Rumah Untuk Lingga (Completed)

By tazsasza

316K 34.5K 2.1K

Segala sesuatu bentuk plagiat ,adalah hal yang paling tidak dibenarkan❗ Mari, biar ku ajak kamu berkenalan de... More

Prolog
1 || Sepeda dan Salam Lingga
2 || Sepatu Tara
3 || Lingga dan Pagi Harinya
4 || Kacang Milik Genta
5 || Saga, Kebanyakan!
6 || Eskul
7 || Kantin dan Rapat
8 || Rival Bara
10 || Pohon Lingga
11 || Rumah Saga
12 || Radio Mobil Bara
13 || Bahu Lingga
14 || HokBen (Spesial Chap)
15 || HokBen Putaran Kedua
16 || Utang Budi
17 || Mantan
18 || Rokok Pele
19 || Minum Air
20 || Petasan Yang Menyala
21 || Rompi Bara
22 || Teman di sisi Saya
23 || Datang Kembali
24 || Lingga dan Lutut
25 || Lampu Kuning
26 || Kebakaran
27 || Serakan Hati dan Beling
28 || Hujan dan Perasaan yang jatuh
29 || Tara dan Sayapnya Yang Rusak
30 || Senyum Manis
31 || Anyelir kuning
32 ||Pesawat Tanpa Pengemudi
33 || Sisi Gelap
34 || Amarah
35 || blood and wounds
36 || Fell In Pain
37 || cold heart
38 || Kebohongan Tara
39 || Rumah Untuk Lingga
Epilog
Root of memories || Bara
Root of Memories || Pele
Info Terbit dan Penghapusan Sebagian

9 || France Angelfish

7.1K 915 53
By tazsasza

Dua hari sebelum acara ulang tahun sekolah.

*****

Tara bersiul, senang. Begitu melihat tampilan dirinya yang terlihat sempurna di cermin.

Celana hitam katun semata kaki, kemeja putih yang disandingkan dengan jas warna maroon yang pas di tubuh atletisnya. Ditambah juga tindik hitam dengan manik berlian.

Modis dan mahal, kesan yang selalu melekat dari pribadi Tara. Tara yang sedang menyisir rambutnya merenggut kesal begitu ia mendengar namanya dipanggil. Tapi pemuda itu tidak menjawab ia acuh dan melanjutkan acara menyisir rambutnya sampai akhirnya,

"Tara! Cepetan!! udah telat."

Pekikan Bara beserta gedoran pintu kamarnya yang terus-menerus membuat rusak mood Tara yang sedang menyisir, padahal sudah bagus tadi dia mendapatkan pulang sekolah yang dipercepat karena rapat, tapi begitu mendapatkan Bara yang tidak sabar menunggu membuat Tara kehilangan rasa senangnya.

"Iyaa, Bentarann!!"

"Kalo Lo telat gue tinggal!!"

"Iya-iya ini gue dah beres! Sabar napa,,"

Bara yang melihat Tara menyembul keluar dari balik pintu kamar langsung membuka mulutnya lebar-lebar.

"Kenapa?Liatin gue gitu banget? Gak pernah liat orang ganteng ya masnya?" Tanya Tara yang amat percaya diri, seraya menyisir rambutnya dengan jarinya berpose ala-ala model video klip musik.

Sementara Bara menjawabnya dengan gelengan kepala sambil memasang wajah geli.

"Demi Tuhan Tara! Kita itu mau ke pasar. Bukan pergi kencan buta." Sembur Bara menepuk jidatnya sendiri, tak habis pikir dengan tampilan Tara, sebenarnya tidak ada yang salah cuman agaknya kurang cocok untuk hanya sekedar pergi ke pasar, Bara saja cuman pakai kaos biasa dan celana olahraga. Jadi ia pikir Tara agak berlebihan apalagi anak itu memakai sepatu yang bisa bersinar karena ada bling-bling yang memantulkan cahaya.

"Suka-suka gue lah, baju-baju gue." Tara mengangkat angkuh dagunya tinggi-tinggi tidak terima dengan komentar Bara.

Bara yang lelah untuk menasehati, dan berpikir tidak ada gunanya juga untuk mencampuri. Melihat sekali lagi adiknya itu dengan malas. Lalu berujar "Terserah pokoknya kalo dipasar becek terus kotor kena baju, jangan minta tolong gue!" Peringat Bara sebelum akhirnya berlalu dan bersiap menunggu adik-adiknya di bawah.

Tadinya hanya Bara yang akan pergi mencari ikan hias untuk aquarium baru dan setelah itu sorenya Bara akan kembali ke sekolah. Tapi begitu melihat Tara dan Lingga juga ada di rumah, Vania langsung menyuruh ketiganya untuk pergi bersama. Vania berpikir itu akan menjadi hal yang bagus untuk ketiganya menjadi lebih akrab.

Bara yang melihat Lingga sudah datang menyuruh Lingga masuk duluan, sementara dia menunggu di luar.

Setelah hampir menunggu setengah jam lamanya, akhirnya Tara datang juga.

Bara lantas memasang wajah garangnya.

"Lo ngapain ajah sih lama banget!" Omelnya begitu Tara menghampiri.

"Gue ganti Baju, Biar gak dinyinyir tetangga sebelah" Balas Tara tak kalah garang, lalu ia masuk ke mobil, diikuti Bara.

Sebelum memasukkan kuncinya, dia kembali menatap Tara yang kini duduk disebelahnya, Bara tersadar sesuatu.

"Maksud Lo gue?"

"Bukan, itu depan rumah!" Unjuk Tara sekenanya pada rumah yang ada didepan dengan kesal. Bara yang melihat itu manggut-manggut tak sadar jika memang maksud perkataan Tara adalah dirinya.

Saat di dalam perjalanan Bara melihat ke arah belakang lewat kaca depan, memastikan Lingga disana.

Dia tersenyum begitu melihat Lingga tertidur dengan posisi badan yang meringkuk ke samping.

Setelah kejadian kotak bekal, Bara merubah pandangannya terhadap Lingga dan sedikit demi sedikit dia ingin menerima Lingga walaupun dia juga tidak bisa terlalu banyak berinteraksi karena waktu Bara yang benar-benar sibuk dan juga Lingga yang masih sulit didekati jadi Bara memutuskan untuk pelan-pelan saja, dan begitu mendapati suruhan Mamahnya Bara bersyukur, karena dengan begini dia bisa punya waktu untuk Lingga, begitupun dengan Tara yang Bara harap juga memiliki pemikiran yang sama.

Memikirkan Tara, Bara pun memutarkan pandangannya ke arah samping, dan Bara langsung menatap geli pada adiknya.

Ketika ia melihat Tara yang biasanya selalu dipuji karena penampilannya, kini tertidur dengan posisi yang lain dari yang lain.

Lihat saja posisi tidurnya yang berantakan tidak ada rapih-rapihnya itu, Kaos Channel yang katanya mahal seharga motor sudah tersingkap sampai memperlihatkan perut, kemudian dapat ia lihat juga salah satu tangan adiknya masuk ke dalam boxer bermotif zebra , yang entah di mana-mananya pastinya tangan itu berasa, karena yang pasti Bara sendiri juga sudah bergidik jijik duluan memikirkannya. Lalu juga ditambah posisi kepala Tara ke arah samping dengan mulut yang terbuka lebar, membuatnya dapat membuat pulau walau hanya berbekal air liur.

Melihat itu membuat Bara berkeinginan untuk mencuci mobilnya segera setelah selesai pergi dari pasar.

Sesampainya di pasar, Bara dan Tara langsung ternganga. Ketika disuguhkan dengan suasana yang amat ramai di Pasar Perikanan yang memiliki satu jam tempuh dari rumahnya, ternyata kondisinya penuh sesak dengan berbagai macam manusia apalagi begitu melihat beceknya tanah disana, membuat keduanya bergidik ngeri. Bara juga tidak pernah menyangka akan separah ini.

"Gue gak mau, Lo ajah yang beli Bar!" Kata Tara tiba-tiba, memecah keheningan, yang dibalas cepat tatapan tidak setuju dari Bara.

"Enak ajah! gak bisa begitu dong, pokoknya Lo juga kudu ikut biar adil!"

"Lo gak liat sendal gue hah?!"

Tara menunjukkan sendal putihnya yang bermerek havavians pada Bara. Bara pun melirik ke bawah sebentar sebelum akhirnya kembali menatap Tara.

"Ya terus?" Balasnya, merasa tidak ada yang aneh.

Tapi Tara langsung meresponnya dengan begitu berlebihan, tampaknya Bara tidak mengerti. mulutnya terbuka lebar secara dramatis seolah-oleh tak percaya dengan apa yang telah Bara katakan.

Ia kemudian memekik heboh "Dua juta Bar!! Dan Lo nyuruh gue nginjek lumpur dengan sendal gue yang mahal ini?"

"Ya kan emang gitu fungsinya kan?"

Tara menggeleng "Gak-gak, pokoknya gue gak bakal mau. Pokoknya Lo ajah yang beli titik!"

Melihat perdebatan yang tak ada habisnya, Lingga yang dari tadi hanya diam, mendekati Bara dan Tara.

"Kak biar Lingga ajah yang belim" Tawar Lingga yang membuat keduanya kompak berhenti dan sama-sama menatap ke arah Lingga tapi dengan tatapan dan respon yang berbeda.

"Gak usah sok-sokan deh Lo!" Timpal Tara yang menatap sinis ke arah Lingga.

Membuat Lingga refleks memundurkan diri memberi jarak pada Tara yang terlihat tampak begitu sebal dengannya.

"Tara! Apaan sih Lo!" Tiba-tiba saja Bara menariknya membawa Lingga pada balik punggungnya yang lebar, menyembunyikan tubuh kurus itu dari hunusan tajam tatapan Tara.

Kemudian Bara kembali melunak saat ia menengok ke belakang, membuat Tara mendecih di posisinya dengan tak suka.

"Gak Lingga. Mamah nyuruhnya kita bertiga jadi harus bertiga belinya." Jelasnya.

"Iya, makanya jangan sok jadi pahlawan deh loh."

"Udahlah gak usah dengerin manusia macam itu, yuk Lingga kita beli ikan."

Bara kembali menarik tangan Lingga menyeretnya menjauhi Tara yang kini tengah merutuk dengan berbagai macam umpatan di tempat.

Tara berjongkok dengan sebal di dekat mobil Bara, dia benar-benar ditinggalkan. Mulutnya terus berkomat-kamit mengucapkan sumpah serapah pada kakaknya itu.

Tapi tak berselang beberapa lama.

Pandangan yang tadinya Tara lihat hanya tanah coklat berganti menjadi sepasang sepatu bot bewarna kuning karet, barulah Tara mengalihkan perhatiannya dan melihat ke atas ternyata sudah ada Bara.

"Nih pake biar sendal yang katanya Maaahal kepunyaan Lo itu gak kotor."

Ditawarkan solusi begitu oleh Bara Tara langsung melototi kakaknya wajahnya merenggut sebal tapi tangannya bergerak mengambil sepatu kuning di tangan Bara, dan tanpa aba-aba selepas memakai sepatu itu ia lantas memeluk kakaknya gemas.

"Bajingan!" Umpat Tara.

"Iya Tar gue yang paling bajingan, Lo enggak."

Balas Bara seraya menepuk-nepuk sayang punggung Tara.

Bara itu sebenarnya sayang sekali dengan Tara, walaupun jarak usianya dengan Tara hanya setahun tapi sudah cukup membuatnya mampu menjadi pelindung bagi Tara dan selalu berada di sisinya saat Tara membutuhkannya. Meski kadang tingkah Tara menyebalkan bukan main.

Keduanya yang tengah menikmati acara pelukan dadakan itu tanpa sadar, ternyata saudaranya yang lain juga ada disana melihat keduanya dengan diam, lalu berlalu kembali ke tempat tukang ikan hias dengan sesuatu yang tertahan di benaknya.

Tadi begitu sampai di tukang ikan hias, Bara menyuruh Lingga masuk duluan dan meninggalkannya tanpa ucap, karena Lingga bingung dia pun menyusul Bara, tapi begitu melihat Bara berhenti di tukang sendal Lingga yang tahu niat Bara tetap mengikuti dan melihatnya diam-diam.

Lingga menatap ikan-ikan yang bewarna warni dengan tatapan kosong, tidak ada yang benar-benar membuatnya tertarik. Dan ia masih terbayang kejadian tadi.

Sampai suara serak di sampingnya menarik perhatiannya. Membuat Lingga akhirnya tersadar dari pikirannya.

"Lo tau fakta Ikan France Angelfish?"

Lingga menoleh ke samping dan mendapatkan seorang laki-laki tengah menatap serius ke aquarium, karena merasa tidak kenal Lingga pun menghiraukan dan kembali melihat-lihat dengan mengambil sedikit jarak supaya menjauh dari laki-laki asing tersebut.

"Itu yang bentuknya gepeng warna biru dan totol- totol kuning."

Lingga langsung tersentak begitu laki-laki tersebut mendekat ke arahnya dan menunjukkan ikan hias yang disebutnya tepat di depannya.

"Siapa?!"

Tanya Lingga dengan sedikit kesal tapi masih dalam kendali.

Orang yang menunjuk itu terkekeh sebentar, sebelum akhirnya mengangkat wajahnya, memperlihatkannya membuat Lingga mengerutkan keningnya.

"Yaitu Fakta tentang Ikatan monogami seumur hidup atau sampai salah satu mati. Jadi Lingga Lo gak bakal bisa masuk ke ikatan seseorang sembarangan, tapi kalo Lo mau, Lo perlu cari yang baru. Punya Lo sendiri. Bukan punya orang lain."

Ucap laki-laki itu dengan senyuman penuh arti, membuat Lingga tidak bergeming ditempatnya.

*****

"Bar yang ini ajah."

Unjuk Tara ke salah satu ikan yang menurutnya mirip dengan Bara.

Bara melirik begitupun dengan Lingga.

"Mirip Lo!"

Bara langsung memukul kepala Tara "Bego! Gue disamain sama ikan sapu-sapu!"

Tara langsung tertawa puas begitu melihat wajah kesal Bara.

"Mirip Lo tau udah mah hobi bersih-bersih, terus kerjanya menyendiri, suram. Percis Aldebaran anaknya Bapak Ferdi." Kata Tara dengan geli sambil kembali melihat ke arah ikan sapu-sapu yang bewarna hitam gelap yang berada di luar kerumunan ikan-ikan bewarna cerah lainnya.

"Nih kalo ini mirip Lo!" Gantian Baralah yang menunjuk salah satu ikan yang ia rasa mirip dengan Tara.

"Anjing, Ikan louhan."

"Iya mirip Lo, kalo lagi make jambul cetar Lo."

Tara mencebikkan bibirnya tak terima jambul gantengnya disamakan dengan Ikan Louhan.

Bara kali ini tidak membujuknya dia malah berpindah kepada Lingga.

Melihat Lingga yang menatap aquarium dengan satu jenis ikan di dalamnya membuat Bara tersenyum lalu ia menepuk pundak Lingga pelan.

Kemudian pergi memanggil tukang Ikan hias tersebut untuk mengambilkan pesanan Ayahnya.

Sampai pulang pun Lingga masih menatap jenis Ikan itu, ternyata Bara membawa pulang dan membelinya tiga. Lalu dia memisahkan ikan tersebut ke dalam aquarium kecil di halaman belakang.

Ikan France Anggelfish yang disebut laki-laki tadi, kini sudah berada di depannya dan salah satunya menjadi miliknya.

Lingga mencirikan miliknya dengan yang paling mencolok dari yang lainnya.

Yaitu ikan France Angglefish yang sedang memisahkan diri itu lah kepunyaanya.

Sementara yang terus saling berdekatan itu milik Tara dan Bara.


23 Juli 2022

Kalo kalian jeli, di chapter ini sudah ku kasih clue. Jadi tolong resapi yaa bacanya, buat yang masih gak ngerti kalian bisa selesain bacannya dulu sampai tamat, terus coba baca ulang lagi.

Karena banyak detail-detail kecil yang udah aku tinggalin.

Selamat mencarinya..

23 Juli 2022


Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
1.8M 129K 49
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
6M 224K 49
[TERSEDIA DI TOKO BUKU OFFLINE DAN ONLINE] -Humoromance- Entahlah fikiranku yang berada dimana, bisa-bisanya aku jatuh cinta pada remaja berumur 17th...
206K 19.2K 51
Versi II| Versi Baru Book 3 | Narezka | Mxavier | Start : 12 September 2022 | 11 Juni 2023 Finish : 7 Februari 2023 | 17 Oktober 2023