SINGASARI, I'm Coming! (END)

By an11ra

2M 315K 47.9K

Kapan nikah??? Mungkin bagi Linda itu adalah pertanyaan tersulit di abad ini untuk dijawab selain pertanyaan... More

1 - PRESENT
2 - PRESENT
3 - PAST
4 - PAST
5 - PAST
6 - PAST
7 - PAST
8 - PAST
9 - PAST
10 - PAST
11 - PAST
12 - PAST
13 - PRESENT
14 - PAST
15 - PAST
16 - PAST
17 - PAST
18 - PAST
19 - PAST
20 - PAST
21 - PAST
22 - PAST
23 - PAST
24 - PAST
25 - PAST
26 - PAST
27 - PAST
28 - PAST
29 - PAST
30 - PAST
31 - PAST
32 - PAST
33 - PAST
34 - PAST
35 - PAST
36 - PAST
37 - PAST
38 - PAST
39 - PAST
40 - PAST
42 - PAST
43 - PAST
44 - PAST
45 - PAST
46 - PAST
47 - PAST
48 - PAST
49 - PAST
50 - PAST
51 - PAST
52 - PAST
53 - PAST
54 - PAST
55 - PAST
56 - PAST
57 - PAST
58 - PAST
59 - PAST
60 - PAST
61. PRESENT
62. PRESENT
63. PRESENT
64. PRESENT
65. PRESENT AND PAST
66. BONUS PART
DIBUANG SAYANG
JANGAN KEPO!!!
HADEEEH

41 - PAST

26.3K 5K 798
By an11ra

Chapter ini isinya 4.100 kata lebih
Tapi kayaknya bisa habis dibaca dalam 4,1 menit
(Ini nih yang bikin 'nulis' rasanya jadi jleeeeeeeeb banget
Coba aja kalau 1 vote bisa dituker minimal sama 1 butir kuaci... Sayangnya tidak mungkin)
🤦

=============================

Duduk termenung memandang kain - kain yang berkibar karena tertiup angin malam. Akhirnya aku mencoba hampir semua pekerjaan di istana Ratu dan sekarang di sinilah aku berada yaitu di bagian belakang istana. Tugasku kini adalah sebagai pelayan cuci, luar biasa bukan?

Dalam kesulitan pasti ada kemudahan, mungkin itu juga yang sedang aku rasakan kini. Mencuci adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan apalagi tak ada mesin cuci yang dengan senang hati membantumu. Tetapi anehnya aku lebih nyaman berada di sini karena rasanya semua orang menerimaku.

Memandang tanganku yang agak berkerut karena terlalu sering beraktivitas di dalam air dan tentu tambahan berupa efek pegal - pegal di badan. Salah satu pesan moral yang aku peroleh setelah mengembara di dunia versi masa lalu ini adalah dimanjakan itu bisa membunuhmu dalam arti konotasi. Maksudku terbiasa mendapat bantuan dari ART dalam sebagian besar hal kadang membuat kita menjadi manusia yang minim keterampilan hidup.

Rasa lelah begitu terasa padahal dulu aku tak pernah melihat Bi Mumun alias ART-ku menampakkan kelelahannya sama sekali. Hmm... atau aku saja yang tidak peka. Walau memang sudah kodratnya bahwa manusia akan sibuk dengan masalahnya sendiri dibandingkan peduli akan masalah orang lain. Kepedulian kadang malah lebih sering ditunjukkan dalam rangka menghakimi atau menyindir seseorang yang masalahnya muncul ke permukaan.

Ngomong - ngomong di sini pekerjaanku cukup menguras tenaga pastinya. Itu semua sisi negatifnya tetapi sisi positifnya adalah aku tidak dimusuhi di tempat ini. Bagaimana bisa? Tentu bisa karena teman - temanku di istana belakang dan lebih cocok aku sebut emak - emak yang mulai keriput dengan usia sebentar lagi mendekati mbah - mbah secara harfiah biasanya lebih bijak dan tidak tertarik dengan persaingan di dunia fana.

Dibanding memusuhiku mereka malah mengasihaniku dan kadang membantuku. Berada di sini mungkin juga lebih baik karena kakiku bisa lumpuh karena terus - menerus dipukul rotan sebab selalu melakukan kesalahan sebagai pelayan di istana tengah. Paling tidak dua hari ini aku tidak mendapat hukuman, walau sama saja tidak enak rasanya saat menahan perih sebab lukaku yang belum sembuh ini terkena air.

Apakah aku tidak pernah berpikir untuk melarikan diri dari istana ini? Jawabannya tentu sering... sering sekali... terlalu sering malah, terutama saat awal aku menjadi pelayan. Tetapi itu hanya sebatas angan - angan semata. Bukannya aku tak mau berusaha atau bodoh. Sebaliknya jika aku melarikan diri artinya aku yang bodoh... tolol... moron... debil... imbesil.

Sesuai kata Sawitri, melarikan diri dari istana amat sangat sulit. Seperti yang sering aku katakan bahwa walaupun Kerajaan Singasari bukan kerajaan besar macam Kerajaan Majapahit atau Kerajaan Sriwijaya yang memiliki pasukan hebat, tetapi yang namanya istana pasti dijaga ketat. Setiap pintu dijaga 24 jam dan ada prajurit yang berpatroli keliling istana juga. Dengan kemampuan bela diri judo level abal - abal mana mungkin aku bisa kabur. Beda cerita jika aku ini anggota senior merpati putih, aku pasti bisa lebih percaya diri.

Dari cerita Sawitri yang kudengar bahwa tidak sedikit pelayan yang berniat kabur dan bahkan memang bisa kabur. Namun, tidak lama mereka pasti akan tertangkap. Bayangkan, mau bersembunyi di mana atau berjalan berapa puluh hari agar bisa keluar dari Tumapel? Mengingat tak ada kendaraan apapun yang bisa kau tumpangi. Tidak mungkin juga mencuri kuda dulu. Parahnya siapa yang akan menolong seorang buronan kerajaan? Bisa - bisa si penolong malah ikut dihukum.

Belum lagi hukuman yang akan diterima oleh pelayan yang kabur itu membuatku merinding walaupun hanya mendengar ceritanya saja. Pelayan laki - laki yang kabur akan mendapat pukulan bambu berpuluh - puluh kali dan setelahnya mereka akan dikirim ke tempat pembangunan untuk dijadikan pekerja kasar. Sedangkan mereka yang sempat mencuri dulu sebelum kabur maka hukumannya diseret dengan kuda mengelilingi Tumapel istilah halus untuk memberi siksaan hingga tewas secara perlahan dan menyakitkan.

Seperti kataku mereka alias orang - orang di zaman ini tidak pernah setengah - setengah jika memberikan hukuman. Maka bersyukurlah jika kau dilahirkan di zaman modern dimana Hak Asasi Manusia dijunjung tinggi. Tersangka teroris saja berhak mendapat pengacara sebagai pembela.

Hukum itu adil jadi setiap orang berhak mendapatkan keadilan hukum tanpa terkecuali. Walau dalam prakteknya kadang ada penyimpangan. Para terdakwa seharusnya mendapat hukuman yang sesuai alias setimpal dengan perbuatannya, tidak lebih tidak kurang. Ingat adanya adagium hukum bahwa "lebih baik membebaskan 1000 (seribu) orang yang bersalah, daripada menghukum 1 (satu) orang yang tidak bersalah". Bukan berarti kejahatan itu tidak ada artinya tetapi lebih pada hakim yang harus berhati - hati dalam memutuskan hukuman. 

Pelayan perempuan yang kabur juga akan dipukul bambu, walau jumlah pukulannya tidak sebanyak hukuman pelayan laki - laki. Setelahnya akan dijadikan pekerja kasar di luar istana. Kadang mereka ada juga yang dijual sebagai budak atau parahnya dijual ke rumah pelacuran.

Mengerikan bukan???

Jadi bagaimana bisa aku melarikan diri???

T-A-K-U-T, satu kata itu yang bersarang di kepalaku jika mulai berpikir untuk kabur.

Parahnya pelayan juga kadang bisa mendapatkan hukuman gantung di alun - alun istana jika melakukan kesalahan luar biasa. Mereka akan membiarkan mayatnya tergantung di sana untuk beberapa hari sebagai peringatan bagi orang - orang agar tidak melanggar aturan istana. Apakah itu benar terjadi? Iya, walau selama beberapa bulan aku berada di istana belum ada pelayan yang digantung, tetapi ada beberapa kali diadakan hukuman bagi pelayan.

Tentu aku dan Sawitri tidak melihatnya, tapi cerita dari pelayan yang menyaksikannya membuat bulu kudukku berdiri. Entah karena takut atau malah hantu pelayan yang kami bicarakan sedang ada di situ juga. Untung saja aku bukan seorang "indigo" jadi tak perlu sering melihat hal - hal yang di luar nalar.

"Melamun malam - malam berbahaya, kau bisa kerasukan!" suara seseorang membuat lamunanku buyar.

Dahiku mengeryit memandang heran perempuan muda yang tiba - tiba duduk di dipan bersamaku. Aku sih tidak masalah jika yang mendekatiku adalah pelayan cuci sepertiku, tetapi dia jelas bukan bagian dari kami. Dalam sekali pandang dan dari pakaian yang dikenakannya, aku tahu dia salah seorang pengawal wanita yang menjaga Ratu.

Melihatku yang bersikap waspada dia malah tertawa sebelum berkata, "Hahaha... Kau harus lihat mukamu itu, lucu sekali." Berdeham lalu melanjutkan "Jangan takut, aku tidak berniat jahat. Aku cuma bosan di dalam bilik tapi tak bisa tidur jadi memutuskan untuk berjalan - jalan malam. Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya, apa kau pelayan baru?" tanya perempuan itu masih dengan senyum.

Menghela napas pelan walau jujur aku tetap takut padanya, seperti kata Sawitri jangan pernah percaya pada siapapun di istana ini. "Iya, aku baru bekerja di sini. Mungkin hampir dua minggu," jawabku padanya.

"Memang wajahku semenakutkan itu ya, hingga kau tampak ketakutan?" tanyanya sambil tersenyum lebar.

"Maaf," ucapku pelan karena tidak mungkin juga aku mengatakan yang sebenarnya bahwa aku curiga sekaligus takut padanya.

Mengalihkan pandangannya dariku ke arah kain - kain cucian yang berkibar pelan "Sebenarnya tidak mengherankan bagiku, semua orang selalu menjaga jarak pada prajurit wanita. Ck, tetapi sebaliknya mereka berlaku manis pada prajurit pria."

"Apa itu jadi masalah bagimu?" tanyaku agak penasaran, dalam hati berharap aku akhirnya memiliki satu teman di sini.

"Masalahnya adalah kami jadi makin tak bisa berteman selain dengan prajurit wanita lagi. Bagaimanapun aku ini manusia jadi rasanya berat harus sendirian, betul tidak? Belum lagi pandangan orang - orang saat melihat kami, layaknya kami ini setengah demit. Memang salah jika kami bisa ilmu kanuragan?" balasnya masih kesal lalu berkata lagi, "Maaf, aku terlalu banyak bicara sampai lupa memperkenalkan diri." Mengulurkan tangan padaku "Namaku Weling."

"Weling???" otomatis mengulang ucapannya, agak aneh mendengarnya ... bukannya Weling itu____

"Nama ular!" tebaknya lalu terkekeh sebentar.

"___" terperangah sambil mengerjabkan mata, perasaan aku bertanya dalam hati. Apa mungkin dia cenayang sehingga bisa menebak isi kepalaku?

"Nama sialan ini pemberian Romoku. Aku sudah ingin menggantinya tapi dilarang oleh guru. Katanya itu kenang - kenangan dari Romoku. Siapa juga yang butuh kenang - kenangan dari perampok sadis macam dirinya?" tanyanya lebih pada dirinya sendiri.

"Haaah..." hanya kata itu yang keluar dari mulutku. Ternyata perempuan manis di sebelahku ini jenis 'ember bocor'. Jujur aku bingung harus senang atau malah sedih berkenalan dengan dia.

Mengibaskan tangannya di depan wajahku yang mungkin terlihat kaget "Tenang saja, walaupun Romoku adalah perampok tapi aku tidak ada keinginan mengikuti jejaknya. Anehnya aku malah senang dia terbunuh di depan mataku. Aku pikir setelah itu aku bisa hidup tenang dengan ibuku. Namun, kenyataanya ibuku memilih meninggalkan aku sendiri di sana bersama orang yang melakukan pembantaian besar - besaran malam itu. Hmm... mungkin dulu ibuku diculik oleh Romoku jadi saat ada kesempatan dia kabur, pantas saja dia juga tampak tidak menyayangiku. Aku pikir itu karena aku terlahir sebagai seorang perempuan bukan laki - laki tapi teryata..." ucapnya panjang lebar walaupun tidak ada yang bertanya.

"Kau baik - baik saja?" tanyaku mengabaikan rasa keherananku pada sosoknya.

Aku itu seharusnya guru SMA yang malah nyasar jadi guru SD, jadi lama berdekatan dengan anak - anak membuatku paham bahwa 'diabaikan' rasanya tidak jauh menyakitkan dan hampir sebanding dengan siksaan fisik. Semacam sakit sekali rasanya walau tak berdarah... Eeaaa. Kadang beberapa anak justru melampiaskan rasa sakitnya dengan menjadi anak nakal untuk mencari perhatian.

"Hahaha... kenapa pula pertanyaan kalian berdua sama?"

"Haaah... sama dengan siapa?" tanyaku dengan dahi berkerut heran.

Mendengus sebelum menjawab, "Sama dengan guruku, memang sama dengan siapa lagi?"

Menghela napas pelan "Syukurlah penjahat itu tidak membunuhmu juga. Tapi memang tidak seharusnya seorang anak menanggung karma orang tuanya. Dia yang melakukan maka dia juga yang harus bertanggung jawab, bukan orang lain."

"Penjahat yang kau sebut itu adalah orang yang menjadi guruku hingga sekarang!"

"Apa???" Mataku melotot karena berita mencengangkan ini.

"Akukan sudah bilang tadi bahwa Romoku itu perampok. Malam itu dia membunuh romoku dan seluruh kelompoknya hingga tak bersisa. Aku pikir dia juga akan membunuh aku dan ibuku karena hanya kami yang wanita di sana, oh ada beberapa pelacur malahan. Tapi mereka juga tidak dibunuh. Jujur, malam itu aku benar - benar ketakutan. Bayangkan apa yang bisa anak lima belas tahun dapat lakukan di dalam hutan sendirian tanpa ibunya? Aku bahkan sudah berpikir untuk bunuh diri nanti disaat orang itu pergi. Tetapi dia malah bertanya padaku, apakah aku mau ikut dengannya?"

"Berarti dia adalah orang jahat yang baik?"

"Orang jahat yang baik... kata - katamu aneh sekali... Hahaha!"

"Dari caramu bercerita tampaknya dia tidak menyiksamukan? Tapi maaf jika menyinggungmu, menurutku dia cukup berani, tidakkah terpikir olehnya jika maaf - maaf saja aku mengatakannya... Hmm... bagaimana jika kau membunuhnya untuk membalas dendam? Bagaimanapun dia telah membunuh ayahmu. Darah lebih kental dari airkan?"

"Hahaha... pertanyaanmu sama dengan pertanyaanku."

"Ck, itu pertanyaan umum. Semua orang waras pasti terpikir begitu. Jadi dia menjawab apa?" tanyaku penasaran.

"Iya kau benar, guruku tidak pernah berbuat buruk padaku. Dia memberiku tempat tinggal, mengajariku ilmu kanuragan sehingga aku sekarang bisa bekerja sebagai pengawal wanita di istana malah. Tapi guruku memang orang yang aneh, dia bilang boleh saja jika aku ingin membunuhnya tapi setelahnya aku harus menjaga seluruh keluarganya sampai akhir hayatku. Itu juga yang dia sedang lakukan ketika menjagaku, yaitu karma yang harus dia tanggung karena perbuatannya membunuh Romoku."

"Ah... lebih merepotkan, kau harus terikat seumur hidup untuk menjaga entah berapa orang, benar tidak?"

"Hahaha... ternyata kau lebih aneh dari guruku."

"Apa tidak apa - apa kau menceritakan ini padaku? Bagaimana jika aku menyebarkannya pada orang lain, bukannya hidupmu akan sulit nantinya?" tanyaku memastikan.

"Plaaaaak"

"Aauuuww"

Menahan sakit selain karena pukulan tangannya di pahaku tetapi juga karena kaget tiba - tiba betisku reflek mengayun dan membentur kayu penyangga dipan.

"Oh... maaf. Tunggu, apakah kau terluka?" tanyanya lalu melanjutkan, "Tapi aku yakin kau bukan orang seperti itu! Kau orang yang baik!"

Meringis menahan sakit sebelum berujar, "Dari mana kau tahu jika aku ini orang baik? Bagaimana jika sebaliknya, hm?"

"Hanya perasaanku saja," Menyeringai memandangku "Apa aku salah terka? Dengar ini, hanya orang baik yang bisa berpura - pura jahat. Tahukah kau, kita bisa menebak watak seseorang dari kata - kata yang dia ucapkan. Semakin banyak kau berbicara dengannya kau akan semakin mengenalnya. Kau baik... Aku yakin. Hanya orang baik yang mempertanyakan 'apakah benar dirinya orang baik?' Sedangkan orang yang jahat justru berusaha membuktikan dirinya baik dengan berbagai kata, tapi kau sebaliknya."

"Ck," decakanku malas menanggapi ucapannya.

"Bagaimana lukamu?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Tidak apa - apa, cuma luka yang belum sembuh saja, maklum aku ini orang baik yang ceroboh."

Matanya memincing memindai kakiku, "Ck, bukan saatnya membalikan kata - kataku. Apa kau terkena hukuman dari Nyi Bayaworo? Dia memang perempuan yang tegas tapi sebenarnya baik hati." Agak menunduk sebelum melanjutkan perkataannya, "Coba aku lihat!"

Menjauhkan kakiku dari jangkauannya, "Tidak perlu Weling, sebentar lagi juga sembuh. Salahku sebenarnya karena sering melakukan kesalahan walaupun aku sudah berhati - hati tapi tetap saja___"

Mengambil sesuatu dari kain pengikat di perutnya lalu mengulurkan sesuatu padaku "Pakailah! Ramuan ini mujarab tapi memang agak perih saat memakainya. Aku dulu sering terluka jadi guru memberikan ramuan ini padaku."

"Ck, jika kau memberikan ramuan itu padaku lalu kau bagaimana? Terus jika gurumu tahu bisa - bisa kau dapat masalah, Weling."

"Aku bisa membuat ramuan ini lagi dan jangan berpikir buruk tentang guruku, sampai saat ini di mataku, dia adalah salah satu orang yang baik di dunia ini."

Mengambil ramuannya karena katanya kita tidak boleh menolak rezeki. Lagipula tidak sopan rasanya jika terlalu berprasangka. "Terima kasih."

"Bukan hal besar, tidak perlu berterima kasih!" Mengibaskan tangannya pelan.

"Sepertinya kau tidak hanya menganggap dia sebagai guru saja, apa aku salah?" tebakku melihat antusiasmenya saat membicarakan gurunya itu. Rasa penasaranku timbul ke permukaan.

"Hahaha... aku makin menyukaimu. Terlihat sekali yaa, jika aku menyukainya?"

"Hmm..."

"Sayangnya dia tidak mau denganku, dia menganggap aku anaknya. Hahaha... miris bukan?"

Menghembuskan napas tak habis pikir. Itulah cinta, kadang tak masuk akal "Kau itu sepertinya lebih muda dariku. Jika menurut dia kau lebih cocok jadi anaknya maka dia sudah tua bukan? Jadi aku saja heran... jangan - jangan kau jatuh cinta pada kakek - kakek?" ungkapku karena Weling nampak memiliki ketertarikan pada orang yang jauuuuh lebih tua darinya.

Masyarakat umumnya menyebut seseorang yang memiliki ketertarikan pada orang yang jauh lebih tua dan lebih pantas jadi ibu, ayah, nenek atau kakeknya dibandingkan menjadi pasangannya dengan sebutan oedipus complex. Sebenarnya kurang tepat karena sebenarnya ada dua istilah yaitu oedipus complex dan electra complex yang diberikan untuk dua jenis kelamin yang berbeda.

Dalam aliran psikoanalisis dari Sigmund Freud. Istilah oedipus complex ini diambil dari mitos Yunani tentang Oidipus yang tanpa diketahui membunuh ayahnya, Laios. Kemudian ia menikahi ibunya, Jokaste / Lokaste / Yokaste (entah yang mana nama yang benar... Hadeeeh). Awalnya istilah ini lebih ditujukkan bagi anak laki - laki yang mempunyai hasrat lebih pada ibunya. Namun makin kemari istilah Oedipus complex juga disematkan bagi laki - laki yang menyukai perempuan yang jauh lebih tua darinya.

Istilah untuk anak perempuan yang mengalami hal serupa disebut electra complex. Istilah ini pertama kali digagas oleh Carl Jung pada tahun 1913. Ia merupakan salah seorang psikoanalisis. Nama electra complex diambil dari sebuah mitos Yunani juga yaitu Electra, anak dari Agamemnon, yang turut serta dalam perencanaan pembunuhan ibu kandungnya sendiri yaitu Clytemnestra dalam rangka balas dendam atas kematian ayahnya. Awalnya istilah ini juga lebih ditujukkan bagi anak perempuan yang mempunyai hasrat lebih pada ayahnya. Namun istilah electra complex bisa disematkan bagi perempuan yang menyukai laki - laki yang jauh lebih tua darinya.

Memang istilah electra complex ini tidak begitu familiar di telinga masyarakat, apalagi dalam pandangan masyarakat awam, perempuan yang menyukai laki - laki lebih tua dianggap wajar dibanding sebaliknya yaitu laki - laki yang menyukai perempuan yang lebih tua darinya. Namun kedua istilah ini sebenarnya hanya berlaku jika merujuk pada perbedaan usia yang timpang, bukan hanya beberapa tahun saja tetapi berbeda jauh hingga puluhan tahun.

Walaupun istilah oedipus complex dan electra complex telah dikenal lama, namun banyak juga yang tidak menerima keberadaan teori ini sebab dinilai memiliki sedikit data pendukung. Bahkan gagasan Freud tentang perkembangan psikoseksual juga dikritik karena dianggap sudah kuno dan ketinggalan zaman.

Begitulah keberadaan teori yang kadang berganti antara dipercaya atau tidak lagi dipercaya karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan. Ingat saja Nicolaus Copernicus yang mengembangkan teori heliosentris yaitu berisi tentang matahari sebagai pusat tata surya, yang menjungkir balikkan teori geosentris tradisional yang menempatkan bumi di pusat alam semesta. Orang yang disebut dungu karena menyampaikan teori aneh malah kini dianggap sebagai pencetus astronimi modern.

Makanya ada istilah orang jenius dan orang gila itu bedanya tipis. Letak perbedaan antara mereka adalah orang jenius mampu membuktikan perkataannya melalui bukti yang tak bisa terbantahkan baik oleh otak maupun penglihatan manusia. Sebaliknya orang gila tidak bisa.

Itu juga kebesaran Tuhan dalam menciptakan makhluknya. Di atas langit masih ada langit. Tapi tenang, di bawah tanah masih ada tanah artinya masih ada yang lebih bodoh dari pada orang bodoh. Intinya apapun keadaan kita tetaplah bersyukur dan bangga atas apa yang kita miliki sebagai berkah dari Tuhan.

"Hahaha..."

Tersadar dari lamunanku sesaat dan menaikkan alisku melihatnya tertawa sambil membungkuk. Menengok ke kanan dan kiri siapa tahu ada orang lain yang berkeliaran malam - malam seperti kami. Bahaya, aku sedang tak ingin menambah hukuman bagi tubuhku ini. "Jangan keras - keras tertawanya. Tapi Weling, sebaiknya jangan menceritakan kisah hidupmu terutama pada orang asing. Kau bisa membahayakan hidupmu sendiri!" ujarku kala ingat lagi akan nasehat Sawitri. Ternyata ada perempuan yang lebih ceroboh dariku.

Tawanya surut dan memandangku lama sebelum berkata, "Kau orang baik. Kini aku setuju pada pilihannya," ucapnya lalu mimik wajah jahilnya muncul lagi, "Tenang saja, tidak ada yang berani macam - macam denganku. Bukannya sombong tapi ilmu kanuraganku cukup hebat dan tentu aku bisa melindungi diriku sendiri. Lagipula mereka tahu siapa guruku. Aku yakin tidak ada yang ingin melihatnya turun gunung saat muridnya dilukai."

"Oh, gurumu tinggal di gunung rupanya." Mengangguk - anggukan kepala tanda mengerti kemudian berkata, "Rengganis, namaku Rengganis. Senang bisa berkenalan denganmu, Weling." ucapku sambil tersenyum ke arahnya.

"Rengganis... Rengganis, kau memang lucu sekali!" Memandang langit di kejauhan "Daripada kau mencemaskan diriku, lebih baik kau cemaskan dirimu sendiri. Berbahaya berkeliaran malam - malam seperti ini." Memindai tubuhku dari atas ke bawah "Kau tampaknya tidak memiliki ilmu kanuragan, benarkan?"

Mendengus menanggapi ucapannya "Jangan remehkan aku Weling. Aku bahkan bisa membanting dirimu jika aku mau," ucapku sebal sambil sedikit membanggakan diri.

"Hahaha... kau yakin? Aku kira sebelum kau bisa membantingku, aku sudah bisa melemparmu hingga ke semak - semak sana!" tangannya menunjuk tempat tak jauh di depan kami.

"Iya, aku akan ingat kata - katamu dan nanti jika aku memiliki anak perempuan, aku akan menyurunya berlatih bela diri agar dia bisa menjaga dirinya sendiri seperti dirimu."

"Tidak perlu berlatih, jika ayahnya adalah_____" dia tiba - tiba menghentikan ucapannya lalu berdiri, memandangku sebentar dan berkata, "Ada yang datang. Aku pergi dulu. Senang bisa berbicara denganmu, Rengganis!" ucapnya tegas lalu berjalan cepat meningalkanku.

"Iya," ucapku agak heran, bukannya tadi katanya dia tidak akan dapat masalah.

Derap langkah mendekat dari arah sebaliknya hingga menampakkan sosok Nyi Tinem "Rengganis, belum tidur, Nduk?"

Tersenyum memandangnya salah satu pelayan cuci sepertiku "Iya Nyi, tadi ingin buang air tapi jadinya keterusan melamun di sini."

Menarik tanganku berdiri "Ck, ayo tidur, jangan keluar malam - malam. Saru Nduk."

"Maaf, Nyi." Nyengir dan mengikuti langkah wanita tua itu masuk ke dalam bilik pelayan lagi.

***

Berjalan ke luar karena mendengar suara binatang malam yang sangat mengganggu telinga. Memandang ke sekitar, suasana masih sepi karena jelas ini masih dini hari. kegelapan yang pekat hanya terganggu oleh cahaya bulan yang makin redup dan nyala api dari obor - obor yang tertancap di batang kayu.

"Keluar!" perintahku malas

"Whuuus..." menghindar dari belati kecil yang sengaja dilemparkan dan kini belati itu menancap di kayu pembatas jendela.

"Cepat keluar, jangan bermain - main terus!" menghembuskan napas putus asa karena melihat kelakuannya itu, lalu berkata, "Lain kali tiru suara burung hantu dengan benar, jika kau mengeluarkan suara aneh seperti tadi maka musuhmu akan menyadari adanya penyusup. Berapa kali aku bilang, jangan ceroboh!"

"Ampuni, hamba!" suara beserta sosok perempuan muncul di hadapanku. Dia berjongkok dan memberi hormat singkat sebelum berdiri.

"Ck, kenapa baru datang? Aku bilang padamu jika aku tidak punya banyak waktu!"

"Penjagaan diperketat. Sudah untung hamba bisa keluar. Seharusnya hamba mendapat imbalan bukan umpatan."

"Tidak sopan!"

"Hahaha... ampuni hamba." ujarnya walau terlihat tidak ada penyesalan dalam raut wajahnya.

"Kadang aku bingung bagaimana menghadapi perempuan aneh macam kau, Weling," ucapku putus asa

"Tapi gadis itu juga aneh, kenapa dia bisa Anda sukai sedangkan Anda tidak menyukai hamba?"

"Ckckck... kau mulai lagi." Memandangnya tajam "Bagaimana dia?"

"Dia masih hidup, Anda tidak perlu khawatir."

"Kau sudah bosan hidup, Weling? pilih saja dengan apa? panah? keris? tombak? atau tangan kosong, hm? Aku akan mengantarmu langsung menemui Dewata sebelum ayam berkokok pagi ini!"

"Issshh... makin tua, Anda makin tak bisa diajak bercanda."

"Tua??? Apa terlalu lama bekerja dan terkurung di istana utama membuat matamu terganggu?"

"Hahaha..." tawanya terdengar lagi namun sesaat kemudian wajahnya berubah serius "Dia kini bekerja sebagai pelayan cuci di istana belakang. Hamba rasa di sana dia lebih aman. Beberapa pelayan sepertinya tidak menyukainya, mungkin karena kabar bahwa dia merayu pria - pria tampan di istana dan Anda tentu menjadi salah satunya." Menyeringai lalu melanjukan, "Atau memang mereka hanya iri pada dirinya. Antara dua itulah, jadi dia dikerjai, hasilnya dia harus menerima hukuman. Seperti Anda tahu, Nyi Bayaworo tidak pernah mau menerima adanya kesalahan dalam bentuk apapun."

"Lalu," tuntutku karena aku benar - benar belum bisa mengeluarkannya dari sana.

"Ya begitu saja memang apa lagi?"

"Tidak ada orang lain yang sengaja menganggunya kecuali pelayan lain, begitu? atau jangan - jangan pelayan itu suruhan seseorang?"

"Hamba sudah mengamati selama beberapa hari tapi ini benar - benar kejahilan pelayan saja. Oh... apa Anda curiga pada Kanjeng Praya? Memang hamba mendengar ada desas - desus perseteruan antara mereka sebelumnya."

"Praya tidak akan melakukan tindakan curang macam itu. Aku mengenalnya lama dan dia tidak akan main belakang. Dia gadis baik hanya saja dia tidak pandai menunjukkan pada orang - orang, apalagi didukung garis wajahnya yang angkuh jadi wajar jika orang tidak mau dekat - dekat dengannya. Jangan menilai orang dari tampilan luarnya, Weling!" Menghembuskan napas berat lalu berkata, "Ada orang yang lebih patut diwaspadai daripada Praya!"

"Dan Anda tidak ingin memberi tahu pada hamba tentang orang itu?" sebelah alisnya terangkat penuh selidik.

"Lebih baik kau tidak tahu, Weling!"

"Anda dan rahasia adalah dua hal yang cocok sejak dulu. Kasihan sekali Rengganis, sepertinya Anda juga tidak akan melepaskannya."

Memandangnya sesaat lalu ada hal lain yang menggangguku, "Dia mempercayaimu begitu saja?" dahiku mengeryit menunggu jawabannya.

"Rengganis? Tentu saja. Hamba ini pandai bercerita yang dapat menyentuh hati."

"Ck, kau bukan pandai bercerita tapi pandai mengarang cerita yang tidak - tidak. Dengarkan saranku ini, berhentilah membual, Weling," jawabku habis sabar.

"Hmm, hamba juga sudah memberikan dia ramuan obat, mungkin itu bisa membatunya sedikit. Sayang sekali kulit mulusnya pasti kini tidak la_____"

Memotong ucapannya yang mulai ngawur lagi, jangan kira aku tidak tahu ke arah mana pembicaraannya itu, "Kau benar - benar sudah bosan hidup rupanya?"

"Hahaha... maaf, hamba bukannya bosan hidup tetapi aneh saja melihat Anda bersikap kekanakan seperti sekarang. Tetapi selain cantik dia juga orang yang baik. Hamba bisa menerima jika Anda menikahinya kelak. Hmm... tetapi nampaknya sulit yaa?" mengangguk - anggukan kepala pura - pura prihatin.

"Kau meremehkanku, Weling? Kau pasti tahu siapa aku dan kedudukanku di istana ini. Tunjukkan sedikit rasa hormatmu padaku, walau hanya di mulut saja. Lagipula siapa yang butuh izinmu untuk menikahinya?"

Menyeringai lagi sebelum berkata "Ah, ternyata Anda bukan sekedar menyukainya tetapi mencintainya." Memegang dada di bagian kiri atas "Sungguh... sakit sekali rasanya di sini!"

"Berhenti berkata yang aneh - aneh!" Melipat tanganku di depan dada "Tolong jaga dia! Aku harus menyelesaikan satu masalah dahulu, sehingga baru bisa mengeluarkannya dari sana."

Berjongkok lagi lalu memberi hormat "Hamba akan menjaga dia sepenuh hati, jika perlu hamba rela mempertaruhkan nyawa hamba untuk melindunginya!"

"Ck, Jangan bodoh. Aku minta kau menjaganya bukan mengorbankan nyawamu. Kau pikir nyawa bisa dibeli di pasar, haaah!" balasku kesal "Lindungi dia dari jauh dan tetap berhati - hati. Aku tidak mau kau terluka atau malah terlibat masalah. Mengerti?"

Mendongak lalu tersenyum sebelum berkata, "Jika bersikap begini terus, sulit bagi hamba untuk tidak jatuh cinta pada Anda."

Menutup mataku putus asa "Aku tidak tertarik, cari saja laki - laki di luar sana lalu bawa kemari. Akan aku buatkan pesta tujuh hari tujuh malam untuk pernikahanmu."

"Hahaha..."

"Jangan tertawa keras - keras nanti semua orang bangun! Kembalilah dan tolong jangan bersikap ceroboh hingga dirimu ketahuan!" menimbang sebentar sebelum mengatakan hal penting, "Ibumu sakit, Weling. Tidakkah kau ingin menemuinya?"

Wajah kembali berubah, kali ini terlihat getir kemudian dia berkata, "Anda menemukan wanita itu?"

"Yang kau sebut wanita itu tidak lain adalah ibumu sendiri Weling dan sepertinya sakitnya parah!" ucapku tenang karena aku mengerti sakit hatinya.

"Lebih berbahaya jika hamba menemui wanita itu, bisa - bisa dia langsung meninggal saat melihat hamba," balasnya sambil tersenyum walau aku tahu senyumnya palsu.

"Terserah kau. Kembalilah! Hati - hati!" mengakhiri pembicaraan karena percuma hasilnya sama saja, "Jika bisa keluar, berkunjunglah. Ada yang rindu padamu!"

Tersenyum lebar "Hamba berharap Anda yang merindukan hamba."

"Dalam mimpimu!" berbalik badan untuk masuk kembali ke dalam dan tak kuhiraukan tawa konyolnya lagi.

------------------Bersambung--------------------

12 Maret 2021

---------------------------------------------------------


Keberadaan Rengganis yang tampak tidak penting dalam sejarah Singasari karena dia terbangun bukan sebagai Putri, Selir ataupun Ratu seperti di cerita lain, memang sengaja karena tujuanku ingin buat fiksi-sejarah yang ringan dan lucu tanpa
mengubrak - abrik sejarah

Jadi jika readers merasa pernah tertawa atau minimal tersenyum karena Rengganis...
Artinya "PENTING" yang aku maksud tercapai

Because reading is healing and refreshing


Continue Reading

You'll Also Like

12.6K 2.5K 35
Penulis bahkan tidak tau mengapa memberikan judul demikian, silakan dibaca. Semoga suka, jika tidak suka juga tidak apa-apa. Terimakasih banyak sudah...
86.1K 16.8K 61
Apa artinya kebahagiaan jika rumah--tempat hati berlabuh--tak lagi dapat digapai? Tragedi terdamparnya pesawat yang Nayra tumpangi senja itu ada...
81.8K 2.8K 26
Kayaknya kamu lupa bahwa kereta yang sudah pergi tidak akan bisa kembali lagi.
964K 64.3K 72
" hamba benci... pada ayah hamba yang mengirim hamba ke istana, Jeonha.. kau begitu penuh dengan kebencian, hamba... hanya melindungi apa yang hamba...