Dia Arsen (END)

De UmiStywt1

68K 3.7K 616

(CERITA SUDAH TAMAT, BURUAN BACA SEBELUM DI HAPUS!) o0o Saat masih s... Mai multe

•Penting!•
•PROLOG•
•1•
•2•
•3•
•4•
•5•
•6•
•7•
•8•
•9•
•10•
•11•
•12•
•13•
•14•
•15•
•16•
•17•
•18•
•20•
•21•
•22•
•23•
•24•
•25•
•26•
•27•
•28•
•29•
•30•
•31•
•32•
•33•
•34•
•35•
•36•
•37•
•38•
•39•
•40•
•41•
•42•
•43•
•44•
•45•
•EPILOG•

•19•

1.2K 64 22
De UmiStywt1

Arsen menyusuri koridor. Tatapannya tampak terlihat mengintimidasi. Jika saja ada orang yang tengah melihatnya saat ini—pasti orang yang melihatnya langsung memastikan bahwa sekarang Arsen tengah marah. Pikiran Arsen kembali berkelana, dia sekarang tengah memikirkan balasan apa yang setimpal untuk para cewek yang sudah menyakiti CUTTIBEnya.

Detik berikutnya Arsen menyeringai menyeramkan ketika sudah menemukan ide cemerlang.

Arsen berbelok, menaiki tangga menuju bagian atas gedung. Tentu saja tujuannya hanya satu yaitu menuju rooftop. Arsen berjalan dengan langkah yang nampak santai. Sedangkan telapak kanannya dia masukkan kedalam saku celananya. Hal tersebut membuatnya sangat terlihat cool. Segelintir siswi yang berada diluar kelas sesekali mencuri pandang ke arah Arsen. Tentu saja mereka sedang mencari perhatiannya Arsen. Sayang sekali usaha mereka sia-sia karena Arsen tidak menoleh ke arah mereka sedikitpun.

Sebenarnya tadi Arsen sempat ijin pada guru mapel yang akan mengajar setelah jam istirahat berakhir. Jadi sekarang dia tak perlu khawatir, karena tentunya tak akan ada guru yang mencarinya. Arsen sudah memasuki rooftop. Hal yang pertama yang dia lihat adalah kedua sahabatnya. Arsen mendengus sebal ketika melihat sahabatnya yang terlihat seperti tak mempunyai beban hidup sama sekali.

Terlihat di ujung sana, Rafis melambai-lambaikan telapak tangan kanannya bersemangat. Senyum lebar menghiasi wajah tampannya. Sementara Gilang dia terlihat menepuk-nepuk tempat di sampingnya, tepatnya pada kursi panjang berbahan kayu rotan. Seolah dia menyuruh Arsen untuk duduk disana. Di atas meja kecil terdapat beberapa minuman berbotol, seperti jus strawberry, jus alpukat, serta jus buah naga. Kontan Arsen langsung tersenyum tipis.

Kini Arsen menyelonjorkan kaki kanan diatas bangku panjang yang tadi sempat ditepuk oleh Gilang, sementara kaki kirinya dia tekuk dengan lengan kiri yang berada diatasnya. Dia mendongakkan kepalanya, terlihat matahari sangat terik. Arsen menikmati sinar matahari yang terasa hangat seolah mampu membakar wajah tampannya. Wajah tampannya sekarang sudah berkeringat. Sesekali dia mengusapnya dengan tangannya sendiri. Rasanya gerah sekali.

Gilang melirik wajah Arsen sekilas. "Aileen udah sadar?"

Arsen tidak menjawab. Namun dia hanya menggeleng pelan.

Rafis menoleh ke arah Arsen dan Gilang secara bergantian. "Apa bibir Aileen harus dicium dulu supaya dia cepat sadar?"

Kontan pertanyaan konyol Rafis langsung mendapat jitakkan keras dari Arsen. "Bacot!" Arsen mengumpat kesal. Sedangkan mata elangnya kini menatap tajam Rafis yang sedang nyengir tak berdosa.

"Omongan lo berdua tolong dikondisikan, kuping gue jadi tercemar gara-gara lo berdua," Gilang ikut menimpali dengan malas.

Rafis berdecak. "Sori, gue tadi bercanda doang elah, kenapa lo berdua malah menganggap serius sih?"

"Bodo amat!" Gilang menyahut cepat. Pasalnya dia adalah tipe orang yang tak suka diajak bercanda. Sementara Arsen hanya mendengus.

"Lo berdua udah nemu ide bagus belum?" Arsen bertanya parau seraya mengipas-ngipaskan telapak tangannya. Berharap bahwa rasa gerah akan berkurang. Namun nyatanya usaha benar-benar sia-sia.

Rafis dan Gilang kompak menggeleng.

Arsen membuang nafasnya kasar. Beruntunglah tadi dia sempat menemukan ide. Jadi dia tak perlu mencari ide lagi. "Gue udah punya ide," Arsen berujar dengan bangga.

Wajah Rafis seketika langsung berbinar. "Ide apa tuh bos?"

"Ide apaan?" Gilang bertanya dengan sedikit mengangkat dagunya.

"Sini," Arsen menyahut cepat. Seringai menyeramkan kembali muncul di wajah tampannya. Kontan jawaban Arsen barusan langsung mendapatkan respon dari Rafis dan Gilang dengan cepat. Mereka berdua kini mendekatkan wajahnya ke arah wajah Arsen. Tentunya Arsen ingin membisikkan ide cemerlangnya.

o0o

Dahi Alna seketika langsung berkerut ketika dia dan kedua anak buahnya sudah sampai di taman belakang sekolah. Terlihat taman itu tampak begitu indah untuk dipandang. Bagaimana tidak? Beragam macam jenis bunga disusun sedemikian rupa agar terlihat menarik.

Begitupun dengan kursi panjang yang terbuat dari kayu masih saja terlihat baru walau kenyataannya sudah ada sejak lama. Adapun lampu-lampu kecil yang mengalung pada pohon besar yang berjejeran indah yang berhasil menyejukkan mata. Di ujung sana ada kolam ikan berukuran tidak kecil juga tidak besar.

Sama halnya dengan para murid yang setiap hari tidak pernah melupakan untuk mengunjungi taman walau hanya untuk melihat beragam ikan hias yang tentunya harganya tidaklah murah. Wajar saja, mengingat bahwasanya sekolah Dark Blue adalah sekolah yang tergolong elit dan muridnya adalah golongan yang berada.

Namun agaknya Alna tidak terlihat mengamati taman, melainkan mengamati alat make up-nya yang sudah hancur dan sudah tidak berbentuk yang kini sudah berceceran di atas rerumputan yang setiap hari di sapu oleh penjaga sekolah. Sayang sekali make up mahalnya sudah tidak bisa di pakai kembali dan kini terlihat sangat mengenaskan.

Wajah Alna terlihat memanas dan memerah karena menahan amarahnya yang sudah mencapai pada ubun-ubunnya. Bagaimana tidak? Alat make up-nya tentu saja harganya sangat mahal. Bagaimanapun juga alat make up-nya dia beli pada saat pergi ke luar negeri minggu lalu. Padahal dia baru saja pakai dua hari. Tetapi kenapa malah dihancurkan seperti itu, huh?

Mata Alna sekarang sudah berkaca-kaca. "Make up gue?" Alna bertanya lirih. Kedua lututnya sungguh terasa sangat lemah hingga detik berikutnya tubuhnya luruh di atas rerumputan berwarna hijau tua.

Detik berikutnya kedua anak buah Alna saling berpandangan, tentu saja mereka sekarang sedang bingung. Pasalnya sehabis istirahat tadi, mereka bertiga menghabiskan waktunya di kamar mandi. Tentunya mereka bertiga kesana untuk mempercantik wajah mereka dengan polesan make up yang harganya terbilang mahal. Wajar, karena make upnya limited edition dan tentunya sangat sulit di jangkau oleh kalangan bawah.

Suara derap langkah kaki tiba-tiba memecah keheningan yang begitu kentara pada taman belakang sekolah. Tiba-tiba Arsen beserta dua sahabatnya muncul dari balik koridor. Mereka bertiga tertawa sesaat saat melihat kondisi Alna yang sekarang sangat terlihat mengenaskan. Ah, sayang sekali melihat make up Alna yang memoles wajahnya sudah luntur karena air matanya sendiri.

Kontan kemunculan Kenan bersama kedua sahabatnya membuat Alna berhenti menangis. Buru-buru dia mengangkat kedua tangannya untuk mengusap air matanya yang tidak bisa dia bendung keluar begitu saja dari pelupuk matanya. Dia malu, sungguh sangat malu. Bagaimana bisa dia menangis didepan pujaan hatinya? Siapa lagi kalau bukan Arsen?

Sempat ragu sejenak namun Alna sekarang sudah mendongakkan kepalanya menatap ke arah Arsen yang tengah menyeringai menyeramkan. Sesaat perasaannya langsung berkecamuk. Degup jantungnya berpacu dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Dia merasa bahwa saat ini adalah bencana baginya. Sayangnya dia sudah tidak bisa lari kemana lagi. Semuanya sudah terlambat tentunya.

Kemunculan Arsen tentu saja bukan hal baik yang harus dia hadapi. Namun, sebisa mungkin dia menguatkan hatinya untuk tetap bisa tegar. Berharap bahwa nantinya akan baik-baik saja, tidak seperti apa yang barusan dia pikirkan. Tiba-tiba Alna merasa bahwa make upnya hancur karena ulah Arsen dan kedua sahabatnya. Tetapi dia tidak ingin berburuk sangka dahulu sama mereka. Siapa tahu bukan mereka pelakunya?

Alna beranjak dari duduknya. Dia membersihkan rok pendeknya dari debu-debu kotor yang menempel. Senyumnya mengembang tatkala melihat wajah tampan seorang Arsen yang kini tengah melipat kedua tangan kekarnya di depan dada. Rambutnya terlihat sedikit basah dan berantakan. Namun hal itu tidak mengurangi ketampanannya. Yang ada ketampanannya semakin bertambah.

Continuă lectura

O să-ți placă și

14.6K 382 7
Tentang Johnny yang cinlok Ama jaehyun Bahasa? campuran "Sayang nenen yaa,"-jhonny "Ga"-jaehyun #mpreg #jan salpak #bxb #jhonjae #bl #jhonny suk...
1.7M 81.4K 54
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
82.8K 4.7K 60
Gio, laki-laki yang super dingin dan menyeramkan. Ia tak memiliki teman karena tak satu pun ada yang berani mendekatinya. Datanglah gadis desa bernam...
2M 29.4K 45
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...