XABIRU [END]

By SiskaWdr10

49.4K 3.8K 599

[Series stories F.2 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Hilangnya satu malaikat Tuhan kembali memberikan malaik... More

01.Kita yang sama
02.Si gadis sempurna
03.Apa itu ayah?
04.Mata yang sama
05.Mindset yang buruk
07.Jagoan sedang sakit
8.Rai, kita jadi dukun ya.
9.Malaikat dan kehidupan
10.Anti bucin garis keras
11.Semesta & Rai milik Biru
12.Silsilah darah Ricardo
13.Ru, bumi udah bersyukur.
14.Si biang kerok menang
15.Masa-masa dengan Ra
16.Selamat hari Rai sedunia
17.Biru lebih berhak bahagia.
18.Prioritaskan diri sendiri
19.Puisi punya pemiliknya
20.Gess gadis bintang rock
21.Yang berkuasa atas rasa
22.Satu-satu nanti cape Ra
23.Insiden naas di rooftop
24.Duplikat dari sang ayah
25.Momen khusus ruang hati
26.Mengulang sejarah silam
27.Sejatinya rumah berpulang
28.Revolusi seorang Xabiru
29.Siap patah berkali-kali
30.Bad rumor, real hickey?!
31.Mengalir darah malaikat
32.Dua pemeran yang buruk
33.Selamanya tetap pelanggar
34.Dari si pemberi luka
35.Kita pake kerja cerdas
36.Hukum kekekalan hati
37.Biru, you are not alone.
38.Dasar pengingkar janji
39.Bandung adalah kamu
40.Ra selamat bahagia ya.
41.Kejutan paling mahal
42.Petualangan telah usai
43.Pulang untuk menetap
44.Pemenang dari takdir
45.Penikmat alur tengah
46.Lekung pemulih luka
47.Si netra hijau [akhir]
Hiii

06.Dia iblis pembunuh!

1.5K 116 10
By SiskaWdr10

06.Dia iblis pembunuh!

Andaikata mulut Rai sudah berbusa kala terus menjelaskan kejadian kacau kemarin di kantin, pembuktian yang terlontar dari mulutnya tetap ditolak oleh mereka, malah Ibunya Faiz akan menuntut atas tindakan kekerasan Rai pada puteranya yang jelas bersalah.

"Zara sekarang kamu kasih penjelasan dong, kamu itu korban aslinya," desak Rai pada Zara -si gadis yang kemarin ia tolong- hanya menunduk tak berani membuka suara karena takut akan dikeluarkan juga.

"Dasar gadis pengarang! cari perhatian sampai anak saya yang jadi korban," dumel Ibu Faiz seenak jidat.

"Jika tidak bisa berkata jujur sebaiknya Ibu diam, Ibu pikir saya tidak tahu kalau Ibu menyembunyikan sikap absurd anak ibu sendiri menggunkan uang?"

"Raisa!" sentak Pak Wendi.

"Lho itu bukan faktanya, pak? uang itu selalu menang di atas segala-galanya bukan," sarkas Rai lalu tersenyum kiri. Senyum yang berhasil membuat tanduk Mama Faiz muncul, ia berdiri dan hendak menampar Rai.

BRUAK!

Pintu kantor dibuka secara paksa oleh Xabiru, ia berjalan santai dan duduk di sofa, tepat sebelah Rai. Orang-orang yang katanya penting itu sontak menoleh pada Xabiru.

"Panas amat bu kaya anaknya salah? santai kenapa sih," sindir Xabiru.

"Xabiru keluar, tidak sopan sekali kamu menggangu rapat!" sentak Pak Wendi dengan tatapan tajam.

Dengan watadosnya Xabiru menguap mengeluarkan ponselnya dan menunjukan video aksi bully Faiz CS kemarin. Seketika tubuh Faiz panas dingin.

Semua guru yang menyaksikan terdiam menunggu Faiz menjelaskan. "Itu bukan anak saya!" elak si Ibu masih mau membelanya.

Di lanjut dengan Kakek Faiz. "Benar, cucu ku tidak mungkin melakukan hal memalukan seperti itu!"

Ya Tuhan, Rai bangga bukan main pada Xabiru yang mau ikut campur dengan masalah yang kemarin ia anggap urusan orang lain ini.

"Kamu dapet video nya dari mana biru?" Pak Wendi bersuara cemas, disini tugas ia membela Faiz jika tidak habis riwayatnya.

Xabiru menyandarkan punggungnya santai pada sofa sambil tersenyum manis memandang wajah Rai. "Sekarang kalian cuma boleh pilih salah satu, cabut tuntutan Rai dan minta maaf ke dia sama zara atau saya sebar video itu, oh atau lebih seru saya laporkan saja bukti video nya langsung pada komite kekerasan anak?"

Suara Ibu Faiz seperti langsung tercekat di tenggorokan. Rai tersenyum simpul, akhirnya ia bisa menang melawan mereka pakai cara sehat.

Butuh waktu 30 menit untuk Faiz dan Ibunya meminta maaf. Urusan beres.

"Jangan nangis lo cowok," ejek Xabiru pada Faiz yang tadi sempat ditampar Kakeknya karena menolak meminta maaf.

Rapat selesai, mereka semua meninggalkan ruangan. "BIRU!" teriak Rai mengejar Xabiru yang setelah rapat beres wajahnya berubah dingin.

"Biru makasih ya," tetap berjalan, tidak sedikitpun menoleh pada Rai yang susah payah menyamakan langkah kakinya. "Kamu tiba-tiba marah kenapa?"

"BIRU!"

"WOI!"

"BIRU GA SOPAN LHO ORANG NGOMONG GA DI RESPON," ketus Rai yang akhirnya ikut memandang lurus ke depan dengan bibir mengerut.

"Orang yang lo tolong bahkan sama sekali nggak buka suara buat bantu lo, sampai sini lo paham kenapa gue maksa buat lo nggak ikut-ikut urusan orang lain?" suara berat Xabiru bertanya.

"Biru----"

"Kalau tadi gue telat datang nggak ada toleransi buat lo nggak di keluarin dari sekolah, lo bener uang ngalahin segalanya, cuma modal baik bakalan terhempas Rai," lanjut Xabiru marah dengan pandangan tajam pada Rai.

Rai membuang nafas perlahan, coba tidak ikut terbakar api emosi. "Oke, makasih banyak ya? makasih udah peduli sama saya dan makasih udah bantu saya hari ini," balasnya dengan senyuman tipis dan berlalu pergi.

Pola pikir mereka yang berbeda membuat keduanya terus berdebat dan untuk itu Rai yang mengalah pergi sebelum mulut Xabiru mengeluarkan kata-kata yang bisa membuat gagasan Rai berubah.

"Berhasil bos?" tanya Calvin yang tiba-tiba datang bersama Zergan.

"Awas aja biru bangke bilang nggak gue kubur hidup-hidup lo, kita nerobos malem-malem buat ngebobol CCTV kantin ya kali hasilnya gagal?" Zergan ikut bertanya. Xabiru hanya berdehem malas.

"Ayo gue traktir," ucap Xabiru sebagai tanda terima kasih kedua temannya telah membantu. Bukan mudah harus mendapatkan rekaman yang disembunyikan pihak sekolah tentang sialannya cucu kepala sekolah itu.

"Padahal kalau pake kekuasan bokap lo nggak perlu capek-capek kita malem," kata Calvin dengan dua porsi bakso di depannya.

"Lo mau gue jejelin sambel?" tanya Xabiru galak. Zergan tertawa.

"Udah dikasih gratisan masih bacot aja lo, diem aja si vin," kesal Zergan.

*******

"XABIRU!" gadis tinggi semampai bak model dengan penampilan modis berambut pirang dan pakian minim itu langsung memeluk Xabiru, mencium pipi kiri kanan Xabiru berulang kali hingga lipstiknya menempel sempurna.

"Xaviera hentikan, lipstik merah mu bisa mengotori pipi mulus ku," jawab Xabiru dengan wajah yang ia buat kesal.

"Menggelikan bicara mu! kau harusnya menjemput ku di bandara, uhhh kau pasti habis nongkrong bukan? seragam mu sampai tercium asap rokok, Biru jangan terlalu banyak merokok aku tak ingin rokok membuat mu bertemu mommy," ujarnya dengan tatapan sendu.

"Tuhan tidak setega itu mengambil ku dari mu, lagi pula tenang saja dosa-dosa ku masih banyak," balas Xabiru sambil duduk di sofa dengan senyum berguraunya.

Xaviera mencebikan bibir kesal. "Ya! jadi orang yang banyak dosanya akan dicabut nyawa paling akhir? dasar sok tahu!" Xabiru tertawa, melempar tasnya ke sofa sekaligus membuka sepatu.

Wajah Xaviera kembali sumringah. "Biru kita jadikan melakukan rencanya yang ku buat?"

"Pakai lah jaket ku jika kau ingin keluar," ucapnya mengalihkan pembicaraan sekaligus memperingati agar Kakak kandungnya itu tidak keluar menggunkan pakian minim untuk keluar rumah. Bertahun-tahun lamanya tinggal di amsterdam membuat Xaviera Abila Ricardo ini jadi liberal.

Terdengar decakan dari bibir Xaviera. "Biru look at this!" ia menunjukan kertas-kertas di meja. "Rencana kita akan berhasil biru, aku sudah menyusunnya sedemikian rupa, ini sudah matang. Kita akan beraksi!" Xabiru berjalan ke meja makan dibuntuti Kakaknya yang terus membujuk Xabiru agar ikut rencananya. "Biru, please listen to me...." rengeknya terdengar frustasi.

Xabiru menegak air di gelas, menyimpan gelas tersebut dan berjalan ke kulkas mengambil buah pir. "Kapan kau akan mendengarkan ku? bahkan di telpon saja kau selalu berpura-pura tidak ada jaringan, sekarang secara langsung pun kau sengaja menulikan pendengaran mu! kau memangnya mau Tuhan mengabulkan untuk jadi tuli sungguhan?"

"Sembarangan!"

"Ya makannya dengar kan baik-baik Kakak cantik mu ini, aku sudah membeli semua perlengkapan----"

Bohong jika Xabiru tidak mendengar, sejujurnya ia mendengar semua rencanya Kakaknya. "Ingin ku belikan makanan?" tawar Xabiru dengan mulut menguyah buah pir.

"Tidak! aku hanya ingin kau dengar," ketusnya lalu duduk di kursi meja makan, sedangkan Xabiru kembali duduk di sofa, mengambil remote dan menghidupkan TV, menganggap jika kakaknya hilang ditelan bumi. Jarak dari ruang tengah ke meja makan memang dekat, mereka bisa saling tatap muka untuk mengobrol.

Plang!

Plang!

Xabiru membuang nafas jengah. "Jaga sikap mu ini rumah aunty, Xaviera!" bukan menurut Xaviera malah kembali memecahkan gelas dan piring.

"XAVIERA!" sentak Xabiru.

"Biar saja! kau juga tidak mendengarkan ku," balasnya dingin. Bisa-bisa habis perabotan di rumah aunty jika Xabiru tidak menahan kakak kepala batunya itu.

"Iya, oke. Hentikan lebih dulu," ucap Xabiru yang sudah bangkit dari posisinya.

"Artinya kau akan ikut rencana ku?" tanya Xaviera dengan mata berseri-seri. Xabiru mengigit bibir bawahnya dan menggeleng.

"Kenapa Biru? Kenapa?! bukannya saat kecil cita-cita mu akan melenyapkan daddy? sekarang sudah saatnya biru, kita bukan lagi anak kecil yang tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis, kita tidak lagi bisa di bungkam. Kita sudah besar biru!"

"Kau harus melupakannya, itu hanya perkataan anak kecil yang masih belum bisa berpikir benar."

"Biru?" air mata Xaviera turun tanpa diminta. "Biru...." panggilnya kecewa dan amat pelan.

"Mommy di atas akan marah jika kita menjadi manusia jahat, Xaviera tolong mengerti lah," sebisa mungkin Xabiru melembutkan suaranya. Xaviera mengusap kasar air mata di pipinya.

"Kau jahat biru! padahal satu-satunya yang kupunya hanya kau," ketus Xaviera berucap.

"Kau bisa lupakan kejahatan daddy, coba ingat lah hal-hal baik tentangnya, kita tumbuh besar oleh uangnya, kau bahkan bisa jadi chef ternama oleh uangnya, cukup kita pikirkan hal-hal baik saja tentang daddy. Percayalah pada ku Tuhan akan membalas dengan caranya sendiri."

Dada Xaviera naik turun lantaran emosi yang menggebu-gebu. "Semudah itu kau meminta ku untuk melupakannya?"

"Xaviera----"

"TIDAK AKAN PERNAH, SAMPAI AKHIR HAYAT PUN TIDAK AKAN BIRU!"

"XAVIERA!"

PLANG!

"Katakan padaku bagaimana caranya melupakan iblis sialan yang membuat mommy pergi?! di depan kita saat kecil bahkan dia sering memukuli mommy tanpa ampun!" air mata Xaviera turun deras. "Uangnya sama sekali tak pernah mengobati rasa sakit dan benci ku terhadapnya biru."

PLANG!

BRUAK!

Semua piring dan kaca yang ada di meja Xaviera pecahkan menggunkan tangannya yang menyibak keseluruhan barang tersebut. "DIA PEMBUNUH MOMMY! DIA TIDAK PANTAS KITA SEBUT DADDY BIRU, DIA JAHAT, IBLIS!"

Xabiru berjalan mendekati Kakaknya menghiraukan kakinya yang menginjak beling dari piring dan kaca. Wajah Xabiru terlihat kalut. "Maafkan aku," lirihnya hendak memeluk tapi ditolak mentah-mentah oleh Xaviera.

"Kau yang ku harap kan ternyata juga mengkhianti ku, biru kau jahat, kau sama seperti daddy dia ... dia bahkan menghapus semua bukti dan jejak setelah membunuh mommy, kau tahu hingga detik ini aku selalu berharap daddy bisa merasakan dinginnya tidur di sel, kau berhasil meruntuhkan harapan ku biru, kau ... kau----"

"Xaviera hentikan!"

"KAU INGAT INI?" Xaviera menunjukan bekas luka goresan di dekat urat tangannya, dulu untuk menghentikan pukulan Alex pada Ibu mereka, Xaviera mengalihkan dengan menggores lengannya sendiri, sehingga Alex yang tengah memukuli Ibu mereka berdua bergegas membawa Xaviera ke rumah sakit. "KAU BAHKAN TIDAK TAHU KARNA DADDY AKU TRAUMA UNTUK MEMULAI HUBUNGAN PADA LAKI-LAKI DI LUAR SANA, AKU TAKUT PADA SIAPAPUN YANG BERGENDER LAKI-LAKI SELAIN DIRUMU, AKU TAKUT MEREKA SAMA SEPERTI DADDY," dada Xabiru langsung sesak, matanya memanas. Dengan isakannya Xaviera terus berucap. "Semua teman-teman ku bahkan sampai menuduhku gadis tidak normal, memanggil ku si gila tidak berperasaan, biru kau pasti tahu semua rasa sakit ku kan?" dengan segenap tenaganya Xabiru menarik Xaviera dalam dekapannya, saat Xaviera akan melepaskan Xabiru menahan, sebab tahu kakaknya akan semakin meledak jika menyangkut tentang kejadian kelam di masa lalu itu.

Dalam dekapan Xabiru, Xaviera terus mengoceh memaki ayahnya hingga seregam Xabiru terasa basah oleh air mata Xaviera. "Please kill him for me, biru aku mohon, biru--- tidur ku bahkan tidak pernah nyenyak selama ini."

Telapak tangan Xabiru mengelus-ngelus sayang rambut panjang Xaviera. "Yes, anything for you," finnally-nya setengah hati.

******

"Silakan kembali ke kelas masing-masing, upacara hari ini dibatalkan karena kendala soon sistem yang tiba-tiba rusak!" suara Jainal si ketua OSIS menggunkan speaker kantor.

Tiga sekawan bugundal itu langsung ber-yes sama-sama. Xabiru mengajak keduanya tos karena rencana mereka berhasil, malas jika pembin nya Pak Wendi pasti ketiga orang ini namanya akan disebut dengan berbagai kejelekan yang mereka buat. "Nggak sia-sia gue berteman sama PLN," celetuk Calvin sambil berjalan bersama kedua temannya yang juga amat bahagia.

"DONGO, PLN dimana-mana membenarkan yang rusak bukan merusak yang bener," jawab Zergan.

Xabiru melepaskan dasi yang ia pasang asal tadi di lehernya dan ikut menyahut. "Intinya kita berhasil, udah ga usah bacot lagi. Syukur-syukur nggak ketauan."

"Kantin?" ajak Zergan untuk membolos.

"GAS!" balas keduanya semangat.

Lekung bibir senyum mereka serempak runtuh saat Jainal kembali membuka suara di speaker. "SILAKAN KEMBALI KE BARISAN KELAS MASING-MASING, SYUKUR DENGAN BANTUAN RAISA SOON SISTEM KEMBALI BISA DIGUNAKAN."

"Biru anjir sia-sia gue bangun subuh!" amuk Zergan, mereka belum berbalik badan untuk kembali ke barisan.

"Sumpah tu satu cewek dari mana tau? oh lo cepu ya biru, bersekongkol sama dia? jahat banget lo biru, sakit hati gue," keluh Calvin dramatis.

"Dih anjing apaan lo drama banget, gila aja ngapain gue bersekutu sama tu cewek? lo berdua tau sendiri karna kejadian si Faiz sialan gue marah ke dia," jelas Xabiru tidak terima dituduh.

Zergan membuang nafas kasar. "Lah terus dia tau dari mana?"

"Sakti gan tu cewek, asli. Lo bae-bae biru kalau mau pdkt," nasihat Calvin pada Xabiru yang memasang wajah masam. Semenjak Rai pindah ke sekolah ini Xabiru selalu terkena getahnya.

Xabiru menggeram kesal dan menendang batu kerikil menggunkan kaki nya. "Ah, shits!" lalu membalikan badan.

"BIRU-BIRU MATI LO ANJING, MATI AJA!" kata Zergan bersungut-sungut.

Raisa tidak bisa menyembunyikan senyum puasnya saat melihat tiga anak nakal tersebut di hukum di tengah lapangan, menjadi tontonan seluruh peserta upacara. Kemarin sebenarnya Rai tidak benar-benar bebas, ya walaupun tuntutannya sudah dicabut ia tetap kena hukuman, subuh ia datang ke sekolah untuk menyapu ruangan PMR sebagai hukuman tidak tahu-tahunya ia memergoki mereka bertiga yang hendak memutuskan kabel son sistem, saat ketiga nya mengambil alat pemutus kabel Rai bergerak cepat menggantikan kabel hidup itu pada kabel rusak yang ada di gudang, jadi untuk memperbaikinya mudah saja. Rai tinggal mengambil kabel yang ia sembunyikan tadi, kelar.

"Ya kali biru kita nggak mau ngasih perhitungan sama tu cewek? sia-sia aja gue bawa alat-alat buat nyopot kabel," kata Zergan dendam.

"Lo berani?" tanya Xabiru. "Dia bukan sembarang cewek."

"Bener gan, udah deh gue angkat tangan, nggak sanggup gue berurusan sama tu cewek," Calvin mengusap peluh di lehernya. "Lagi udah rencana gagal kaki lo tolol biru," kesal Calvin, mereka mengobrol sambil hormat ke bendera tanpa menoleh satu sama lain, Xabiru berdiri tegak di tengah kedua temannya.

"Iya najis, kakinya nggak lulus SD. Sasaran nendang orang pilih-pilih lo malah kepala Pak Ahmad kena batunya!" ucap Zergan judes. Terus saja saling menyalahkan satu sama lain.

"LO BERDUA BISA DIEM AJA GA? KAKI GUE KESEMUTAN NYET," ketus Xabiru membuat kedua temannya langsung tutup mulut.

Sekilas Rai salfok pada sepasang netra hijau Xabiru yang mengkilat karena terkena sinar ultraviolet dari matahari pagi ini yang cukup terik. "Kenapa Abang bisa seyakin itu kalau Xabiru anak Bu Dokter Grace?" guman Rai yang berdiri di barisan paduan suara.

Kale yakin sebab ia bisa merasakan aura saat dekat dengan Xabiru dengan Bu dokter Grace hampir saling terhubung seakaan memiliki ikatan batin yang tak kasat mata.

'Sudah saya bilang, jadi orang jahat nggak akan selamanya ada dipihak semesta, diminum ya! pasti capek'

"Baru gue mau nyantet tu cewek eh malah ngasih kita minum, gak ngerti sumpah gue jalan pikirnya," kata Zergan lalu menegak botol aqua yang Rai berikan di kolong meja Xabiru, di plastik tiga botol itu terdapat isi note yang membuat Xabiru tersenyum tipis.

"Nanti request napa sih sekalian bungkusin bakso, dikira kalau habis dijemur kaga lapar?" sahut Calvin tidak tahu diri.

"Kebanyakan duduk jadi nggak tau diri lo kampret, udah bersyukur dikasih minum. Ucapan lo malem itu bener biru semua tindakan nekat tu cewek emang punya alasan tertetu, gue ngasih restu deh sekarang kalau lo mau pacaran sama tu cewek," Calvin tersedak oleh ucapan Zergan.

"Dih dongo? disogok aqua doang luluh, lemah lo, lagian mana mau cewek baik-baik kaya dia pacaran sama biru si anak kesayangan pak Wendi? bisa-bisa nggak direstuin satu kantor!" Zergan tertawa puas oleh ejekan Calvin.

Xabiru ikut tertawa kecil. "Tau-tau gue jadian mati berdiri lo berdua, liatin aja."

Segera mungkin Calvin meralat ucapannya. "Si anjir sih? bercanda gue!" ketiganya kembali tertawa.

Tawa itu langsung terhenti kala salah satu siswa memasuki kelas dan berteriak kencang. "RAISA MAU BUNUH DIRI DI ATAS GEDUNG SEKOLAH!"

Deg! secepat kilat Xabiru berlari keluar.

*********

Continue Reading

You'll Also Like

39.1K 4.7K 83
"Kal. Definisi kebahagiaan itu berbeda -beda, dan aku akan bahagia kalau kamu bahagia." 📌𝐺𝑒𝑟𝑖, ᴛᴇʀᴀᴋʜɪʀ (NCT U, NCT 127, NCT Dream, WayV.) ⚠️War...
1.5M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1M 17.3K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 335K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...