๐Ÿ†ƒ๐Ÿ…ฐ๐Ÿ…ผ๐Ÿ…ฐ๐Ÿ†ƒ Sangat Membenci Me...

De iu3a17

130K 6.9K 1.2K

[WARNING: TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR C... Mais

Kata Pengantar Penerjemah Abal-Abal
Curhatan Mimin Selama Menerjemahkan
Introduction
Chapter I Katanya Semakin Membenci Sesuatu, Semakin Sulit untuk Menghindar
Chapter II Perang Dimulai
Chapter III Keduanya Memanas
Chapter IV Cara untuk Membalas
Chapter V Menyaksikan Sendiri
Chapter VI Seseorang yang Sok Kuat
Chapter VII Menempelkan Daun Emas ke Belakang Patung Buddha
Chapter VIII Perubahan Sudut Pandang
Chapter IX Di Waktu Malam
Chapter X Perasaan yang Menuntun
Chapter XI Dibawah Guyuran Air Dingin
Chapter XII Mati Akibat Ucapan
Chapter XIII Di Tengah Situasi Buruk
Chapter XIV Perasaan yang Terucap
Chapter XV Menelan Kata-Katanya Sendiri
Chapter XVI Sekali Saja Tidak akan Cukup
Chapter XVII Kedua Kalinya Telah Dimulai
Chapter XVIII Mulut yang Berkata Tidak...
Chapter XIX ...Tapi Setiap Waktu Selalu Selesai
Chapter XX Sebenarnya, Hanya Merasa Takut?
Chapter XXI Beginikah Teman?
Chapter XXII Aku Tidak Akan Berbaikan!
Chapter XXIII Status Hubungan
Chapter XXIV Saat Memutar Sumbu yang Hampir Terlepas
Chapter XXV TTM Bukan Pacar, Tidak Berhak Bertindak Posesif
Chapter XXVI Berhenti Di Tempat yang Sama
Chapter XXVII Tiba Pada Titik Memutuskan Hubungan
Chapter XXVIII Menyalahkan
Chapter XXIX Ketika Type Telah Memiliki Status Hubungan
Chapter XXX Pulang ke Rumah
Chapter XXXI Harus Berpikiran Terbuka
Chapter XXXII Cara Berpikir Pria Buruk Itu
Chapter XXXIII Seseorang yang Egois
Chapter XXXIV Ulang Tahun Bersama Seseorang di Masa Lalu
Chapter XXXV Tidak Terlihat akan Dicampakkan
Chapter XXXVI Harga untuk Menahan Sebuah Kenyataan
Chapter XXXVII Ketika Dia Meminta Putus
Chapter XXXVIII Cerita Kala itu
Chapter XXXIX Sungguh, Seseorang yang Lebih Tinggi
Chapter XL Milikku!
Chapter XLI Huft, Dia Benar-benar Jahat
Chapter XLII Menghimpun Tentara, Jangan Gila...
Chapter XLIII Rasanya Benci, Bagaimanapun Juga, Aku Mencintainya
Chapter XLIV Di Atas Panggung
Chapter XLV Bercinta di Malam Hari
Chapter XLVI Kebahagiaan Ini Akankah Berlanjut ?
Chapter XLVII Di Belakang Cintanya
Chapter XLVIII Ketika Sang Mantan Kembali
Chapter XLIX Tolong, Kembalilah
Chapter L Harga Sebuah Kebohongan Merupakan Awal Masalah Besar
Chapter LI Mantan VS Pacar
Chapter LII Karena Cinta, Sehingga Takut
Chapter LIV Penyebab Sebenarnya
Chapter LV Kebenaran Di Bawah Dusta
Chapter LVI Investasi yang Tidak Terbayarkan
Chapter LVII Menghancurkan Topeng
Chapter LVIII Pernyataan yang Tidak Sesuai Harapan
Chapter LIX Api di Atas Sekotak Es
Chapter LX Pertarungan Panas di Lautan antara Mertua dengan Menantu
[END]Chapter XLI Akhir Pertempuran Tak Terduga

Chapter LIII Penyebab Berjanji

909 52 3
De iu3a17

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

"Apa kamu sadar, kalau kamu sedang mabuk?"

"Aku tidak mabuk"

"Semua orang mabuk selalu mengatakan kalau mereka tidak mabuk"

"Bangsat!"

Thara membisikkan kalimat sambil menyentuh belakang telinga Type di atas tempat tidur mereka yang luas, terdengar mengejek pria mabuk yang baru saja mengumpat padanya.

Tidak perduli mau berbicara apapun, Type bisa melihat telapak tangan besar itu sudah menggosok bagian pangkal pahanya. Dia sedikit mendongak, membuat Tharn menarik nafas tertahan, kemudian bertanya dengan suara serak;

"Sudah memaafkanku 'kan?"

"Belum, sampai aku mendapatkannya"

Type langsung menjawab, kemudian mengulurkan kedua tangan untuk memeluk leher kekasihnya, menarik wajahnya agar bibir mereka mendekat, lalu membisikkan kalimat;

"Ayolah, Tharn"

Type mengucapkan permintaan sambil menjilat bibirnya, membuat kesabaran Tharn benar-benar semakin menurun.

"Kamu menggodaku!"

Suara Tharn terdengar berat, saat bibir mereka bertemu dia sedikit menggigit bibir kekasihnya, membuat anak yang sedang mabuk berjengit, merasakan sensasi lebih dari biasanya. Meskipun demikian, dia telah membuka mulutnya lebar-lebar untuk menjulurkan ujung lidahnya yang panas, membiarkan lidah itu masuk ke dalam mulutnya, salah satu tangannya menahan kepala prianya agar mereka bisa saling bertukar air liur, bersikap seolah menginginkan sentuhan lebih

"Emh~"

Kedua ujung lidah telah saling terjalin, tanpa disangka rasa ciuman ini begitu lembut, meski ada sedikit rasa getir karena alkohol, tapi mampu menaikkan suhu tubuh yang menikmatinya.

Ujung lidahnya yang menyerang terus menggosok, sampai basah. Mereka saling terjalin, gerakan kedua lidah hampir bersamaan. Percampuran air liur memberikan rasa manis yang kuat, mengoda siapapun untuk jatuh ke lubang lebih dalam dan tidak dapat kembali. Suara berdecak dan sensasi basah mulai bergema di seluruh ruangan yang luas, sedangkan pria mabuk itu tidak perduli

"Tharn, ah~"

Type berbisik saat Tharn menarik kepalanya dari ciuman yang dalam, dia terlihat menginginkan lebih. Sehingga Tharn membuka mulutnya lagi, membiarkan pria mabuk itu memasukkan kembali ujung lidah ke dalam mulutnya.

Ciuman pria yang sedang mabuk itu sangat rakus, membuat ciuman terasa memanas dan liar. Baik Type maupun Thara tidak tahan untuk saling merespon. Ketika suara decak ciuman mereka bergema, Kali ini telapak tangan besar sudah menyentuh tubuh bagian bawah pria yang mabuk, membiarkan tubuhnya berjengit kaget, untuk sejenak Tharn menjauhkan kepalanya, lalu berteriak memarahi;

"Kamu basah sekali"

"Aku 'kan sedang mabuk"

Pria yang baru saja bicara tidak mabuk langsung mengaku kalau sedang mabuk. Dengan kepala bersandar di bantal, sedikit mendongak, dia bisa merasakan telapak tangan pria di atasnya sudah menggosok batang panas di atas celana dalam kesukaanya.

"Ah~ Tharn. Jangan, celananya... Sempit~"

Karena Thara terus menggosok dengan merogoh dari celana panjang yang masih dipakai, menyentuh lembut di atas celana dalam, membuat pria yang merasakan sentuhan merasa begitu emosional, merintih sambil mendorong bahu kekasihnya untuk menjauh. Tapi jari-jari yang gerak di atas celana telah benar-benar menghancurkan gerakannya

"Aku berharap ditusuk...mau 'kan?"

"Kamu mengingin lebih? Tapi semakin ditekan sebelah sini, kamu semakin basah"

Memang benar, semakin Thara menggosokkan jari-jarinya. Noda basah terlihat melalui celana dalam yang sudah berubah menjadi ketat, nodanya semakin lama terlihat semakin meluas sampai dia tidak tahu, ternyata semakin mabuk Type bahkan dia semakin mudah mencapai pucak, ini tidak seperti siapapun yang mabuk.

"Em~!"

Kali ini pria yang sedang mabuk tidak bisa mendebatnya. Karena dia sudah menekuk tubuhnya, untuk mendekatkan pinggangnya. Nafasnya berubah memburu, membuat dadanya naik turun. Memperlihatkan dua puting cantik berwarna kecoklatan yang telah sangat menegang di tubuh bagian depannya

"Hah~...En~..."

Type menggertakan giginya tepat saat ujung lidah Tharn menyentuh puting, mendengar ini Tharn melirik untuk menatap ekspresi wajah pria yang berusaha menahan diri

"Ah~... Em... Jangan mencubitnya, brengsek!"

Tharn telah mengangkat tangan untuk memelintir kedua puting dengan lembut, membuat Type mengerang, berusaha untuk tidak menaikkan dadanya, memperlihatkan bahwa tempat itu adalah tempat paling sensitif ditubuhnya. Segera saja prianya menutup salah satu puting dengan mulutnya, kemudian menghisap bergantian kedua tempat dengan sekuat tenaga, seperti seseorang yang kelaparan

Type hanya bisa mengerang dengan suara yang gemetar, sedangkan kedua gundukan kecil di dadanya sudah benar-benar menegang, membuat pria yang sangat mengenal tubuhnya dengan baik diam-diam tersenyum bahagia

Sekarang tubuh Thiwat menjadi sangat sensitif, dan orang yang membuat tubuhnya se-sensitif ini adalah Tharn. Hanya melihat dari ekspresi wajah, saat ini Type terlihat kesulitan mendapatkan semua ini darinya.

"Ah~... Tharn... Jangan... Masuklah~... Emh~... Aku mau ..."

Pria yang pernah membenci gay sedang memohon padanya, mendengar ini mata Tharn berubah menjadi cerah, untuk sejenak dia bahkan mengulur waktu dengan hanya menatap ke arah benda yang telah membengkak di balik celana dalam. Melihat sikap begini, Sang Drummer tidak tahan untuk bergerak perlahan ketika membantu Type melepaskan celana melewati kakinya, memperlihatkan benda yang telah sepenuhnya mengeras, melompat keluar mengambil udara bebas.

"Tidak..."

Setelah menjawabnya, Tharn malah memajukan wajah, ingin menghisap batang panas yang sangat menarik untuknya, tapi Type mengulurkan tangan untuk menarik paksa wajah kekasihnya itu mendekat, lalu bicara dengan suara yang putus asa;

"Aku tidak menginginkan mulutmu... Aku mau punyamu"

Pria yang sedang terbaring di atas tempat tidur terlihat kelelahan saat menggerakkan tubuhnya, membiarkan wajah dibawah tubuhnya untuk menunduk, kemudian menarik pinggangnya agar naik, memperlihatkan lubang yang terus berkedut, berwarna cerah terlihat sangat kontras dengan kulit coklat menggoda, lubang itu terlihat basah padahal prianya belum melakukan apapun.

"Di sini~... Masuklah sebelah sini... Tharn~"

Tidak aneh jika Thara hanya bisa tertegun melihat ini. Karena Type telah menyandarkan tubuhnya dengan wajah yang memerah sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar, terus memohon padanya dengan suara yang gemetar. Anak dari wilayah selatan itu bahkan memasukkan dua jari ke dalam lubang yang telah sepenuhnya basah, membiarkan prianya melihat semua ini. Tindakannya sekarang seolah mengatakan... 'masuklah kemari'

Saat menatap pria seksi dengan tubuh bagian bawah yang telah sepenuhnya menegang, sambil memperlihatkan ekspresi kesakitan setiap memasukkan jarinya, membuat siapapun yang melihat ini pasti dimabuk kepayang

"Kamu benar-benar menginginkan ini, lihatlah dirimu, begitu nikmat, membuatku kalah"

"Ah~... Tha... Tharn~... Brengsek... Kubilang, aku tidak"

Setiap Tharn mendorong jari-jarinya masuk, tubuh Type bergelinjang. Rasa ketat dan basah pada lubang membuat pria itu tidak tahan untuk mengeluh sambil tubuhnya terus berjengit. Melihat kekasihnya seperti ini Tharn tidak tahan untuk bertanya padanya;

"Kenapa kamu sangat menginginkan milikku?"

Jika pertanyaan ini dilontarkan di saat normal, pria dihadapannya pasti hanya memandang sebelah mata dan tidak menjawabnya, tapi saat ini Thiwat telah mendongak untuk menangkap pandangan matanya, berbicara dengan kalimat yang tegas padanya;

"Karena rasanya panas! Aku mau punyamu karena panas dan keras saat masuk ke dalam... Akhh~!!!"

Tiba-tiba saja Type mengeluarkan teriakan protes, matanya terbelalak, sedangkan kepalanya telah terbenam di atas bantal, kedua tangan mencengkram erat selimut di sisi tubuhnya tepat saat batang panas mulai membuka lebar lubang di bagian belakang tubuhnya. Prianya telah masuk sampai bagian terdalam. Meskipun terasa sempit dan tidak nyaman, tapi tubuh mereka benar-benar cocok satu sama lain.

Walaupun kewalahan, Type masih punya waktu untuk mengumpat sambil mengerang dengan suara yang lebih baik;

"Bre... Brengsek... Ah~...Hah~...Esh Shit...Em~...Aku..."

Type berusaha untuk mengambil nafas sambil mendongak di atas tempat tidur, pinggangnya melengkung saat merasakan panas tubuh Tharn yang bergerak masuk perlahan ke dalam tubuhnya, setelah berhenti sejenak baru bergerak dengan sedikit menggoyangkan pinggangnya

"Akh! Kamu... Yah... Jangan..."

Sekarang batang panas Type telah benar-benar basah, rasanya kapan saja siap mencapai puncak. Mulutnya seolah melarang dirinya sendiri untuk berbicara. Bahkan tubuh bagian dalamnya telah mencengkram dengan erat batang Tharn, nafasnya memburu, semua ini membuatnya gila, sedangkan Tharn masih terus menggoyangkan pinggangnya, mencari titik lemah yang dapat memuaskanya...

"Tharn~... Sebelah sana~... Masuklah~... Lebih kuat~..."

Type mengerang pelan, membuat suaranya bergema di seluruh penjuru ruangan

"Kalau kamu mau yang kuat, selesaikanlah sendiri"

Tharn berbisik dengan nada licik sambil melepaskan tubuhnya, membiarkan pria ganas dibawahnya tidak mengijinkannya lepas begitu saja, dan menjawab sambil menatap matanya;

"Oke"

Tharn memegangi adiknya untuk tetap tegak sambil duduk bersandar, sedangkan pria yang mabuk berusaha memasukkan bagian tubuh itu, memperdengarkan suara lubang yang terbuka, Tharn membiarkan pria yang mabuk itu semakin mabuk kepayang, tubuhnya telah berubah memerah, sambil memeluknya dia menurunkan pinggang kemudian berseru;

"Aku membencimu!"

Meskipun berkata seperti ini, Type telah membuka kakinya lebar-lebar, tubuh bagian bawahnya mencengkram batang panas perlahan-lahan, dia berusaha untuk bergerak turun untuk memaksa batang itu masuk lebih dalam. Penampilannya saat ini terlihat sangat seksi, membuat Tharn tidak tahan untuk segera menciumnya

"Em~... Ah~..."

Thara memegangi pinggang pria diatasnya, tapi Thiwat berusaha menampik kedua tangan itu sekuat tenaga, dengan suara berat dan pandangan marah, Type berkata;

"Kamu tidak perlu memegangiku!"

Meskipun ucapannya terdengar kasar, tapi dapat membuat Tharn tersenyum. Karena dia benar-benar merasa... tersentuh

Pada akhirnya batang panas itupun menghilang, ditelan sepenuhnya oleh lubang tubuh Type.

"Hah~...Ah~..."

Type mengerang keras saat Tharn ikut bergerak dengan menaikkan pinggangnya, membiarkan pria yang menekan tubuhnya untuk turun mendongakkan wajahnya. Erangannya kerasnya ini bergema di seluruh penjuru ruangan bersamaan dengan suara gesekan kulit yang saling mencengkram.

Pria dibawah tubuh Type, menatap batang tubuhnya yang telah berubah menjadi berwarna jingga kemerahan. Type benar-benar memperlihatkan keseluruhan tubuhnya, tentu saja pemandangan seperti ini tidak terelakkan.

Batang panas yang berada di tengah tubuh Type bergerak seolah mencari udara segar setiap anak dari wilayah selatan itu bergerak. Warnanya begitu indah, membuat pria yang terus menatapnya tidak tahan untuk menjilat bibirnya sendiri, sangat ingin merasakan benda itu ke dalam mulutnya, karena dia tahu rasanya begitu nikmat.

Tharn tahu betul bagaimana menggunakan mulutnya  untuk membuat Type merasa nikmat

"Tidak ingin yang di sebelah sini... Kamu ingin selesai hanya dengan begini?"

"Akh~... Tidak usah disentuh... Biarkan aku!"

Saat ini jari-jari Tharn mulai menggosok benda kaku yang telah membengkak di hadapannya sampai urat-uratnya hampir keluar, setiap menggerakkan pinggangnya ke atas tubuh Type berjengit, karena jari-jari yang menggosok adiknya telah bergerak seirama dengan tubuhnya, pria dibawahnya bertindak seolah membantu untuk segera menyelesaikan ini dengan cara menggosok tubuhnya.

Jari-jari itu bergerak dari pangkal hingga ujung, membuat suara yang keras, bergema di seluruh penjuru ruangan. Kali ini anak dari wilayah selatan itu tidak lagi bisa berdebat, sebaliknya, tubuhnya telah sepenuhnya menegang, matanya tertutup, nafasnya semakin memburu. Gerakan pinggangnya semakin cepat, menyebabkan suara pantat dan paha yang bertubrukan menggema di ruangan

"Akh~... Hah~... Hah~... Enak... Emh~..."

Tidak butuh waktu lama, lorong yang ada di dalam tubuh Type mencengkram erat batang di dalam, gerakan yang semakin intens telah membuat tubuh di bagian depannya menyemburkan cairan putih yang menyelimuti perut pria di bawahnya.

Setelah menjatuhkan tubuh sambil memeluk erat tubuh Tharn sejenak, Type mengangkat kepala. Sang Drummer mengira kekasihnya ini akan mengatakan kalimat imut, tapi tiba-tiba saja...

"Lepaskan punyamu... Menyingkir."

"Hei!"

Kalimat kejam yang muncul dari mulut Type ini membuat Thara berseru. Dia menatap kekasihnya dengan pandangan tidak percaya, sedangkan Type hanya menyeringai, dan tiba-tiba menaikkan pinggangnya sambil bicara;

"Beberapa saat lalu... Kamu bicara padaku... Selesaikan sendiri punyaku 'kan. Sekarang, selesaikan punyamu sendiri"

Tidak perduli apapun yang terjadi, pria yang baru saja menaiki tubuhnya sekarang berbaring di sebelahnya. Meninggalkan Tharn yang hanya menatap ke arahnya dengan membelalakkan mata sejenak, tapi pada akhirnya pria itu hanya menghembuskan nafas berat dan bicara;

"Aku minta maaf"

"Tidak perlu, dasar bangsat. Menyenangkan ya melihatku terlihat memalukan?"

"Aku tidak begitu, kamu 'kan yang mabuk"

Meskipun begitu, bukankah dia sudah membuatnya bermain banyak posisi. Tapi tidak perlu dikatakan, sekarang Type sedang merasa malu. Kemungkinan ini menjadi alasan bagi Tharn yang masih saja tidak cukup untuk ingin mempermainkannya saat mabuk. Karena Sang Drummer baru saja mendebatnya tanpa alasan, pria yang tadinya mabuk sekarang menggeram;

"Aku sadar sejak kamu masuk ke dalam tubuhku, brengsek!"

Setelah mengatakan kalimatnya, Type menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, membiarkan pria di sebelahnya menuduk sambil menatap ke tubuh kekasihnya. Untuk sejenak, dia menghela nafas berat, lalu sekali lagi bertanya;

"Kamu sudah memaafkanku 'kan?"

"Em, itu karena sahabatmu yang membela"

Type menjawab dengan menatap padanya, dia mendongak, terlihat tidak menyerah, dan merasa nyaman sekarang. Jelas, bisa bersikap keras kepala sampai akhir, meskipun begitu jika memaksa pria yang sudah lelah dan ingin tidur itu untuk melanjutkan, bisa dipastikan dia akan marah besar. Sehingga Tharn yang tidak punya pilihan hanya bangun dari tempatnya, bersiap untuk menyelesaikan dirinya di dalam kamar mandi.

Hanya saja....

"Kamu punya kawan yang baik"

Type memalingkan wajah saat mengatakan kalimatnya, membelakangi prianya dengan memakai selimut ditubuhnya, melihat ini Sang Drummer tersenyum, lalu bicara;

"Em, Long memang sahabat terbaikku"

"Kali ini, berkat kawanmu yang membela. Tapi pastikan tidak ada lain waktu... Kutegaskan padamu, aku bisa memberikan masalah"

Lama kelamaan kalimat yang diucapkan Type terdengar semakin pelan, saat Tharn mendekat untuk melihat wajah pria yang baru saja mabuk sampai pening, ternyata dia sudah jatuh tertidur. Tharn tidak tahan untuk mengangkat kedua ujung bibirnya, rasanya segunung perasaan cemas di dadanya telah tersingkir, dia tidak tahan untuk menatap sambil menjatuhkan ciuman pelipis Type, setelah itu berbicara padanya;

"Aku berjanji, tidak akan ada lain waktu"

***

"Thaaarn, Tharn Tharn Tharn"

"Apaan sih, ada apa denganmu? Aku hampir berniat memukul kepalamu dengan stik drum!"

Saat ini tiba-tiba saja Long melompat masuk ke ruang latihan, membiarkan pria yang sedang memikirkan hal lain berjengit kaget. Tharn memalingkan wajah untuk menatap sahabatnya, hanya saja nada bicaranya sama sekali tidak bisa membuat kawannya ini tersenyum, sehingga Long segera memberikan ponsel yang dibawanya ke depan Tharn, lalu bicara;

"Nih, kamu baca ini. Bacalah sebelum mengumpat padaku"

Thara masih menatap tidak percaya, tapi dia tetap menerima ponsel yang diberikan padanya, lalu melihat ke layar ternyata ada sebuah email masuk;

"Apa ini?"

Setelah menatap ke arah layar, Sang Drummer masih memperlihatkan ekspresi tidak percaya.

"Em, aku awalnya membaca pesan itu dan berpikir sama denganmu, apa-apaan ini? Toh, aku baru beberapa minggu mengunggah video latihan band kita di Youtube, siapa sangka seseorang datang menghubungi!"

Email yang tertera berisi tentang pendapat orang ini saat melihat video mereka yang terunggah, ditambah tautan video mereka terpampang di sebuah Laman terkenal. Si pengirim memperlihatkan ketertarikan dan sangat berharap mereka mau berdiskusi untuk rincian selanjutnya. Dan di akhir pembicaraan, nama pengirim beserta label rekaman ternama disertakan. Isi dari email ini membuat pria blasteran itu mendongak untuk menangkap pandangan sahabatnya, setelah itu berkomentar;

"Rasanya ada yang aneh"

"Em, aku juga berpikir ini aneh. Tapi kalau tidak mencoba, tidak tahu 'kan"

Apapun yang dikatakannya sekarang, kemungkinan besar Long tidak ingin mendengar, karena sikapnya terlihat sangat antusias. Sehingga Thara kembali menatap layar yang menampilkan email, di sana tertaut sebuah kartu nama yang berisi nomer ponsel

"Kalau begitu coba menghubunginya lebih dulu"

Pada akhirnya Thara hanya mengatakan kalimatnya ini dengan rasa setengah percaya setengah tidak. Sikap Tharn yang begini membuat Long semakin bersemangat;

"Kalau begitu akan kutunjukan pada Tee dan Song"

"Kurasa tidak perlu. Lebih baik meyakinkan ini terlebih dahulu, memberitahu mereka nanti tidak akan membuat beritanya terlambat. Aku tidak ingin ada kebahagiaan sia-sia"

Pria yang suka berhati-hati ini membiarkan kawan baiknya membuka mulut;

"Kenapa cemas begitu Tharn. Kalau bahagia, bahagia bersama. Kalau memang susah, susah bersama 'kan"

Kawannya ini terlihat sangat optimis saat berpendapat. Tentu saja Tharn tidak bisa percaya, karena dia sendiri tidak pernah menyaksikan seseorang langsung menghubunginya setelah melihat kemampuannya memainkan drum di restoran Phi Jeed setiap waktu. Dia sendiri tidak percaya bahwa dirinya cukup berada ditingkat itu. Ditambah lagi, dia tidak punya rencana untuk meninggalkan band yang baru dibentuknya ini.

"Kalau begitu, kamu atau aku yang sebaiknya menelpon?"

Long bertanya untuk menyuruhnya buru-buru, membiarkan Tharn hanya terdiam sejenak, setelah itu menjawab;

"Aku akan menelponnya, kalau dia mengangkat, kita akan mendengarkan bersama"

Thara berbicara sambil mengambil ponselnya, kemudian menekan nomer yang tertera di layar, sedangkan kawan dekatnya masih terlihat bersemangat ketika mendekat padanya

***

Setelah menelpon orang yang meninggalkan kartu nama, mereka mulai berbicara panjang lebar, dan orang itu mengatakan berbagai kemungkinan, sehingga pada akhirnya memutuskan kedua belah pihak untuk saling bertemu. Tapi Tharn masih belum yakin akan bisa debut tahun ini, sedangkan hanya malam ini jadwal mereka kosong, sehingga kedua anggota band dan orang yang dihubungi berjanji saling bertemu. Meskipun tawaran ini nyata, Sang Drummer tidak lupa mengirimkan pesan pada kekasihnya:

[Hari ini aku akan pulang terlambat]

[Em

Aku juga

Harus berlatih sampai malam]

Sejujurnya Tharn ingin pergi untuk mendukung pertandingan kekasihnya di lapangan. Karena Type sudah masuk tahun kedua, jadi sering ikut bertanding di lapangan. Tapi Type selalu saja melarangnya sambil mengatakan;

"Tidak perlu, memang apa yang mau kamu lakukan, paling-paling bertindak kekanak-kanakan dengan memberikan air minum di sisi lapangan. Ada saatnya nanti kamu akan kuseret datang untuk melihat"

Saat mendengar ini, dia yakin bahwa Type memang tidak ingin dirinya datang. Meskipun Techno mengatakan datang juga tidak apa-apa, tapi dia juga menjelaskan, sebenarnya walaupun tim universitas sudah digabungkan, terdapat rekor kekalahan pada beberapa babak pertandingan. Type mungkin tidak ingin saat Tharn datang untuk mendukung, pada akhirnya hanya akan mengecewakan.

Tharn segera mengetik pesannya:

[Apa sudah makan?

Saat aku pulang mau dibawakan apa?]

[Tidak perlu

Sendiri

Aku makan No]

Jawaban yang muncul membuat Tharn tersenyum, dia segera mengetik:

[Arti kata makan No dengan makan bersama No itu berbeda...

Cuma kurang satu kata

Ini karena terburu-buru menjawab 'kan...]

[Brengsek]

Jawaban terakhir yang masuk membuat Thara tertawa. Setelah sejenak menatap ponsel, dia mematikan mesin mobilnya, lalu keluar dari mobil dan mendongak untuk menatap gedung hotel mewah. Hotel ini letaknya berada di pinggir kota, sambil berjalan Sang Drummer memikirkan ucapan orang yang akan ditemuinya untuk diajak bekerja sama;

"Atasan Phi sudah berjanji akan datang ke hotel ini. Tapi, Nong Tharn dan temannya sebaiknya menunggu di lobi depan. Datanglah kira-kira jam setengah 5"

Tharn mulai melangkahkan kaki untuk menuju ruang tunggu di lobi sambil mengangkat panggilan LINE dari sahabatnya;

"Tharn! Ban mobilku pecah! Sialan, sangat tepat waktu, Ugh! Rasanya aku mau gila. Bangsat, aku tidak bisa ganti ban!"

Tepat saat telpon tersambung, Long sudah berteriak dari seberang telpon, membiarkan pria yang mendengar menautkan alisnya, lalu bertanya;

"Kamu dimana"

"Persimpangan, tikungan belakang sebelum sampai ke hotel"

"Kalau begitu, aku pergi keluar dulu?"

Tharn langsung menatap ke arah jam tangannya, dia menemukan masih ada waktu 50 menit sebelum jadwal janji, tapi pria yang menelpon menolaknya dengan cepat menjawab;

"Jangan sampai tidak ada yang datang sama sekali. Aku akan menelpon teknisi, aku pasti datang, kamu tunggu saja. Aku tidak ingin mengecewakan di hari pertama bertemu. Setelah aku menyelesaikan urusan di sini, aku akan langsung meminta maaf"

Long mengatakan kalimatnya seperti tembakan beruntun. Terdengar sangat kecewa, tentu saja, terdengar seperti 'sebuah alasan' untuknya. Setelah selesai Long segera menutup telpon, membiarkan pria yang mendengar ini hanya menghela nafas panjang. Tapi memang seperti apa yang dikatakan oleh Long, kesan pertama memang sangat penting, walaupun gagal sejak awal pertemuan bukan masalah besar, tapi Tharn tetap mencari tempat duduk di sana sambil menyapukan pandangan di sekitar ruang tunggu hotel

Walaupun hotel ini mewah, tapi Tharn terlihat tidak merasa canggung, malah dia mulai tertarik dengan sesuatu saat pandangan matanya tertuju pada satu tempat.

Sebagai seseorang yang suka meneliti situasi, kedua alisnya mulai terlihat terjalin ketika menatap ke arah seseorang yang menurutnya cukup dikenal, bukan, bisa dibilang, orang yang dilihatnya ini merupakan sosok yang sangat dikenalnya.

Seorang anak laki-laki berwajah kalem, terlihat waspada saat berjalan bersama dengan seorang pria paruh baya sambil bolak-balik melirik ke arah pria itu, mereka berjalan menuju lift. Anak itu terlihat mengagumkan. Meski hanya sekali pandang, Tharn sempat berpikir, mungkin anak itu baru pertama kali melakukan 'pekerjaan sampingan'. Tapi setelah diamati lebih dekat, walaupun jarak kedua orang itu dengannya tidak dekat. Dia mengingat sosok yang dilihatnya ini...

TAR!

Tharn segera berdiri dari tempatnya. Dia menatap ke arah dua orang yang sekarang berjalan menuju lift, alisnya semakin terjalin saat dia melihat ke arah pria dewasa yang telah mengangkat tangan untuk melingkarkan tangan di bahu Tar. Pria itu bertingkah seperti seseorang yang dikenal oleh anak itu, terlihat mencemaskannya.

Tar, di sini mau melakukan apa?

Pemikiran ini membuat Tharn memelankan langkah saat mereka telah mengambil jalan belokan sebelah kanan. Tapi tiba-tiba pemikiran terbesit, seandainya anak itu masuk ke dalam ruangan dengan suka rela, meskipun pemikiran ini membuatnya berteriak dalam hati dan menggertakan giginya, dia memutuskan untuk tetap terdiam...

Toh, anak itu anak muda 'kan?

Setelah memikirkan ini, Tharn memutuskan segera melangkahkan kaki untuk pergi menuju lift. Dia mendongak untuk melihat dimana lift terakhir berhenti, kemudian mengikuti mereka dengan menaiki lift lain.

Jika memang sedang terlibat masalah, sebaiknya pergi membantu. Tapi jika apa yang dilihat ini bukan masalah besar, salahkan aku karena selama ini bertindak bodoh

Tidak lama setelahnya, Thara melangkah keluar di lantai lift terakhir, dimana lift sebelumnya berhenti. Tapi saat melihat ke sekitar, dia tidak tahu ruangan mana yang digunakan oleh keduanya

"Lepaskan aku! Kubilang, lepaskan! Phi Tum tidak berada di sini"

"Shhh, tenanglah, kakakmu sebentar lagi akan datang!"

"Lepaskan, kubilang lepaskan!"

Thara langsung berlari menuju sumber suara yang sedang berdebat. Dia menemukan seseorang yang memang sangat dikenalnya sedang berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri agar tidak masuk ke kamar hotel saat pria paruh baya menariknya masuk. Dengan terburu-buru Thara melangkahkan kakinya untuk mendekat. Tapi pria paruh baya itu sudah menggunakan tinju untuk memukul perut Tar

"Ugh!"

"! ! !"

Mata Thara terbelalak menatap kejadian ini. Tubuh kecil itu membungkuk dan terjatuh di atas lantai, sehingga Sang Drummer sudah tidak bisa menahan diri lagi...

"HEI TUA BANGKA, MENJAUHLAH DARI SANA!"

Suara teriakan yang keras terdengar. Thara melompat untuk menarik baju pria paruh baya itu, tanpa ragu menjatuhkan tinju di mukanya. Pria itu berteriak kesakitan, terlihat terkejut saat kepalanya memaling karena terkena pukulan.

"Hei, kenapa kamu ikut campur?"

Pria itu memegangi pipinya, sambil berteriak protes padanya. Hanya saja, tetap mundur untuk menjaga jarak saat Tharn berjalan menuju anak yang masih membungkuk di atas lantai seperti udang.

"Mana bisa tidak ikut campur? Apa yang mau kamu lakukan pada anak ini?"

"Kenapa kamu ikut campur begini, aku sudah membayar uang untuk membeli anak itu! Kalau tidak mau jual diri, katakan terus terang huh!!"

Pria paruh baya itu terlihat mengila, sedangkan mata Tharn telah berkilat. Pria itu menjadi tiba-tiba marah ketika melihat seseorang yang dikenal oleh anak itu muncul. Kalau bukan tamu hotel yang tinggal di ruang sebelah membuka pintu untuk melihat keadaan dengan ekspresi terkejut sambil bertanya dengan bahasa cina. Pria itu pasti masih memaki dengan keras, karena dia merasa malu, buru-buru dia memutar tubuhnya, membiarkan Thara membungkuk untuk bertanya pada anak yang sedang kesakitan;

"Tar, Tar tidak apa-apa 'kan?"

Saat ini pria paruh baya yang melihat keadaan menjadi memburuk, hanya bisa mengumpat. Lalu buru-buru berbalik, terlihat malu.

"Tidak... Phi Tharn, Tar tidak menjual diri... Tar tidak begitu..."

"Phi Tahu, Phi tahu Tar tidak menjual diri. Tidak apa-apa"

Tharn berusaha menenangkan Tar saat beberapa tamu di ruang sebelah memutuskan untuk keluar dari ruangan, dengan cepat salah satu dari mereka bertanya lagi dengan bahasa cina, tapi semua sudah terlambat. Tharn telah membantu Tar untuk masuk ke dalam ruangan yang terbuka karena anak itu terlihat sangat kesakitan

"Phi Tharn... Tutup pintu... Tar malu...Tar tidak menjual diri... Tar benar-benar tidak berjualan... Dia menelpon Tar, katanya Phi Tum berada dalam masalah... Jadi Tar buru-buru datang... Tidak di sangka..."

Anak laki-laki itu berbicara dengan suara lirih, kepalanya terus menempel di bahu Tharn, berusaha untuk menghindari pandangan pria yang membantunya masuk sambil menatap padanya. Sikapnya ini membuat Tharn menggerakkan kaki berbalik menutup pintu, karena dia sendiri cukup jengkel menjadi bahan tontonan tamu orang asing.

Bagaimanapun, cara para tamu itu berpikir sejujurnya sama dengan yang dipikirkan Sang Drummer sebelumnya. Kalau tidak melihat anak ini merupakan juniornya, dia juga berpikir bahwa anak ini pasti menjual dirinya, dan pasti ada masalah dengan si pembeli.

Tepat setelah membantu Tar duduk di atas tempat tidur, Tharn bahkan buru-buru berbalik lalu bicara;

"Aku akan menelpon Tum, tunggulah sebentar"

Sang Drummer ini cukup bertindak bijaksana dengan menganggap pria di dalam ruangan itu benar-benar anak yang baik. Jadi dia bermaksud untuk segera pergi keluar ruangan sambil menelpon seseorang untuk merawat anak yang sedang ketakutan itu.

Apakah saat ini Tharn mencemaskannya?

Sejujurnya, dia memang cemas. Tapi bukan mencemaskan dirinya dipandang oleh orang lain, dia mencemaskan perasaan seseorang jika sampai tahu masalah ini.

Tapi belum sempat Tharn pergi, anak yang gemetaran itu langsung saja memeluk tubuhnya, membiarkan Tharn menunduk untuk menatap wajah Tar dengan ekspresi terkejut

"Phi Tharn... Phi merasa kesal ya?"

Ekspresi yang diperlihatkan anak itu cukup membuat Tharn terpukul, apalagi saat mendengarkan kalimat tanya yang terlontar. Pria itu bahkan lebih terkejut dari sebelumnya.

Kejadian kali ini semakin membuatnya terpukul saat anak itu tiba-tiba saja menarik tubuhnya untuk jatuh ke atas tempat tidur. Dengan gerakan cepat anak itu sudah duduk di atas tubuhnya, tubuhnya masih gemetaran tapi sikapnya sangat menggoda, matanya terlihat jernih dan suaranya terdengar seperti seseorang yang sedang memohon, terutama saat memanggil namanya;

"Phi Tharn... Jangan tinggalkan aku"

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Penulis: M.A.M.E.

Thai-Indonesia: iu3a


Continue lendo

Vocรช tambรฉm vai gostar

1M 150K 50
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
133K 14.8K 124
Penulis : Shui Qian Cheng Penerjemah Inggris : 1. ShaoYeLoveBL 2. Rosy0513 Penyunting Bahasa Inggris : Beloved...
3.8M 41.6K 33
(โš ๏ธ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”žโš ๏ธ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] โ€ขโ€ขโ€ขโ€ข punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
377K 22.4K 34
Setelah tamat dari SMA Amona memutuskan untuk melanjutkan study nya ke Prancis, ia ingin menekuni kegemarannya dalam membuat dessert. Pulang dari...