duren - lty [au] ✔

By jelxyfancyx

44K 8.1K 1.9K

"kalo dudanya kayak om theo mah saya siap dinikahin sekarang juga." taeyong ft jennie More

duren ; introduce
(i) duren ; open bo
(iii) duren ; accident
(iv) duren ; apologize
(v) duren ; campus
(vi) duren ; pms
(vii) duren ; jealouse
(viii) duren ; up to u
(ix) duren ; mad
(x) duren ; i miss u
(xi) duren ; miss me
(xii) duren ; surprise
(xiii) duren ; together
(xiv) duren ; what's going on?
(iv) duren ; hi baby
epilogue ; duren

(ii) duren ; arin dan jennie

2.4K 503 239
By jelxyfancyx

Setelah kurang lebih 1 jam, mobil mewah milik Mattheo berhenti dipekarangan mewah. Jennie ternganga melihatnya, "Ini rumah om?" Tanya Jennie tanpa menoleh.

"Iya," sahut Mattheo.

"Anjir pantesan aja berani bayar duaratus juta cuma buat ketemu anaknya. Rumahnya ngelebihin dosa gua gedenya." Gumam Jennie.

"Saya harap nanti didepan anak saya, kamu gak ngomong yang macem-macem." Kata Mattheo.

"Macem-macem apa om?"

"Tadi bahasa kamu. Anjim, jangan sebut itu didepan anak saya. Anak kecil itu mudah menyerap apa yang dilakukan orang dewasa."

Jennie mendelik, "Saya paham kali om. Kan saya bilang, saya ini kuliah jurusan psikologi."

"Kan saya juga bilang, kamu yang harusnya jadi pasien dokter psikolog."

"Kurang ajar nih om-om." Kata Jennie lalu membuka pintu mobil Mattheo.

Mattheo menyusul, ia jalan masuk ke dalam rumahnya terlebih dahulu. Diikuti Jennie yang menatap kagum setiap infrastruktur mewah yang ada didalam rumah milik duda berusia 31 tahun tersebut.

"Om, bangun rumah segede ini berapa biayanya?" Tanya Jennie.

"Mau ngapain?"

"Siapa tau nanti saya sukses ngepet, mau beli rumah kayak gini." Sahut Jennie. Ia masih memperhatikan rumah milik Mattheo hingga tak sadar seorang gadis kecil berlari kearahnya dan memeluk kakinya.

Ia terkejut ketika tubuhnya terguncang kebelakang, lalu menoleh ke bawah. Bibirnya mengulas senyum, "Halo Arin." Sapa Jennie.

"Halo tante.."

Wajah Jennie berubah masam, "Jangan panggil tante dong. Emang keliatan ya aku kayak tante-tante?"

"Iya. Tante girang." Sahut Mattheo.

Jennie menatap Mattheo tajam, kalau saja ia tidak dibayar, pasti Mattheo sudah menjadi incaran kuku tajamnya.

"Panggil aku kak Jennie aja ya!" Seru Jennie senang.

"Kalau aku panggil Bunda, boleh gak?" Tanya Arin.

Jennie mati kutu. Sumpah demi Tuhan, ia belum siap menjadi seorang ibu.

"I—itu nanti aja kalau aku udah nikah sama daddy kamu." Kata Jennie lembut.

"ARTINYA KAK JENNIE BAKALAN JADI BUNDA ARIN?! YEAY! BI ANIS! AKU BAKALAN PUNYA BUNDA!" Teriak Arin heboh lalu berlari meninggalkan Jennie dan Mattheo diruang tamu.

"Om! Saya salah ngomong ya?" Tanya Jennie.

Mattheo mengangguk.

"Aduh, gimana dong om?"

"Ya tanggung jawab."

"Saya kan gak hamilin om, masa saya tanggung jawab?"

Mattheo diam beberapa detik, lalu menatap Jennie malas. "Emang ya, polos sama bodoh itu beda tipis." Katanya lalu meninggalkan Jennie sendiri diruang tamu.

Jennie meremat jari-jarinya, ia belum siap berstatus menjadi seorang istri dan seorang ibu. Biarpun itu menikah dengan konglomerat, Jennie belum siap.

"Kamu mau minum apa?" Tanya Mattheo kembali keruang tamu.

"Amer sayang." Sahut Jennie.

"Saya gak bercanda, Jennie."

Jennie terkikik, "Apa aja yang seger-seger."

Mattheo membalik tubuhnya lalu menggeleng-geleng. Ia tidak bisa membayangkan seperti apa jadinya jika Jennie menjadi Ibu Arin, mau diajarkan apa anaknya nanti? Bahasa kalbu khas Jennie?

Setelah berlama-lama dirumah mewah Mattheo, Jennie izin pulang. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam, ia harus kembali atau nanti gerbang kosnya dikunci.

Namun, Arin masih belum mau merelakan Jennie kembali ke kosnya. Ia masih mau bermanja dengan calon Bundanya itu.

"Arin, lepasin tangan kak Jennie. Dia harus pulang, kamu juga harus tidur." Ucap Mattheo tegas.

"Tapi dad.."

"Ayo dong Arin, besok kak Jennie janji bakalan jemput Arin disekolah. Gimana?" Tawar Jennie.

Mata Arin berbinar, "Serius?"

Jennie mengangguk pasti, Arin memeluk tubuh Jennie erat.

"Tapi anterin Arin ke kamar dulu." Kata Arin manja. Jennie mengangguk, dia menggendong tubuh mungil Arin ke kamarnya. Menidurkan Arin lalu menyelimuti tubuh kecilnya. Jennie mengecup kening Arin lembut, "Selamat malam, cantik. Semoga mimpi indah."

Arin tersenyum lalu memejamkan matanya.

Disaat Jennie hendak keluar kamar Arin, ia tersadar sesuatu. Ada sebuah figura yang mungkin adalah Arin dan Ibunya. Ada figura Mattheo dan istrinya.



Jennie terdiam lama, "Cantik ya Bundanya Arin." Gumam Jennie.

Jennie benar-benar terpaku pada foto Matthro dan mendiang istrinya yang berada disamping meja berwarna pink. Senyum Mattheo tampak bahagia, Jennie dapat merasakan perbedaan Mattheo. Apakah dia berubah menjadi pria tegas dan dingin setelah kehilangan istrinya?

"Jennie!"

Jennie terkejut saat suara Mattheo bergema dirumah itu. Jennie segera keluar dari kamar milik Arin, menghampiri Mattheo.

"Iya om?"

"Ayo pulang." Ajak Mattheo.

Jennie mengangguk dan berjalan membuntuti Mattheo. Didalam mobil suasana canggung berhasil keduanya bangun. Sampai Mattheo bertanya, "Nomer rekening kamu berapa?"

"Mau ngapain om?"

"Saya mau transfer uang yang saya janjikan."

Jennie membelak, ia kira Mattheo sudah lupa. Segera Jennie berikan nomor rekeningnya. Jennie hanya memperhatikan Mattheo mengutak-atik layar ponselnya, mungkin sedang transfer via ponsel.

Tak lama ponsel Jennie bergetar. "Udah saya transfer duaratus juta."

Jennie membelak tak percaya melihat tabungannya kini. Yang semula hanya berisi 300 ribu kini ada 200 juta.

Jennie tersenyum layaknya orang gila, ia memeluk ponselnya.

"Besok kalo mau jemput Arin, dia pulang sekolah jam sepuluh siang. Sekolahnya di xxx, kalo kamu butuh kendaraan kamu bisa telfon saya." Kata Mattheo.

"Tenang aja om. Saya punya motor dirumah, besok saya jemput anak om pake motor." Sahut Jennie.

"Satu lagi. Kalo uang itu habis, kamu kasih tau saya berapa kamu butuh uang."

Jennie menoleh, "Kenapa emangnya? Om mau make saya?"

Mattheo menggeleng, "Gak. Kalo kamu butuh uang bilang aja ke saya. Saya gak mau kamu jual tubuh kamu, jadi atau enggaknya nanti kita nikah, saya mau jadi orang pertama buat kamu." Kata Mattheo.

Jennie diam, ia meneguk salivanya. Bukan karena dia sebelumnya sudah dipakai, tapi pembicaraan Mattheo kenapa harus kesana sih? Jennie kan sebenarnya takut.

"I—iya." Kata Jennie.

» duren

tbc ..

Continue Reading

You'll Also Like

901K 20.7K 49
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that.
93.4K 3.5K 22
My first story.BOOK 1 IN DARK TRILOGY You are Gellert Grindelwald's right hand woman,he trusts you and you trust him.the only problem is you have a c...
2M 86.9K 54
☆Soulmate au ☆They were fated together Cover by @lor-beer
4.6M 194K 101
Camilo Madrigal. His nerve. His self-obsessed smirk. You wanted nothing to do with him after what he did. But maybe there's something beneath that sm...