Rumah Untuk Lingga (Completed)

tazsasza tarafından

316K 34.5K 2.1K

Segala sesuatu bentuk plagiat ,adalah hal yang paling tidak dibenarkan❗ Mari, biar ku ajak kamu berkenalan de... Daha Fazla

Prolog
1 || Sepeda dan Salam Lingga
2 || Sepatu Tara
3 || Lingga dan Pagi Harinya
4 || Kacang Milik Genta
5 || Saga, Kebanyakan!
6 || Eskul
7 || Kantin dan Rapat
8 || Rival Bara
9 || France Angelfish
10 || Pohon Lingga
11 || Rumah Saga
12 || Radio Mobil Bara
14 || HokBen (Spesial Chap)
15 || HokBen Putaran Kedua
16 || Utang Budi
17 || Mantan
18 || Rokok Pele
19 || Minum Air
20 || Petasan Yang Menyala
21 || Rompi Bara
22 || Teman di sisi Saya
23 || Datang Kembali
24 || Lingga dan Lutut
25 || Lampu Kuning
26 || Kebakaran
27 || Serakan Hati dan Beling
28 || Hujan dan Perasaan yang jatuh
29 || Tara dan Sayapnya Yang Rusak
30 || Senyum Manis
31 || Anyelir kuning
32 ||Pesawat Tanpa Pengemudi
33 || Sisi Gelap
34 || Amarah
35 || blood and wounds
36 || Fell In Pain
37 || cold heart
38 || Kebohongan Tara
39 || Rumah Untuk Lingga
Epilog
Root of memories || Bara
Root of Memories || Pele
Info Terbit dan Penghapusan Sebagian

13 || Bahu Lingga

7.2K 813 48
tazsasza tarafından

Terhitung sudah sebulan lebih Lingga tinggal, dan perkembangan hubungannya dengan Bara sudah banyak kemajuan.

Contohnya saja saat ini, Lingga menemani Bara yang sedang mengerjakan tugas di ruang tv.

Sebenarnya tidak sampai sedekat itu, hanya saja Lingga kebetulan tidak bisa tidur jadi ia keluar kamar,berniat minum. segelas air . Dan begitu dia keluar, Bara sudah berada di sana dan tiba-tiba memanggilnya. Bertanya apa Lingga baru bangun, tentu saja Lingga menjawabnya tidak.

Dan begitulah akhirnya Lingga berada disini, menemani Bara yang sedang sibuk menghitung.

"Lingga, bisa minta tolong?"

Tanya Bara tiba-tiba, begitu dia mendapati serangan mendadak pusing di kepala.

Bara yang memegang kepalanya dan meringis, membuat Lingga yang  bersandar pada sofa langsung saja menghampiri dengan khawatir.

"Kakak kenapa?"

Bara menggertakkan giginya menahan rasa sakit, lalu menggelengkan kepala mencoba menyamarkan rasa sakit dan dengan susah payah ia menjangkau Lingga di sampingnya, menaruh tangannya yang gemetar di pundak.

Lingga langsung memegang badan Bara, menahan.

"Tolong ambilin obat di laci pertama dekat kasur di kamar gue. Sekalian sama airnya"

"Kakak tunggu sebentar" Lingga menyandarkan Bara di pinggir sofa dan bergegas ke kamar Bara di lantai satu.

Dan begitu selesai membawa obat dan segelas air, Lingga kembali dan menemukan Bara yang meringkuk ke arah samping.

Lingga langsung mendekat dan membawa Bara pada rangkulannya.

"Kak ini obatnya"

Bara yang kesakitan itu langsung saja menelan obatnya dan minum minuman yang disodorkan Lingga.

Melihat Bara masih menahan sakit, Lingga langsung saja menyandarkan kepala Bara pada dadanya kemudian memijat-mijat kepala Bara. Bara yang sudah tidak berdaya hanya bisa menikmatinya.

Tak lama kemudian, sakit kepala Bara mereda. Membuat Bara akhirnya tidak lagi meringis kesakitan dan bisa bernafas lega.

Melihat Bara yang sudah tenang, barulah Lingga mengoleskan minyak kayu putih pada tengkuk, sekitar leher dan perut Bara.

Bara yang hampir tertidur langsung saja bangun lalu ia mengerutkan hidungnya mencium aroma kayu putih dan merasakan sensasi hangat di tubuhnya .

Lingga gue sakit kepala bukan masuk angin. Duh polos banget si Lingga.

*****

Tara menyeringai senang begitu melihat orang didepannya.

"Gak pernah gue sangka Lo juga ada disini, he~ pak Budi"

Oka yang lagi-lagi tertangkap basah hanya bisa mengutuk dalam hati, padahal dia sudah pergi jauh-jauh hanya untuk menghindari radar Tara. Tapi lagi-lagi secara ajaib ia malah tertangkap lagi dan sialnya bukan hanya Tara.

"Dah lah Tar, lagian gue ngajak Lo kesini buat nemenin gue. Bukan buat nakutin anak orang,lagian mau dia clubing juga bukan urusan Lo kan tar"

Ujar Pele sambil menatap jengah, Tara yang tak habis-habisnya mengganggu Oka sejak tertangkap olehnya.

"Gue gak ganggu Pel, ya kan siapa tau waketos kita yang baik hati mau neraktir minum. Ye gak Ka?"

Oka tidak membalas, malah dia memalingkan wajahnya. Tara yang melihat itu malah makin senang , tapi tak berlangsung lama karena setelahnya,

"Misi kak, Kakak yang bawa mobil berplat xxxx ini ?"

Tara langsung saja menengok ke bawah ke arah tablet yang tersambung dengan cctv parkiran dan melihat mobil warna merah miliknya ternyata menghalangi mobil lainnya.

Tau maksud pelayan, Tara pun langsung pergi meninggalkan pelayan itu tanpa menjawab apa-apa.

Pele yang melihatnya itu hanya mendengus, lalu menatap pelayan yang masih melihat ke arah Tara pergi.

Tampaknya pelayan wanita muda itu terpesona, karena sedari tadi begitu Tara memperlihatkan wajahnya dia langsung melihat tanpa kedip.

Pele langsung mendekat dan menepuk keras pundak pelayan itu sampai membuatnya tersentak dan langsung merona begitu melihat wajah Pele, sedangkan Pele melihatnya tidak berarti.

"Lo nganggur kan?, Bisa bilangin ke manajer tempat, Perdi Diandra Mahesa anak Frans udah Dateng"

Pelayan yang terpesona itu seketika membulatkan matanya kaget dan langsung saja ia  membungkuk dengan cepat.

"Baik pak saya akan segera beritahukan, dimohon bapak untuk menunggu. Mari saya antar ke ruangan yang sudah disiapkan"

"Gak usah, disini ajah ruang tertutup bikin sesak"

Pelayan itu kembali mengangguk patuh.

"Baik, kalau begitu. Dimohon tunggu"

Sebelum pergi pelayan itu sempat membisikkan sesuatu ke bartender yang ada di bar  yang saat ini Pele dan Oka tempati.

"Lo mau?"

Tawar Pele kepada Oka yang sedari tadi diam di pojokan. Oka melirik sebentar ke arah minuman yang tampaknya dibuatkan khusus oleh bartender dan beberapa menu dessert juga disediakan dengan banyak.

Oka menggeleng.

"Kayaknya Lo tamu penting"

Ujarnya karena melihat perlakuan yang langsung berbeda dari bartender setelah mendapatkan bisikan dari pelayan tadi, dan Oka juga menebak jika itu isinya tak lain adalah instruksi.

"Gak juga, Lo sendiri tumben?"

Oka tersenyum kecil, lalu dia menggeleng. Ketimbang dengan Tara Pele lebih baik, karena anak itu bukanlah seseorang yang mengusik seperti Tara.

"Gue lagi ngilangin stress"

"Ternyata anak sempurna kayak Lo,bisa stress juga ya"

Timpal Pele dengan bercanda, Oka hanya tersenyum sambil berpangku dagu. Lalu tangannya yang satu lagi dia gunakan untuk menggerak-gerakkan gelas yang berisi alkohol itu, menatapnya nanar.

"Gue juga manusia kali Pel"

Ucapnya pelan, dan bukan hal aneh jika Oka sering disebut sebagai manusia sempurna karena selain pintar, Oka juga seorang pianis muda berbakat dan langkanya walaupun ia berbakat dalam seni Oka juga pintar dalam bidang olahraga, bahkan saking bakatnya. Oka pernah meraih medali emas di Olimpiade Renang Solo dan mendapatkan juara pertama di ajang perlombaan piano di tahun yang sama. Oh dan jangan lupakan dia adalah pemegang sabuk hitam karate, dan merupakan siswa terbaik di jurusan IPA yang juga termasuk ke dalam juara kedua Siswa terpintar diangkatannya sesudah Zevan.

"Ya kita emang manusia Ka, yang hidupnya penuh  banyak dosa tapi, Lo tau sendiri. Jatuh karena kesalahan setelah buat keputusan itu, bukan salah orang lain. Kan Lo sendiri yang nentuin langkah macam apa yang Lo ambil sementara orang lain cuman mempengaruhi. Gue gak tau masalah apa yang Lo hadepin dan seberat apa. Tapi satu hal yang gue yakinin. Narkoba gak bakal bantu apa-apa"

Oka yang sedari tadi diam mendengarkan langsung tercekat dan menatap kaget Pele.

"Pell gue gak- make.."

Oka tersentak kemudian ia menutup mulutnya, begitu Pele mengeluarkan bungkus coklat yang tempo lalu Oka beli dengan menggunakan uang celengan.

Oka tidak bisa berkelit lagi begitu Pele menatapnya dengan santai dan menyerahkan bungkusan itu ke Oka.

"Gue nemuin ini di speaker bass di ruang musik, didalam buku punya lo. Mungkin cara Lo nutupin ini emang ceroboh tapi dengan cara ceroboh itu Lo udah berhasil ngelabuhin banyak orang. Tapi gak dengan gue"

Oka mendadak berkeringat panas dingin, dan dia tidak berani mengangkat wajahnya begitu mendengar penuturan Pele.

"Gue tau Lo belum make, tapi Oka biar gue kasih Lo nasehat.."

Pele berhenti sebentar mengambil jeda, menatap cahaya remang-remang lampu dinding didepannya, lalu kembali bersuara. "Selagi masih bisa menghindar Lo harus menghindar, karena kalo Lo gak menghindar Lo bakal tenggelam di lumpur, yang bakal ngisap Lo sampai jatuh sejatuhnya ke dasar-dasar"

Setelah mengatakan itu Pele pun bangkit, dan menghampiri Oka yang masih menunduk.

"Dah itu ajah, selebihnya keputusan ada di tangan Lo dan jangan lupa sembunyiin ini. Bisa repot urusan kalo Tara yang mergokin, gue mau kencing. Kalo Tara udah dateng, bilangin ke dia jangan minum Jus mangga gue, boleh apapun tapi gak jus gue"

Tekan Pele sambil menepuk pundak dan menatap serius Oka, yang kini menatapnya bingung harus kah memasang wajah lega,apa gelisahnya. Karena secara tidak langsung kehidupan Oka ada ditangannya tapi bahkan anak itu hanya menganggapnya sebagai angin lalu.

Ah rasanya Oka ingin menangis ditempat.

Tapi mengingat himbauan Pele, Oka langsung cepat-cepat membawa bungkus itu dan menyembunyikannya. Untung saja hanya ada mereka sedangkan bartender sudah lama pergi.

Tara celingak- celinguk begitu tidak mendapati Pele ditempat bahkan Oka saja sudah tidak ada .

Karena malas mencari dan menunggu Tara pun berniat pulang tapi matanya langsung berbinar begitu melihat banyak makanan manis tersedia di bar.

Dia pun mendekati tempat dimana ia dan Pele tadi.

"mas ini atas nama Perdi Diandra Mahesa kan?" Tanya Tara ke bartender yang sedang meracik minuman.

"Iya betul, maaf kakak ini siapa?"

Tara langsung menyeringai, ah memang untung besar jika ikut dengan Pele.

"Saya Tara temannya Perdi, kata Perdi makanannya dibungkus ajah semuanya mau dibawa pulang"

Ucap Tara tanpa malu, bahkan orang yang disamping Tara langsung menatap tak percaya. Dikira warung nasi main bungkus-bungkus.

Bartender itu sedikit tidak yakin, tapi karena Tara yang terus mendesak dan dia juga sempat melihat tamu VVIP berangkat dengannya akhirnya luluh juga dan membungkus semuanya .

"Ah jus mangganya gak usah"

Ucap Tara kemudian saat melihat bartender hendak memasukkan jusnya ke plastik, tadi ia sempat melihat selembar kertas di dekat gelas berisi jus mangga, bertuliskan.

Jangan diminum udah gue kasih obat pencahar.

*****

Dan begitu membuka pintu rumah, Tara disuguhkan dengan pemandangan yang membuatnya iritasi.

Dia melihat Lingga sedang tidur dalam posisi duduk di bawah sofa dimana ada Bara yang juga sedang tertidur.

Sejak kapan kakaknya itu betah tidur di sofa?

Tapi begitu melihat toples kecil obat milik Bara di meja Tara langsung mendekat dan menyelidik kondisi Bara dengan cemas, tapi kemudian ia bernafas lega begitu menyadari jika Bara tertidur dengan tenang, tapi dia juga mencium bau minyak kayu putih menyengat.

Lalu pendangannya pun beralih pada Lingga, Tara pun berjongkok menyamakan. Sehingga kini dia bisa melihat wajah damai Lingga.

"Lo tau bahkan hal apapun yang Lo perbuat, gak akan bisa bikin hati gue tergerak"

Ucapnya ,bahkan meski berkata demikian dan telunjuknya ikut menyentuh kening Lingga. Akan tetapi semua itu dilakukan oleh Tara secara pelan dan berhati-hati.

Ternyata sifat Tsundere Bara menular.

Mata tajam Tara pun beralih lagi pada bagian lengannya yang dipakai sebagai bantal untuk tidur.

"Bego, Lo bisa keram"

Dengan raut benci tapi gerakan badan yang berlawanan. Tara pun mengambil Bantal dan selimut, lalu mengangkat pelan kepala Lingga mengganti lengan tersebut dengan bantal, dan menyelimutinya.

"Lo gak boleh sakit, gue masih mau liat Lo menderita!"

Setelah mengatakan itu Tara pun mengambil note dan pulpen di tas Bara yang tergeletak di karpet.

"Satu ajah cukup, gak usah banyak-banyak" Kata Tara sambil menaruh sebungkus plastik yang berisikan seloyang cheese cake di dalamnya.

Yang ternyata merupakan makanan paling besar yang dia bawa.

*****

Oka menatap kosong lautan di depan sana, memikirkan kembali apa yang telah dilakukan dia selama ini untuk sampai dititik ini. Bahkan sudah banyak hal yang ia korbankan, apa dia bisa tetap nekat dan memilih untuk menghancurkan apa yang telah mati-matian dia bangun dan dirinya sendiri hanya demi pelarian sesaat.

Oka kembali memejamkan matanya, menikmati semilir angin pantai malam yang menerbangkan rambutnya yang lurus itu.

Lalu dia pun membuka mata ,dan menatap hamparan bintang di kelamnya langit malam.

Bersamaan dengan itu Oka pun bangkit lalu membawa serta barang yang telah dia ikatkan dengan batu. Dan berjalan menuju dinginnya air Laut.








_____________

Hayyy ada yang kangen gak, kalo kangen tuh panggil dong yang jelas biar authornya merasa dirindukan, ya yang udah saya ucapkan terimakasih dan ini chapter spesial buat kalian sebagai ungkapan terimakasih🤗

Yang lain masa mau baca doang gak ngevote, ntar authornya Hiatus baru tau rasa hih.🤧

Ya udah segitu dulu byee💕

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

1.5M 130K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
532K 58.7K 62
Bertemu seolah tak saling kenal, nyatanya ada rindu yang saling bersuara ~ AlvrenzaShaqeel Kecewa dalam tatap dan rindu dalam diam ~ ReynandAkbar Sta...
24.1K 2.8K 48
Sequel dari I'm Just Hurt. [Dianjurkan membaca cerita I'm Just Hurt terlebih dahulu, agar tidak bingung. Sekian terimakasih] Kepergian dari sosoknya...
146K 17.6K 54
FOLLOW SEBELUM BACA UNTUK KENYAMANAN BERSAMA!! Baca ALEA - VINALE terlebih dahulu sebelum membaca cerita PRINCE agar tidak bingung. (part of VINALE s...