KENZIELL

By dairyymilk

37.7K 3.8K 5.2K

"Dasar kulkas!" "Berenti manggil gue kulkas!" "Kak Kenzie gada bedanya kayak kulkas, dingin." "Kulkas dingin... More

Prolog |•| Kenziell
Satu |•| Truth or Dare
Dua |•| Minimarket
Tiga |•| Pacar gue?
Empat |•| Siapakah dia?
Lima |•| Makan malam
Enam |•| Hari kartini
Tujuh |•| Butik
Delapan |•| Hari pernikahan
Sembilan |•| Kulkas Idup!
Sepuluh |•| Insiden kantin
Sebelas |•| Cemburu?
DuaBelas |•| Sebuah Prioritas
TigaBelas |•| Permainan Dimulai
EmpatBelas |•| Ancaman
LimaBelas |•| Fake Friend
EnamBelas |•| Rahasia?
TujuhBelas |•| Pasar Malam
DelapanBelas |•| Toko buku
SembilanBelas |•| Taman Kenangan
DuaPuluh |•| Kasus yang janggal
DuaSatu |•| Wajan yang gosong
Duadua |•| Tragedi jl. kamboja
DuaTiga |•| Mantan?
DuaEmpat |•| Astraphobia
DuaLima |•| Menyesal
DuaEnam |•| Alena pelakunya?
DuaTujuh |•| Setitik kasih sayang
DuaDelapan |•| Bakti Sosial
DuaSembilan |•| Sebuah kesalahpahaman
TigaPuluh |•| Fakta Baru
TigaSatu |•| Sidang pertama
TigaTiga |•| Mengikhlaskan semuanya
Tiga empat |•| Tersebarnya Video
Tiga lima |•| Bohong
Tiga Enam |•| Sisi Buruk
Tiga Tujuh |•| Putus?
Tiga Delapan |•| Rooftop Sekolah

TigaDua |•| Sidang Kedua

529 47 20
By dairyymilk

.
.
.

HAKIM mengetuk palu tiga kali, tanda sidang kembali dibuka. Dalam ruangan, sudah terasa hawa dingin yang menusuk sampai tulang. Detak jantung semakin berdetak kencang, ketika pendakwa mengeluarkan berkas hasil DNA yang terdapat pada baju Alena.

Pendakwa bangkit dari kursi singgasananya, seraya memegang selembar kertas. "Setelah dilakukan pemeriksaan, DNA darah yang terciprat pada baju saudari Alena, 99% terbukti cocok dengan DNA korban."

Seketika, suasana sidang menjadi ricuh. Semuanya berbisik-bisik, menatap Alena dengan tatapan tak percaya. Sedangkan gadis yang duduk dikursi terdakwa itu hanya memejamkan matanya sambil menunduk. Sedari tadi Ia hanya menahan tangis.

"Bukti tambahan. Empat hari yang lalu, ditemukan pisau yang juga berlumuran darah di tumpukan sampah, halaman rumah kosong yang jaraknya 5 meter dari rumah korban."

"Berdasarkan hasil otopsi, pada telapak tangan korban, ditemukan luka memanjang. Jika korban ingin mengakhiri hidupnya, tidak mungkin ada luka itu. Artinya, korban sempat melakukan pertahanan, sampai akhirnya pelaku berhasil menusuknya."

"Tapi disini ada janggal. Pisau yang ditemukan pada TKP malam itu, hanya ada darah diujung pisaunya saja. Tentu itu berbanding terbalik dengan hasil otopsi yang menyatakan ada luka disepanjang telapak tangan korban. Asumsinya, pelaku sengaja menukar pisau yang Ia gunakan untuk membunuh korban dengan pisau lain, yang polisi temukan di TKP. Pelaku jelas-jelas ingin merekayasa kejadian, agar korban terlihat seperti bunuh diri."

"ANAK SAYA TIDAK MUNGKIN MELAKUKAN ITU!!! TIDAK MUNGKIN!" Saat sidang berlangsung dengan khidmat, seorang wanita paruh baya berteriak sambil menggebrak meja. Dia tak lain adalah Mamah Alena.

Alena menoleh ke belakang. Menatap lirih Mamahnya, ikut menangis. "Mama..." gumam Alena, suaranya bergetar.

"Anak saya tidak mungkin melakukan itu!!" Mamah Alena, terus meracau sambil menangis.

Dikursi sayap kanan, Ibunda Fikri ikut bangkit. "ANAK SAYA MENINGGAL GARA-GARA ANAK KAMU!! WANITA SIALAN ITU HARUS DIHUKUM SEBERAT-BERATNYA!!"

"ANAK SAYA BUKAN PEMBUNUH!!" balas Mamah Alena duduk di kursi sayap kiri, kembali bangkit tak terima.

Sidang kembali ricuh. Teriakan terdengar saling bersahutan. Bahkan, hampir terjadi serang menyerang.

Kenzie dengan sigap, membawa Graziell yang sudah pucat pasi ke dalam pelukannya. Pria itu yakin, pasti gadisnya shock melihat suasana seperti ini. "Jangan takut, Graziell. Gue ada disini." ucap Kenzie mengelus rambut hitam Graziell.

Alena menunduk, menangis. Ia tidak tahan mendengar keributan ini. "STOP!!!! BENAR, SAYA MEMBUNUH FIKRI. SAYA PEMBUNUH!! SAYA MEMANG PEMBUNUH!!" Alena bangkit langsung berteriak membuat semuanya terdiam.

Gadis itu terjatuh lemas, terisak pilu sambil memukul dirinya sendiri. Mamah Alena berlari, melewati pembatas antara pengunjung dan terdakwa. Wanita kira-kira umur 48 tahun itu memeluk anaknya. Menghentikan putrinya yang terus memukul kepalanya sambil menangis.

Kondisi yang tidak memungkinkan, membuat hakim harus memutuskan untuk memberi skorsing waktu istirahat selama 15 menit. Setelah itu, sidang akan dilanjutkan.

•••

"Minum dulu susunya," ucap Kenzie lembut, sedari tadi Ia memperhatikan Graziell hanya memainkan sedotan pada susu kotaknya.

Merasa tak dihiraukan, Kenzie menggenggam jari jemari Graziell yang berada diatas meja. Seketika, fokus Graziell tertuju pada Kenzie. "Mmm, tadi Kak Kenzie bilang apa?"

Minum susunya, atau gue yang minum?" Tanpa di duga, Graziell menyodorkan susu kotak itu pada Kenzie. Menggigit bibir bawahnya, cemas. Jujur saja, ia tidak nafsu makan ataupun minum.

"Grazieell," seru Kenzie sengaja menekan ujung nama gadis itu. Ziell cemberut, terpaksa meminum susu kotak rasa strawberry tersebut.

"Apa bener ya Kak, Alena pelakunya? Tapi kalo bener, kenapa dia bunuh pacarnya sendiri? Setau Ziell, Alena cinta banget sama Fikri." Ziell melontarkan pertanyaan yang membuat Kenzie harus berpikir.

"Kenapa Lo mikir seolah Alena gak punya alasan buat lakuin itu? Ziell, cinta itu bukan hanya sesuatu yang indah, kalau kita salah dalam menjalaninya, cinta bisa jadi malapetaka." Graziell manggut-manggut. Kenzie benar, tidak selamanya cinta berujung indah.

"Lo keliatan pucat, mau gue anterin pulang aja?" tanya Kenzie, menyelipkan anak rambut yang sedikit menutupi wajah cantik Graziell. Gadis itu tersenyum, menggelengkan kepalanya pelan. "Aku masih mau disini, Kak."

"Apapun keputusan hakim..." ucapan Kenzie menggantung. Graziell mengangguk paham. "Ssst, Kak. Meskipun Alena sahabat Ziell, kalau dia bersalah atas kasus ini, Ziell bisa apa?" ucap Graziell. Kenzie mengelus lembut rambut gadisnya seraya tersenyum. "Cewek gue udah dewasa ternyata," Kenzie terkekeh pelan.

Tak jauh dari tempat itu, seorang gadis sedari tadi mendengar percakapan antara Kenzie dan Graziell. Gadis itu menunduk lesu. Air mata kembali mengalir dari sudut matanya. Benar, dia bersalah, harusnya Ia mengakui itu semua.

•••

Sidang kedua dilanjutkan.

Alena diam menarik nafas dalam-dalam. Gadis itu menoleh ke arah belakang. Sang ibu menangis seraya menggelengkan kepalanya. Alena hanya membalas tersenyum, mau tidak mau hari ini Ia harus mengakui dan menceritakan kejadian yang sebenarnya.

"Pada malam itu...."

Flashback ON

Seorang gadis sedang tersenyum kecut melihat pesan yang juga belum dibalas oleh sang kekasih. Alena tahu, bahwa sepulang dari rumahnya, pasti Fikri saat sedang bersama Nesya.

Memang, Alena mendapatkan Fikri dengan cara yang salah. Tapi jujur, ia sangat menyayangi pria bermata sipit itu.

Jam menunjukkan pukul 11.12 malam, Alena akan pergi ke rumah Fikri. Tidak peduli jika saat ini kekasihnya sedang bersama wanita lain, ia hanya ingin melihatnya.

Pukul 11.35 Alena datang. Pintu rumah Fikri terlihat terbuka, sudah bisa dipastikan, Nesya ada di dalam sana.

Gadis berstatus kekasih Fikri itu hanya bisa mengintip kemesraan Fikri dengan Nesya dari balik jendela. Alena menangis tanpa isakan, rasanya benar-benar sakit.

Cukup lama Alena mengintip mereka, sampai akhirnya Nesya mengatakan hal yang membuat Alena terkejut.

"Aku mau, kita putus."

Fikri yang mendengar hal itu, tentu saja terkejut bukan main.

"Kenapa? Apa karna akhir-akhir ini, aku lebih jalan sama Alena?"

"Bukan karena itu,"

"Jadi?"

"Aku cuma gak mau, jadi penghalang kebahagiaan antara kamu sama Alena."

Dengan cepat Fikri menggenggam jari-jemari Nesya. Raut wajahnya menjadi panik.

"Aku cinta sama kamu nes. Bahagiaku, ada dikamu."

"Fik, dalam suatu hubungan itu hanya ada dua orang. Jadi biarkan aku yang pergi dari ikatan itu. Selama ini aku cukup bahagia, meski cuma jadi pacar gelap kamu. Makasih untuk semuanya."

"Nes, kalau pun ada yang harus pergi, itu Alena bukan kamu."

"Fik, Aku udah gabisa. Kita bisa jadi temen, kamu bisa menghubungi aku kapan aja, tapi sebagai teman. Aku mau nyari kebahagiaan tanpa merusak kebahagiaan orang lain."

Mendengar itu, Alena dari balik jendela hanya bisa berkaca-kaca. Gadis yang sudah ia hancurkan hatinya dulu, ternyata sebaik ini. Alena merasa bersalah kepada Nesya.

"Tapi yang sebenarnya harus pergi itu Alena, Nes! Aku gamau kehilangan kamu." Ucap Fikri.

Alena hanya menatap kekasihnya tak percaya. Orang yang selama ini ia cintai, ternyata lebih mencintai orang lain. Jadi selama ini, Fikri menganggapnya apa?

Setelah mendengar perdebatan yang cukup emosional, Alena kembali bersembunyi ketika Nesya dan Fikri berjalan keluar rumah. Fikri membukakan pintu taksi yang dipesan Nesya. Tak lama, gadis itu pergi.

Setelah kepergian Nesya, Alena menghampiri Fikri dengan mata yang berkaca-kaca, pria itu yang menyadari kehadiran kekasihnya, tentu saja merasa terkejut. Apakah Alena sudah mengetahui semuanya?

"Alena, kamu sejak kapan ada disini?"

Tidak menjawab, Alena pergi ke dapur. Ia kembali dengan memegang pisau, yang ia arahkan pada lehernya sendiri.

"APA YANG KAMU LAKUKAN, ALENA!?!?" teriak Fikri panik.

"Ini kan yang kamu mau? Kamu mau aku pergi, INI KAN YANG KAMU MAU!"

"Alena, stop! Kita bicarakan ini baik-baik ya." Fikri semakin panik, tangannya sudah berjaga-jaga, waspada. Pria itu tidak mau Alena kenapa-kenapa.

Saat Alena semakin mendekatkan pisau itu pada lehernya, tangan Fikri segera menggenggam pisau itu. Darah bercucuran dari telapak tangannya.

"LEPASIN FIK!! BIARIN AKU MATI!!!" Alena memberontak, begitupula dengan Fikri yang terus menghadang pergerakan Alena.

Sampai akhirnya, Fikri kehilangan keseimbangan dan jatuh. Darah berwarna pekat kembali mengalir. Kali ini bukan berasal dari telapak tangannya, melainkan perut kanan bagian bawah, tepat di jantungnya.

Mata sipit pria itu melotot, dengan mulut yang menganga menahan sakit. Alena terpatung shock melihatnya.

"FIK? FIKRI? FIKRI!!!"

Alena membawa Fikri ke atas pangkuannya. Baju putih yang gadis itu kenakan sudah berubah menjadi merah, cipratan darah di bajunya terlihat jelas. Alena menangis sesenggukan, terus memanggil nama kekasihnya. Sampai akhirnya, dengan mata kepalanya sendiri, Alena melihat Fikri menghembuskan nafas terakhir di pangkuannya.

Pikiran Alena saat ini dipenuhi dengan bayangan mengerikan. Bagaimana jika polisi tau? Apakah dia akan dipenjara? Dalam paniknya, Alena memutar otak. Gadis itu berpikir bagaimana caranya untuk menghilangkan semua jejak yang akan mengarah padanya.

Akhirnya Alena mencabut pisau yang menancap diperut Fikri dan menggantinya dengan pisau yang lain. Gadis itu juga sempat membersihkan tapak sendal yang menempel di lantai, agar tidak ada yang curiga. Beruntunglah rumah Fikri jauh dari rumah-rumah yang lain, jadi tidak ada yang curiga.

Sebelum pergi, Alena sengaja menelpon Fikri untuk alibi. Setelah itu, ia pergi dari tempat itu sambil menangis. Ditempat yang sepi, Alena mengganti baju di dalam mobil, ia sembunyikan baju putih yang penuh darah itu di dalam bagasi. Setelah merasa tenang, Alena mengemudikan mobilnya kembali ke rumah Fikri, dan menelpon polisi. Seolah-olah ia yang menjadi orang pertama yang menemukan Fikri dalam keadaan seperti itu.

Flashback OFF

Setelah mendengar pengakuan Alena, semua orang yang ada di dalam ruangan itu kembali berbisik. Mamah Alena menangis histeris. Hakim pun ikut berdikusi. Dikursinya, Graziell ikut menangis. Bis dipastikan, sahabatnya akan mendapat hukuman.

Setelah cukup lama, akhirnya hakim memutuskan. Pada kasus ini, Alena dinyatakan bersalah. Pembunuhan tidak sengaja dengan ancaman hukuman paling lama 5 tahun, ditambah penghilangan barang bukti dengan hukuman paling lama 1 tahun.

Setelah membacakan keputusannya, hakim mengetuk palu tiga kali, tanda sidang ditutup. Alena terdiam lemas, dua orang polisi mendatanginya untuk membawa gadis itu ke gedung tempatnya menjalani hukuman.

Selama Alena berjalan ditengah sayap kursi, Ia tersenyum lega. Berbeda dengan keluarganya yang menangis, begitupun dengan Graziell. Suasananya bercampur aduk, disatu sisi keluarga Fikri merasa tenang karna semuanya terungkap. Disisi lain, keluarga Alena merasa sedih karna anggota keluarganya terbukti bersalah dan harus menjalani hukuman.

Note! : Kesalahan bisa dilakukan oleh siapa saja. Tapi mengakui kesalahan, hanya bisa dilakukan oleh sebagian orang saja. -Dn

.
.

To be continue

Sorry, aku baru up. Bukannya ga inget, tapi jujur bikin chapter ini susah wkwk

Salam semanis dairyymilk 🍫❤️
See you dichapter selanjutnya!

18 Mei 2021

Love, Dinn.

Continue Reading

You'll Also Like

348K 21.6K 52
Judul awal : Cinta Anak Basket "Jadi pacar gue." Ucap Leo sambil tersenyum miring. "Lo gila?!" Pekik Safira kencang, bahkan kelewat kencang. "Iya gil...
139K 3.9K 44
FYI:CERITA SEDANG DALAM MASA REVISI,ALURNYA RANDOM JADI BISA DI SKIP DULU,ATAU SIMPAN DI PERPUSTAKAAN MASING MASING-THANKYOU
89.7K 206 2
seorang gadis yang ceria dan polos di pertemukan dengan laki laki yang nakal sering keluar masuk ruang BK gimana jadinya yah, "Cecil kalo udah gede m...
544K 16.6K 68
[SUDAH TERBIT] TINGGAL REVISI SINOPSIS : [WARNING : Cerita ini mengandung kehaluan yang sangat tinggi, eh nggak deh. Kawasan dilarang baper] Dalam c...