TITIK TERENDAH

By PenieJingga02

2.4M 385K 81.6K

Aku menangis, Kalian tertawa. Aku kesakitan, Kalian masih tetap tertawa. Apa jika aku mati, kalian masih teta... More

0_0
1. Pembuktian
2. Berjuang
3. Metamorfosis
4. Kupu-kupu
5. Sebelum indah
6. Terluka
7. Untuk bahagia
8. Bising dan Sunyi
9. Pena penawar luka
10. Pedang
11. Jarum dan Paku
12. Kupu-kupu, bukan Kura-kura
13. Yang sebenarnya
14. Duri dalam daging
15. Luka tak berdarah
16. Di balik gelap
17. Setiap detik berharga
18. Peringatan
19. Untuk bertahan
20. Dua sayap
21. Dua sayap (b)
22. Pelipur lara
23. Ter-ungkap
24. Ter-ungkap (b)
25. Ungkapan Rasa
26. Jati diri
27. Simbiosis mutualisme
28. Obat untuk penyebab luka
29. Keputusan
30. Seorang teman
31. Hari hancur Elina
32. Sayap yg terluka
33. Kupu-kupu tanpa sayap
34. Titik terendah
35. Rasa sakit terbesar seorang Kakak
36. Penyesalan terbesar
37. Topeng yang terbuka
38. Pahitnya karma
39. Trauma
40. Lembar baru
MAIN CAST
Cerita baru

41. Kupu-kupu (2) End

68.2K 7.1K 2.4K
By PenieJingga02

Sherly berjalan menemui seseorang yang juga menunggu kepulangannya. Sosok orang yang dulu ia anggap saingan.

Dua gadis yang terduduk di bangku panjang berwarna putih di Taman nampak tak ada satupun dari mereka yang berniat memecah keheningan yang melanda.

Hingga sampai beberapa menit berlalu gadis berambut sebahu memilih angkat suara dengan suara seraknya yang terdengar ragu. "A-apa kabar?"

Sherly menoleh ke arah Elina kemudian tersenyum kecil. "Baik. Kamu?"

Tidak ada lo-gue seperti dulu tetapi Elina tak sadar kalau sepupunya sudah mengalami banyak perubahan semenjak pergi.

"Seperti yang lo lihat," jawab Elina. Tiba-tiba air mata mengalir deras ke pipinya, dengan segera ia menghapusnya saat Sherly menatap khawatir.

"Gue udah terlalu banyak nyiptain luka di hidup lo. Gue gak bisa nebus semuanya. Gue tahu lo gak bakal maafin gue yang udah ngehancurin mimpi lo tapi gue--"

Elina tiba-tiba bangkit kemudian berjalan dan berdiri di depan Sherly hanya untuk merosotkan tubuh membuat Sherly spontan bangkit. "Maafin gue, Sherly."

Gadis itu menangis keras, semua rasa bersalah yang ia rasakan begitu menyesakkan di dada. "Maafin gue. Maafin untuk semuanya. Gue mohon maafin gue. Gue minta maaf."

Sherly memundurkan langkah sembari menahn napas saat dengan tangisnya Elina berupaya menjangkau kakinya.

"Gue bersalah, gue menjijikkan. Gue mohon maafin gue," isak Elina yang langsung membuat Sherly meneteskan air mata. Untuk pertama kali, ia melihat Elina sekacau ini.

Gadis ikut jatuh dengan kedua lutut sebagai tumpuan. Tangannya terulur untuk memegang kedua bahu Elina yang begitu kacau. Keduanya saling tatap.

"Ma-afin g-gue," lirih Elina membuat Sherly mengangguk kemudian Elina memeluknya erat. Masih dengan tangis, tak bosan gadis itu berkata, "maafin gue."

"Iya Elin," balas Sherly lirih. "Iya Elin. Semua orang pernah melakukan kesalahan. Seberat apapun itu, mereka berhak mendapat kesempatan kedua."

Elina semakin menangis, ia memeluk Sherly kuat. "Gue, maafin gue."

Sherly melepaskan pelukan, menangkup wajah Elina lalu mengahapus air mata sepupunya dengan kedua jempolnya.

"Aku juga minta maaf," kata Sherly tersenyum. "Maaf udah gak ngehargain kamu di rumah. Maaf udah ngatain kamu anak pungut. Maafin aku udah bikin kamu sakit."

Elina menggeleng kuat-kuat seraya kembali memeluk tubuh Sherly erat. Namun, Sherly melepaskan seraya meraih tangan Elina untuk ia bawa duduk di bangku.

"Tuhan emang terkadang gak selalu ngabulin apa yang kita inginkan Elin," ujar Sherly masih mempertahankan senyum. "Tapi percayalah Tuhan akan selalu memberikan apa yang kita butuhkan."

Elina menghapus kasar air matanya. "Gue sadar satu hal, terus menuruti ego hanya akan membuat apa yang udah gue miliki pergi. Gue belajar banyak dari lo, Sherly."

"Gue juga belajar banyak dari lo, Elin." Sherly menyahut antusias. "Kadang untuk bahagia, kita harus fokus pada diri kita sendiri."

"Dan prinsip lo ngajarin gue, hidup akan jauh terasa lebih berharga jika kita bisa bermaanfaat untuk orang lain," kata Elina.

Sherly tersenyum, Elina juga tersenyum. Tangan Sherly terulur untuk menggenggam tangan Elina. "Maafin orang tuaku, ya udah buat kamu tertekan."

"Lo gak kalah tertekan, Sherly." Elina menyorot sendu. "Dan itu semua gara-gara gue."

"Keadaan Elin," sahut Sherly menggeleng. "Keadaan yang membuat kita sama-sama tertekan."

"Jadi, ayo kita sama-sama buka lembaran baru. Mulai hidup dengan penuh rasa syukur, mensyukuri apa yang ada dan sabar menanti apa yang akan menghampiri juga selalu kuat menghadapi semua cobaan yang menghadan," seru Sherly. Elina mengangguk antusias kemudian bergerak memeluk tubuh Sherly sejenak sebelum akhirnya melepaskan.

"Gue boleh minta satu hal sama lo?" tanya Elina membuat Sherly menatap dalam retina mata gadis itu.

"Gue pengen lo tetep lanjutin menulis Sherly," ujar Elina. "Nulis tentang nilai-nilai kehidupan yang bisa menjadi penyemangat untuk orang lain."

"Seperti." Elina kembali tersenyum. "Saat kamu berada di titik terendah dalam hidup, percayalah kamu gak sendiri."

Elina mengucapkan kalimat yang ada dalam cerita Sherly dengan tulus. "Kamu gak sendiri."

"Terus menulis, Sherly. Tunjukin kalau lo bisa buat karya berbeda dimana konflik remaja gak melulu soal cinta," ujar Elina membuat Sherly tertawa kecil, mengingat bagaimana Elina mengejar Kenzo karena cinta.

"Kamu nyindir diri kamu sendiri, Elin?" tawa Sherly. "Lupa kamu gimana sama Kak K."

Elina menggeleng. Dia memaksa Sherly menatap matanya.

"Satu hal yang gue sadari selama lo pergi. Iya, gue emang suka, kagum dan sayang sama Kak K. Tapi gue sadar kalau selama ini perasaan gue sama dia cuman obsesi," kata Elina menerawang ke depan. "Obsesi buat terus berada di atas lo."

"Kak K masuk kehidupan kita buat nunjukin ke gue kalau gue gak selamanya bisa menang dari lo dengan cara dia terus nolak gue," kekeh Elina.

Sherly terdiam. Sadar satu hal, dengan dibandingkan bukan hanya dirinya yang direndahkan yang merasa tertekan karena kehilangan kepercayaan diri tetapi Elina yang ditinggikan pun ikut tertekan. Untuk mempertahankan posisinya.

"Sekarang kamu tinggal dimana?" tanya Sherly.

Elina tak melunturkan senyum. "Di rumah peninggalan Bunda. Ayah sama Bunda ninggalin gue tabungan buat bertahan."

Sherly kembali menggenggam tangan Elina. "Gimana kalau kamu tinggal di rumahku lagi?"

Namun, Elina menggeleng. Takut jatuh ke lubang yang sama. Takut lupa diri dan takut membuat kesalahan yang sama.

"Gue tinggal sendiri aja. Gak papa kok tapi gue janji akan tetep jalin tali silatuhrahmi yang baik bersama keluarga lo," balas Elina membuat Sherly mengangguk atas keputusan gadis itu.

Bagi Sherly, ia dan Elina tak jauh berbeda. Sering dibandingkan membuat hubungan mereka memburuk. Namun, sekarang oranug tuanya sudah sadar kalau banding membandingkan itu tak baik untuk memacu semangat belajar anaknya.

Begitupun dirinya. Sherly tak lagi membandingkan dirinya dengan hidup orang lain. Ibarat Bulan dan Matahari, tidak ada perbandingan dan yang membandingkan keduanya karena semua tahu, keduanya akan bersinar jika waktunya tiba.

Sherly percaya sama seperti bulan dan matahari, setiap orang akan bersinar jika sudah waktunya. Yang perlu dilakukan hanya terus bersabar dan bersyukur atas apa yang sudah ia miliki.

Setelah ia dan Elina berpisah dengan kondisi suasana hati luar biasa baik, Sherly pulang ke rumahnya dan terkejut mendapati Zemira tengah menangis dan Saga yang tengah membentak gadis itu.

"Kamu bener-bener benci sama aku," isak Zemira.

Saga menatap tajam. "Iya. Puas lo?"

Mengusap wajahnya kasar, Saga kembali menatap Zemira tajam. "Udah berapa kali gue bilang, berhenti ganggu hidup gue. Lo cuman luka buat adik gue."

"Kak." Sherly datang melerai, menatap Kakaknya sendu. "Jangan gitu."

"Selama ini aku hidup dan terus dibenci." Sherly melirik Zemira yang menundukkan kepala. Gadis itu berjalan untuk menggenggam tangan Zemira membuat Zemira mengangkat wajah kemudian  menatap Sherly dalam.

"Aku tahu rasa sakitnya dibenci karena itu aku gak mau Kak Saga ngebenci Zem. Dia juga berhak dapat kesempatan buat buktiin kalau Zem bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi," kata Sherly. Saga terdiam, apa yang dikatakan adiknya benar adanya. Selama empat bulan, ia menghukum Zemira. Kerap membuat gadis itu menangis padahal Zemira begitu tulus menyayanginya.

"Jangan sampe Kak Saga menyesal udah nyia-nyian perasaan tulus Zem," kata Sherly. Zemira menghapus air matanya, gadis yang ia anggap bangkai, tikus, dan ia perlakukan seperti binatang. Menyambutnya riang bahkan tanpa memandang sebesar apa kesalahannya padanya? Kenapa hati Sherly begitu besar.

Melupakan Saga, Zemira justru tiba-tiba memeluk tubuh Sherly dengan erat. "Terima kasih."

Gadis itu terisak. "Terima kasih udah ngajarin gue banyak hal. Satu-satunya hal yang buat gue bersyukur adalah bisa ngenal orang sebaik lo."

Setiap ia terluka, Sherly selalu menyediakan bahu untuknya bersandar lewat peran Shera tetapi ia sendiri selama ini berperan sebagai penyebab luka gadis itu. Namun, Sherly tidak sama sekali memiliki dendam dan Zemira semakin dibuat kagum. Sherly mengajarinya tentang arti saling menghargai.

"Aku hanya ingin berdamai. Gak ada dendam atapun hidup dalam kebencian. Mari hidup berdampingan dengan saling menghargai," ucap Sherly yang diangguki cepat oleh Zemira.

Saga menghela napas melihatnya dan tiba-tiba mengulurkan tangan pada Zemira yang terkejut. "Maafin gue."

Senyum Zemira terukir begitupun Sherly terlebih saat Saga mengajak Zemira berbicara berdua. Meminta maaf telah membuat Zemira menangis selama ini dan melampiaskan semua amarah atas kepergian adiknya pada Zemira.

Seharusnya Saga tak menyakiti Zemira, sesakit hati apapun ia pada gadis itu. Ibunya seorang wanita, adiknya pun begitu dan mereka berdua adalah alasan kenapa ia begitu menghargai wanita. Sayangnya selama ini itu tak berlaku untuk Zemira dan Saga cukup menyesal.

Melihat punggung Zemira dan Saga yang tengah berbicara berdua, Sherly tersenyum. Kemudian, dia hendak memasuki rumah tetapi urung saat seseorang memanggilnya membuatnya menoleh ke belakang.

Mendapati Dania dan Ibunya berdiri dengan senyum lebar. Dania berlari menghampirinya. "Gue ke sini mau ngucapin terima kasih sama lo. Terima kasih udah ngajarin gue banyak hal termasuk_"

Dania menatap Ibunya yang tersenyum kemudian ikut tersenyum dengan lebar "Untuk bersyukur."

Zemira menyadari satu hal dalam hidup. Kita punya hal-hal berharga yang tak orang lain punya dan orang lain punya hal-hal berharga yang tak kita punya.

Jika kita terus menatap ke arah orang-orang yang hidupnya jauh lebih beruntung dari kita hanya akan membuat kita merasa Tuhan tak adil atas hidup kita. Namun, jika kita menatap ke arah orang-orang yang hidupnya jauh lebih banyak kekurangannya dari hidup kita, kita akan mengerti arti dari rasa syukur. Dan lewat Sherly, Zemira merasakan semua itu.

"Aku berharap Bi Tini selalu sehat dan kalian selalu hidup bahagia," kata Sherly.

Dania mengangguk kemudian menatap Sherly dalam, terlihat ragu saat ber-kata, "a-apa gue boleh peluk lo?"

Sherly memeluk Zemira membuat mata gadis itu berkaca-kaca. Sherly yang selama ini ia hina ternyata adalah penyemangat dari semua rasa insecure yang dimilikinya.

Sementara itu, Sherly melepaskan pelukan kemudian menghapus air mata Dania. "Jangan lagi iri sama hidup orang lain."

Sherly terus tersenyum sembari melirik Bi Tini. "Karena kamu juga punya hal berharga yang membuat banyak orang iri sama hidupmu."

Dania mengangguk kuat-kuat. Ia kemudian menatap Sherly serius. "Gue juga minta maaf sama lo. Untuk Sekar."

Bertindak tanpa berpikir matang terlebih dahulu membuat Sekar menjerumuskan dirinya. Dania menyesal, ia tak bisa menghentikan kegilaan Sekar dan menjadi teman yang baik untuk gadis itu.

"Dia sekarang udah menuai apa yang dia tanam. Dia di rumah sakit jiwa dan kita berdoa, semoga dia nanti bisa berubah jadi lebih baik lagi," kata Dania.

Sherly mengangguk meski wajahnya berubah murung. Di sisi lain, Dania memasuki rumahnya untuk membantu ibunya berkerja.

"Sayang!"

Tubuh Sherly menegang dan melihat seorang laki-laki jangkung turun dari sebuah mobil. Senyumnya terukir melihat Kenzo bergitu tampan dengan sebuah bunga di tangan.

Mereka berjalan beriringan sembari bergenggaman tangan.

"Aku udah ngikutin ucapan kamu," ucap Kenzo menghentikan langkah kemudian menatap sang kekasih dengan senyum. "Benar. Gak selamanya aku bisa hidup dalam kebencian. Jadi, untuk bahagia dan tenang aku udah berbesar hati maafin kesalahan Mama."

Kenzo mengusap lembut pipi Sherly. "Makasih udah hadir dan selalu berhasil ngasih aku arah saat aku bingung tentang apa yang harus aku lakukan."

Sherly balas tersenyum. "Aku bahagia dengernya, Kak."

"Love you," ujar Kenzo memejamkan mata sembari mendekatkan wajahnya pada wajah Sherly dan tiba-tiba Saga datang, melepaskan sepatunya lalu mengarahkannya ke bibir Kenzo.

Zemira menutup mulut berupaya kuat menahan tawa sementara wajah Sherly memerah saat menyadari apa yang ingin Kenzo lakukan padanya.

"Langkahin dulu mayat gue kalau mau kurang ajar sama adik gue," kata Saga setelah bibir Kenzo mendarat di sepatunya.

Kenzo terbantuk-batuk dengan telinga memerah kemudian mengabsen seluruh penghuni kebun binatang untuk Saga.

Sementara Saga menarik tangan Sherly untuk pulang diikuti Zemira. Tiba-tiba Kenzo melepaskan sepatunya lalu melemparnya tepat mengenai kepala Saga yang menoleh.

"Woah kurang ajar lo!" kesal Saga dengan emosi berapi-api, ia kembali kendekati Kenzo.

"Lo yang kurang ajar!" balas Kenzo tak mau kalah.

"Lo berani sama gue hah?" bentak Saga sembari melepaskan jaketnya dan melemparnya ke Zemira menyisakan kaus oblong warna putih ia kenakan.

"Hah? Lo pikir gue takut sama lo?" balas Kenzo ikut melepaskan jaketnya.

"Mentang-mentang gue cintanya sama adek lo, songong bener lo jadi calon Kakak ipar. Gue sumpahin lo jatuh cinta sama adik gue nanti kalau bokap gue nikah terus punya anak cewek dan gak bakal gue restuin," kata Kenzo membuat Zemira menatap kesal.

"Lo pikir Saga mau sama kecebong?" tanya gadis itu.

"Kalau pun mau gak bakal gue kasih restu. Titik. Dih amit-amit adik gue nikah sama cowok nyebelin, songong, dan punya sifat kayak setan seperti Sasong," ujar Kenzo bergidik ngeri.

Zemira dan Sherly saling tatap. "Sasong apaan?"

"Saga songong," jawab Kenzo.

"Kurang ajar ya, lo!" Saga melempar jaketnya mengenai kepala Kenzo. "Gue sumpahin lo kalau nikah sama adik gue terus punya anak, anak lo 100% mirip sama gue!"

Tiba-tiba terdengar suara petir menggelegar di langit. Sherly dan Zemira menutup mulut tak percaya sembari mendongak ke atas.

Saga pun ikut terkejut lain hal dengan Kenzo yang menegang dengan keringat dingin menghiasi pelipisnya. "Mampus gue."

Tersadar dari keterkejutannya, Sherly berjalan menghampiri Saga. "Kalungku."

Mata Saga yang tadi berkilat amarah berubah berbinar, mendadak melupakan kekesalannya pada Kenzo dan berniat membuat sang adik kesal. Ia mengeluarkan kalung dengan mata berbentuk kupu-kupu kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Ayo ambil kalau bisa!"

"Kak Saga udah janji sama aku!" balas Sherly. Saga berlari dan Sherly mengejar di atas rerumputan hijau yang enak dipandang. Dua bersaudara itu tertawa bersama dan saling mengejar.

Kenzo dan Zemira tersenyum melihatnya terlebih saat Samuel muncul, ikut berlari saat kalung milik Sherly terlempar ke arahnya membuat Sherly berbalik mengejar Samuel.

"Kak Sam, berkerja samalah denganku!" mohon Sherly. Samuel tertawa melihat raut frustasinya begitupun Saga.

*

Sherly memegang kalung pemberian Saga kemudian memejamkan mata. Berharap ia tak melakukan tindakan memalukan. Ia meremat rok kuat lalu masuk ke sebuah ruangan saat guru memanggilnya.

Sherly tersenyum manis menatap semua orang yang memperhatikannya. Dengan segera, gadis itu berucap, "Hallo semua! Kenalin, aku Sherly Andhara pindahan dari Samanta. Aku harap kita bisa jadi teman baik."

Menyebut kata 'teman' membuat rasa sakit kembali menjalar di dadanya saat teringat bagaimana kehidupannya di sekolah lama. Namun, ia tak boleh lagi menghadap belakang dan tenggelam dalam masa lalu yang menyakitkan.

Sherly harus bisa menatap ke depan dan terus tersenyum meski berbagai cobaan menghadang. Tepat ketika guru mempersilahkannya duduk, Sherly tersadar dari lamunannya. Berjalan ke bangku dan terus menatap kakinya, takutnya kejadian dimana Sekar menjulurkan kakinya membuatnya terjatuh dulu terulang.

Namun, apa yang terjadi?

Bisik-bisik mulai terdengar membuat tubuh Sherly menegang.

"Dia Shera, penulis you are not alone itu!"

"Dia Sherly adiknya Saga yang ganteng itu!"

"Dia cantik banget."

"Tulisannya keren banget, aku ngefans berat sama dia!"

"Berharap dia mau jadi temen kita."

"Ya ampun aku seneng banget satu sekolah sama penulis fav aku."

"Sekolah kita pasti bangga kedatangan murid kayak dia."

"Gak bosen mandang dia, sumpah kagum banget sama Sherly! Seneng bisa liat dia langsung!"

"Shera." Seorang gadis menghampirinya dengan tatapan memelas. "Jadi teman sebangku gue, please..."

"Dia maunya duduk sama aku." Gadis lain memegang tangan kiri dan tersenyum manis menatap Sherly.  "Aku suka bangett tulisanmu. Penyemangatku."

"Enggak mau tahu, pokoknya Sherly duduknya harus sama gue!" Gadis lain datang memegang tangan kanan Sherly. Menatap Sherly berbinar-binar. "Kita bisa jadi teman 'kan?"

Tubuh Sherly membeku mendengarnya. Tanpa sadar, air mata mengalir ke pipinya. Jika dulu ia diasingkan dan duduk seorang diri di bangku pojok barisan para lelaki, sekarang ia menjadi rebutan.

Jika dulu, ia tak mengenal arti teman maka sekarang gadis-gadis di kelasnya berbondong-bondong dan mau menjadi temannya.

Jika dulu hidup semasa sekolahnya dipenuhi dengan cacian dan makian maka sekarang semua itu berubah berganti dengan pujian.

Sherly akhirnya bisa mewujudkan imipannya. Bermetamorfosa layaknya kupu-kupu.

Berharap orang-orang yang membaca ceritanya bisa seperti dirinya. Tetap semangat menjalani hidup meski sulit dan selalu diberikan kekuatan oleh Tuhan.

Orang bilang, semakin kita bertambah usia maka semakin berat ujian hidupnya. Kelak, jika kamu mengalami kepayahan dalam menghadapi hidup, merasa kosong dan hampa, merasa bahwa Tuhan tidak adil untuk hidupmu, merasa tak berguna hidup di dunia, merasa hancur dan tak ada seorangpun yang datang membantu untuk mengulurkan tangan, dan berpikir kalau mati lah satu-satunya solusi masalahmu. Tolong .... kembalilah tegar seiring datangnya pagi, kembalilah kuat seiring hari berganti karena ....

Kamu gak pernah sendiri dan karena kamu, aku, dan kita akan berhasil melewati fase-fase itu. Berhasil melewati keterpurukan itu. Mari hidup lebih baik dengan sabar menghadapi cobaan yang menghadang, bersyukur atas apa yang sudah kita miliki, dan terus tersenyum menyambut hari.

Aku, kamu, dan kita gak pernah sendiri.

Dan untuk orang-orang yang suka merendahkan, menghina, dan meremehkan orang lain sesungguhnya pembalasan dendam yang sempurna adalah dengan sebuah kesuksesan.

***

Thank you guys udah ngikutin cerita Titik Terendah

Silahkan sampai kesan dan pesan kalian tentang cerita ini di sini.

Mohon maaf buat segala kekurangannya

Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.5M 220K 67
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
547K 20.3K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
826K 71.6K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
5.3M 365K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...