Axeryda

By lajeea

72.5K 9.3K 156

[Glasa's : 1] Axeryda selalu ingin tahu bagaimana kisah hidup para arwah yang dia temui. Pada suatu waktu, di... More

01. Arwah teman
03. Benua Olenda
Gelar kebangsawanan
04. Putri keluarga Marquess
05. Makan malam
06. Listrik?
07. Hadiah apa?
08. Hujan musim kemarau
09. Bisakah kamu menjaga rahasia?
10. Apa ini?
*fyi, tentang warna
11. Pesta pertemuan bangsawan
12. Berminat menggantikannya?
13. Kita tidak akan di penggal kan?
14. Sesuai rencana
15. Jangan sentuh
16. Apa yang kamu pikirkan?
17. Edzylar Da Zegatra
18. Kelamvvip special school
19. Dia juga?
20. Kartu hitam
21. Maaf
22. Hiera
23. Perkara Zireo
24. Putri Marquess bodoh
25. Pantai
26. Darren
27. Payah
28. Indomie seleraku
29. Tewas
Hey
30. Lagi
31. Konflik kecil
32. Aku bukan
33. Murid sepesial
34. Dunia visual?
35. Cita-cita?
36. Manusia sialan
37. Permaisuri
38. Bukankah kamu mencintainya?
39. Telat menyelamatkannya
40. Kalian sudah bekerja keras
41. Menghilang
42. Ajaib
43. Dia milikmu
44. Siapa kamu?
45. Kalian dari dunia yang sama
46. Pulang atau pergi?
47. Salah sangka
48. Keluarga
49. Sampai jumpa
50. Panggil aku Ibu
51. Xilero
52. Toilet umum
53. Semua tentangmu
54. Karena saya mencintaimu
55. Darren dan perjuangannya
56. Perpisahan
57. Keadaan saat ini
58. Lembaran baru Baeet
59. Berkorban

02. Selamat datang dunia

2.6K 276 5
By lajeea

[Axeryda]

Aku membuka mataku perlahan, pusing, berisik sekali.

Dan, apa ini?.

Sebuah pasar?.

Aku memasuki 'entah apa itu sesuatu yang aneh' hanya untuk ke pasar? Benar-benar arwah sialan itu.

Tapi, tunggu sebentar, ini di pasar mana?.

"Minggir gadis! Untuk apa kau menghalangi jalan seperti itu?!" gertak seseorang membuatku dengan sigap berdiri, tapi tentu saja itu membuat kepalaku ini semakin pusing.

"Maaf Paman" aku meringis tidak enak, sangat aneh duduk di tengah-tengah pasar sedangkan orang lain berlalu-lalang.

Aku menepuk rok seragam SMA Bhagawanta dengan keras, berupaya menghilangkan debu yang membuat tampilanku semakin buluk.

"Nona Axeryda!" panggilan seseorang dengan gugup.

"Astaga Nona, Anda tidak boleh kabur dari rumah lagi, menyamar menjadi rakyat jelata? Baju siapa yang Nona pakai? Sangat tidak layak" orang tadi langsung memayungiku, astaga, hei, siapa orang ini?.

"Mari Nona mobilnya di seberang jalan" orang aneh itu menuntunku ke sebuah mobil berwarna neon yang menyakiti mata di siang bolong.

"Benar-benar hampir membuatku buta" aku menggeleng, tak tahan untuk tidak berkomentar.

"Apanya Nona?"

"Warna mobil ini..., siapa pemiliknya?" tanyaku penasaran.

"Hah? Ini mobil Anda tentu saja" oke, orang ini sepertinya pelayan pribadi.

Aku tidak punya mobil sendiri tentu saja, Papa tidak akan membiarkanku menyetir sendiri.

"Nona ayo segera masuk, di luar panas" desak pelayan itu membuatku otomatis masuk ke dalam mobil.

Setelah pelayan tadi masuk juga, mobil mulai dijalankan oleh sopir, tapi aku harus bertanya.

"Di mana ini?" tanyaku, itu harus, tempat ini begitu asing, pasar tradisional, aku tidak pernah menemukan yang serapi dan sebersih itu, serius, biasanya kalau aku pergi ke pasar, pasti sampah di mana-mana, entah sampah plastik sampai sayur-sayuran yang sudah membusuk.

"Anda pergi terlalu jauh sampai tidak mengetahui Anda pergi ke mana Nona, ini di pasar Kala" pelayanan tadi menjawab.

Ah karena otakku pintar, aku beralih menggerayangi tas mencari ponsel, hendak mencari di google maps, apa lagi.

"Mencari apa Nona?"

Aku baru ingat, ponselku dibanting sampai mati oleh papa kemarin. Ah, itu semua gara-gara adikku yang ular itu. Mulai detik itu dia bukan adikku lagi.

Aku diusir dari rumah, itu intinya.

Karena sudah terlanjur marah dan kecewa, ya, aku pergi dari rumah sesuai dengan yang Papa minta. Aku tidak membawa baju, serius, karena semua bajuku dibeli dengan uang Papa, aku sangat enggan.

Tetapi untungnya, laptop, photo card, album-album, semua pernak-pernik yang berkaitan dengan idolaku, dan dua lightstick yang kepalanya berbentuk persegi enam itu aku masukkan ke dalam dua tas ransel yang ku bawa dengan kerepotan ini. Oh iya, sepuluh bungkus Indomie dengan berbagai rasa dan enam botol minuman yogurt juga masuk ke tote bag yang aku tenteng. Yah setidaknya aku membawa hartaku yang paling berharga ini.

Tunggu, kenapa aku menurut sama orang yang tidak aku kenal ini?.

"Siapa kamu?" tanyaku akhirnya merasakan ketegangan, dasar bodoh.

"Nona, jangan bermain-main, bukan begini caranya untuk menolak tanggung jawab setelah hampir mencelakai orang lain" wajah pelayan ini sedikit lelah.

????.

"Serius kamu siapa?" desakku.

"Astaga Nona, saya Sila, pelayan Nona, jangan berpura-pura lupa ingatan" gemas pelayan itu, wajahnya seperti pertengahan tiga puluh.

Sejak aku beranjak remaja, aku tidak pernah mempunyai pelayan lagi, Papa memecat semuanya, bahkan Bibi yang telah merawatku sejak aku masih bayi. Cuci baju, menyapu, mengepel, dan cuci piring saja aku mengerjakan sendiri. Entah apa yang ada dalam pikirannya, padahal sudah jelas finansial kita tidak keberatan untuk membayar pembantu. Yah, tetapi itu bukan urusanku juga.

Selama perjalanan aku hanya memandangi daerah-daerah yang dilewati, ini di mana?. Tiga puluh menit kemudian, mobil berhenti di halaman luas, aku segera turun, menatap dengan kagum bangunan mewah namun elegan di hadapanku.

"Rumah siapa ini?" tanyaku menyikut lengan Sila.

"Nona, jangan bercanda, Marquess Brandon sudah menunggu sejak tadi" Sila memaksaku untuk masuk.

Marquess ya? Benar-benar Marquess? Baik.

Aku menatap sekeliling dengan waspada. Mewah. Ini seperti rumah banyak orang, seperti komplek, namun dalam satu kepala keluarga.

"Kita akan ke mana?" mataku masih jelalatan.

"Tentu saja ke kediaman Marquess" Sila menarik tanganku, menuju kediaman paling besar di antaranya kediaman lainnya.

"Sila, aku bukan nonamu" bisikku.

"Nona" Sila menatapku lelah.

Aku lebih lelah lagi.

"Tahu tidak, aku masuk ke suatu portal, mengikuti tiga arwah teman sekolahku, lalu aku-"

"Jangan mengarang lagi Nona, saya rasa saya akan pingsan tidak lama lagi" Sila meraup mukanya, aku memandang Sila aneh.

Setelah memasuki halaman kediaman Marquess, Sila melepaskan genggamannya, dua prajurit di samping pintu yang sangat tinggi itu segera membuka pintu.

Aku rasa aku menaiki mobil tadi, walaupun aku tidak mengetahui mereknya apa, tetapi bahkan kelihatannya mobil itu sudah lebih modern dan jauh lebih artistik daripada mobil yang sering aku lihat, kenapa masih ada prajurit segala?.

"Kamu kembali Axery" suara pria yang duduk di sofa mewah single itu menatapku tajam.

"Siapa dia?" bisikku kepada Sila, namun Sila bungkam, sial sekali.

"Saya berhasil menemukan Nona Axeryda, Marquess Brandon" Sila membungkuk hormat sebentar.

"Duduk Axeryda" perintahnya membuatku duduk dengan tergesa.

"Ke mana saja kamu?" tanyanya mengintimidasi.

"Ke pasar Kala" aku menyebutkan nama pasar yang menjadi tempat mendaratku setelah memasuki portal aneh itu.

Setelah diam beberapa saat, pria yang mungkin seumuran Papaku itu berbicara kembali.

"Baju tak sopan siapa yang kamu pakai?" tanyanya lagi.

Sontak, aku menunduk mengamati apa yang aku pakai, seragam khas SMA Bhagawanta dengan dirangkap sweater putih polos.

"Yang benar saja ini tidak sopan, ini adalah seragam SMA Bhagawanta kebanggaanku" aku menepuk dada beberapa kali.

"Apa itu SMA Bhagawanta?" tanya wanita yang duduk di seberangku, memakai gaun mewah? Astaga rumit sekali.

"Yang benar saja tidak tahu SMA Bhagawanta" aku melepas tote-bag dan tas ranselku, kemudian hendak melepas sweater putih.

"Apa yang kamu lakukan, melepas baju?!" Marquess Brandon meninggikan suaranya.

Aku tidak menggubris, melepas sweaterku dan menunjuk-nunjuk logo SMA Bahagawanta di lengan kiri kemeja pendek ini.

"Lihat, SMA Bhagawanta, astaga, apakah ini kurang populer?" aku menggeleng tidak percaya, karena, sekolahku itu salah satu dari tiga sekolah swasta paling terkenal di Jakarta.

"Pergi ke kediamanmu, ganti baju. Pakaian seperti itu tidak layak dipakai Putri kediaman Marquess" perintah Marquess Brandon mutlak.

Sebenarnya siapa Putri kediaman Marquess itu?.

"Bukannya seragam kelamvvip special school juga serupa seperti itu?" tanya wanita yang tidak tahu SMA Bhagawanta itu apa.

"Ya, tapi itu bukan seragam KSS kan?" Marquess Brandon bertanya balik.

"Siapa yang kalian maksud putri kediaman Marques?" tanyaku.

"Axery, cukup dramamu" pria itu menghela napas panjang. Drama apa, astaga.

"Drama apa? Aku Axeryda, anak bapak Sadewa" aku membantah, menyebutkan nama papa.

Pria itu menoleh ke wanita yang aku tebak istrinya.

"Kau yang membuatnya, itu anakmu" wanita itu tidak terima dipandangi curiga oleh Marquess Brandon. Aku ingin tertawa saja mendengar kalimat penyangkalannya.

"Aku percaya" Marquess Brandon mengalihkan pandangannya kepadaku.

"Axery, jangan selalu membuat onar" Marquess Brandon berkata dengan serius. Baru saja datang, sudah dituduh menjadi pembuat onar.

"Sekarang, pergi ke kediamanmu, ganti pakaian yang layak. Kalau perlu, benturkan kepalamu jika benar-benar lupa ingatan"

›‹

Pakaian Axeryda:


Asikin aja bro🤧

Continue Reading

You'll Also Like

30.3K 4.5K 37
STORY FROM DREAM LAND II °°° Romance - Drama - Wuxia - fantasy - fiksi komedi - kingdom - kolosal ⚠️⚠️⚠️ ATTENTION⚠️⚠️⚠️ cerita ini...
54.3K 7.4K 23
Kill adalah seorang gadis yang di besarkan untuk menjadi mesin pembunuh oleh sebuah kartel bawah tanah, yang terkenal akan kebejatannya. Seperti nama...
13.9K 1K 38
"True Princess" merupakan buku dongeng kanak-kanak tentang 2 putri raja yang seharusnya memiliki nasib yang bertentangan. Karena 2 putri ini lahir da...
103K 10.4K 82
[MARI FOLLOW SEBELUM BACA] ✨Bukan Novel Terjemahan✨ FANTASI STORY 🙏Typo sebanyak dosa Malin Kundang Akhir yang bahagia kedua pasang kekasih yang se...