MISOPHONIA (HIATUS)

By jensrosemary

164K 12K 583

ICE GIRL telah berganti menjadi MISOPHONIA Seorang gadis pindahan yang tiba-tiba datang menggemparkan seluru... More

0.0
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
🍀CAST🍀
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
PENGUMUMAN!!!
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52

Chapter 21

2.2K 169 0
By jensrosemary

Pagi yang cerah, pohon yang bergoyangan mengikuti arah angin yang sejuk itu membuat siapa saja yang tengah beraktifitas di pagi ini menjadi lebih semangat. Tapi tentu saja tidak, bagi para penghuni kelas 11 Ipa 2, mereka tengah mencatat kesana-kemari, karena akan ada ulangan harian Matematika, mulai dari menuliskan rumus-rumus di tangan, kursi, bahkan di kaki mereka sendiri, ada pula yang menggosok-gosokkan buku catatan ke kepala mereka, katanya sih biar nempel ke otak rumusnya.

Namun ada seorang gadis yang cukup menarik perhatian karena ia nampak santai saja, gadis bermanik coklat yang tengah membaca novel favoritnya, baginya sungguh pagi hari yang sangat biasa saja.

Lagipula ia tidak peduli dengan keadaan sekitar, bahkan ia tidak tahu jika hari ini akan ada ulangan harian. Karena ia hanya mengira para murid sedang saling mencontek tugas, tapi setelah dipikir 'bukannya hari ini gak ada tugas ya?' Batinnya. Ia pun mengedikkan bahu tak peduli lalu melanjutkan bacaan yang sempat terhenti.

"Tha, bagi contekannya ya nanti..." ujar Verra dengan tatapan memohon. Agatha hanya menoleh sejenak lalu beralih membaca bukunya.

"Contekan? Kalo bodoh yaudah bodoh aja, gausah maksain. Dasar nyusahin," gumam Agatha pelan namun pedas, tapi tetap saja terdengar oleh Verra.

Verra pun mendengus, makin hari ucapan yang dilontarkan oleh teman sebangku nya ini semakin pedas, dia tidak boleh memasukan kata itu ke dalam hati, pikirnya. "Yaudah iya, gue tau gue bodoh. Gue diem ajalah."

Kriing!

Bel pun berbunyi nyaring. Para murid pun dengan cepat memasuki kelas masing-masing.

Hari ini adalah pelajaran yang paling tidak ditunggu oleh para murid kelas Ipa 2 ini, yaitu Matematika.

Bu Diana pun memasuki kelas itu dengan senyum tipisnya yang lumayan creepy. Karena bu Diana adalah salah satu guru yang cukup killer di sekolah ini.

"Hai anak-anak... sudah siap untuk ujian harian hari ini?" Seru Diana dengan senyum lebarnya yang membuat para murid bergidik ngeri. "Kemarin sudah ibu infokan di grup, jadi ibu gak mau denger ada yang ngomong gatau kalo hari ini ada ujian!"

Semua murid pun meneguk salivanya kasar, jika guru mereka sudah berkata seperti itu, sudah tidak ada alasan lagi untuk mengelak. Mereka semua pun kompak menjawab "iya bu kami sudah siap!"

Tetapi berbeda dengan Agatha, ia terkejut.

Sedikit.

Karena... bagaimana dia mau masuk grup Matematika kalau grup Kelas aja dia gak masuk. Alasannya gak ada yang berani mintain nomor ke dia, pernah sih si ketua kelas minta nomornya, tapi malah di diemin sama Agatha. Jadi ya Pa ketunya males mintain lagi. Akhirnya dia gak masuk grup kelas.

"Semua murid pada sudah masuk grup MTK kan?"

Ghari a.k.a ketua kelas pun mengangkat tangan.

Bu Diana pun melihat dan sedikit menaikkan kacamata yang dipakainya, lalu berucap "bukannya kamu sudah masuk ya Ri?"

"Maksud saya Agatha bu," balas Ghari.

"Kenapa gak kamu masukin?"

"Eumm... anu... lupa hehe," jawab Ghari menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal.

"Ada-ada saja. Yaudah mana Agatha?" Agatha pun mengacungkan tangannya, "kasih nomor kamu ya!" Agatha pun hanya mengangguk saja.

Diana pun mulai membagikan soal dengan tenang. Berbanding dengan para murid yang sudah keringat dingin. Karena jika nilai mereka keluar, biasanya Diana akan mengumumkannya di depan kelas dan tak lupa jika ada murid yang nilai nya rendah akan ada ceramah yang sangaattt panjang. Belum lagi Diana selalu memberitahu nilai-nilai mereka kepada para orangtua. Sungguh sangat membagongkan.

"Ih ibu kok pada susah sih bu," keluh Chessi yang diangguki oleh murid lain.

"Itu kan yang kemarin kita pelajari, masa kalian gak paham sih. Kemarin pas ibu tanya paham apa nggak kalian jawabnya paham... gimana sih kalian," balas Diana.

Chessi pun mendengus "Ibu, aku tuh udah kayak Raisa aja gitu, serba salah. Aku kemaren mau jawab gak paham tapi mikir lagi bu, tar ibu ngomong 'masa gitu aja gak paham, udah ibu jelasin loh' terus kalo kita jawab paham, kita ngehargain ibu, tapi kita gak ngerti bu. Jadi ya serba salah," ucapnya yang tentu saja hanya membatin. Mana berani lah dia ngomong begitu sama guru terkiller, bisa-bisa habis nilainya di kurangin.

Suasana pun hening kembali.

"Ibu keluar dulu sebentar, kalian jangan menyontek!" ucapnya dengan menekankan akhir kalimatnya. Lalu keluar dari kelas.

Tak lama seisi kelas pun menjadi bising.

Verra pun melihat isi soal itu dengan teliti, ia menoleh ke arah Agatha yang tengah mengisi soal-soal dengan mudahnya. Duh Verra jadi pengen punya otak kayak Agatha, apalah daya dia yang bodoh seperti ini. "Tha... yuhu... liat dong no 1 aja deh pleasee," mohonnya.

Agatha pun hanya melirik sekilas. Membuat Verra mendengus sebal.

"Woy jawaban dong nomor 1, 2, 3, 4, 5 sampai 20," ucap lelaki yang duduk di pojok paling belakang.

"Itumah semuanya bego lo nyonteknya!"

"Yee terserah gue dong." Balas lelaki itu ngegas.

"Ri nomor 3 dong."

"Yur, nomor 5 dong."

Begitulah kira-kira suasana kelas Yang mendadak bising karena saling memberi contekan.

Tok tok tok tok tok

Suara sepatu yang tengah melangkah pun terdengar, membuat kelas yang tadinya bising menjadi sepi. Mereka kembali berpura-pura serius menjawab soal-soal.

"Sudah selesai semua?" Tanya Diana begitu ia masuk ke kelas.

"Baru juga ngitung bu," jawab salah satu murid.

"Daritadi saya keluar, kalian baru ngitung?!"

"Lo sih ngomong gitu, kena semprot kan kita," bisik lelaki yang duduk di sebelah lelaki yang menjawab ucapan Diana.

"Shut diem lo."

Diana pun menghela nafas "Ini gak ada satu pun yang seles----"

Greekk

Salah seorang gadis berdiri dari duduk nya lalu berjalan ke arah Diana, seperti biasa dengan wajah datarnya.

"Saya sudah selesai."

"Halahh paling nyontek ke mbah google tuh bu!" Sahut Chessi dengan tampang julidnya. Tak lama gadis itu pun ciut karena melihat tatapan tajam dari guru itu.

"Yasudah kamu boleh keluar."

Agatha pun keluar dari kelas, keadaan luar kelas pun sangat sepi karena KBM tengah berlangsung. Ia pun berniat untuk pergi ke Kantin karena tadi pagi ia belum sarapan.

...

"Pak, mie ayam satu, gak pake sayur."

"Eh ada neng geulis... kamana wae, asaan bapak jarang liat eneng lagi di diyeu," ucap pak Udin dengan logat sundanya tersenyum yang ditanggapi senyuman tipis oleh Agatha.

"Ada. Cuma males ke kantin," jawabnya singkat.

"Yaudah atuh neng mangga calik," balas pak Udin tersenyum mempersilakan Agatha untuk duduk menunggu.

Sebenarnya Kantin tidak terlalu sepi. Hanya ada beberapa orang saja, ya tentu saja mereka sedang membolos. Tapi Agatha tidak memperdulikannya. Ia pun duduk di kursi dekat stand mie ayam.

"Eh--eh ada si cantik dari kutub utara. Ngebolos nih, wah cocok nih diajak ke tongkrongan," tiba-tiba 3 orang lelaki datang dengan salah satunya duduk di sebelah Agatha lalu mencolek dagu Agatha yang langsung di tepis oleh nya.

"Pergi gak lo," ucap Agatha datar.

"Wah ngusir gue dia," kedua temannya yang tengah berdiri pun tertawa.

"Kalo dia bilang pergi ya pergi. Lo budeg atau tuli sih?" Zio pun datang dengan kedua sahabatnya.

"Gak usah ikut campur deh lo," balas lelaki itu menatap sengit ke arah Zio.

"Gue gak ikut campur, tapi kalo cewek  yang lo ganggu itu dia! Gue gak akan segan buat lo babak belur!" jelas Zio membalas tatapan tak kalah sengit.

Lelaki itu pun menatap tajam ke arah Zio lalu tak lama lelaki itu pun pergi beserta kedua kawaannya.

"Lo juga pergi," tukas Agatha membuat Zio menganga tak percaya.

"Hah...?"

"Lo.pergi.dari.hadapan.gue," ucap Agatha menekankan kalimatnya.

Zio pun berdecak. Untung adek sendiri kalo nggak udah di gorok lagi kali. Batinnya. Ya kali ini ia sudah menganggap Agatha sebagai adik kandung yang perlu ia lindungi walau sebelumnya ia telah merebut first kiss gadis itu.

Aldo dan Gavin yang tak tahan menahan tawa pun akhirnya terbahak.

"Huahaha... baru kali ini gue ngeliat muka dia cengo gitu cuma gara-gara Agatha."

"Iya, ahahaha."

"Diem lo berdua," ancam Zio. Lelaki itu pun ikut duduk di sebelah gadis yang tengah memakan mie ayamnya itu.

"Tha malem jalan yuk----"

Uhuk uhuk

Agatha tersedak kala mendengar ucapan Zio yang sangat random itu.

Zio yang melihat Agatha terbatuk pun dengan sigap memberikan Agatha air nya yang sedari tadi ia pegang, dengan cepat Agatha menerimanya dan meminumnya tanpa tahu siapa pemilik air itu, karena tenggorokan nya terasa sangat sakit.

Beberapa saat kemudian Agatha pun tersadar "i--ini winuwan wo?" tanyanya dengan mulut yang penuh dengan air yang di berikan oleh Zio. 

Mereka bertiga yang melihat wajah Agatha yang seperti itu pun gemas. Ini sangat langka bagi mereka.

Lalu Zio pun menjawab "iya."

Byur

Agatha pun menyemburkan air ke wajah tampan Zio.

Zio hanya bisa diam dengan wajah terkejutnya, begitu pula dengan orang yang melihat kejadian ini.

Bukannya meminta maaf, Agatha pun membereskan sisa makanannya, lalu pergi dari kantin setelah membayar makanannya pada pak Udin.

"Udah gila kali ya dia, Zio segini seremnya dia sembur, udah kaya debus aja."

"Gila gila. Untung bukan gue yang disembur," sahut Aldo.

"Diem lo pada."

"Lagian tiba-tiba banget ngajak pergi. Inget musuh lo tuh banyak Yo. Pikir-pikir lagi kalo ngajak dia," jelas Aldo.

"Gue refleks ngomong gitu," ketus Zio lalu mengelap wajahnya dengan tissu.

***

Bel pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu, namun pak Mamat belum datang juga.

Dering ponsel pun berbunyi tanda ada panggilan disana. Agatha pun mengambil ponselnya lalu mengangkat telpon itu.

.

Setelah telpon terputus Agatha pun menghela nafas. Panggilan tadi dari pak Mamat seperti biasa tidak bisa menjemputnya karena tengah mengantar nyonya besar ke luar kota. Akhirnya ia pun berjalan ke arah halte.

Keadaan halte saat itu lumaya sepi hanya ada dirinya dan seorang kakek yang tengah memperhatikan jalanan yang lumayan sedang ramai dengan para pengendara mobil dan motor.

Agatha tahu sepertinya kakek itu ingin menyebrangi jalanan. Ia mulai menghampiri kakek itu dan mulai menyebrang jalan dengan kakek itu di sampingnya.

Sesampainya di sebrang jalan, kakek itu pun berucap "terimakasih ya nak. Sudah membantu kakek nyebrang." Yang ditanggapi senyum tipis oleh Agatha.

Seorang pemuda yang melihat apa yang Agatha lakukan pun terdiam dan tersenyum tipis.

Agatha pun menyebrang jalan menuju halte. Saat hampir sampai dihalte, langkahnya terhenti kala melihat Arka yang tengah menatapnya.

Tak lama Arka melihat ada motor yang tengah melintas dengan kecepatan penuh mulai menghampiri Agatha yang sepertinya tidak menyadari.

Arka pun menghampiri Agatha lalu mendorong bahu gadis itu.

"Akh..." motor yang melintas sangat cepat itu pun menyeret lengan Arka dan melintas begitu saja.

Agatha yang terdorong pun terjatuh dan terkejut dengan apa yang ia lihat.

Ia pun menghampiri Arka, lalu menuntun langkah Arka ke halte.

"L--lo gak papa?" tanya Agatha.

"Udah gak papa. Tuh bus nya dateng. Lo naik bus kan?" Walaupun rasanya sangat sakit, tetapi Arka tidak mau merepotkan.

Akhirnya mereka berdua pun menaiki bus.

Saat di dalam bus keadaan tidak terlalu ramai jadi mereka berdua pun mendapatkan tempat duduk.

Hening.

Tidak ada yang memulai pembicaraan. Mereka terlalu asik dengan lamunannya.

Sampai pertanyaan Agatha pun terdengar, "lo gak pake motor?"

Arka menoleh "lagi di bengkel, jadi naik bus."

Agatha yang ingin menanyakan keadaan tangan Arka pun ia urungkan karena mungkin tangan lelaki itu tidak apa-apa, ia pun hanya menjawab "Oh," singkat.

Setelah itu keadaan pun menjadi hening kembali, hanya ada suara mesin bus dan para penumpang.

Tak lama Agatha pun sampai dan menuruni bus.

Arka yang melihatnya pun hanya tersenyum tipis.

.
.
.
.
.
.

To be continued

Maap lama ga up. Jangan lupa ya vote & komentnya. Xixi

Continue Reading

You'll Also Like

E&E By Ayaaa

Teen Fiction

13.6K 736 11
Sequel Agatha: Sepasang kekasih yang sama-sama mempunyai sifat kejam serta tak pandang bulu kepada siapapun. Tidak suka diusik dan miliknya di sentu...
20.6K 349 15
gxg 21++ jika yang phobia bisa skip cerita nya ,dan kalo yang suka silahkan lanjutkan bacanya!!!
195K 6.2K 42
Chessy Basyura Gadis 14 tahun yang bernasip malang,Chessy anak baik,periang,polos dan manja itu sering di siksa oleh kedua orang tuanya karena menuru...
9K 207 28
azkiya raquela, seorang anak satu-satunya di kelurga kaya yang memiliki banyak perusahaan namun hidupnya tidak sama dengan kebanyakan anak tunggal la...