AXELION

By starlightlui

162K 11.6K 658

"She's my greatest HELLO and the hardest GOOD BYE." *** Hanya berawal dari insiden kecil yang malah membawa b... More

PROLOG
Part 1 - Insiden Kecil
Part 2 - Dia Lagi!?
Part 3 - Kalung Ursa Minor
Part 4 - Hukuman Pagi
Part 5 - Perjanjian
Part 6 - Hangover
Part 7 - Rumor [1]
Part 8 - Rumor [2]
Part 9 - He's Everywhere
Part 10 - Threat
Part 11 - Feel Sorry
Part 12 - The (Fake) Girlfriend
Part 14 - Pingsan
Part 15 - Dijodohkan
PART 16 - Langit Malam Tanpa Bintang
Part 17 - Late Again
Part 18 - The Punishment
Part 19 - Anggota Baru Sixers
Part 20 - Teman
Part 21 - This Feeling
PART 22 - The Basketball Match
Part 23 - Pasangan Dadakan
Part 24 - What If More Than Friend
Part 25 - The Truth
Part 26 - Dinner With Her Family
Part 27 - Aku?
Part 28 - A Night With Him
Part 29 - Beauty And The Beast
Part 30 - Sisi gelap Axelle
Part 31 - She's Weak
Part 32 - Let's Dating

Part 13 - Tamu Istimewa

4K 341 15
By starlightlui

HALO, SEMUA!!

JANGAN LUPA BINTANG KECILNYA SEBELUM ATAU SESUDAH BACA YA, MANIS^^

SORRY FOR THE TYPO...

HAPPY READING!

___________________________

PLAYLIST : Ruth B - Dandelions.

***

VICTORY High School, Jakarta Selatan, Indonesia—- 15.50.

"Jadi, Ayme nawarin lo masuk cheers terus lo tolak dan dia marah sama lo?" Sarah membalikan badannya kebelakang, menatap Lucya dengan kedua alis terangkat. Di XI IPS 1 kini sedang tidak ada guru karena beberapa guru tengah rapat, namun begitu tugas dari guru mereka tetap lancar—- sehingga kelas mereka benar-benar rusuh dengan anak laki-laki yang tengah memutar lagu DJ dan anak perempuan yang tengah menonton drakor didepan, juga ada yang tengah main bola dibelakang.

Lucya mengangguk tanpa menghentikan akvitas menulisnya.

"Pasti dia enggak terima banget tuh. Emang gitu dia, Kapten Cheerleader yang sombong sama centilnya minta ampun. Tukang bully pula. Asal lo tau aja, Hope pernah jadi korbannya."

"Hah?" Lucya menghentikan tangannya yang tengah menulis dan melirik Hope yang hanya mengangguk kecil, membenarkan lalu Hope kembali fokus mengerjakan tugasnya.

"Kenapa? Kok bisa?"

"Ya, bisalah. Iri ama Hope tuh karena ngejar-ngejar Gibson. Hope juga ditolak masuk cheers sama dia."

"Iya?" Lucya menatap Hope dengan tatapan bertanyanya.

Hope mengangguk lagi.

"Ngomong dong, diapain aja lo ama dia, Hope?"

"Ya, gituu. Contohnya aja, waktu itu pas ikut try out buat anggota cheers, aku ditolak terus dipermaluin di depan banyak orang, katanya aku enggak cocok karena aku terlalu gendut dan enggak berbakat sama enggak ada pengalaman buat ikut cheers. Iya sih, aku emang belom ada pengalaman tapi banyak kok yang masuk cheers waktu itu belom berpengalaman. Namanya juga kita kan sama-sama belajar ya."

"Terus?"

"Dia sering nyindir gitu kalo aku lewat depan dia ama gengnya, nyindir tentang keluarga aku sama aku yang ngejar-ngejar Gibson. Jadi aku males kalo dijalan ketemu ama dia."

"Ada lagi?"

"Dia sama gengnya juga pernah jailin aku, kayak aku lagi jalan di depan mereka, dia sering nyandung kaki aku sampai jatoh, terus dia juga pernah dengan sengaja jatohin kuah bakso ke baju aku." Tambah Hope dengan jujur. Well, Hope memang lebih mudah jujur pada Lucya, berbeda jika dengan Sarah yang harus memaksanya terlebih dahulu. Karena jika dia menceritakan jika ada yang menyakitinya, maka Sarah tanpa berpikir dan rencana akan langsung melabrak orang tersebut, sementara Lucya, dia akan berpikir dan membuat rencana terlebih dahulu untuk keamanan mereka.

"Hati-hati aja sama dia, Lus. Dia juga suka sama si Axelle, jadi pasti dia bakal gangguin kamu karena deket sama Axelle." Ucap Hope lalu menghela napasnya panjang.

"Terakhir dia jailin lo kapan?"

"Dua minggu yang lalu. Tapi enggak apa-apa udah."

"Kenapa enggak bilang dari waktu itu ke gue?" Tuntut Lucya pada Hope yang hanya memberikan wajah memelas pada Lucya yang sudah terlihat marah. Siapa sih yang akan terima jika sahabatnya diperlakukan semena-mena?

"Listen, Lus. Dia nawarin lo masuk cheers aja, itu bukan murni karena mereka butuh anggota, tapi lo bakal di jadiin babu sama dibully sama tuh lonte. Sok paling berkuasa banget, anjing." Tutur Sarah yang sudah kesal daritadi.

"Seberkuasa apa si Ayme itu?"

"Dia itu satu dari tiga primadonna Victory. Banyak cowok yang suka ama dia, selain karena bodynya mantap dia juga anaknya mauan aja di ajak ini itu sama cowok, mantannya banyak. Salah satunya si Zayn tuh, makanya tambah terkenal. circle temennya dia juga rata-rata kakel cewek atau cowok yang hits disini dan cowok juga rata-rata anggota Rangels. Makanya pada takut juga sama dia. Bahkan udah banyak anggota cheers yang keluar semenjak dia menjabat jadi kapten cheers, tapi Ada juga yang bertahan meskipun enggak suka sama dia karena orangnya seenaknya." Ucap Sarah menjelaskan dengan menggebu-gebu.

Lucya mengangguk, mengerti.

"Kenapa? Lo mau lawan dia?" Tanya Sarah yang seakan mengerti isi pikiran Lucya yang tengah menyusun rencana.

"Ih, jangan, Lus, jangan." Seru Hope yang langsung menolak, tidak terima.

"Gapapa kali. ayo, Lus. Gue nunggu lo banget buat maju nantangin si nenek lampir. Kan lo juga jago tuh di cheers, plus-nya juga tameng lo gede, si Axelle sama Jason kan, kemungkinan dia macam-macam ama lo mungkin netral tapi lo punya pelindung. Jadi gas aja lah."

Lucya mengangkat kedua alisnya untuk beberapa saat, dia terlihat berpikir sampai senyumnya sedikit mengembang. "Hope mau masuk cheers?"

"Hah?"

"Kita ikut try out-nya nanti. Enggak usah takut, gue bakal bawa lo masuk ke cheers."

***

Lucya's House, Jakarta Selatan, Indonesia. 16.30.

Lucya menuruni undakan tangga dengan kedua bola matanya yang menjelajahi seisi rumah untuk mencari Audrey dan ibunya. Ia membawa langkah kakinya ke ruang keluarga setelah mengecek ruang tamu yang tadinya terdapat Audrey dan ibunya tengah menonton tadi sebelum ia ke kamar untuk mandi.

"Mbak, mami mana ama Audrey?" Tanya Lucya pada salah satu pembantunya yang sudah berkepala empat yang baru saja datang untuk membersihkan mainan-mainan Audrey yang berserakan di ruang keluarga.

"Itu, kak, nyonya sama adek lagi buat Pizza di dapur." Jawab mbak Yuli lalu membersihkan mainan Audrey setelah Lucya melenggang pergi ke dapur.

"Eh, do not eat that, sayang. It's not finished yet." Rose menghentikan tangan Audrey yang terdapat adonan tepung yang diambil oleh Audrey dari wadah untuk ia makan.

"I cannot try it yet?" Tanya Audrey dengan wajah polosnya yang imut, membuat Lucya yang melihatnya merasa gemas. Gadis kecil itu tengah duduk di atas

"Enggak boleh, nanti perutnya digigit semut, ih." Seru Lucya menakut-nakuti yang sontak saja membuat Audrey melotot pada Lucya dengan kedua bola mata belonya.

"Enggak, kak Lucy boong. Enggak boleh bohong, kata papi kalo ada yang boong enggak dikasih lolipop unicorn nanti." Ucap Audrey dengan polosnya pada Lucya.

"Siapa yang boong? Eh, tapi Lucya maunya lolipop buaya aja, unicorn jelek."

"Ngawur aja kamu." Kekeh Rose sembari menggelengkan kepalanya.

"Buaya serem, kayak kak Lucy. Kalo unicorn cantik, kayak aku." Tutur Audrey dengan pedenya. Begitu lah Audrey, adek kecil nya itu memang sangat narsis.

"Narsis banget anak kecil."

"Audrey ngatain kak Lucy jelek, berarti Audrey juga ngatain mami jelek. Hayo!"

"Enggah lah, orang mukanya enggak mirip, eh, mirip dikit deh, tapi cantikan mami aku. Eh, enggak, cancikan Audrey aja, biar adil. Kata papi kita itu harus adil." Cerocos Audrey, membuat Lucya geleng-geleng kepala.

"Iya deh, Cil. Suka-suka anda saja deh."

Lucya membuka ponselnya dan melihat notifikasi dari instagramnya yang menyebutkan akun @axelalterioo, yang sudah pasti akun milik lelaki itu ingin mengirimnya direct message. Axelle memang tidak memiliki nomor ponselnya, di instagram saja Axelle yang mengikuti akunnya, namun dia tidak.

Axelalterioo wants to send you a message.

Axelalterioo : gue depan pintu rumah lo, cepetan buka.

Seketika kedua mata Lucya melotot sempurna mendapati pesan seperti itu dari Axelle membuatnya senam jantung seketika. Lelaki itu kerumahnya?! God, seriously! Kerumahnya untuk apa? Bagaimana bisa dia datang kerumah seseorang tanpa izin terlebih dahulu, terutama dia adalah seorang lelaki. Ibunya pasti akan mengintrogasinya. Mampus!

Lucya melirik ibunya dan Audrey lalu kakinya segera berlari meninggalkan dapur menuju pintu rumah yang terkunci rapat. "Biar saya aja yang buka, mbak." Interupsi Lucya pada mbak Titi— pembantu kedua dirumahnya yang langsung mengangguk dan pergi darisana.

Lucya memasukan password pada kunci pintu smart lock tersebut dan setelah berbunyi klik, ia menekan kebawah gagang pintu tersebut, membuka pintu rumah yang terbuat dari kayu jati dan benar, Axelle sudah berdiri di depan pintu dengan satu tangan yang dimasukan ke saku celana jeans denimnya dan satu tangannya lagi terlihat memegang sebuah paperbag polos.

"Ngapain lo disini?"

Axelle membalas tatapan gadis itu dengan datar. "Mau ngelamar kerja. Ada lowongan buat gue?"

"Ada, tuh jadi tukang pungut sampah di komplek rumah gue."

"Lucya, Ada siapa?" Axelle yang baru saja hendak membalas ucapan asal Lucya kembali mengatupkan kedua bibirnya, melihat Rose tengah menggendong seorang balita yang terlihat cemong dibagian pipinya dengan tepung dan tangannya.

"Eh, ini, Mi, bukan siapa-siapa." Lucya gelagapan tidak tahu harus menjawab seperti.

"Oh, Axelle, kenapa enggak disuruh masuk? Ayo, masuk, Axelle, jangan cuman berdiri diluar aja."

"Iya, tan, permisi." Axelle melewati Lucya begitu saja sembari mengedipkan satu matanya yang membuat Lucya melongo.

Axelle menyalimi tangan Rose setelah itu keduanya duduk di sofa, sementara Lucya masih terrain bagaikan patung di depan itu.

"Gimana mama kamu, Xel? Kenapa enggak ikut mampir kesini?"

"Mama lagi enggak bisa, Tan, jadi nitip ini buat Tante." Axelle menyodorkan paper bag polos yang sedari dia tenteng— berisi beberapa macam kue dari ibunya untuk Rose.

Rose menerima paperbag tersebut. "Wah, makasih ya. Enggak usah repot-repot seharusnya, sampe kamu lagi yang bawa kesini."

"Enggak apa-apa, Tan. Rumah saya juga enggak jauh banget kesini."

Merasa Ada yang janggal, Rose mengedarkan tatapannya yang langsung terjatuh pada Lucya yang masih ditempatnya. "Lucya, kenapa kamu masih disitu?"

"Hah?" Lucya berkedip. "Eh, enggak, ini mau kunci pintu." Dengan buru-buru, Lucya membalikan badannya dan mengunci pintu rumah. Sialan! Kenapa Axelle harus kesini sih?! Lucya membalikan tubuhnya, melangkah ke arah Rose dengan tatapannya yang membalas tatapan Axelle yang datar padanya.

"'Mi, kok Axelle disini?"

"Enggak boleh ya?" Tanya Rose dengan kedua alis terangkat dan senyum tertahan.

Lucya segera menggeleng dengan mengibas kan kedua tangannya. "Enggak, bukan gitu."

"Axelle tamu istimewa kita, jangan gitu dong, kalian kan juga deket ya, seneng dong Axelle kesini." Tutur Rose sembari melirik Lucya lalu Axelle.

"Kamu ambilin minum atau apa gitu dulu."

Lucya menoleh pada Axelle dengan tampang malasnya. "Mau minum apa?"

"Air dingin aja. Thanks." Jawab Axelle sembari tersenyum manis yang mengundang tatapan jijik Lucya. Di depan ibunya saja dia sok bersikap manis seperti itu. Cih!

Dengan perasaan dongkol yang harus dia sembunyikan dalam-dalam dari ibunya, Lucya melangkah ke dapur dan menuangkan air dingin dengan es batu di gelas kaca bening yang panjang, kembali ke ruang tamu dan melihat Axelle tengah berbincang asik dengan ibunya. Tentu saja aneh, ibunya tidak pernah berbicara semasuk itu dengan teman-teman Lucya.

"Makasih." Kata Axelle lalu meminum mineral dingin tersebut. Lucya tidak menjawab, dia hanya terus menatap tajam Axelle seakan memberi tanda bahwa dia tidak suka dengan kedatangan lelaki itu, namun Axelle sama sekali tidak perduli.

"Saya enggak ganggu kan, Tan dengan datang kesini?" Tanya Axelle dengan ramah yang langsung dijawab gelengan oleh Rose.

"Enggak dong, kita lagi buat Pizza. Kamu mau gabung? Nanti Tante sama Lucya ajarin cara buatnya."

Lucya menoleh cepat dengan kedua mata yang melebar mendengar ajakan ibunya. "Mi—,"

"Boleh, Tan." Axelle mengangguk yang membuat Lucya langsung melototi lelaki itu yang hanya meliriknya sekilas sebelum Axelle dan ibunya yang menggendong Audrey berdiri dan melangkah ke arah dapur.

"Gila, pake susuk apa tuh anak ampe mak gue jadi gitu."

***

"Nyokap lo seru juga ya." Lucya menoleh dengan malas pada Axelle, menghentikan tangannya yang tengah mengaduk adonan Pizza, sementara Axelle disebelahnya tengah membentuk adonan pizza tersebut membentuk lingkaran.

"Lo ngapain sih segala nerima ajakan nyokap gue?" Lucya berbisik agar ibunya yang tengah sibuk dengan adonannya bersama Audrey tidak dapat mendengar.

"Ya, emang kenapa? Enggak suka gue disini?"

"Itu lo nyadar."

Axelle menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke kiri dengan satu tangan yang menyanggah pada ujung top table tersebut. "Enggak peduli gue. gue kesini bukan mau nemuin lo, tapi nyokap sama adek lo."

Kedua mata Lucya menyipit kesal pada lelaki itu. "Caper banget. Kenapa? lo naksir ama nyokap gue?"

"Boleh sih."

Sontak saja sikut Lucya menyenggol perut Axelle saat itu juga. "Ih!"

"Tapi karena emak lo udah ada yang punya, lo aja yang gantiin. Gimana?" Axelle sedikit mencondongkan badannya pada Lucya, menatap gadis itu dengan kedua alis yang naik turun.

"Ngomong sama lele sono." Tanggap Lucya galak lalu kembali fokus pada adonan pizza yang sudah padat.

Axelle terkekeh kecil, kemudian tangannya membantu Lucya yang agak kesusahan mengeluarkan adonan pizza dari wadah. Lucya tidak menolak, dia justru mematung ditempatnya, terkejut karena jaraknya yang sangat dekat dengan lelaki itu. Tubuh Axelle yang menjulang lebih tinggi darinya berdiri dibelakang Lucya dengan kedua tangan lelaki itu yang membantunya mengeluarkan adonan kue tersebut, membuat posisi mereka seakan Axelle tengah memeluknya.

Hal tersebut membuat jantung Lucya tiba-tiba saja berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

"Nih bagi, lo bentukin yang ini, gue yang ini." Kata Axelle ketika dia sudah memisahkan adonan yang sudah berada di atas talenan yang bertaburan tepung, menjadi dua bagian untuk dibentuk menjadi lingkaran.

Menyadari Lucya yang tidak bersuara sedikitpun, Axelle menatap ke bawah dan hanya dapat melihat kepala gadis itu yang setinggi dibawah dagunya. "Kenapa lo diem? Kesurupan?"

Lucya menggelengkan kepalanya sembari mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum menjauhkan tubuhnya dari Axelle. "Iya, gue denger." Ucap Lucya berusaha cuek dan mengambil adonan pizza tersebut, sedikit memberi jarak antara dia dan Axelle untuk keamanan jantungnya.

TO BE CONTINUED.

Axelle Alterio

Lucya Aretha

Hope Kathryn

Sarah Aulia

Semoga suka part ini sampai seterusnya ya!!

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT DAN SHARE KE TEMAN KALIAN JUGAA! Also Follow me if u haven't yet 🤗

Thank you for the Vote & Comments!

Sincerely,
Lou.

More info and spoiler : Go Follow @Loucamilee_

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 142K 19
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
5.4M 391K 55
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
1.3M 93.3K 43
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
2.6M 263K 62
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?