarkan air matanya terjatuh, menyaring rasa menyesal yang begitu mendalam saat Type meminta kebebasan hubungan ini darinya...

"Aku mencintaimu"

"Aku tahu Tharn, aku tahu"

Meskipun berbicara begini, tapi Type sudah mengangkat tas di bahunya, sampai pada akhirnya Tharn memikirkan satu tindakan yang hanya dilakukan sekali seumur hidupnya

Kedua lutut Tharn terjatuh dan menyentuh tanah, setelah itu dia mendongak, sikapnya yang seperti ini membuat pria yang melihat terkejut

"Jangan tinggalkan aku, kumohon... Jangan tinggalkan aku... Type, aku mencintaimu, aku mencintaimu"

Tharn tahu, dia tidak bisa melakukan apapun untuk Type selain memohon padanya untuk tetap tinggal di sisinya. Dia memohon untuk hatinya, untuk cinta yang telah didapatkannya.

Walaupun Tharn telah menjalani beberapa hubungan dan putus dengan orang-orang yang tidak terhitung jumlahnya. Tapi, ini pertama kalinya Tharn merasa begitu kehilangan. Dia sadar, selama menjalani hubungan dengan orang-orang itu. Cinta yang dirasakan bukanlah cinta sejati, rasanya tidak tertahankan jika harus menjalani hidup tanpa orang ini di sisinya.

[T/N:( ~ 0 ~) ♬♪♩♬Cinta sejati yang bisa, memberi tanpa harus menerima, dia membawa damai dan bahagiakan jiwa, Tuk semua, manusiaaa~♬♪♩♬]

Type hanya memalingkan wajahnya, lalu bicara;

"Jangan lakukan ini Tharn. Jangan membuatku pasrah sampai begini"

Kata-kata yang terlontar memperlihatkan dengan jelas bahwa pria yang sedang berdiri itu masih punya hati untuknya, segera saja Tharn merebut tangannya, mencium tangan, berbicara seperti seseorang yang baru melihat cahaya di dalam kegelapan

"Kumohon, jangan tinggalkan aku. Aku akan melakukan apapun. Apapun itu... aku akan setuju...Asalkan jangan putus denganku"

Tharn bicara dengan nada gemetar, dia menggertakan giginya yang sudah gemetar. Type menatap kedua tangan yang melingkar di pinggangnya dengan erat. Tharn telah menempelkan wajah di punggunya, berharap Type akan melunakkan sikapnya. Tapi Type hanya mengatakan padanya;

"Aku putus denganmu, karena aku merasa ini juga demi kebaikanmu Tharn"

Setelah melontarkan kalimatnya, dia kembali membuka pelukannya, membiarkan Tharn tidak lagi bisa mencegahnya. Saat Type keluar dari ruangan, Tharn membiarkan dirinya terjatuh di lantai, sikapnya terlihat sangat kelelahan, setelah Type meninggalkannya di ruangan, pria yang baru saja menjatuhkan diri di atas lantai merasa telah kehilangan segalanya.

Aku mencintaimu Type

Jangan tinggalkan aku

Kumohon, jangan tinggalkan aku

***

Di saat satu pria merasa seperti orang mati meskipun hidup, pria lain yang meninggalkan ruangan, sebenarnya merasakan siksaan yang sama.

Type berjalan turun sambil membawa sebuah tas besar, dia bertemu dengan orang lain yang ternyata sudah menunggunya di bawah...

Orang itu, Long

"Hei Type, apa yang terjadi? Kenapa kamu membawa bajumu begini?"

Pria yang bertanya padanya terlihat cemas, melihatnya bersikap begitu membuat Thiwat hanya berusaha memaksakan senyuman untuk dilihat.

"Aku sudah putus dengannya. Apa kamu ingin aku tetap tinggal di sini?"

Type hanya mengatakan kalimatnya dengan nada rendah dan sikap yang tenang, dia bahkan tidak menyangka tangannya sudah gemetaran. Pandangan matanya terlihat sangat serius saat berbicara pada Long.

"Menurutku, kamu hanya butuh waktu untuk menenangkan diri. Em, karena sekarang masih marah. Mungkin jika sudah tenang, kamu bisa memaafkannya, iya 'kan"

Kata-kata orang ini hanya membuat si pendengar yang sudah panas menjadi semakin mendidih, sehingga Type menggelengkan kepala, lalu bicara;

"Tidak, mau sekarang atau nanti. Toh, aku tetap akan putus dengannya. Sebenarnya, memang lebih baik putus seperti ini sebelum segalanya menjadi terlalu jauh untuk dilepaskan"

Anak dari wilayah selatan itu mengatakan kalimatnya dengan tenang seolah tidak ingin membahas masalah ini lagi, sehingga dia memutar tubuhnya, membiarkan Long menghela nafas berat

"Tharn, bagaimana kondisinya?"

"Aku tidak tahu, aku hanya meninggalkannya"

"Apa kamu yakin?"

"Em, aku yakin"

Type menegaskan ucapannya sama seperti sebelumnya, membiarkan si pendengar menerima keputusannya ini

"Kalau kamu yakin... Aku akan pergi melihat kondisinya"

Sang vokalis utama berbicara dengan nada cemas. Di saat seperti ini, suara motor terdengar mendekat.

"Temanku sudah datang, aku harus pergi"

Type hanya mengatakan ini, lalu berjalan untuk bertemu Techno yang memarkirkan motornya di tempat parkir.

***

Saat Type berhadapan dengan Techno, sahabat terdekatnya ini langsung bertanya;

"Kamu yakin bisa"

Type menganggukkan kepala, lalu bicara;

"Kamu tahu 'kan, aku sudah memutuskan ini"

Setelah selesai menjawab Type segera duduk di kursi belakang motor, dengan keras dia menepuk pundak sahabatnya untuk meyakinkan bahwa dia mampu. Sebelum dia merubah pemikirannya Sang Pengendara Motor andalan segera tancap gas dari tempat parkir, karena Type telah memutuskan menolak untuk kembali, jadi dia takut apabila Type tidak cukup kuat menahan semua ini.

Type telah keluar dari lingkup apartemen, meninggalkan Long yang masih berdiri di depan gedung. Pandangannya yang penuh rahasia mengikuti kepergian anak dari wilayah selatan itu, setelah sejenak memastikan, Long menarik ponselnya,dan menelpon seseorang.

"Aku sudah melakukan apa yang kamu katakan! Berikan videonya padaku!"

Suara yang masuk dari mikrofon terdengar tidak asing. Long mengangkat kedua ujung bibirnya, lalu bicara;

"Aku akan mengirimkannya padamu, terima kasih untuk usaha kerasmu"

Long menegaskan kalimatnya dengan nada biasa, terdengar sinis, membuat orang yang mendengar merasa marah.

"Kamu benar-benar jahat. Phi Tharn tidak akan pernah berpaling untuk menyukai seseorang sepertimu!"

"Apa yang sedang kamu katakan?"

"Aku pada akhirnya tahu. Aku benar-benar bodoh. Aku butuh waktu satu tahun untuk semua itu. Kenapa kamu tidak juga sadar bahwa semuanya hanya halusinasimu. Kenapa kamu melakukan semua ini. KENAPA KAMU MELAKUKAN SEMUA ITU SAAT BERSAMA PHI THARN!"

". . ."

Long mendengarkan ucapan dengan tersenyum, tapi tidak menjawab apapun, hanya memperdengarkan suara kekehan.

"Meskipun kamu berusaha sampai mati, Phi Tharn tidak akan pernah berpaling padamu!"

Setiap kata yang keluar dari mikrofon diucapkan dengan penekanan yang kuat, membuat orang yang mendengar dapat membayangkan wajah tertekan si pembicara. Setelah sejenak hanya mendengar, Long mengangkat senyuman, lalu memberikan jawabannya;

"Kalau begitu, apa menurutmu dengan berbuat begini kamu masih punya kesempatan lagi? Menurutmu, apa Tharn masih mau berpaling pada seseorang yang telah menyebabkan dirinya berpisah dari pacar tersayangnya... Oh, ditambah pernah tidur dengan tiga pria sekaligus"

Nada berbicara Long terdengar mengejek dan penuh hinaan. Saat berbicara dia seolah bisa membayangkan anak yang menelponnya sedang menangis dengan terus mengumpat padanya, tapi tidak bisa melakukan apapun padanya.

"Matilah, brengsek!"

Long hanya menjawabnya dengan sederhana;

"Orang sepertiku tidak mudah mati. Aku akan mengirimkan video itu padamu. Kamu sudah tidak lagi berguna. Karena meski dia melihat orang di dalam video menangis sampai mati, Tharn tidak akan sebodoh itu percaya, apalagi repot-repot mencari tahu orang yang telah menghancurkan hidupmu... Klik"

Setelah menutup telponnya, Long memasukkan ponsel ke dalam saku. Ekspresinya telah berubah, dari yang sebelumnya terlihat sedang seperti ada masalah, sekarang menjadi seseorang yang sedang merasa bahagia.

"Tidak perlu cemas, mereka semua itu benar-benar tolol"

Nada bicara Long terdengar menghina saat mengingat seluruh kekasih yang selalu bersanding dengan sahabat tersayangnya

Tidak perduli siapapun mereka, ternyata tidak ada seorangpun yang memiliki rasa cinta pada Tharn sebesar rasa cintaku padanya.

Pemikiran ini membuat Long mengepalkan tangannya lebih erat. Dia merasa frustasi karena selama ini hanya menjadi sahabatnya.

Selama ini aku telah mencurahkan perhatian untuk memperlihatkan cintaku. Tapi kenapa, Tharn tidak pernah melihat kebaikanku.

"Tidak, tidak begitu. Tharn pasti melihatnya. Aku adalah satu-satunya orang yang berada disisinya sampai akhir saat orang-orang brengsek itu memalingkan wajah darinya!"

Long menegaskan pada dirinya sendiri untuk sejenak sebelum mengatur ekspresi wajahnya, kemudian melangkah masuk ke dalam gedung apartemen. Kali ini dia telah memasang wajah penuh perhatian pada sahabatya. Meskipun sebenarnya, Long merasa puas.

Sekarang dia telah berhasil menyingkirkan orang-orang berduri baginya itu secepat mungkin

Seandainya saja Tharn lebih cepat mengatakan tentang hubungannya dengan si brengsek Type, aku tidak akan membiarkan mereka bersama lebih dari berbulan-bulan. Sampai membuat Tharn telah benar-benar sangat dalam menyukainya. Tapi tidak apa-apa, dia telah putus dengan banyak sekali pria dan mampu untuk berdiri lagi. Kali inipun akan sama. Dan kemungkinan besar, dia pada akhirnya dapat melihat seseorang yang selalu berada di sampingnya lebih lama dari siapapun ini.

Jadi beginilah alasan kenapa Thara tidak pernah berkencan lama dengan siapapun.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Penulis: M.A.M.E.

Thai-Indonesia: iu3a

Note:

Oke, selamat malam. Hawa dingin enak buat mager di atas tempat tidur. Kalau Mimin, udah pakai kaos kaki, sweter dan selimut, ngerjain terjemahan di depan meja kerja Mimin.

Sekarang udah sampai pada puncak cerita dimana Long memperlihatkan belangnya. Mimin lama banget mau ngerjain novel ini. Setiap hari kayak push semangat buat ngerjain novel ini lebih ekstra dari biasa. 1 tahun lebih 2 bulan terjemahan novel ini berjalan. Dengan kecepatan yang selambat siput, dengan modal kuota seadanya, mood yang sering banget up and down, tapi apapun kondisi Mimin, cerita ini tetap akan diupdate untuk pembaca yang telah mengikuti karya Mimin selama ini.

Sejujurnya, Mimin yang sebelumnya ngomong mau editing dari awal cerita saat hiatus. Tapi nyatanya belum bisa Mimin lakukan sampai hari ini, karena mood yang up and down. Novel ini jumlah chapternya nggak banyak memang, tapi setiap chapter nyampai 4000-5000 kata untuk hasil terjemahan yang Mimin ketik, sedangkan untuk proses editing pengambilan text Thai, ini yang bikin Mimin sering mager gaes, karena benar-benar menghabiskan waktu seharian waktu ngerjain. Kalau niat banget sehari bisa ambil 3 chapter, tapi kalau nggak niat. Sehari 1 chapter itu udah bagus banget baru besoknya Mimin akan berusaha menerjemahkan.

Kalau lagi benar-benar tidak ingin mengerjakan Tharn Type, Mimin malah menerjemahkan cerita lain, atau ngumpulin ide untuk bikin karya sendiri, atau bikin gelang, atau masak, atau nggak ngapa-ngapain. Cuma main game. Kadang 15 hari berlalu dari terakhir posting ternyata nggak kerasa. Terutama kalau udah punya banyak fokus yang ingin dikerjakan.

Belakangan ini, Mimin lagi ngikuti drama di youtube(itu tu Drama-nya si Earth Pirapat). Baru kali ini Mimin ngikutin live drama yang ada live chat-nya. Ternyata cukup seru nobar model begitu, apalagi bisa komen saat sinetronnya main. Yang paling berkesan dari nobar begitu, adalah komen.

Dari sekian banyak komen, ternyata di dominasi oleh orang indonesia(kebanyakan yang komen pakai bahasa indonesia(⌒∇⌒)ს). Hanya saja Mimin akui, karena komen-komen itulah Mimin tetap bertahan nonton dan kadang ikut rusuh ngisi komen. Ya, paling gampang waktu nonton nyletuk bahasanya indonesia, kadang malah Mimim pakai bahasa jawa. Entah ada yang baca atau enggak, yang penting nyampah [(*^∀゚)ъ pengakuan dosa]. Tapi jujur, kalau bicara soal ceritanya, sebenarnya udah berkesan janggal sejak episode 1. Mimin inget sempat pause nail polish merah menyala di jemari lentik ibu guru Torfun. Artis cantik, emang bagus pakai cat kuku merah, tapi guru habis ngajar di daerah pedalaman. Pakai cat kuku dan kukunya panjang-panjang, brasa baru pulang dari piknik bukan ngajar, langsung saja Miminn berpikir 'haiz, apa-apaan ini'. Perasaan Mimin yang lebay ini mirip banget waktu nonton sinetron indonesia penggambaran bapak bos perusahaan, yang pakai jas dasi necis di sinetron indonesia, padahal kenyataannya, pak bos yang pakai setelan jas dan dasi sudah tidak ditemui lagi di Indonesia, bahkan Bapak Presiden aja cuma pakai kemeja putih dan celana panjang. Biasanya Mimin langsung ganti chanel kalau lihat yang begitu(ada yang seperti Mimin kah di sini?) lupakanlah. Yang pasti Mimin bakal nonton cerita itu sampe tamat, dan kalau bosen nyampah di live chat-nya. Toh, Mimin lagi nungguin Tian sekarat(Entah kenapa Mimin ingin melihat dia sekarat)

Mimin sebelum ini sempat nonton J-drama Jepang, judulnya '30 Sai Made Doite Dato Mahotsukai' . Ini drama keluaran 2020. Ceritanya tentang seorang cowok bernama Adachi(pegawai kantoran) yang denger mitos, kalau cowok masih perjaka sampai umur 30 tahun dia akan punya sebuah kemampuan ajaib. Dan saat usianya menginjak di 30-an, ternyata mengetahui pikiran orang saat menyentuh orang lain. Konyol memang kedengarannya, cerita khas Manga yang khayal banget lah tapi waktu ngikutin ceritanya ternyata bagus juga . Selama ngikutin ceritanya Mimin merasa ceritanya se-ringan itu, sebiasa itu, tapi kasih kesan sweet. Nggak berlebihan tapi juga ada kekurangan di akhir cerita. Tapi model innocent love-nya bisa dinikmati mereka yang ingin drama percintaan ringan dan nggak berlebihan. Mimin suka perasaan waktu menonton film-nya. Nyari download-nya susah banget itu film, Mimin nonton online dailymotion(nyedot kuota banget, ini juga penyebab Mimin nggak bisa nerjemahin cerita karena kuota Mimin habis)

Mimin kasih note panjang banget, urusan Tharn-Type cuma seuprit. Ya, anggep aja Mimin curcol-lah

Continue Reading

You'll Also Like

5.3K 698 29
Penulis : ShiShi Penerjemah Inggris : @Rosy0513 Penerjemah Bahasa : @Miss_Recca_Hanabishi Sinopsis : Adalah BeiTang MinQian, seorang supermodel kelas...
173K 9.8K 49
Zain Alucas, terkenal dengan sifat tak tersentuhnya. Ia memiliki seorang adik yang sangat nakal, sehingga membuat seseorang dalam masalah besar karen...
254K 21.6K 126
[WARNING TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR CERITA BL(BOYS LOVE) YANG SUDAH CUKUP UMUR...
6.5K 627 62
[BL] ! γ€ŠIt's Never Too Late For Sweetness》 Hanya bacaan pribadi buat dibaca offline Copas Google dan tidak diedit Dari raw China! 01(23)/08(01)/22(2...