(灬º‿º灬)♡ (灬º‿º灬)♡
"Kenapa sih Jisung pikun banget hari ini! Tadi pagi buku ketinggalan di rumah, sekarang buku yang lain ketinggalan di sekolah"
"Ya kan lupa njun.. -tadi di taruh Via di kolong meja"
"Ya udah cepat ambil! Injun tungguin disini"
"Tungguin ya"
Jisung berlari memasuki kembali pekarangan luas sekolah berharap kelasnya belum di kunci si penjaga.
Renjun mengomel dengan wajah bersungut kesal. Sejak kejahilan para pembully Shotaro tadi pagi, membuat Renjun ingin cepat-cepat pulang karena dirinya sudah sangat dongkol. Tapi sahabatnya itu tiba-tiba saja terlupa dengan buku kimia nya yang ternyata tertinggal dikelas, untung saja mereka masih berada di depan gerbang sekolah.
Kepala Renjun menengadah, langit terlihat gelap dan mungkin akan turun hujan setelah ini. Dan benar saja, hujan rintik mulai berjatuhan. Renjun melangkahkan kakinya cepat berteduh pada halte yang tak jauh dari sana. Melirik lagi kearah sekolah menunggu Jisung yang tak kunjung kembali.
"Lama" gumamnya.
Tidak lama itu, Renjun dibuatnya terkejut dengan kedatangan dua siswa yang tiba-tiba berdiri dihadapannya. Sepertinya Renjun pernah bertemu atau pernah melihat kedua wajah itu di suatu tempat, Renjun tidak ingat. Yang jelas Renjun merasa jika wajah keduanya tidak asing.
"Ini anak yang dulu bikin kita jadi di skors kan Ding?"
"Wah, iya nih"
"Kalian kenal Injun?"
"Jangan pura-pura lupa. Kita udah dendam banget sama kamu dari awal kamu sok jagoan lindungin Taro"
Renjun menciut, mulai mengingat kedua laki-laki itu. Tapi Renjun tidak ingat siapa nama mereka.
"Ikut kita"
Renjun memberontak yang tentu saja sia-sia, tenaganya tidak akan bisa melawan dua laki-laki yang postur tubuhnya lebih besar dan tinggi darinya.
Renjun sangat takut hingga ia tidak memiliki nyali untuk berteriak, dalam hati ia berdoa agar tidak terjadi apa-apa setelah ini.
.
.
Laki-laki bernama Chengxin dan Jackson itu tertawa puas, tubuh kecil Renjun sudah tidak berdaya dihadapan mereka. Wajah yang tadinya terlihat manis kini penuh dengan luka dan memar, dendam yang terpendam lama kini terbalas sudah.
Jika bukan karena Renjun yang waktu itu tiba-tiba datang dan bersikap seperti pahlawan kesiangan, Chengxin dan Jackson tidak akan di skors selama dua minggu lamanya.
"Kamu itu lemah! Mana sekarang ketua osis itu yang biasanya lindungin kamu?" Chengxin tertawa lagi di bawah guyuran hujan. Menertawakan kelemahan laki-laki yang kini berbaring kesakitan dibawah sana.
"Kita tau siapa kamu. Iya sih disekolah bodyguard kamu banyak, tapi kalau udah sendiri begini? Siapa yang mau nolongin kamu?"
Renjun diam, itu tidak sepenuhnya salah. Renjun memang bukan apa-apa jika tidak ada teman-temannya. Renjun lemah.
"Kita pasti bakal di skors lagi setelah ini, tapi siapa peduli? Yang penting kita udah balas dendam sama kamu"
"KALIAN!!!"
Keduanya menoleh bersamaan, lantas saja berlari ketika seseorang mendekati mereka.
Park Jisung berlari secepat mungkin, memastikan dan benar saja itu Renjun yang sejak tadi ia cari karena tidak ia temukan di depan sekolah.
Wajah Renjun sudah babak belur dan Jisung semakin panik, dengan segera ia membantu Renjun berdiri kemudian menggendongnya dipunggung.
"Dingin" bisik Renjun.
"Kita neduh dulu, Injun pake jaket Jisung" untung saja Jisung selalu membawa jaket.
.
.
.
"Tidak perlu dad, Injun tidak apa"
"Tidak. Daddy akan tetap melapor"
"Mereka sudah pernah dihukum"
"Jadi mereka belum juga kapok? Jangan larang daddy, mereka harus dihukum lagi"
Jeno kesal tentu saja. Wajar bukan?
Ia terkejut bukan main saat mendapati Renjun yang pulang dengan keadaan berantakan di punggung Jisung. Wajah penuh lebam dan merintih kesakitan pada kakinya.
Jeno tidak akan tinggal diam membiarkan Renjun-nya diperlakukan demikian. Sekeras apapun Renjun melarang, ia akan tetap melapor pada pihak sekolah.
"Lihat, kaki Injun sakit, mata kanan Injun merah, wajah Injun luka. Daddy tidak akan diam saja"
"Tapi Injun tidak apa"
"Tidak!"
Renjun bersiap menangis.
Lagi?
Sudah keberapa kalinya ia menangis hari ini?
Bocah 15 tahun yang cengeng, itulah Renjun. Sekarang ia tau betul apa yang selama ini Shotaro rasakan. Bukan hanya disiksa namun juga di maki. Membayangkan bagaimana hidup malang Shotaro selama ini dengan orang-orang jahat disekelilingnya, Renjun akhirnya menangis keras.
Jeno yang melihat itu menyesal, tidak bermaksud membentak. Ia hanya tidak terima Renjun diperlakukan seperti itu sementara dirinya tidak pernah menyakiti Renjun sedikitpun. Dalam hati ingin membalas, namun mengingat jika mereka hanya siswa menengah pertama yang masih dibawah umur.
Bagaimana bisa anak se usia itu bisa sekeji ini?
Wajah manis kesayangannya kini lecet dan mata kanan nya terus saja berair akibat terkena tonjokan bocah ingusan itu. Jeno benar-benar tidak bisa menerima.
"Daddy tidak bermaksud" Jeno mengambil duduk disebelah Renjun, memeluk anaknya itu sayang. Tidak terlalu erat karena takut membuat Renjun kesakitan lagi.
"Tidak dad, Injun hanya kepikiran Taro"
Jeno tau Shotaro, adik dari rekan kerjanya. Jeno mendengar banyak nama Taro sejak Renjun mengenal anak itu.
"Selama ini dia diperlakukan seperti ini, tapi dia diam saja"
"Sstt. Injun minum obat dulu setelah itu tidur"
"Tapi-
"Daddy tidur disini"
Next Later
Sorry kalo part ini aneh
Pengen ngetik aja
Anyway :
Ding Chengxin
Jackson Yee
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Ding Chengxin
bukan
Dong Sicheng
😃