Rumah Untuk Lingga (Completed)

By tazsasza

316K 34.5K 2.1K

Segala sesuatu bentuk plagiat ,adalah hal yang paling tidak dibenarkan❗ Mari, biar ku ajak kamu berkenalan de... More

Prolog
1 || Sepeda dan Salam Lingga
2 || Sepatu Tara
3 || Lingga dan Pagi Harinya
4 || Kacang Milik Genta
6 || Eskul
7 || Kantin dan Rapat
8 || Rival Bara
9 || France Angelfish
10 || Pohon Lingga
11 || Rumah Saga
12 || Radio Mobil Bara
13 || Bahu Lingga
14 || HokBen (Spesial Chap)
15 || HokBen Putaran Kedua
16 || Utang Budi
17 || Mantan
18 || Rokok Pele
19 || Minum Air
20 || Petasan Yang Menyala
21 || Rompi Bara
22 || Teman di sisi Saya
23 || Datang Kembali
24 || Lingga dan Lutut
25 || Lampu Kuning
26 || Kebakaran
27 || Serakan Hati dan Beling
28 || Hujan dan Perasaan yang jatuh
29 || Tara dan Sayapnya Yang Rusak
30 || Senyum Manis
31 || Anyelir kuning
32 ||Pesawat Tanpa Pengemudi
33 || Sisi Gelap
34 || Amarah
35 || blood and wounds
36 || Fell In Pain
37 || cold heart
38 || Kebohongan Tara
39 || Rumah Untuk Lingga
Epilog
Root of memories || Bara
Root of Memories || Pele
Info Terbit dan Penghapusan Sebagian

5 || Saga, Kebanyakan!

10.7K 1.2K 56
By tazsasza

Ciee yang baru baca, tapi diem Mulu nanti didiemin balik nangiss :)





















*****

"Tugasnya ini ajah?"

Lingga mengangguk. Begitu orang di sampingnya bertanya.

Ternyata teman sebangkunya juga seorang siswa pindahan sama sepertinya.

Bedanya ia masuk seminggu lebih awal dari Lingga, dan saat Lingga masuk murid itu mengambil izin seminggu lebih. Jadi baru terlihat lagi sekarang.

Hal yang membuat Lingga merasa nyaman bersama murid baru itu, adalah fakta bahwa Saga nama siswa itu tidak seperti apa yang Lingga bayangkan sebelumnya.

*****

Sementara itu, dilain tempat.

Bara tengah mengambil nafas, berusaha sabar. Ketika salah satu anggotanya memaparkan alasan ketelatan pengerjaan laporan keuangan saat tenggat waktu.

Bara juga tidak mungkin menyerahkan ke yang lain ketika semuanya sedang sibuk-sibuknya, apalagi menyerahkan kembali kepadanya Bara sudah tidak yakin duluan.

Bara pun menengok jamnya, masih tersisa satu jam ke waktu istirahat.

"Yasudah kamu bantu seksi acara, biar laporan saya yang rampungkan. Lain kali jangan diulangi lagi. Kalo kamu gak becus buat tepat waktu gak usah jadi sekretaris bendahara, jadi humas saja sana. Nanti kalo sekali lagi saya liat kamu begitu saya pindahkan kamu tanpa pikir panjang. Tidak punya punya tanggung jawab sama sekali."

Siswi itu pun meneguk ludahnya, takut sekali ia. Apalagi nada tegas yang disertai kalimat mengancam terlontar bebas dari mulut Bara, siswi itu pun segera mengangguk patuh dan menyerahkan laporannya pada Bara tanpa melihat ke arah mata Bara yang menghunus tajam ke arahnya.

Setelah menerima, dan siswi tadi juga telah keluar dari ruangannya. Bara pun langsung dengan segera mengerjakannya.

Sambil mengerjakan, Bara terus-terusan menengok ke arah jam dengan amat gelisah.

Dan saat selesai Bara buru-buru saja membereskan alat-alatnya lalu menyerahkan laporan itu pada sekretarisnya yang tengah sibuk mengetik.

"Bos, kotak bekalnya!"

Bara langsung menepuk jidatnya, bagian terpentignya malah ia lupakan.

Bara pun berbalik kembali, dengan cepat ia mengambil kotak bekal yang ada di atas meja osisnya.

"Thank you, Re." Terimakasih Bara pada Renata,sekretaris yang tadi mengingatkan, yang tak lama kemudian dibalas unjuk jempol oleh sekretarisnya itu.

Lalu tanpa ba-bi-bu lagi Bara pun berjalan dengan cepat menuju ke lingkungan kelas 10 IPS dan begitu berada di tengah-tengah lorong, Bara berhenti.

"Bodoh!! mana tau gue kelasnya!" Umpat Bara yang baru sadar jika dirinya tidak tau menahu dimana letak kelasnya Lingga si adik baru, bahkan jurusannya saja Bara tidak tau IPS apa IPa-nya.

Ia lupa untuk menanyakan pada sang mamah, karena saking merasa bersalah sampai-sampai Bara melupakan untuk bertanya.

Di isi otaknya sedari pagi sampai sekarang hanya penuh dengan berbagai penyesalan dan ucapan-ucapan permintaan maaf yang belum tersampaikan.

Alhasil begitu tadi pagi Bara disuruh membawakan kotak bekal untuk diantar ke Lingga. Bara menerimanya tanpa pikir panjang.

Bara pun menghela nafas lelah,lantas tangannya bergerak mengusap wajahnya kasar, ia jadi bingung sendiri saat ini.

*****

"Gak ke kantin?"

Lingga menggeleng kecil, begitu kembali ditanya oleh Saga teman sebangkunya itu.

Sementara Saga yang mendapatkan jawaban itu, tidak bertanya lebih lanjut. Lantas ia berdiri dan berjalan keluar kelas.

Lingga yang melihat kepergian Saga, merebahkan kepalanya di atas meja.

Bohong, jika sebenarnya Lingga tak ingin.

Lingga sudah menahan lapar sejak jam pelajaran kedua. Salahkan saja dirinya yang terlalu pelit kepada diri sendiri, sehingga uang jajan sebagian yang diberikan bundanya tak Lingga bawa malahan ia tabung di celengan bekas botol Aqua berukuran besar.

Karena tadi juga sudah dibelikan bubur, uang Lingga pun tersisa lima ribu rupiah akan tetapi tidak berlangsung lama karena setelahnya bendahara kelas menagih uang kas tiba-tiba. Sehingga mau tak mau Lingga bayarkan semuanya.

Alhasil perutnya benar-benar keroncongan sekarang.

Lingga pun memutuskan untuk memejamkan matanya, mencoba menghilangkan rasa lapar dengan tidur.

Sementara itu dilain sisi, Tara yang sedang duduk di atas tembok terus saja memperhatikan gerak gerik seorang siswa yang berada tak jauh didepannya.

Tara sendiri sedang berada di tempat warung tongkrongan belakang sekolah yang biasa anak-anak kelas
sebelas dan duabelas, kebanyakan menggunakannya untuk merokok dengan bebas ataupun juga sekedar bolos mata pelajaran, dan siswa yang sedari tadi diperhatikan Tara Adalah satu-satunya wajah asing yang tak pernah Tara lihat.

Karena lama sudah menjadi salah satu langganan. Tara jadi tahu siapa saja yang kemari.

"Le siapa tuh bocah? Baru liat gue."

Pele yang sedang berjongkok, mendongak ke atas melihat Tara sebentar, lalu memicingkan matanya begitu melihat arah yang dimaksud oleh Tara. Pele membulatkan mulutnya berbentuk huruf o saat telah mengetahui siapa yang Tara maksudkan.

"Oh itu, anak baru kelas sepuluh sepupunya si Oka. "

"Oh"

Tara langsung manggut-manggut begitu dia mendengar nama Oka. Tapi kemudian mengerutkan keningnya.

"Tunggu-tunggu maksud Lo si Oka wakil ketos kan?"

"Iya rivalnya Abang Lo kan dia." Balas Pele santai sambil menghisap rokoknya dan membuang asapnya bulat-bulat. Kemudian ia melanjutkan, "Gue awalnya agak aneh kan ya, tiba-tiba ajah gitu tadi pagi pas lagi pada ngumpul terus disamperin tuh bocah. Terus tuh anak bilang gini."

Pele tiba-tiba saja langsung berdiri. Lalu matanya di besar-besarkan, dan wajahnya dibuat sedatar mungkin. Kemudian berujar.

"Bang boleh ikut ngerokok."

Tara langsung menyemburkan tawanya saat itu juga. Sebab, ekspresinya sungguh sangat kontras sekali dengan Pele yang selalu keliatan teler.  Yang juga hal tersebut menjadi alasan mengapa pria kurus dengan jaket belel itu dipanggil Pele, karena singkatan Pele berarti Perdi Teler.

Tara lalu membuang nafasnya, ia juga ikut kembali mengisap rokoknya yang lama diabaikan.

Mendengar murid baru Tara menjadi teringat Lingga, sebenarnya Tara memang sudah tau jika Lingga berjalan kaki dari rumah. Tapi dia benar-benar tidak menyangka jika anak itu benar-benar berangkat saat subuh, Tara juga tau saat Lingga dapat hukuman lari keliling lapangan.

Tapi Tara diam saja.

Karena ada sesuatu hal yang ingin ia pastikan terlebih dahulu.

"Mau balik ajah. Lo Ga? Bel masih lama juga ini?"

Tara yang sedari tadi melamun begitu mendengar suara berat Pele kembali terdengar, langsung saja melihat siapa yang ditanya Pele.

Yang ternyata si murid baru yang tadi baru mereka bicarakan.

"Iya bang, bang kalo yang jualan tukang siomay biasanya dimana?"

Tara langsung terkekeh geli, ternyata yang diperagakan Pele sama percis cuman agak beda, karena jika yang melakukannya adalah si murid baru tentu saja sangat pas dengan wajahnya yang dingin, sementara wajah Pele tidak mendukung sama sekali.

Karena merasa diperhatikan,murid baru itu mendongakkan kepalanya dan menatap Tara yang duduk di atas tembok, pemuda tampan itu pun mengangkat alisnya merasa heran.

"Abang ngetawain saya?" Tanyanya sambil menunjuk diri sendiri, ditanya seperti itu, Tara yang masih menahan geli langsung mengangguk. "Iya, soalnya muka lo bahan lawakkan." ucap Tara sekenanya.

Murid baru itu mengangkat sebelah bibirnya tak suka.

"Dah-dah, gak usah didenger si Tara ini emang rada gak jelas orangnya, lo kalo mau beli siomay yang ada di depan sekolah ajah. Tuh siomay paling enak disini."

Pele langsung berinisiatif memberi tahu, si murid baru itupun undur diri.

Tara langsung meloncat dan mendekati Pele.

"Pel, tuh anak bener-bener kayak kanebo kering datar banget busett." Bisik Tara, layaknya ibu-ibu yang sedang menggosipkan sesuatu.

Sementara Pele langsung saja menjauhkan wajah Tara yang dekat dengannya dengan mendorong kening Tara menggunakan jari telunjuknya, lalu ia mengibas-ngibaskan tangannya memberikan instruksi agar Tara mengambil jarak darinya.

"Bau nafas Lo anjing."

*****

Lingga yang mulai mendengar suara bising anak-anak yang mulai masuk ke kelas mulai terusik dari tidurnya lantas ia pun terbangun sambil menggaruk-garuk kepalanya lalu menatap ke sekeliling, kebiasaan bangun tidurnya yang suka memindai keadaan sekitar.

Saat tengah meregangkan tangannya, matanya tak sengaja menangkap plastik hitam di ujung meja.

Karena merasa tidak memiliki. Lingga pun menengok ke samping, mendapatkan Saga yang sudah duduk tenang di kursinya sembari memainkan ponsel.

"Saga, ini punya siapa?" Tanya Lingga.

Saga langsung mengangkat kepalanya, menatap sebentar ke arah Lingga. Lalu kembali melanjutkan memainkan ponselnya.

"Punya Lo." Jawabnya singkat.

Meski merasa heran, Lingga pun mengambil plastik itu lalu membukanya, dapat ia lihat isinya adalah sebungkus siomay.

"Dari siapa?"

"Malaikat Mikail."

Lingga makin kebingungan dengan jawaban Saga.

"Udah makan ajah, orang ada di meja lo berarti punya lo."

"Tapi kan bukan berarti punya saya, siapa tau ada yang ketinggalan."

Saga kembali menatap Lingga, lalu dia menepuk pundak Lingga menyakinkan.

"Punya lo, percaya sama gue."

Dan sekali lagi Lingga melihat ke arah sebungkus siomay itu, sekarang Lingga merasa bingung sendiri.

Ini gimana cara menghabiskannya?

Tanyanya dalam hati begitu melihat sebesar apa bungkus siomay yang ada di tangannya.


*****


Flashback

Saga yang sedang merokok mendadak teringat dengan Lingga kawan sebangkunya.

Yang ternyata Lingga juga merupakan murid yang dilihatnya tadi pagi,Saga yang tadi berangkat kepagian, begitu sampai di sekolahnya selepas menaruh tasnya langsung pergi menuju taman belakang, lalu ketiduran di salah satu bangku dekat pohon saat asik-asik mendengarkan musik.

Dan begitu dirinya terbangun ia melihat sudah ada murid lain yang tengah memakan sesuatu yang dari plastik yang tampak seperti bubur.

Saga yang baru bangun itu pun memutuskan diam sebentar sambil memperhatikan siswa tersebut. Lama menyaksikan mendadak Saga menjadi merasa kasihan sendiri, dia menganggap jika Lingga adalah anak yang kekurangan.

Maka saat ketika ia tau ternyata itu adalah teman sebangkunya. Saga sedikit terkejut, apalagi saat ia bertanya apa anak itu ingin ke kantin atau tidak, anak itu menjawab tidak.

Saga yang sudah melihat Lingga makan dengan lahap tadi pagi. Menyakini diri sendiri jika Lingga itu adalah seorang siswa yang kekurangan materi. Apalagi is samar-samar mendengar bunyi keroncongan perut Lingga.

Nah maka dari itu begitu teringat kembali, Saga pun berinisiatif untuk membelikan Lingga sesuatu, tapi Saga tidak tau dimana tempatnya, lalu tak lama kebetulan sekali ada yang menegurnya langsung saja Saga pun sekalian bertanya.

Setelah berbekal letak dimana tukang siomay, Saga pun pergi.

Dan begitu akhirnya menemukan tukang siomaynya.

Saga pun menghampiri dan membeli siomaynya tiga puluh ribu menjadi satu tanpa beban.

Setelah membeli Saga pun kembali ke kelas saat mendapati Lingga yang tertidur, maka dengan pergerakan yang pelan-pelan tidak ingin membangunkan, Saga pun menaruh siomaynya di ujung meja dan kembali ke kursinya dengan tenang.








7 Juli 2022

Continue Reading

You'll Also Like

22.9K 1.5K 48
[COMPLETED] #TheGAJEseries Tentang dia, Geral Ardiansyah Pratama. Lelaki minim ekspresi yang perhatian dengan caranya. Lelaki yang sering dianggap 'k...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 81.8K 37
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
97K 4.9K 31
[Follow Sebelum Baca!] [New Version!] ************************* Fathir Atmajaya. Cowok yang memiliki hidup yang sempurna bagi sebagian orang, harta y...
28.1K 2.7K 51
[[For the first please follow my account,tq💙]] Start 06/03/21 ⚠️Keep commenting and voting even though it's finished Tahap Revisi Dim light artiny...