Es Balok Unjuk Rasa ✔ TERBIT

Por alfasyam

145K 16.8K 4.6K

Spinoff Mayang Senja. Satria Rangga Prawira, pemuda bersifat dingin dan datar, tapi ganteng. Dia menjabat seb... Mais

Prolog
Es Balok Unjuk Rasa
Tidak Untuk Sekarang
Dengerin Gue Tuan Putri
Melukis Senja
Doa Yang Sama
Lamaran
Akhirnya Gadis Tau
Calon Istri, Maafin Gue
Rindu dan Candu
Satria Jahat
Satria Surga-nya Gadis
Nyonya Satria
Cemburu-nya Satria
Jangan Nakal!
Gadis dan Langkah Awalnya
Pakdhe Datang
Valentine's Day
Si Pemberi Luka
Jodoh Tak Kemana
Bisikan Cinta
Aku Sayang Kamu
Bernafas Tapi Tak Hidup
Power Rangers
Ingatan Yang Tertidur
Cinta Masih Mengingatmu
Cukup Sekali
Alhamdulillah
Spoiler Mayang Senja
Bagaimana Peluk Satria?
Vote Cover Satria
Open PO
Tetangga PO, Satria Promo

Reuni

3.6K 555 172
Por alfasyam

Khawatir.

Meski seolah tenang dan meyakinkan istrinya terkait go public mereka, nyatanya Satria teramat mencemaskannya. Hingga dia harus menghubungi Dian dan Andrea untuk menemani Gadis hingga dia usai rapat karena nyatanya akibat anggota yang beberapa datang terlambat, rapat harus tertunda satu jam.

"Kok tumben kalian ke sini? Nggak ada kelas emang?" Gadis tentu langsung bertanya pada dua sahabatnya yang baru saja muncul lalu duduk di paviliun bersamanya.

"Kangen sama lo," kata Dian. "Ngapain di sini?"

"Nunggu Satria, katanya mau jemput," Gadis memasukkan ponselnya ke saku gamisnya. Game tak akan lebih menarik dari kedua wanita di depannya ini. "Kalian udah jenguk Andara belum? Seneng tau, waktu gue denger bahwa dia mau punya bayi."

"Kayaknya lo bakalan tambah seneng deh kalo denger berita yang kita bawa." kalimat Dian yang disertai dengan senyuman dan Andrea pun tersenyum juga, membuat Gadis menggeser posisi duduknya semakin dekat pada Dian.

"Apa beritanya? Buruan katakan!" Tanya Gadis tak sabar.

Andrea merangkul bahu Gadis lalu membisikkan sesuatu di telinganya.

"Apa?!" Gadis terlonjak beberapa detik berikutnya. Mungkin berita yang kedua sahabatnya bawa memang luar biasa.  "Serius?" Gadis sudah tak tahan untuk menahan senyumnya.

"Seriburius!" seru Andrea.

"Wahhhhhh... Selamat ya kalian!" Gadis langsung memeluk kedua sahabatnya. Dia bahkan sampai mengeluarkan air mata saking bahagianya.  "Berarti akan ada empat bayi yang akan lahir! Ah, senangnya. Baru ngebayanginnya gue udah seneng. Pasti rame! Mereka bakal panggil gue aunty." seru Gadis senang.

Dian dan Andrea kemudian membalas pelukan Gadis, lalu Andrea bertanya, "lo nggak pengen di panggil bunda juga?"

"Sama anak kalian? Aunty aja deh, biar sama kayak dedek Rahasia."

Dian berdecak lalu menarik hidung mancung istri ketua BEM itu saat pelukan mereka terurai, "sama anak lo lah!"

"Gue kan belum punya anak," kata Gadis polos.

"Iya nanti kalau kamu punya anak, " sahut Andrea.

"Kapan memangnya gue punya anak?"

"Duh ni anak! Gue nggak bisa bayangin gimana rasanya jadi kak Satria," gerutu Dian.

"Ya mana bisa lo cewek dan Satria kan cowok. Kalian nggak sama Dian," Gadis menjawab. Candaan Dian yang Gadis anggap serius. Dengan santainya membuka lolipop rasa karamel favoritnya.

"Masih suka makan permen gini, mana paham dia waktu gue tanyain soal anak." Keluh Dian pada dirinya sendiri. Desahan frustasinya membuat Andrea tertawa dan merangkul bahunya.

"Hey, nama lo Gadis kan?" Tiga mahasiswi tiba-tiba aja datang entah dari mana dan tau-tau sudah berdiri di depan mereka. Wanita tinggi putih dengan rambut  bergelombang bertanya dengan tak ramah.

Si pemilik nama pun mendongak dan kemudian fokus pada tiga wanita yang entah siapa. "Iya, gue Gadis. Ada apa ya?" Tanyanya. Andrea dan Dian entah kenapa sudah waspada dan berubah serius.

"Biasa aja ya ternyata. Gue pikir lo secantik Raline Syah atau Pevita, taunya cuma cewek yang masih suka permen." Wanita yang memakai dress warna abu-abu sepanjang bawah lutut berpadu dengan cardigan warna dusty pink itu lalu tersenyum remeh. Bahkan kedua wanita yang berdiri di belakangnya__mungkin dayangnya__ikut menatapnya remeh juga. "Gue denger tadi pagi Satria gandengan sama cewek yang katanya itu lo, beneran?"

"Kalo iya kenapa?!" Sisi galak Andrea bangkit. "Masalah buat lo?"

"Gue lagi nggak ngomong sama lo! Ini antara gue Cassandra, sama cewek ini! Lo dan lo diem!" Dia menunjuk Dian dan Andrea. "Lo pacar Satria?"

"Bukan!" Kali ini Dian. Tadinya Gadis mau menjawab tapi Dian melarang dengan isyarat tangannya. "Emang dia siapanya Satria masalah gitu buat hidup lo? Tampang lo juga biasa aja, nggak secantik Raline Syah atau Pevita. Tapi ngiri banget kayaknya sama dia yang digandeng Satria tadi pagi. Baru juga gandengan kalian udah datang ke sini kayak debt colector nagih hutang. Apalagi kalo lihat mereka ciuman!"

"Dian ih! Jangan--" Gadis hendak menyela, tapi Andrea melarangnya.

Cassandra tersenyum remeh, "cuma mahasiswa yang bisanya cuma bikin puisi aja belagu! Palingan juga dia cuma dijadiin boneka yang kalo udah bosan bakalan di buang ke tempat sampah!"

"Oh, lo anak kedokteran?" Dian balas mengejek dengan ekspresinya pada teman Cassandra yang menenteng snellinya, mungkin mereka sedang coas di rumah sakit. "Palingan lo juga model mahasiswi yang lulus ditiap ujiannya karena mentraktir residennya dengan makan malam! Ah, salah. Kencan mungkin?" Dian mulai hilang kendali lalu Andrea mengusap bahunya. Gadis? Dia asyik memperhatikan sambil mengulum lolipopnya.

"Udah gini aja, katakan apa mau kalian. Ke sini mau apa?" Tanya Andrea. "Udah kenal kan, dia Gadis anak sastra. Terus apa?" Ucapan santai yang tak seperti Andrea biasanya. "Oh, mungkin ini bisa ngejelasin," Andrea mengeluarkan ponselnya, membuka kunci layar dan menuju galeri.

Meski bingung dan sudah emosi akibat kata-kata Dian, tiga wanita itu sedikit penasaran dalam diamnya. Mereka melihat pada apa yang Andrea lakukan.

"Ini sahabat gue. Gadis namanya, yang kata lo cuma jago bikin puisi. Nah, kalo yang ini ketua BEM, kalo nggak salah namanya Satria Rangga Prawira. Mereka menikah beberapa hari lalu."

Terkaget. Atau syok atas apa yang mereka lihat di layar ponsel Andrea. Cassandra dan dua temannya diam tak berkata.

"Kalo syarat menikah itu berlandaskan pada jurusan apa yang lo ambil, berarti kalian salah jurusan. Harusnya ngambil sastra aja, siapa tahu Satria bakal luluh sama puisi yang kalian bikin. Mungkin bagi dia pisau bedah terlalu mengerikan." Ucap Andrea yang diakhiri senyum menang. Cassandra dan kedua dayangnya pergi tanpa kata.

Seketika Dian dan Andrea melakukan tos sambil tertawa.

"Kan? Kejadian! Gimana kalo besok-besok makin banyak yang datang ke sini nanyain nama gue, An? Nasib gue punya suami ganteng. Apa bakalan kayak di drama? Telur, tepung atau saus bakal mereka lemparin ke gue?" Ada ketakutan di raut wajah istri ketua BEM itu.

"Ada kita Dis. Gue harap lo jangan diam andai sesuatu yang buruk sekecil apapun itu. Lo percaya kak Satria kan?" Dian meraup tubuh gemetar sahabatnya. Dia sedang mencemaskan sesuatu.

"Gue yang nggak percaya sama diri gue sendiri. Nyatanya gue emang nggak secantik Raline Syah atau Pevita. Mereka kecewa karena idola mereka cuma beristri seorang gue." Bagi seseorang yang pernah mengalami trauma psikis, pasti akan terus mencari keburukan dirinya dan tak percaya diri karena dunia pernah tak baik padanya.

"Bisa nggak kalo lo fokus sama hubungan lo sama kak Satria aja? Juga hargai diri lo. Lo Gadis, istri ketua BEM yang mereka puja. Itu artinya mereka kalah telak! Lawan rasa takut lo, Dis! Apa yang lo takutin belum tentu kejadiannya akan seperti itu." Andrea ikut memeluknya usai bicara panjang lebarnya.

"Ke BEM yuk!  Kita antar! Pasti Kak Satria udah rindu sama lo!"

Mulut Gadis mengerucut kesal dan menuruti Dian untuk berdiri. "Apalagi gue. Dia emang racun! Kali aja semua mahasiswi di sini udah pada keracunan sama wajah gantengnya dia."

***

Ada kejutan dari Satria buat istrinya malam ini. Setelah kejadian siang tadi, moodnya jelek. Bagi Satria itu adalah sesuatu yang buruk, karena besok mereka akan berangkat bulan madu. Jadi pria itu harus memperbaiki mood istrinya lebih dulu, yaitu dengan mengumpulkan semua kesayangan istrinya. Dari Mayang, Ibram, dan buah hati mereka. Bahkan ayah Mayang yang tua tapi selalu tampan itu pun turut hadir di rumah keluarganya. Macam reuni saja, semua mantan anak kos bapak Budiono berkumpul di sana plus suami mereka masing-masing.

"Coba lo baca puisi Dis, gue mau denger! Secara lo adalah anak sastra dengan predikat terbaik seangkatannya," Kata si hot daddy di samping Mayang, Ibram.

"Nggak! Puisi gue cuma buat Satria. Pak boss itu selalu ngeselin Gadis, mana bisa kata indah terangkai buat situ!" Gadis yang tengah memangku balita nan menggemaskan buah hati Mayang itu tertawa saat tangannya di masukkan ke dalam mulut kecil itu hingga terasa geli. "Dedek Rahasia ompong. Belum ada gigi!" Gadis tertawa lagi.

"Kalo Satria? Dia manis nggak?" Tanya Ibram lagi di sela kunyahannya. Dia dan Dio sedang berlomba makan kacang kulit.

"Emangnya dia permen? Satria itu ganteng. Dia yang terbaik!" Gadis tersenyum lucu pada suaminya yang daritadi bicara serius dengan Albert dan Satya juga Dion. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi Satria masih sempat membalas senyum sang istri.

"Kalian kalo ketemu selalu saja begitu," kata Mayang. "Coba sekali saja akur gitu." Mayang memeluk sebelah lengan suaminya dan menumpukan dagunya di bahu Ibram. "Tapi janganlah, teruslah berantem. Aku suka. Gemes sama kalian, kakak adik emang wajarnya berantem kan? Tapi saling sayang!"

"Jadi, apa perlu kita buat list oleh-oleh apa saja yang harus Gadis bawa buat kita?" Tanya Andrea.

"Boleh tuh! Biar nih anak nggak lupa!" Sahut Dian.

"Ini harus lo turutin Dis, bumil yang minta soalnya." Celetuk Dion. Dokter itu harus menuruti rengekan sang istri yang minta ditemani ke rumah keluarga Satria. Dengan alasan semua sahabatnya ada di sana, jadi pria berkaca mata itu harus terpaksa tukar shift dengan dokter lainnya. Untung saja bisa, kalo tidak istrinya yang hamil itu akan mendiamkannya berhari-hari.

"Kalian kok bisa hamil barengan gini sih?" Ibram bertanya lagi. "Bikinnya janjian ya?" Lalu dia terkekeh karena Dio melemparinya dengan kacang kulit di mangkok yang tersaji di depannya.

"Ada anak lo tuh! Mulut lo hati-hati kalo ngomong!" Dio geleng kepala, Ibram tetap saja Ibram si mantan anak bandel. "Namanya juga nikahnya di tahun yang sama, jadi ya kemungkinan hamil barengan itu besar!"

"Bener gitu ya ayah?" Ibram bertanya pada Albert sang mertua. Dia menyeringai jahil.

"Pecat aja jadi mantu Om! Tau rasa ntar dia!" Celetuk Dio.

Albert tertawa karena jika dia memecat Ibram, Mayang-nya akan mendiamkannya. Albert yang rugi tentu saja. Justru yang dilakukan Albert adalah membenarkan ucapan menantu tengilnya, "kita emang kayak janjian kan?" Albert terbahak. "Masa tua om sempurna bukan? Jadi ayah sekaligus opa? Oh ya, tadi Erick telfon om. Dia pulang lusa."

"Siapa Erick?" Tanya Dio pada Ibram.

Dengan santai Ibram menjawab dia juga tak tahu. Seluruh penghuni ruangan itu tergelak bersama ketika Gadis protes.

"Bagaimana kalian bisa lupa sama Kak Erick? Apa kalian setua itu hingga lupa teman sendiri?" Ini nggak bercanda. Gadis pikir mereka serius.

"Wah.... gue lupa kalo Gadis dan Satya emang sekutu si Erick. Hati-hati Bram, jangan lengah." Dio sok serius dan Satya justru melemparinya bantal sofa.

"Kalian udah pada tua masih aja kayak bocah!" Satya berdiri dan menghampiri istrinya yang duduk bersama dua bumil lainnya, mereka asyik mengunyah melon pemberian Amar kemarin, sambil melihat tingkah konyol para pria di depannya. "Capek nggak? Mau pulang sekarang?"tanyanya pada Andrea yang kemudian dijawab gelengan.

"Malam ini aja, pengen tidur larut. Boleh ya?"

Satya mengangguk dan mengusap kepalanya yang tertutup kerudung. "Kalo udah ngantuk, bilang ya. Kita pulang."

"Siap!"

***

"Satria?" Gadis memanggil suaminya yang duduk diam, entah sedang memikirkan apa. "Apa boleh jika malam ini kita menginap saja?"

Satria menggeleng, "bahkan kamu belum selesai berkemas. Penerbangannya subuh, Dis."

Gadis berdecak, "kenapa sih harus bulan madu besok? Kan jarang kita bisa ngumpul bareng gini. Om Albert sih!"

"Kenapa jadi om yang salah?"

"Kan om yang pilih tanggalnya?"

"Weekend dan tanggal merah. Jadi kalian bisa lama pergi tanpa harus bolos kuliah terlalu lama." Kata Albert bijak. Dia memang papaable banget buat para anak muda di ruangan itu.

"Lain kali kita ngumpul lagi kalo kamu udah hamil," Celetuk Ibram.

"Iya Dis! Buruan susul kita, biar ntar anak kita bisa sekolah bareng dan jadi idola di sekolah barengan. Ah, ngebayanginnya aja gue udah seneng." Kata Andara.

"Emang kalian mau kemana? Kenapa harus gue susulin?" Gadis ikut duduk bersama suaminya lalu merebahkan satu kepalanya di bahu suaminya sambil berkata lirih bahwa dia sudah mengantuk tapi malu sama anak Ibram yang masih terlihat ceria di pangkuan Albert.

Satria tersenyum tipis lalu mengusap punggung tangannya. "Tidurlah!" Suara Satria bagai sihir saja, Gadis terpejam dan terlelap. Mungkin dia memang sudah menahan ngantuk sejak tadi.

"Sepertinya PR lo banyak wahai anak muda," kata Ibram pada Satria. "Pelan-pelan saja, pasti Gadis akan mengerti juga."

"Gue tahu kak, dan gue nggak masalah soal itu. Apapun yang ada pada dirinya adalah anugrah buat gue." Satria tersenyum haru.

"Adik gue manis kan? Kayak kakaknya." Celetuk Dio. Tapi semua keberatan dengan pernyataan Dio itu. Mereka menyorakinya. Memang benar, jika mereka sudah terkumpul jadi satu maka yang akan seperti anak kecil semua.

"Opa sama oma lagi tidur, kalian jangan berisik!" Dio mengingatkan.

Albert seperti teringat sesuatu, "Dena kemana?"

"Nyari kado om, temannya ada yang menikah besok." Satria yang menjawab.

"Anaknya pemilik Arya Duta bukan?" tanya Albert yang diangguki oleh Satria. "Om juga diundang." Albert menarik nafasnya berat. "Kamu besok berangkat jangan telat dan Om titip Gadis ya?" Albert memang sudah menganggap adik-adik putrinya sebagai anak sendiri.

"Lo harus berhasil ngerjain PR lo!" Lagi-lagi Ibram mengundang tawa. "Istri lo, cinta mati sama para sahabatnya ini. Jadi buat mereka samaan."

Satria terkekeh sambil mengangkat jempolnya. Sahabat kakaknya itu ada-ada saja isi kepalanya.

"Ayo sayang, kita pulang." Ajakan Ibram pada istrinya. Lalu Dion dan Satya pun melakukan hal yang sama. Kali ini tidak ada yang menolak, semua akan pulang ke rumah masing-masing usai memberikan beberapa petuah pada Satria.

Hampir semua isi pesannya sama, harus bisa ngerjain PR dan juga titip Gadis. Mereka hanya pergi berdua saja, jadi Gadis hanya punya Satria seorang.

"Gue mau ke atas. Lo masih pengen di sini?" Tanya Dio yang sudah menggandeng istrinya.

Satria mengangguk, "biar Gadis tidur agak lamaan dikit. Sambil tunggu kak Dena pulang, mau pamit. Besok pasti nggak sempat."

Dio pun beranjak. Tinggallah Satria dan Gadis yang tengah tertidur di bahunya di ruang keluarga yang tiba-tiba hening.

"Kamu tau Dis? Sepertinya tak buruk jika PR itu dikerjain secepatnya. Anak yang manis seperti kamu, aku rasa itu akan sangat menyenangkan." Gumam Satria yang tentu tidak didengar oleh istrinya.

"Tidurlah. Aku jagain sampai kamu terjaga."

❄❄❄

Buku bisa dipesan
Wa 085732086909
Ig @alfasyam13

Al Qur'an sebaik-baiknya bacaan
❤❤❤

Continuar a ler

Também vai Gostar

5.9M 311K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
1.2M 59.8K 68
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
11.3K 329 56
#1 ceritaku Ngebayangin punya sepupu tampan terus loh dibuat baper sebaper-bapernya ? . . . namun di balik itu semua kenyataan merujuk ke hubungan l...
634 161 5
"izinin gue ngisi ruang kosong di hati lo. Izinin gue jadi penopang saat lo gak sanggup lagi melangkah. Jadiin gue, salah satu alasan kenapa lo hidup...