XABIRU [END]

By SiskaWdr10

54.8K 4K 603

[Series stories F.2 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Hilangnya satu malaikat Tuhan kembali memberikan malaik... More

01.Kita yang sama
02.Si gadis sempurna
03.Apa itu ayah?
04.Mata yang sama
05.Mindset yang buruk
06.Dia iblis pembunuh!
8.Rai, kita jadi dukun ya.
9.Malaikat dan kehidupan
10.Anti bucin garis keras
11.Semesta & Rai milik Biru
12.Silsilah darah Ricardo
13.Ru, bumi udah bersyukur.
14.Si biang kerok menang
15.Masa-masa dengan Ra
16.Selamat hari Rai sedunia
17.Biru lebih berhak bahagia.
18.Prioritaskan diri sendiri
19.Puisi punya pemiliknya
20.Gess gadis bintang rock
21.Yang berkuasa atas rasa
22.Satu-satu nanti cape Ra
23.Insiden naas di rooftop
24.Duplikat dari sang ayah
25.Momen khusus ruang hati
26.Mengulang sejarah silam
27.Sejatinya rumah berpulang
28.Revolusi seorang Xabiru
29.Siap patah berkali-kali
30.Bad rumor, real hickey?!
31.Mengalir darah malaikat
32.Dua pemeran yang buruk
33.Selamanya tetap pelanggar
34.Dari si pemberi luka
35.Kita pake kerja cerdas
36.Hukum kekekalan hati
37.Biru, you are not alone.
38.Dasar pengingkar janji
39.Bandung adalah kamu
40.Ra selamat bahagia ya.
41.Kejutan paling mahal
42.Petualangan telah usai
43.Pulang untuk menetap
44.Pemenang dari takdir
45.Penikmat alur tengah
46.Lekung pemulih luka
47.Si netra hijau [akhir]
Hiii

07.Jagoan sedang sakit

1.7K 116 4
By SiskaWdr10

07.Jagoan sedang sakit

"JANGAN GILA RAISA! SEBERAT APA SI MASALAH HIDUP LO SAMPAI MAU BUNUH DIRI? SIAPA YANG BERANI GANGGUIN LO? GUE PENGGAL HIDUP-HIDUP KEPALANYA! JAWAB!" sentak Xabiru dengan nafas yang masih memburu.

Rai mengibaskan satu tangannya di depan wajah Xabiru. "Kalau mau minta maaf nggak usah pake marah-marah," ucapnya enteng lalu kembali sibuk mengusap-ngusap kucing berbulu putih itu.

"RAISA!" tangan Xabiru mengangkat dagu gadis itu.

Plak! tangan Xabiru Rai pukul cukup kencang.

"Gak usah pegang-pegang! kenapa sih?" ia membuka earphone yang terpasang di kedua telinganya, merasa aneh juga mengapa raut wajah Xabiru sangat marah.

"Batalin rencana bunuh diri lo!" ketus Xabiru, ia sungguhan marah. Rasa cemas di hatinya untuk Rai amat membuat Xabiru panik bukan main.

Kornea mata Rai membulat. "Bunuh diri?"

"Gue nggak lagi main-main Rai!"

"Lho siapa yang mau bunuh diri?"

"YA, LO!"

"NGGAK, GILA YA KAMU?"

"LO YANG GILA! TERUS NGAPAIN DISINI?" dengan wajah tanpa dosanya Rai menunjukan kucing yang sedari tadi ia gendong.

Tanpa penjelasan Xabiru langsung paham, sekarang demi apapun rasanya Xabiru ingin meledak-ledak. "Eh lho? kalian ngapain rame-rame di bawah?" teriak Rai bertanya pada orang-orang di bawah.

"TURUN RAI JANGAN NEKAT!"

"MASA DEPAN LO MASIH PANJANG!"

"DENGAN BUNUH DIRI MASALAH LO NGGAK AKAN KELAR!"

"TURUN RAI, BAHAYA!"

Wajah Rai berubah jadi nelangsa, ia menepak jidatnya sambil membuang nafas pasrah. Ia tidak akan sebodoh itu melakukan hal yang amat Tuhan benci.

Keduanya berakhir di ruang BK. Xabiru berkali-kali mengusap telinganya yang panas akibat omelan panjang dari mulut Pak Wendi, dia benar-benar pantas mendapatkan julukan si kecil cabai rawit.

"Pak nggak bisa gitu dong, eyang saya bakalan sakit lagi kalau disuruh datang kesekolah apa lagi denger cucunya niat bunuh diri, nanti kalau dia syok terus jantungnya kena gimana, pak? lagian saya bener-bener nggak ada niatan bunuh diri, saya cuma nolong kucing yang nyangkut di genteng," papar Rai dengan mata penuh harap.

"Tetap saja kamu meresahkan Raisa, amat meresahkan, satu sekolah langsung heboh tadi, jantung bapak saja sampai pindah ke Jakarta," omelnya kukuh.

"Ya kalau mau disalahin harusnya mereka yang salah tanggap tentang niat baik saya dong pak? nyebar berita hoax mentah-mentah, mereka udah nuduh saya yang nggak-nggak, pak jalan pikir saya nggak sedangkal itu buat ngilangin nyawa sendiri," jawab Rai coba untuk tidak ngotot, tetap sopan.

"Tidak bisa, sudah jangan tawar menawar lagi ini bukan pasar senen! berikan surat itu pada eyang mu, besok beliau suruh datang."

"Pak...."

"Sudah Raisa, pusing bapak. Lagi pula bisa-bisanya kamu tidak dengar suara teriakan kami dari bawah?!"

"Lho saya kan pake earphone, emangnya ada larangan buat jangan pake earphone di atas gedung sekolah?" Xabiru menahan senyum kirinya saat Pak Wendi tersekak, sudah dibilang Rai itu bukan gadis sembarang.

"Kamu ya, jawab terus!"

Rai memejamkan matanya sekejap dan tersenyum. "Ya karna saya nggak salah pak, orang yang diem aja akan terus ditindas hidupnya, merugi. Siapa pak siapa yang mau jadi manusia yang merugi?"

"Sekarang kamu berani ceramahin bapak?" nada bapak terdengar marah.

"Yaelah pak, ilmu itu luas. Nggak melulu harus yang lebih tinggi dari kita yang boleh di denger," ucap Xabiru santai yang sedari tadi diam menyimak.

"Diam Xabiru, sering berurusan dengan mu saja bapak pening tujuh keliling ini ditambah Raisa, ya tuhan kalian ini bersekongkol ingin bapak pusing terus resign jadi guru BK, iya?!"

Xabiru menegak kan cara duduknya dan segera membantah. "Lho niat saya baik tadi langsung nolong Rai di garda terdepan, bapak ni pikirannya ke saya buruk melulu heran, emang cuma jantung bapak yang langsung pindah ke Jakarta? tadi juga saat saya awal dengar kabarnya jantung saya langsung loncat ke tanah Abang!"

"Ngapain jauh-jauh ke tanah Abang, kamu mau naik haji?"

"Lah bapak sendiri ngapain ke Jakarta, mau kebanjiran?"

Bapak semakin terlihat marah. "Gak usah ngurusin jantung saya!"

"Ya bapak juga jangan nanya-nanya tujuan jantung saya!"

"Lho kok kamu yang marah? gak sopan kamu!"

"Bapak duluan!"

"UDAH KENAPA SIH?!" jerit Rai amat frustasi. Ia kembali memelankan intonasi bicaranya. "Jantung kalian nggak kemana-mana nggak, udah...."

Keluar dari ruang BK wajah Rai berubah murung, mereka berjalan di koridor. Sepi karna KBM tengah berlangsung.

"Shhh," ringisan pelan Xabiru yang dapat terdengar oleh telinga Rai.

"Biru kenapa? ada yang sakit?" wajah murung Rai berubah cemas.

"Gak," ketus Xabiru kembali dingin seperti kemarin.

"Tapi jalan kamu pincang," ucap Rai peka. Xabiru langsung menormalkan jalannya padahal terasa makin perih. "BIRU!" teriak Rai terkejut saat melihat sepatu converse putih Xabiru merah akibat darah.

"Biru kaki kamu kenapa?" tidak direspon.

"BIRU BERDARAH!" Rai semakin panik, wajah dingin Xabiru seperti tak ada gunanya bagi Rai, untuk sekedar takut? tidak! catat baik-baik, Raisa Putri Febrianto adalah gadis pemberani nomer satu seantero Atalas. "BIRU INI BUKAN SEKEDAR MASALAH BIASA!"

Sejujurnya hati Xabiru berbunga-bunga saat melihat raut wajah panik Rai untuk dirinya, entah sejak kapan ia sadar jika Rai sudah berhasil membuat ia move-on dari Evelin. "XABIRU AMONGRAGA!" Rai membentak marah. Ia berdecak tak kunjung mendapatkan respon.

"Kita ke UKS ya? kamu duduk disini dulu, saya mau lari nyari kedua temen kamu itu buat gendong," tangan Rai dicekal oleh Xabiru.

"Nggak usah, ke kelas sana," cetusnya sarkastik.

"Nggak akan lama kok, saya lari---"

"Ke kelas," sekat Xabiru.

"Tapi kaki kamu? udah gapapa---"

"Ke kelas Raisa!" sentaknya hingga Rai terdiam sesaat.

"Oke, kalau kamu marah sama saya yang udah bikin kamu lari cemas karna masalah bunuh diri konyol tadi, maaf. Udah gak usah nolak lagi niat---"

Mata Xabiru langsung gelap, api seakan berkobar di atas kepalanya, urat di sisi-sisi wajahnya bahkan tercetak begitu jelas. "KE KELAS! GUE NGGAK BUTUH NIAT BAIK YANG LO MAKSUD ITU, NGGAK PERLU! GUE NGGAK MAU LO NGORBANIN DIRI LO BUAT GUE, GUE NGGAK SELEMAH ITU!" sentaknya.

"Nolong kamu kali ini nggak akan lama biru, guru di kelas saya juga pasti bakalan ngerti---"

"Jangan terus-terusan berpikir positif! gue nggak mau lo dihukum, dalam sejarah kamus hidup gue bikin cewek kena hukum itu kasta paling rendah! ke kelas! mau sampai mulut lo berbusa pun gue bakalan tetep nolak!" kalau Rai baper, sudah ia masukan dalam hati ucapan pedas Xabiru dan berakhir dendam, sayangnya ia bukan orang seperti itu.

"Iya oke biru, sttt gak usah teriak-teriak ganggu yang lain belajar," ucapnya sambil tersenyum tipis, Xabiru berdecih lagi-lagi gadis di depan nya ini memikirkan orang lain. "Saya ke kelas, lekas sembuh ya? makasih udah selalu jadi orang pertama yang paling cemas saat saya ada dalam bahaya, ahhh saya boleh puji kamu?" Rai mengusap kedua pundak tegap Xabiru, dan tersenyum ketir. "Jagoan!" Xabiru terpaku sesaat, ia bahkan masih membeku saat Rai sudah hilang ditikungan.

Senyum Rai terasa beda tadi, Xabiru jadi merasa sedikit menyesal telah membentaknya padahal berniat baik, tapi itu lebih baik dari pada Xabiru harus mendengar Rai dihukum akibat menolongnya.

"Si bodoh, udah lah anjir UKS aja, gue aja yang cuma ngeliatnya ngilu apa lagi lo yang ngerasain!" omel Zergan pada Xabiru, mereka membolos di rooftop karena guru MTK sakit.

"Gak, lemes mulut Bu Kirana, bisa-bisa gue dilaporin ke bokap," balasnya yang berbaring di sofa butut, membiarkan telapak kakinya terkena angin.

Calvin yang sedari diam memperhatikan tetes darah yang terus keluar dari kaki Xabiru meringis ngeri. "Emang tolol biru, merugul banget lo disuruh diem-diem di rumah, paling juga berapa harian," ucapnya.

"Gue sama Calvin nyari kapas ni ke UKS, lo diem sini ya?" Zergan mengusulkan.

Xabiru berdecak. "Lebay banget lo kaya baru liat gue kaya gini aja, nanti juga pulang et," tolaknya.

"Besok kalau sekolah awas aja lo biru, kita seret ke rumah, iya gak Vin?" Calvin mengangguk mantap. Masa bodo, Xabiru diam dengan mata yang sudah terpejam, merasakan perih itu sendirian.

"Lo berdua tau? sakit kaki ini sama sekali nggak sebanding sama sakit saat liat Xaviera nangis, gue gagal," suara nya terdengar amat mengiris hati. "Gue gagal kabulin apa yang dia mau."

Ucapan Xabiru berhasil membuat kedua temannya langsung diam, kehabisan kata-kata.

Tadi sebenarnya selain menghindari pak wendi sebagai pembina mereka juga menghindar untuk Xabiru tidak lama-lama berdiri sebab kakinya terluka akibat beling dari piring kaca yang Xaviera pecah kan kemarin, sial tadi mereka malah dihukum tiga jam untuk berdiri di lapangan dan saat hukuman baru selesai, Xabiru bisa sedikit meredakan rasa sakitnya tapi tiba-tiba ada kabar Rai akan bunuh diri, kaki yang sakit itu kembali ia gunakan untuk berlari menemui Rai. Sudah dikatakan Xabiru itu akan melakukan apapun jika sudah menaruh rasa sayang pada seseorang, dia benar-benar laki-laki gentleman yang sejati.

Seperti dulu pada Evelin, dia sungguh-sungguh mencintai. Sampai ketika--konyol mungkin tapi ini sungguh terjadi, tengah tawuran dia sempat-sempatnya membeli es Doger lalu diantarkan ke pada kekasihnya yang sekarang sudah jadi mantan itu.

"RU BANGKE SINI BAWA GIRNYA!" teriak Zergan tempo itu.

"ENTAR DULU BUSET!" balas Xabiru menoleh pada Mamang yang ketar-ketir lalu tersenyum meyakinkan kalau tidak apa-apa jualan di tengah-tengah gilanya remaja saling jotos.

Misuh-misuh Calvin menghampiri Zergan setelah menakis perlawanan musuh. "Tolol banget biru dih, lagi tawuran malah jajan. Dia doang."

"Bulol," cetus Zergan mengibaskan rambut.

"Bucin tolol? oh---iya anjing?! Evelin ya suka es doger." Calvin berkata sambil mengusap darah di ujung bibir, dia juga baru ingat sebelumnya biru pernah bilang, es doger (lama) jarang-jarang di bandung. Banyaknya es Doger modern yang beredar di cafe, rasanya beda.

Cepat-cepat mengeluarkan lembar merah dari saku. "Ambil aja mang kembaliannya," kata Xabiru.

Lantas menitipkan ke warung terdekat, memberikan pesan pada penjaga warung harus hati-hati menjaganya. Lanjut tempur ke jalan, matanya berkilat tajam siap saling bantai, begitu kira-kira disatu kesempatan dia merasa---keren?

Diambang bingung harus marah atau senang, ketika pintu terbuka menunjukan cengiran Xabiru di wajah lebamnya dengan seragam kusut dan tentengan es doger dalam plastik, ia lihatkan tinggi-tinggi.

"Tawuran lagi?" tanya Evelin terdengar pasrah.

"Engga, lho aku cuma ngadu jurus," elaknya enteng. Evelin telaten mengobati lalu menikmati es doger tersebut.

"Enak?" tanya Xabiru, mereka duduk di depan teras.

"Gimana enggak enak orang yang belinya pacar aku di tengah-tengah lagi tawuran?" balas Evelin membuat mata Xabiru membulat. "HAHAHA, lucu banget sih? Zergan fotoin tadi."

Mati sudah. Pipinya merona sendiri berseling dengan senang bisa melihat tawa lepas Evelin mengalum. Bagi Evelin sendiri Xabiru selalu menyenangkan dengan hal-hal kecilnya.

Sayang itu hanya kilas masa lalu.

********

Rai mempercepat langkahnya untuk ke luar dari gerbang sekolah kala bel pulang baru 25 detik berbunyi.

"RAISA!" tahan Xabiru yang amat mengenali mobil BMW yang akan Rai tumpangi.

"Lepas biru," ucap Rai dengan wajah datar.

"Lo pulang sama gue," katanya sedikit memaksa, Arga yang tengah memegang pintu pengemudi melirik mereka berdua, tak ikut bersuara.

"Lepas!" tolak Rai ketus.

"Rai lo seriusan mau pulang sama tu bajingan?" Rai langsung menepis kasar tangan Xabiru yang mencekal pergelangannya.

"Nggak usah ikut campur ini bukan urusan kamu!" sarkasnya mengulang pernyataan Xabiru yang hari itu sangat membuat Rai marah.

"Rai?"

"Pulang biru, kaki kamu harus sembuh," ujarnya masih sedikit ketus. Saat marah saja Rai masih peduli pada orang lain. Dalam hati Xabiru benar-benar akan mengutuk jika ada yang berani menyakiti gadis sebaik Rai.

Raut wajah Rai yang satu ini benar-benar tidak Xabiru sukai, Rai lebih cantik saat menampilkan wajah ceria dengan mata berseri-serinya dari pada harus judes semacam ini. Xabiru cukup sadar mungkin bentakannya tadi saat menolak pertolongan Rai cukup membuat hati gadis itu terluka.

"Rai lo dibujuk apa luluh sama cowok yang bikin lo dipecat----"

"Biru saya nggak mau mempertegas ucapan sarkas saya tadi, cukup. Pulang," cetus Rai lalu masuk kedalam mobil.

Xabiru hanya dapat berdiam diri sampai mobil itu sudah tak terlihat oleh matanya. "YAHHH SAINGAN NYA BMW!" ejek kedua temannya yang bagai hantu tiba-tiba ada.

"Duh mana ditepis mentah-mentah tadi tangan lo, sakit hati kan lo," lanjut Zergan lalu cekikikan tertawa bersama Calvin, mereka berdua sebenarnya tadi memperhatikan dari jauh.

"Biasa aja," balas Xabiru walau ada rasa kesal di hatinya.

"Alah siah boy, bilang aja nyelekit dikit!"

"Gila iya lah, seumur-umur dalam hidup nya Xabiru Amongraga Ricardo mana pernah ditolak cewek, baru tu cewek kan? sakti emang tu cewek," tambah Zergan.

Calvin sedikit berjingkat untuk merangkul Xabiru dan menatapnya dengan wajah sombong. "Tapi tenang aja biru, lo sama dia masih gantengan lo kemana-mana," ucapnya menghibur dan juga itu fakta.

Xabiru tersenyum lebar dan balas merangkul. "Masa si? gentengan lo ah."

"Lah? elo lah!"

"Dih lo lah!"

"Aduh biru gue mah apaan atuh cuma minyak goreng bekas jengkol, masih gantengan lo," balas Calvin. Mereka sebenarnya tengah meniru percakapan gadis jika dipuji.

"Gak usah merendah untuk gue tendang lah vin, gantengan lo."

"Aduh makasih ya? tapi masih gantengan lo sih," jawabnya.

Zergan sudah memasang wajah akan meledak-ledak, muak mendengarnya. "Dih? lo berdua tu najis tau gak, najis," ketusnya membuat kedua manusia saling rangkul itu tertawa puas.

"Cowok tadi, pacar lo?" tanya Arga saat mobil sudah melaju di tengah jalan.

Tanpa menoleh Rai menjawab. "Inget perjanjian kita," lugasnya.

"Tapi Rai kasih gue kesempatan buat---"

"Nggak boleh ngomong atau nanya apapun sampai urusan kelar, kalau lupa perjanjiannya udah saya ingetin," balas Rai ketus.

Arga menghela nafas, menyesal. "Oke setelah ini gue diem, makasih ya udah peduli sama masalah gue kali ini."

Rai tertawa hambar mendengarnya. "Maaf kalau saya menghancurkan ekspektasi kamu, tapi peduli saya bukan buat kamu."

"Terus?"

"Bunda mu," ucap Rai yang masih menatap lurus ke jalan, Arga menoleh pada wajah Rai dengan tangan yang masih mengemudi. "Hari ini saya mau jadi saksi tentang orang yang nuduh kamu ikut tawuran itu nggak bener, aslinya hari itu kamu ada di perpus sekolah sama saya, nggak ikut tawuran. Hanya itu, setelahnya saya harap kita nggak ada urusan apapun lagi, ga."

"Rai, apa lo maksud demi Bunda gue?"

"Ya apa lagi? kalau saya nggak mau kasih kesaksian kamu bakal di DO dari sekolah, Bunda kalau denger anaknya di DO pasti akan syok berat dan pasti penyakit bunda mu bakal kambuh, Arga ... saya nggak mau kamu kehilangan orang yang paling peduli sama kamu, orang yang selalu ada buat kamu, orang yang bener-bener berati buat kamu, berarti dalam makna luas, kehilngan Ibu itu nggak akan pernah ada obatnya," seketika Arga diam membuku, rasa sesalnya semakin menambah. Ia terlalu bodoh menyia-nyia kan gadis berhati malaikat semacam Rai demi Yola.

Lima menit berlalu, hanya keheningan yang menyelinuti. Ada rasa resah di hati Rai saat mengingat sikapnya pada Xabiru tadi, ia terus memikirkan berbagai rasa yang kini hinggap di hati Xabiru, apa dia marah? benci atau kecewa pada Rai. Entah. Yang jelas Rai akan meminta maaf, lagi pula jika tadi Rai tidak tegas Xabiru akan kukuh untuk menariknya dari Arga.

********

"BIRU! JIKA TIDAK KAU BUKA AKU AKAN MENDOBRAKNYA!" ancam Xaviera galak yang sedari tadi berdiri dan berteriak di depan kamar sang adik.

Xabiru meringis dan coba bangkit dari kasur, sebisa mungkin ia merubah raut wajahnya untuk tidak terlihat kesakitan. Baru saja pintu terbuka Xaviera sudah memutar-mutar tubuh Xabiru, memeriksa bagian mana yang sakit.

"Sudah ku bilang jangan merokok!"

Bola mata Xabiru berputar jengah. "Ini bukan salah rokok," bantahnya.

"Ya lalu? dari kecil kau itu paling jarang sakit, sekarang?" dengan wajah rempongnya itu Xaviera duduk di ranjang Xabiru. "Jelas ini salah rokok! prediksi ku tidak akan salah."

"Kemarin kau bilang aku sok tahu, ah sepertinya itu lebih cocok untuk mu," jawab Xabiru yang duduk di sebelah Kakaknya. Xaviera mendengus kesal.

"Katakan yang sesungguhnya, sakit apa kau? masa demam wajah kau tidak pucat!"

"Sttt, sudah ku bilang hanya demam biasa. Cukup jangan berkicau lagi depan mommy," kata Xabiru memperingati. Xaviera mengambil bingkai di nakas, mengulum senyum sendunya.

"Momm katakan pada ku apa jawaban Xabiru benar? anak ini sekarang pintar sekali berbohong!" tanyanya mengajak bingkai foto itu bercengkrama.

"Lihat lah mommy mengangguk, sudah hentikan kecurigaan mu."

Xaviera berdesis galak.

"ANTEU VIER!" gadis kecil dengan jepit pita di rambutnya langsung loncat memeluk Xaviera. Disusul dengan dua wajah masam si kembar di belakangnya.

"Aaaah, makin cantik sekali sekarang kau Fira! bilang pada ku jika ada yang menghina wajah mu ya? akan ku ikat mereka dipohon toge!" kecamnya dengan wajah yang ia buat marah, melirik pada si kembar yang suka sekali mengejek adik mereka. Syafira tertawa mendengarnya.

"Terima kasih, anteu pun tambah cantik. Uh sekarang rambutnya sudah berubah warna, dua tahun lalu bukannya warna biru?" Sarah tertawa dan mengacak rambut putrinya.

"Halah kau memuji anteu karna akan diajak beli boneka saja!" ketus Angkasa.

"Benar, pujian itu tidak ikhlas anteu!" tambah langit provokasi. Xaviera tertawa mendengarnya.

"Dasar si dua twins nakal ini! kalian tetap saja suka membuat adik manis kalian kesal," ucap Xaviera membela Syafira yang memeletkan lidahnya pada Abang kembarnya itu.

"Sudah, Fira ganti baju sekolah mu. Angkasa langit kalian juga ganti baju lalu makan siang, anteu Vier tadi sudah membuatkan dessert kesukaan kalian, sana!" usir Sarah pada ketiga anak nya.

"Eh?" Xabiru bersuara pelan. "Jadi bolu dengan berbagai toping itu milik kalian berdua?"

Semua menatap ke arah Xabiru. "Jangan bilang kau memakannya sampai habis?" Xaviera mencurigai Xabiru yang menyengir dan mengangguk enteng.

"ABANG!" teriak si kembar marah.

Tersisa Xabiru dan si kembar di kamarnya. "Udah lo berdua jangan ngambek gitu, tambah jelek banget," kata Xabiru pada si kembar yang cemberut sebal dengan tangan yang di silang depan dada. "Mending ambilin gue air dingin deh aus banget aduh," lanjut Xabiru sambil memegang-megang tenggorokan.

"Kapan sih bang biru pulang ke rumah daddy Alex? sudah diusir juga oleh kita," ucap Angkasa terang-terangan.

"Iya! nanti kalau papa pulang dinas kita minta bantuan saja untuk lempar bang biru, sudah numpang sering menyuruh-nyuruh lagi," keluh Langit. Itu faktanya, Xabiru hanya jinak pada Syafira jika pada si kembar tidak sama sekali, sehari saja tidak membuat si kembar kesal rasanya kurang.

"E buset anak TK mahal songong bener, heh gue tu lebih tua dari kalian, yang sopan," ucap Xabiru. Kapan lagi ia merasa harus dihormati selain pada mereka. "Lagi ni gue kelas tiga SMA bos bentar lagi kerja, lo berdua nanti gajian pertama gue, gue beliin tamiya deh, sana ambilin air dingin."

Kedua nya kompak menggeleng. "Seharusnya kita sekarang sedang main mobil-mobilan di mall kan langit? ah karna bang biru Mama jadi membatalkannya, apa kata nya tadi?"

"Mama harus menghubungi dokter untuk pengobatan kaki bang biru, halah padahal tidak usah repot-repot! usir saja usir!" balas Langit.

"Tega banget lo bocah, sakit hati banget gue dengernya," balas Xabiru dramatis.

"Abang biru itu aneh!" Angkasa berseru marah. "Kan lebih enak di mansion daddy Alex dari pada harus tinggal disini, disana kan luas apapun ada, ingin ini itu tinggal panggil pelayan saja langsung datang banyak!"

"Iya! bang biru emang seneng angkasa bikin kita kesel."

Mendengar nya Xabiru tertawa hambar. "Lebih seru disini, bantuin gue berkah lo pada udah jangan ngeluh lagi."

"Tuh kan, kita sih mending di mansion nya daddy Alex kan langit? dasar aneh!"

"Lagi pula Abang harus eumm---apa itu Angkasa kata Papa setelah lulus SMA?"

"Kuli-kulian?" tebak Angkasa lupa. Xabiru tertawa hingga perutnya keram.

"Kuliah bodoh!" ralat langit kesal Xabiru menertawakannya. "Jadi masih lama kerjanya."

"Lah siapa yang mau kuliah lagian? sok tau lo berdua udah sono urusin kuli-kulian," lagi-lagi Xabiru tertawa geli, ujung matanya hingga mengeluarkan air.

"MAAAA ABANG BIRU NGGAK MAU KULI----" Xabiru langsung membekap mulut Angkasa, ia sudah mengatakan pada Sarah tentang ini dan hasilnya terkena omelan dua hari dua malam.

"Dengerin gue, bahagia itu banyak caranya dan sukses nggak melulu harus sarjana," ucap Xabiru dengan wajah serius, ia ingin sebenarnya kuliah, tapi mau sampai kapan bergantung pada uang Alex? atau katanya Sarah akan membiayai. Tidak. Xabiru amat menolak.

"Sarjana itu apa bang?" tanya Angkasa dengan wajah polos.

"Ya--apa ya? kuli-kulian lah semacam itu, HAHAHAHA," puas sekali melihat dua keponakannya marah.

   ********

Continue Reading

You'll Also Like

4.2K 248 47
WARNING!! DILARANG PLAGIAT! DAN DIHARAPKAN BAGI PEMBACA UNTUK VOTE DAN KOMEN SEBAGAI TANDA PERNAH SINGGAH!! SAYA SEBAGAI PENULIS SANGAT AMAT BERTERIM...
68.4K 6.8K 22
#Baskara Universe #Saraga "Aku seperti berada di lembah abu. Terjebak di antara waktu dan kisah hidupmu." Amora--cewek itu tahu di dunia ini tidak ha...
17K 606 14
"Jangan percaya sama muka gua. Lo belum tau siapa gua sebenernya." _______________________ 2019 ©khoeriyahtinah
ELZASKA By _

Teen Fiction

100K 7.8K 37
Malam merambat lambat, netra selegam jelaga itu kembali membuyarkan lamunan malam, seolah tak ingin pergi barang sedetikpun dari dalam ingatan. Manik...