BEDROOM [✓]

By immwrite

209K 39.6K 12.4K

Di antara banyak ruang yang pernah ia tempati. Hanya ada satu ruang di mana ia bisa menjadi dirinya sendiri... More

PROLOG
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
XII.
XIII.
XIV.
XV.
XVI.
XVII.
XVIII.
XIX.
XX.
XXI.
XXII.
XXIII.
XXIV.
XXV.
XXVI.
XXVII.
XXVIII.
XXIX.
XXX.
XXXI.
XXXII.
XXXIII.
XXXIV.
XXXV.
XXXVI.
XXXVIII.
XXXIX.
XL.
XLI.
XLII.
XLIII.
EPILOG

XXXVII.

3.4K 821 295
By immwrite

SPILL THE TEA TIME!!!!
*ga semuanya sih tp memang ada yg mengejutkan di sini xixi







Sesekali pikiran itu datang. Entah dapat disebut sesekali atau tidak sebab datangnya hampir setiap malam. Tepatnya pada malam-malam di mana ia merasakan adanya ketakutan yang menyapa dirinya. Ketakutan tentang kepergian seseorang yang begitu ia cintai ini. Siapa lagi jika bukan Jeon Jungkook yang tengah memeluk perutnya dengan tangis yang terdengar. Namun, wanita itu masih terdiam di tempatnya dengan air mata yang terus berjatuhan. Ia sadar bahwa dirinya sekarang sudah lebih dari sekadar cangkang kosong yang ditinggalkan sebab tak lagi memiliki makna. Ia menyadari hal itu dengan sangat baik. Sekarang ia memang menangis, tetapi ia tak yakin rasa sakit seperti apa yang membuat tangisnya menolak tuk berhenti. Yang ia tahu rasanya sesak bahkan ketika ia terus berusaha bernapas dengan baik. Rasanya begitu sesak dan Haera ingin sekali keluar dari tempat ini, dari rumahnya sendiri.

"Jungkook, pergilah. Pergi sejauh mungkin. Aku ingin hidup sebagaimana hidup yang sesungguhnya," ujar Haera yang nyatanya dibalas gelengan oleh Jungkook yang masih memeluk perutnya di mana buah hati mereka berada.

Harusnya pagi ini setelah menyapa seluruh isi rumah Haera berniat untuk mengecek kandungannya ke dokter kandungan dan melihat seperti apa calon bayinya di dalam sana. Namun, niat itu harus luluh lantak manakala sang ayah dari bayinya justru bertingkah seperti kali sebelumnya. Ini sudah dua kali Jungkook membuatnya remuk tak karuan hingga untuk mencari serpihan dirinya sendiri Haera tak akan mampu. Lalu, titik paling membunuhnya ada pada kenyataan bahwa wanita yang membuat keduanya berantakan adalah satu wanita yang sama. Entah itu berarti baik atau tidak, Haera sama sekali tak peduli. Baginya, satu yang paling bersalah di sini adalah prianya, pria berengsek yang begitu ia cintai ini.

"Haera, aku ingin kita tetap bersama. Kumohon, aku ingin anak kita..,"

Belum selesai pria itu berujar, dengan segera Haera memotong, "Kau ingin anakmu? Ambil gunting sekarang dan lepaskan dia dari perutku."

"Haera," panggil Jungkook yang sudah bangkit dari dekapannya pada perut Haera.

Pria itu menangis dan Haera tahu banyak rasa sesal di sana. Akan tetapi, ia juga tak bodoh. Ia tahu rasa sesal itu tak berguna sekarang. Jangankan kehilangan kekasihnya, seseorang bisa menyesal hanya karena melewatkan keretanya, atau makan malamnya. Ia yakin ia sudah tak bermakna untuk Jeon Jungkook. Oleh karenanya, dengan jemari yang menyeka air matanya sendiri Haera kemudian menjatuhkan jemarinya di pipi pria itu. Mengusap air mata yang berceceran itu dengan lembut, Haera kemudian berujar, "Jangan menangis seperti ini. Kau menikmati hubunganmu dengan Ellena. Pergi dan cium dia lagi atau jika ingin buat dia hamil anakmu. Itu bukanlah hal yang sulit untukmu."

"Jeon Jungkook, aku memberi semuanya untukmu. Sekarang kuyakin bukan aku yang tak cukup, tetapi karena kau yang terlalu serakah," ujar Haera yang wanita itu lanjutkan, "Kau bisa serakah dengan uang atau kekuasaan, tetapi tidak dengan wanita. Aku bukan bonekamu dan aku akan lepas darimu."

"Aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya, Haera!" seru Jungkook manakala Haera sudah berdiri dari duduknya.

Dengan langkah yang mengikuti wanitanya, Jungkook kemudian mendengar Haera kembali bersuara. "Kau menciumnya dan hampir tidur dengannya. Bukankah itu cukup untuk membuatmu menghancurkanku?"

"Kau juga berciuman dengan bajingan itu," balas Jungkook yang berhasil membuat Haera memutar tumitnya hingga keduanya berhadapan.

Masing-masing dari mereka sama-sama berantakan sekarang. Dengan ego yang menguasai diri masing-masing, perlahan keduanya sadar bahwa mereka mulai jatuh dalam jurang amarah yang tak seharusnya mereka tapaki. Namun, tak ada satu pun yang berniat menyelesaikan perdebatan ini. Lee Haera yang memuja ego untuk perpisahan mereka dan Jeon Jungkook bersama ego untuk mempertahankan keduanya.

"Aku? Kapan?" cerca Haera dengan air mata yang terus jatuh.

Dengan sorot yang begitu tajam, Jungkook menjawab, "Saat kau mabuk. Kau menciumnya. Kau mencium pria yang begitu tergila-gila padamu!"

"Kau menyamakan seseorang yang mabuk dan seseorang yang secara sadar menerima ciuman?" tanya Haera dengan gelengan tak percayanya.

"Ciuman tetap ciuman," balas Jungkook dengan nada bicara yang begitu dingin.

Sontak kalimat yang diberikan Jungkook berhasil membuat Haera tertawa dengan begitu keras hingga wanita itu harus menutup mulutnya dengan air mata yang masih belum bisa berhenti turun. Kemudian, wanita itu bertanya, "Jadi menurutmu semuanya impas?"

"Ya," jawab Jungkook yang nyatanya dibalas oleh Haera dengan kalimat yang membuat pria itu terdiam di tempatnya. "Kalau begitu biarkan aku tidur satu rumah dengan Jimin. Dengan pria yang begitu tergila-gila denganku itu. Bagaimana? Bukankah semuanya akan semakin impas?"

"Aku juga akan meminta anak Jimin siapapun itu untuk memanggilku Mommy. Aku akan menunggunya pulang bekerja, memasak untuknya, menemani malamnya..,"

"Haera!" teriak Jungkook yang berbuah jeritan oleh Haera yang menutup telinganya sendiri.

"Itu impas, Berengsek!" umpatnya setelah melepas tangannya dari kedua lubang telinganya.

Haera tahu Jungkook tengah marah. Rahang tegas itu mengeras dan ia juga tahu dari cara Jungkook menatapnya pria itu sedang menahan diri untuk tidak menjatuhkan tangannya pada kulit Haera. Namun, wanita Lee itu juga sama dengan pria itu. Ia juga marah. Ia juga bisa marah dan mengeluarkan seluruh amarahnya. Ia bukan boneka yang hanya bisa menangis dan tertawa, tetapi melepaskan amarahnya pada dirinya sendiri.

"Kau mau hubungan yang impas-impasan seperti itu?" tanya Haera yang wanita itu imbuhi, "Mungkin sekarang hanya aku yang kau sakiti, hanya aku yang kau kecewakan, dan aku.., aku akan selalu menerima kata maafmu seperti orang bodoh. Aku akan terus mencintaimu seburuk apapun kau menginjak jantungku. Tak peduli seberengsek apa kau mengkhianatiku, aku akan tetap mencintaimu!"

"Namun, yang akan terjadi beberapa tahun ke depan tidak hanya akan seperti itu. Kau akan menyakiti anakmu, kau akan mengecewakan anakmu, dan aku tidak akan membiarkan satu pun orang menyakiti buah hatiku. Bahkan jika orangnya adalah aku, aku akan menghukum diriku sendiri untuk itu," ujar Haera yang dipotong oleh Jungkook. "Aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku akan berubah menjadi yang lebih baik untukmu dan..,"

"Aku tidak akan hidup bersama seseorang yang ingin kuubah," potong Haera dengan mutlak.

Sesaat setelah mendengar kalimat dari wanitanya, seluruh raut penuh amarah itu luruh. Dengan jemari yang meraih pergelangan tangan wanitanya, Jungkook kemudian berujar, "Tidak. Aku akan benar-benar berhenti menaruh kepedulian padanya. Aku tidak akan bertemu dengannya lagi. Haera, kumohon. Aku mencintaimu."

"Aku juga sangat mencintaimu, tetapi aku lelah denganmu. Aku muak denganmu!" teriak Haera yang wanita itu imbuhi dengan kalimat bernada tenang setelah ia membuang napasnya beberapa kali. "Pilihlah antara pilih anakmu atau aku."

"Apa yang kau katakan?"

"Jika kau memilihku, aku akan aborsi sekarang dan jika kau memilih anakmu, aku akan melompat dari balkon sekarang juga," lanjut Haera yang nyatanya membuat Jungkook semakin menguatkan genggamannya pada pergelangan tangan Haera denga gelengan yang terlihat.

"Kau tidak mau dengan pilihan itu?" tanya Haera yang segera dijawab oleh prianya. "Tidak. Tidak akan aku memilih."

"Kalau begitu telepon Ellena sekarang dan suruh dia kemari," ujar Haera yang wanita itu imbuhi, "Itu pilihan ketigamu yang hanya akan berlaku dalam lima detik. Satu, dua..,"

Haera menghentikan hitungannya saat dengan segera Jungkook mengambil ponselnya dan menelepon Ellena. Setelah meminta wanita itu untuk datang, Jungkook dengan jelas dapat mendengar satu permintaan terakhir dari Haera sebelum wanita itu berjalan menuju ruang pakaian. Mau tak mau ia mengikutinya karena ia akan berusaha sekuat mungkin untuk mengembalikan mereka. Hubungan mereka, cinta mereka.

*

"Kau darimana?" tanya Im Nana yang tengah mendudukkan dirinya di meja kerja Min Yoongi yang baru saja memasuki ruangan itu.

Wanita Im itu hanya memakai kaus panjang tanpa bawahan. Hanya celana dalam berwarna hitam dan Yoongi dibuat membuang napas karenanya. Dengan tas berwarna hitam yang ia lemparkan ke atas ranjangnya, Yoongi kemudian bertanya, "Kenapa? Kau rindu?"

"Aku rindu saat sedang ingin seks saja," jawab Nana apa adanya.

"Kau ke mana, Sialan? Rumah ini hampir pecah karena dua bajingan itu," ujar Im Nana sembari mendorong tubuh Yoongi yang kembali menempel padanya.

Kendati hubungan keduanya baru seumur jagung, tetapi gairah jelas membakar keduanya sampai mampus. Bahkan, tempo hari Nana secara tak sadar telah mencetak banyak tanda kemerahan di leher pria putih itu. Untung sahabatnya sekaligus adik pria itu tak menyadari tentang keduanya.

"Aku ada beberapa pekerjaan," jawab Yoongi yang pria itu imbuhi, "Salah satunya adalah mendatangi permakaman ibu Ellena."

Melihat kekasihnya itu hanya menganggukkan kepalanya, Yoongi kemudian bertanya, "Tidak cemburu?"

"Untuk apa aku cemburu," jawab Nana yang dibalas tanya oleh Yoongi, "Tidak takut aku berselingkuh?"

"Selingkuhlah dariku jika kau bisa," balas Nana dengan santai.

Tak lama setelahnya, wanita bermarga Im itu berujar, "Sepertinya kau memiliki masa lalu dengan Ellena di luar konteks saudara tiri itu."

"Kau benar," jawab Yoongi dengan anggukkannya.

"Apa itu masa lalu yang menyenangkan?" tanya Nana yang terus menghindari bibr Yoongi yang hendak menciumnya.

Kembali mengangguk, Yoongi kemudian menambahkan, "Sangat menyenangkan."

"Kuyakin kau bukan ayah dari anak wanita itu," ujar Nana dengan yakin.

Nyatanya, Yoongi membalas, "Tidak ada yang tahu siapa ayahnya."

Ketika Nana hendak kembali bersuara, ia memutuskan untuk diam manakala ketukan di pintu ini terdengar. Nyatanya, keduanya turut membeku saat suara Jeon Jungkook terdengar. Bukan, bukan perkara itu adalah Jeon Jungkook. Akan tetapi, karena apa yang dikatakan oleh pria itu.

"Hyung, Haera meminta kita semua pergi dan mengosongkan rumah ini sebelum Ellena datang."

———

Continue Reading

You'll Also Like

337K 31K 40
『 𝒄𝒐𝒎𝒑𝒍𝒆𝒕𝒆 』✔ CERITA LENGKAP HANYA TERSEDIA DI E-BOOK! Jungkook ❌ Yeri (Main Cast) Jimin ❌ Seulgi (Second Cast) Dua orang wanita yang tid...
431K 37.1K 57
jatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jad...
104K 6.8K 22
"Hestama berhak tahu kalau ada bagian dari dia yang hidup di dalam rahim lo, Run." Cinta mereka tidak setara. Pernikahan mereka diambang perceraian...
18.3K 1.2K 12
"Memang, keajaiban sungguh menakjubkan; bersembunyi dan mengintai dari jauh ketika dicari, namun menghampiri ketika tidak sedang dicari." --- Hanya d...