πŸ†ƒπŸ…°πŸ…ΌπŸ…°πŸ†ƒ Sangat Membenci Me...

By iu3a17

129K 6.9K 1.2K

[WARNING: TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR C... More

Kata Pengantar Penerjemah Abal-Abal
Curhatan Mimin Selama Menerjemahkan
Introduction
Chapter I Katanya Semakin Membenci Sesuatu, Semakin Sulit untuk Menghindar
Chapter II Perang Dimulai
Chapter III Keduanya Memanas
Chapter IV Cara untuk Membalas
Chapter V Menyaksikan Sendiri
Chapter VI Seseorang yang Sok Kuat
Chapter VII Menempelkan Daun Emas ke Belakang Patung Buddha
Chapter VIII Perubahan Sudut Pandang
Chapter IX Di Waktu Malam
Chapter X Perasaan yang Menuntun
Chapter XI Dibawah Guyuran Air Dingin
Chapter XII Mati Akibat Ucapan
Chapter XIII Di Tengah Situasi Buruk
Chapter XIV Perasaan yang Terucap
Chapter XV Menelan Kata-Katanya Sendiri
Chapter XVI Sekali Saja Tidak akan Cukup
Chapter XVII Kedua Kalinya Telah Dimulai
Chapter XVIII Mulut yang Berkata Tidak...
Chapter XIX ...Tapi Setiap Waktu Selalu Selesai
Chapter XX Sebenarnya, Hanya Merasa Takut?
Chapter XXI Beginikah Teman?
Chapter XXII Aku Tidak Akan Berbaikan!
Chapter XXIII Status Hubungan
Chapter XXIV Saat Memutar Sumbu yang Hampir Terlepas
Chapter XXV TTM Bukan Pacar, Tidak Berhak Bertindak Posesif
Chapter XXVI Berhenti Di Tempat yang Sama
Chapter XXVII Tiba Pada Titik Memutuskan Hubungan
Chapter XXVIII Menyalahkan
Chapter XXIX Ketika Type Telah Memiliki Status Hubungan
Chapter XXX Pulang ke Rumah
Chapter XXXI Harus Berpikiran Terbuka
Chapter XXXII Cara Berpikir Pria Buruk Itu
Chapter XXXIII Seseorang yang Egois
Chapter XXXIV Ulang Tahun Bersama Seseorang di Masa Lalu
Chapter XXXV Tidak Terlihat akan Dicampakkan
Chapter XXXVI Harga untuk Menahan Sebuah Kenyataan
Chapter XXXVII Ketika Dia Meminta Putus
Chapter XXXVIII Cerita Kala itu
Chapter XXXIX Sungguh, Seseorang yang Lebih Tinggi
Chapter XL Milikku!
Chapter XLI Huft, Dia Benar-benar Jahat
Chapter XLII Menghimpun Tentara, Jangan Gila...
Chapter XLIII Rasanya Benci, Bagaimanapun Juga, Aku Mencintainya
Chapter XLIV Di Atas Panggung
Chapter XLV Bercinta di Malam Hari
Chapter XLVI Kebahagiaan Ini Akankah Berlanjut ?
Chapter XLVII Di Belakang Cintanya
Chapter XLVIII Ketika Sang Mantan Kembali
Chapter XLIX Tolong, Kembalilah
Chapter L Harga Sebuah Kebohongan Merupakan Awal Masalah Besar
Chapter LII Karena Cinta, Sehingga Takut
Chapter LIII Penyebab Berjanji
Chapter LIV Penyebab Sebenarnya
Chapter LV Kebenaran Di Bawah Dusta
Chapter LVI Investasi yang Tidak Terbayarkan
Chapter LVII Menghancurkan Topeng
Chapter LVIII Pernyataan yang Tidak Sesuai Harapan
Chapter LIX Api di Atas Sekotak Es
Chapter LX Pertarungan Panas di Lautan antara Mertua dengan Menantu
[END]Chapter XLI Akhir Pertempuran Tak Terduga

Chapter LI Mantan VS Pacar

757 62 14
By iu3a17

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

"Tar, Phi tidak akan bertemu dengan Tar lagi"

"Tapi..."

"Jika Tar benar-benar mencintai Phi, Phi mohon, Phi tidak ingin membuat masalah dengan pacar Phi"

Thara menghela nafas berat saat mengingat percakapan dengan mantan pacarnya beberapa menit yang lalu. Dia bahkan bisa mengingat dengan jelas bagaimana ekspresi terluka yang diperlihatkan oleh mantannya, lalu membuatnya merasa menjadi pria nakal yang sedang berselingkuh sekarang. Dan yang paling tidak tertahankan saat menatap ke mata yang terpancar...

Seolah merasa kasihan dan sedih

Tharn tidak mengerti mengapa Tar menatapnya seperti ini, tapi Tar hanya mengangguk dan mengatakan padanya;

"Semoga beruntung untuk hubungan Phi dan pacar Phi. Jangan biarkan dia mengakhiri cerita seperti cerita kita"

Tharn merasa Tar ingin memberitahunya sesuatu, tapi dia menolak dirinya untuk berbicara lebih lanjut meskipun dia merasa betapa perdulinya pria itu dengan mantannya, hanya saja pria ini tidak ingin bertanya lebih, karena dia sudah berjanji pada diri sendiri...

Tidak ada pertemuan bersamanya lagi setelah ini

"Tiga setengah jam"

Tharn menatap ke arah jam di mobil, dia baru menyadari ternyata menenangkan Tar lebih lama dari yang dipikirkan, dia bahkan tidak memikirkan seberapa marah Type saat dia kembali, atau Type masih kelaparan atau sudah makan. Dan saat mengingat pacarnya yang sekarang, dia merasa bersalah

"Ayolah, ceritamu yang itu sudah selesai. Kenapa masih terlalu memikirkannya. Bagaimanapun juga, aku tidak sedang selingkuh darinya"

Sang Drummer berusaha menenangkan dirinya sendiri sebelum masuk. Tapi, saat membuka pintu ruangan...

Di dalam ruangan apartemen, terdapat sebuah pisau dapur tergeletak tidak jauh dari tempat pria di dalam ruangan duduk, sedangkan kedua alisnya terjalin sangat erat. Sekali lihat, pria itu sama sekali tidak mirip dengan seseorang yang akan pergi tidur. Sehingga, Tharn pergi ke dinding untuk menyalakan lampu, dan bertanya...

"Masih belum tidur"

"Mana bisa, harus menunggumu datang 'kan"

Ugh

Pria yang berpikir kekasihnya ini sedang jatuh tertidur dengan duduk menunggunya di kursi meja makan, saat melihat ekspresinya. Hatinya tiba-tiba mencelos.

Ekspresi wajah prianya penuh rasa kecewa, patah hati, dan yang paling penting...

Ingin membunuhnya.

"Kamu ini kenapa, kenapa lampunya dimatikan begini?"

Thara masih berusaha untuk tersenyum, meski begitu, pria yang menatap sama sekali tidak mengangkat ujung bibirnya, hanya berpaling untuk menangkap pandangannya;

"Kamu, pergi kemana?"

"Ke restoran Phi Jet"

Tharn menjawab dengan hati-hati, meskipun begitu hatinya masih merasa cemas.

Type bertindak, seperti dia tahu

"Kamu, bertemu siapa?"

"Song, memang kenapa?"

Tharn sebenarnya tidak ingin berbohong, tapi karena dia telah mengatakan akan bertemu Song sebelumnya, dia tidak punya pilihan selain mengatakan nama yang sama. Hanya saja, tindakannya ini membuat pria yang mendengar mengepalkan tangannya, kemudian menaikkan nada bicara sambil kembali bertanya;

"Aku memberimu satu kesempatan lagi... Katakan, dengan siapa kamu bertemu brengsek?!"

". . ."

Mendengar nada bicara meninggi seperti ini Tharn terdiam, karena dia pada akhirnya menduga... Type sudah tahu bahwa dia pergi bertemu orang lain.

Tharn hanya menghela nafas sejenak sebelum pada akhirnya mengaku;

"Aku bertemu Tar... Adik-nya Tum... Personil band lamaku"

Grek

Kali ini Type berdiri perlahan dari kursi meja, kemudian berjalan mendekat ke tubuh Tharn, lalu memberikan senyuman. Senyuman itu terlihat kejam, dengan satu tangan dia sudah meraih kerah bajunya, kemudian berteriak di depan wajahnya;

"KAMU TIDAK MENGATAKAN PADAKU DENGAN JELAS, SI BRENGSEK ITU MANTANMU!"

Thara menutup matanya. Sama sekali tidak berusaha melarikan diri dari amarah pria di hadapannya, tapi dalam hati dia mengerang; 'bagaimana dia bisa tahu ini?'

Padahal dalam hati dia terus menerus menegaskan bahwa dirinya tidak melakukan kesalahan, tapi saat menatap mata pria di hadapannya. Perasaannya ini seperti seorang suami sedang tertangkap basah selingkuh dari istri, sehingga Thara langsung menutup matanya, dia memang tidak berusaha melarikan diri dari amarah pria di hadapannya, tapi malah mengerang penasaran bagaimana Type bisa tahu.

"Heh, kenapa kamu berekspresi seakan bertanya, bagaimana aku bisa tahu? Aku bukan kerbau bodoh yang setiap hari kerjanya membajak sawah. Menurutmu aku tidak tahu kalau kamu berbohong padaku. Aku memang anjing gila yang tidak perduli apapun, hanya bisa bersikap tidak sabaran. Tapi aku cuma punya satu kekasih. Mana mungkin aku sampai tidak tahu dia bersikap mencurigakan? Jadi bagaimana, apa anak itu terasa begitu nikmat sehingga masih berkesan dalam hatimu? Bukankah sudah setahun penuh tidak pernah bersama"

"TYPE"

Ucapan yang keluar dari mulut Type terdengar begitu kasar, membuat Tharn memanggil namanya dengan nada berat, meskipun begitu, Thiwat masih tidak ingin berhenti, sebaliknya dia mengangkat ujung bibirnya, memperlihatkan senyum menghina;

"Apa? Ingin berbicara apa padaku? Dimana letak kesalahanku? Anak itu menangis dan memohon sampai seperti itu, hatimu tidak mungkin tidak meresponnya 'kan, atau tidak bisa berbicara karena pacar Tharn yang sekarang terlalu gila, sehingga mencari solusi dengan memilih untuk pergi menemuinya?"

"Ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan, aku dengan Tar tidak ada apa-apa"

"Haruskah aku percaya pada orang yang telah membohongiku, BEGITUKAH MENURUTMU?!!!"

Thiwat kali ini meraung. Dia sudah tidak tersenyum, hanya kedua matanya yang tajam telah dipenuhi kekecewaan yang mendalam, menatap lurus kearahnya, pandangan ini membuat pria blasteran itu mengalihkan pandangan. Karena dia tidak mampu mengelak dari kebohongan yang dibuatnya.

Berbohong...

Mungkin dalam beberapa situasi ada beberapa jenis kebohongan. Bisa dibilang awalnya hanya bohong demi kebaikan. Berbohong agar sama-sama merasa nyaman. Berbohong demi kebaikan seseorang. Tapi yang namanya berbohong tetaplah berbohong. Tharn telah membohongi Type, dan dia telah memenuhi ucapannya dengan kebohongan.

"KENAPA TIDAK MENDEBATKU? BANTAH AKU, JAWABLAH AKU, BERBICARALAH THARN!"

Type berteriak di depan wajahnya, dia mencengkram begitu erat sampai kaos yang dikenakan Tharn hampir robek, meskipun begitu mereka tidak perduli, mereka hanya menatap mata satu sama lain, dan setelah sejenak Tharn mengeluarkan kalimatnya;

"Aku minta maaf"

Ketika mendengarkan kalimat ini, kedua tangan Type telah terlepas dari kerah baju kekasihnya, dia terlihat lelah.

"Tapi, aku dengan Tar tidak ada apa-apa"

Melihat ini, Tharn mulai berusaha untuk meyakinkan bahwa dia tidak bersalah, meskipun begitu Type hanya berpaling. Untuk pertama kalinya Thara melihat pria yang biasa terlihat tangguh itu memperlihatkan ekspresi wajah terluka.

"Em aku percaya, kamu tidak melakukan apapun. Kamu tentu tidak akan pernah menghabiskan waktu sebanyak ini lagi bersamanya 'kan"

Tharn hampir tersenyum saat mendengar ucapan ini, dia mengira Type mulai mempercayai ucapannya, tapi...

"Ini semua diluar kendalimu, dan kamu merasa ini bukanlah berselingkuh. Bukankah begitu?"

Nada bicara anak dari wilayah selatan itu berubah berat, setelah itu dia berpaling untuk menangkap pandangan prianya, memperlihatkan pancaran mata penuh rasa curiga, kemudian sebuah kalimat tanya pun terlontar;

"Apa perasaanmu goyah saat bersama dengan anak itu?"

Pertanyaan ini membuat Tharn tiba-tiba tidak mampu menjawab. Dia memang mengatakan dengan jelas di hadapan Tar saat ditanya bahwa dia lebih memilih kekasihnya yang sekarang, lalu mengatakan padanya untuk tidak akan pernah bertemu lagi. Tapi saat Tharn berhadapan dengan Type, dia tidak bisa mengatakan apapun, meski ini merupakan pertanyaan sederhana. Nyatanya, ini menjadi masalah yang sulit untuk dijawab. Sikap terdiamnya ini telah membuat api di mata Type berkobar, dan sekali lagi pria itu bertanya;

"Tharn, jawab aku. Apa perasaanmu goyah karenanya?"

". . ."

Saat Tharn tidak menjawabnya, Type mulai merebut lagi kerah bajunya, kali ini dia mencengkram erat kerahnya, mengguncangkan tubuhnya sampai kepalanya bergerak, tapi Tharn tetap tidak mengucapkan sepatah katapun.

"Ayo, jawablah aku. Katakan padaku perasaanmu tidak goyah karenanya 'kan. Orang sepertiku tentu akan percaya apapun ucapanmu. Katakan padaku, Tharn, katakan padaku, katakan!"

Tharn tidak bisa menjawab pertanyaan ini, dia hanya bisa memberikan jawaban.

"Aku mencintaimu, sangat"

Tharn sebenarnya ingin berbohong, tapi saat memandang mata yang sedang menatap marah padanya, dia tidak bisa berbohong bahwa dia masih menginginkan Tar, meskipun begitu dia tidak akan pernah membuat sebuah kesalahan dengan berbicara begitu untuk melawan Type.

Bug

Tharn tidak menjawab sesuai dengan keinginan si penanya, sehingga Thiwat mendorong dadanya dengan keras dan memperlihatkan sebuah senyuman

"Haruskah aku percaya pada seseorang yang tidak mampu menjawab pertanyaan ini?"

"Type, tapi aku tidak melakukan apapun, aku bersumpah bahwa aku tidak akan pernah bertemu dengan Tar lagi..."

"AKU TIDAK INGIN NAMA ANAK ITU DISEBUT DALAM RUANGAN INI!"

Ruangan ini... Ruangan kita

Type meraung dengan sangat keras. Pancaran mata penuh kekecewaan untuk sejenak terlihat, kemudian dia berseru;

"Kamu benar-benar brengsek!"

Di penghujung pertengkaran, Type memalingkan wajah kemudian berbalik untuk pergi menuju pintu ruangan.

"Kamu mau pergi kemana?"

Tharn segera merebut bahunya, bertanya dengan nada tidak sabar. Sikapnya membuat membuat pria yang sedang marah berpaling, tapi tidak melemparkan tinju, hanya berteriak padanya;

"Kemanapun, dimana aku tidak harus melihat wajah brengsekmu!"

Setelah mengucapkan kalimatnya, Type menepis tangan dari bahunya, kemudian menggebrakkan pintu ruangan dengan keras. Membiarkan Tharn hanya berdiri termangun untuk sejenak, kemudian mengangkat kedua tangan untuk mencengkram kepalanya

Apa yang telah kulakukan, sialan apa yang telah kulakukan?

Pertanyaan ini membuat Tharn jatuh terduduk ditempatnya, terlihat sangat lelah

***

Ting Tong, Ting Tong, Tinggggggg tong

"Apa-apaan ini. Tekanlah sekali, aku sudah tahu!"

Setelah buru-buru keluar dari apartemen, Type menemukan dirinya berjalan gontai di jalanan tanpa tahu harus pergi kemana untuk meluapkan emosinya. Saat berpikir untuk minum, sekarang suasana hatinya sedang tidak mendukung. Masalahnya, bukan mencari teman untuk mabuk, dia hanya perlu meminta kawannya yang tinggal di asrama untuk menemani, tapi karena dia takut saat mabuk nanti malah mengumpat nama Tharn, lalu setiap orang di asrama tahu permasalahan mereka. Jadi satu-satunya pilihan adalah mengulurkan tangan untuk menghentikan sebuah taksi yang mengemudi ke arahnya untuk pergi ke rumah sahabatnya... Techno.

Saat mendengar suara penelpon yang terdengar tertekan seolah sedang terlibat masalah, Techno mengatakan pada Type untuk langsung saja datang ke rumahnya.

"Untung orang tuaku sedang pergi ke Hua Hin untuk menjenguk kakek, atau kalau tidak ibuku pasti mengumpat padamu"

Kawannya yang bodoh ini membuka pagar sambil mengeluh, tapi Type sedang tidak selera untuk mendebat, dia hanya mengatakan kalimatnya dengan datar;

"Aku akan menginap semalam"

Sikapnya ini terlihat kaku dari biasa, tentu ini membuat Techno berpaling untuk menatap wajahnya. Kemudian dia hanya mengangguk, lalu berjalan mengitarinya untuk memimpin masuk ke rumah.

"Apa kamu ada masalah dengan Tharn?"

Tidak aneh jika tebakan Techno ini benar. Karena hanya ada sedikit alasan bagi Type untuk tidak tidur di ruangan apartemennya sendiri. Dan permasalahan yang paling utama pasti menyangkut teman seruangan-nya, yang mana, Thiwat tidak akan pernah mengucapkan sepatah kata tentang ini. Meskipun begitu, sikapnya ini cukup menjawab pertanyaan yang dilontarkan, sehingga saat mereka memasuki rumah dia bertanya;

"Ah, pasti telah terjadi sesuatu 'kan?"

Saat akan mengatakan kalimatnya, orang yang sedang mendidih sedang bersiap memukul kepalanya jika sampai kecepolosan mengatakan apa yang sedang dipikirkan, sehingga dia mengalihkan topik;

"Ibuku sedang tidak ada di rumah, dan hanya ada mi instan di sini"

". . . "

"Em, tidak lapar ya sudah, apa kamu mau langsung tidur?"

Kali ini anak dari wilayah selatan hanya menganggukkan kepalanya, setelah itu mengikuti sahabatnya pergi ke kamar. Saat berada ditengah jalan, terlihat cahaya keluar dari ruangan di sisi lain tempat itu, ditambah suara game pertarungan keluar dari sana, sehingga si tuan rumah menjelaskan padanya;

"Technic"

Technic, adik No. Hanya pernah bertemu sekali, terakhir kali datang ke sini, tapi setelahnya langsung masuk ke kamar

"Aku bisa tidur di lantai, minta bantal"

Saat sahabatnya mengulurkan bantal, Type langsung merebahkan tubuhnya kemudian menutup mata. Karena sekarang otaknya sedang memikirkan kejadian yang terjadi beberapa jam yang lalu.

Tharn selingkuh

Orang yang paling dipercaya olehnya telah melakukan kesalahan buruk yang menyebabkan dadanya terasa sesak

Type sadar betapa terlukannya dia saat ini. Seandainya dia tidak memiliki perasaan. Dimanapun dia berada, pria sepertinya tidak pernah ragu melemparkan tinju di wajah seseorang. Dia pasti akan menyeret orang yang menyakitinya, dan menginjak-injaknya sampai mati. Tapi saat ini, rasanya begitu menyakitkan sampai dia berhenti, tidak mampu bergerak seperti apa yang diinginkan. Di dalam kepalanya sekarang hanya ada pemandangan prianya sedang menenangkan mantan pacarnya. Ditambah lagi, anak itu menatap kekasihnya dengan pandangan penuh cinta dan kekaguman, saat menanyakan tentang ini di telpon, dia mendengar ucapan Long;

"Aku tidak tahu Tharn dan Nong Tar akan rujuk kembali, yang aku tahu pagi ini Tharn bertanya pada kakaknya. Em, tapi sebaiknya jangan terlalu di pikirkan. Mungkin saja tidak ada apa-apa, mungkin hanya sedikit meluruskan urusan. Cuma sedikit. Toh mereka hanya akan kembali ke hubungan senior- junior"

Hubungan senior-junior, Aku benci kata-kata 'senior dan junior'. Ini sama seperti saat Phi San 'kan

Saat itu aku bisa menerima keberadaan Phi San karena Tharn bersikeras bahwa dia tidak memiliki perasaan padanya. Tapi Nong itu, kali ini dengan Nong yang lebih muda, bukan hanya mencintainya sepenuh hati, mereka pada akhirnya bertemu setelah berbulan-bulan lamanya 'kan.

Long mengatakan hubungan mereka berdua merupakan hubungan yang paling lama, dan Type bisa melihat bahwa anak itu masih sangat mengharapkan Tharn dan pastinya;

Sialan, Tharn cepat atau lambat akan membalas perasaan itu padanya.

Seandainya saja perasaannya tidak goyah, seandainya saja tidak merasakan apapun, dia pasti akan mendorongnya. Bukankah dia hanya berdiri ditempatnya, menatap beberapa menit anak itu, membiarkannya memeluk tubuhnya seolah kehilangan dirinya waktu itu

Ugh

Semakin memikirkan ini, Type semakin mengeratkan kepalan tangannya, seolah sedang menahan rasa sakit yang menusuk di dadanya.

Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Bahkan saat putus dari pacar pertamaku atau saat dipukul oleh Pufai. Rasanya tidak sesakit ini, tidak se-mengecewakan ini, tidak separah ini. Rasanya ini lebih dari sekedar perasaan itu. Lebih dari sekedar penyesalan. Sangat menyakitkan sampai tidak tahu harus mengatakan apa, sampai rasanya ingin lari dari semua ini.

Tidak, aku tidak ingin menangisi si brengsek itu.

Kamu pikir Type itu apa, kamu ingin dia seperti apa?

Ketika menanyakan ini pada dirinya sendiri, sebuah kalimat lain muncul di benaknya.

Bukankah sekarang saatnya untuk menyerah?

Pemikiran ini membuat kedua tangannya mencengkram dengan lebih erat. Karena tiba-tiba saja otaknya mendukung ide yang muncul, membiarkannya pada akhirnya terbebas.

Kamu tidak perlu berkencan dengan pria lagi, ditambah kamu tidak perlu merasa bersalah pada dirimu sendiri.

Putuskan saja.

Karena kali ini Tharn-lah yang membuat kesalahan sehingga terlihat olehmu. Jadi kali ini bukankah saatnya kamu bisa kembali bergaul dengan para wanita, berjalan di jalan yang normal.

Memiliki istri, memiliki anak untuk bisa disayangi oleh orang tuamu.

Tapi...

"Hah, sialan!"

Tanpa disadari, Type menghantamkan tinju di lantai bawah tempat tidur Techno.

Aku tidak akan putus

Aku tidak mau putus

Dia telah membuatku menjadi gay, jika ini terjadi hanya membiarkannya terbebas 'kan, sedangkan aku masih bertahan dengan perasaan ini sendirian, bukankah begitu?

Tidak mau!

Type berusaha mencari alasan untuk memberitahu dirinya kenapa dia tidak ingin putus, karena Tharn-lah yang membuatnya seperti sekarang, sehingga dia mampu berjalan di jalan ini. Saat perasaan pria itu digoyahkan oleh orang lain, bukankah dia sengaja membuatnya terbakar, lalu meninggalkannya. Jadi dia tidak akan pernah menoleransi semua ini. Dia menolak menjadi orang bodoh yang sebenarnya tidak punya jalan keluar untuk tetap berjalan lebih jauh lagi. Selain itu, pada kenyataannya dia hanya tidak ingin menerima bahwa...

Dia tidak ingin melepaskannya.

Dia milikku, hanya milikku

Saat memikirkan ini, Type menutup matanya, dia mencengkram kedua bahunya dengan erat sampai terlihat sangat menyedihkan

"Em... Aku sebenarnya tidak ingin ikut campur urusan pacarmu, tapi setelah dipikir lagi, ada yang ingin kukatakan padamu"

Oh iya, pria yang dari tadi duduk tenang di atas tempat tidurnya, tiba-tiba saja angkat bicara. Membiarkan seseorang yang sedang terbaring di atas lantai yang keras terdiam, mendengarkan ucapannya.

"Kemarin, saat aku jalan-jalan, aku tidak sengaja melihatnya bersama seorang pria di pusat perbelanjaan... Aku tidak yakin ini cerita sama yang membuatmu pada akhirnya memilih pergi keluar apartemen, ini karena anak SMA 'kan, dia anak berkulit putih?"

"Apa yang kamu katakan!?"

Saat kawannya berbicara begini, pria yang dari tadi terdiam tiba-tiba terduduk, dia memutar kepala, memperlihatkan pandangan marah padanya, membiarkan sahabatnya berjengit kaget, tapi dia masih berani meneruskan cerita ini;

"Em, aku sedang berbelanja, tidak sengaja melihat Tharn bersama dengan seorang anak berseragam SMA. Awalnya aku mengira, mungkin dia juniornya. Tapi karena melihat seragam sekolahnya yang sama dengan adikku, jadi karena penasaran..."

"Anak berkulit putih yang bersama Tharn, dia membuat wajah sedih munafik 'kan!"

Awal sahabatnya ini mengatakan kebenaran ini, dia terlihat tidak yakin, tapi ketika Type menegaskannya, dia mengangguk dengan kuat, kemudian bicara;

"Oh iya aku ingat, anak itu menangis"

Mendengar ucapan Techno, Type langsung berbicara begini;

"Bocah biadab. Masih saja menangis"

Otaknya sekarang sedang memproses segala kemungkinan saat anak itu mengeluarkan air mata, setelah itu dia mulai yakin, bahwa suaminya bisa dipastikan akan kalah jika dia lebih banyak menangis dihadapannya. Kemudian mau menerima perasaan padanya dengan jujur.

Bukankah awalnya Tharn tertarik padanya juga karena tangisan yang keluar saat dia memiliki mimpi buruk dimasa kecil 'kan?

Jangan katakan, anak itu sedang berlagak menjadi bajingan di sinetron rating rendah

Pemikiran ini membuat Type murka, perasaannya langsung saja tersirat di wajah. Membuat Techno terpukul melihatnya;

"Em, mungkin anak itu hanya sedang dalam masalah"

"MASALAH SEGILA APA YANG MEMINTA BERBICARA PADA MANTAN!!!"

"Eh, dia mantannya Thara"

Type baru saja sedikit keceplosan, sehingga permasalahan ini jelas tidak akan dilepaskan oleh sahabatnya begitu saja. Pria yang tadinya hanya ingin menenangkan diri, sepertinya segala beban yang disimpannya rapat-rapat tidak dapat dibendung lagi. Techno yang mendengar kenyataan ini hanya tertegun ditempat, kemudian meneruskan ucapannya;

"Jangan-jangan kamu memergoki Tharn sedang selingkuh... Ah, itu artinya aku tidak boleh berbicara lebih 'kan"

Kata 'selingkuh' yang terlontar ini membuat si pendengar hampir saja ingin segera membunuh sahabatnya daripada membunuh suaminya.

"Ayolah, jika anak itu benar-benar ingin rujuk kembali, itu artinya hanya bertepuk sebelah tangan yang suaranya bahkan tidak terdengar keras"

"Oh, kamu bertingkah seperti tidak tahu sifat lelaki. Kamu pria, aku juga pria. Jika seseorang bersedia membuka kakinya dengan bebas, tidakkah kamu ingin mencobanya?!"

Seseorang orang yang tahu dengan sifat alaminya terdengar frustasi, membuat kawannya yang masih perjaka itu tersenyum, tidak bisa berdebat

"Lalu, apa yang mau kamu lakukan?"

Pertanyaan ini membuat Type terdiam sejenak. Sikap diamnya ini memberikan nuansa sunyi sekaligus canggung, sehingga Techno hampir tidak berani bernafas untuk bertanya padanya;

Dia tidak sedang berpikir untuk menindas orang yang bersalah 'kan

Mata pria yang sedang duduk tenang itu berkilat tajam, dengan suara berat dia bicara;

"Orang sepertiku hanya bisa bertindak, gigi ganti gigi"

Setelah Type mengumumkan niatnya, segera saja dia merebut ponsel dan mencari nomer.

"Apa yang sedang kamu lakukan? Menelpon Tharn untuk memperjelas masalah atau bukankah sebaiknya menunggu tenang. Hei, tunggulah sampai besok, sampai suasana hatimu tenang"

Tidak perduli apa yang dikatakan Techno, anak dari wilayah selatan itu tidak mendengar. Karena sekarang dia sudah menekan nomer yang didapatnya beberapa hari lalu, kemudian mengangkat ponsel di telinganya

"Halo"

Tidak perlu menunggu lama, seseorang di seberang telpon sudah menjawab. Ketika mendengar ini, Type memperlihatkan senyuman kejamnya sebelum bicara;

"Halo, nama Phi, Type. Pacar Tharn. Phi ingin tahu cerita..."

"Tud tut tud..."

"SIALAN, JANGAN TUTUP TELPONKU!"

Saat perkenalan dirinya belum selesai, seseorang yang ditelpon langsung memutus telpon. Membuat Type mengumpat marah sejenak sebelum kembali menekan nomer lagi. Tapi kali ini tidak ada nada dering, bisa dipastikan ponselnya dimatikan. Ketika mendengar suara mesin yang menjawab telponnya, Type hampir melemparkan ponsel ke atas tempat tidur.

"Jangan katakan padaku, kamu baru saja menelpon..."

Type terdengar tidak puas saat menjelaskan;

"Em, mantan pacar Tharn. Tapi sebelum mengatakan apapun dia sudah menutup telponnya. Bertingkah seperti aku ini orang jahat, padahal dia yang mau menerkam tenggorokanku!"

Saat ini Type hanya berpikir metode yang paling jelas dan mudah untuknya, yaitu berbicara langsung pada anak laki-laki itu. Lebih baik tahu dengan berbicara jujur, karena dia bukan tipe orang yang akan lari dari kenyataan dan menangisi apa yang terjadi padanya.

Tharn jelas-jelas selingkuh. Tapi jika terus bersikap bodoh membiarkan Tharn pergi memperjelas masalah dengan mantannya, lalu api cinta lama berkobar kembali bagaimana?

Pekerjaan kali ini kemungkinan akan lebih berat.

"No!"

Tiba-tiba saja, No yang terlihat frustasi di sebelahnya memalingkan wajah untuk menatap ekspresi sahabatnya, sampai dia tertegun saat menangkap matanya;

"Ya, ada apa Phi Type"

Techno sepertinya cukup kewalahan sampai memanggilnya 'Phi', karena Type sudah memperlihatkan seringaian kejam padanya lalu bicara;

"Kamu bilang, Technic satu sekolah dengan anak itu 'kan?"

"Em, jangan katakan padaku, kamu tidak sedang berpikir akan..."

Techno menelan ludah dengan kesulitan, sedangkan Type menggeram di tenggorokan saat bicara;

"Besok, aku akan pergi menghadangnya di depan gerbang sekolah"

Kamu mau kabur dariku 'kan? Baik, tidak masalah. Karena kamu berani mengacau pria yang kumiliki, maka kamu harus berani menghadapiku!

***

"Kalau tidak salah, dilihat dari wajahnya. Orang yang Phi cari sepertinya ada di kelas 5, dia menggunakan seragam mirip sepertimu"

Setelah menghubungi semalaman dan tidak dapat terhubung telponnya, Type meminta adik sahabatnya dengan terang-terangan untuk mencari seseorang di sekolahnya yang ingin ditemui, tentu saja, Technic yang lumayan ketakutan segera membuka grup facebook-nya dan memperlihatkan anak-anak yang berada di kelas yang sama dengannya. Tidak lama mencari, Type menemukan foto anak itu muncul di sebuah ruang seni dengan tema perancis, dan tanpa diduga, dia memang kawan yang dikenal oleh adiknya.

"Dia cukup terkenal, termasuk berpenampilan menarik"

Hari ini Thiwat dan sahabatnya memutuskan bolos kuliah untuk menghadang anak laki-laki itu di depan gerbang sekolahnya, bersama dengan seorang anak laki-laki bertubuh jenjang dan berwajah tajam.

Technic langsung menghentikan mereka yang bermaksud berhenti di depan gerbang sekolah dan mengusulkan untuk duduk di cafe terdekat, sedangkan dia pergi untuk mencari teman sekelasnya setelah pulang sekolah.

"Kamu tidak berpikir, ini rasanya... Seperti sedang menindas anak-anak 'kan?"

"Di sebelah mana tindakanku sedang menindasnya?"

"Oh Type. Bukankah kita bertiga yang duduk di sini sekelompok, sedangkan anak laki-laki yang akan dipanggil sendirian 'kan. Bagaimana menurutmu melihat ini?"

Saat sahabatnya itu berkomentar, Type dengan sederhana menjawabnya;

"Kalau si muka topeng itu tertangkap, kelompok ini bisa pulang lebih dulu, sedangkan aku berbicara dengan anak itu sendiri"

Mendengar ini Techno hanya bisa menghembuskan nafas berat, setelah itu bicara;

"Kamu sebaiknya tidak terlihat terlalu frustasi begitu. Ekspresi wajahmu bahkan bisa membunuh seseorang"

Sang Kapten masa depan itu hanya berusaha menenangkan timnya, hanya saja ini membuat Type menangkap matanya, kemudian memperlihatkan seringaiannya dan berbicara dengan nada datar;

"Heh, sebenarnya ini cukup lama ingin kukatakan. Adikmu terlihat cukup tampan, tapi kenapa, kamu memiliki wajah seperti ini sih?"

". . ."

Sempurna

Tentu saja Techno langsung terdiam, jelas Type terkekeh melihat sikapnya, lalu dia menambahkan kalimat;

"Kamu ingin aku tidak frustasi 'kan?"

"Jadi kamu sedang menurunkan rasa frustasimu, huh. Aku mirip ayah, sedangkan Nic mirip ibu. Itulah kenapa aku tidak mendapatkan sedikit ketajaman wajahnya, sialan, paling tidak berikan ketajaman itu padaku juga Nong"

Saat Sang kakak berdiri saat berdebat, adiknya yang berdiri memiliki tinggi tubuh yang setara, hanya saja dengan wajah yang lebih tampan ikut terkekeh lalu bicara;

"Tidak bisa, harus dibedakan mana yang kakak, mana yang adik. Itu Phi Type, di sebelah sana"

Saat kedua kakak beradik itu sedang bertengkar, Technic berpaling dan melihat target mereka keluar dari gerbang sekolah. Melihat dari sudut pandang ini, tiba-tiba saja Type merasa tidak masuk akal saat melihat ekspresi wajahnya saat ini.

Dia merupakan pria yang mudah marah, sedangkan anak yang akan ditemuinya terlihat canggung dengan kepalanya selalu menunduk saat berjalan. Sikap anak itu terlihat menyedihkan, entah ini karena Type membencinya atau memang penilaian umumnya memang begitu.

"Technic, kamu pergilah. Jika aku sendiri yang pergi, anak itu pasti panik dan melarikan diri, minta dia membantumu dengan kembali ke sekolah"

Mendengar perintah dari kawan kakaknya, anak laki-laki itu hanya bisa menghela nafas. Tapi dia terlihat setuju menuruti ucapan dan keluar dari cafe, setelah itu berjalan lurus ke depan sekolah untuk menyapa teman sekelasnya. Untuk alasannya, itu sebenarnya terserah Technic yang terpenting dia bisa membawa teman sekelasnya itu berjalan menemuinya.

Tepat saat masuk ke dalam cafe

"Loh, dimana kakakku?"

Anak yang bersama dengan Technic ini terlihat bingung, sedangkan Type tersenyum dingin saat melihatnya datang, setelah itu dia berdiri dari tempatnya dan bicara;

"Nong bernama Tar 'kan?"

Type terlihat tidak ragu saat berjalan mendekat, kemudian berhenti di sisi anak itu. Membiarkan anak berkulit putih itu mendongak dan menangkap pandangan matanya dengan ekspresi bingung;

"Benar Phi"

Anak itu memanggil Phi, pasti karena dia sedang memakai seragam sekolahnya.

Type memperlihatkan senyuman baik saat menatapnya, kemudian dia mengatakan kalimat lainnya;

"Nama Phi, Type"

"Eh!"

Hanya mendengar nama yang terlontar, mata anak itu terbelalak sangat lebar. Dia terlihat butuh beberapa detik untuk memproses nama Type dan wajah orang yang menelponnya semalam. Setelah beberapa saat, pada akhirnya dia tidak ragu untuk berbalik dan berusaha untuk lari dari cafe itu secepat kilat. Tapi maaf, bagaimana mungkin dia bersaing dengan kecepatan reflek tubuh Sang atlit sepak bola?

Thiwat dengan mudahnya menarik seragam di punggungnya tepat waktu, kemudian bicara;

"Mau lari kemana, Nong Tar? Mari berbincang dengan Phi Type dulu... Atau Nong lebih suka berbicara dengan Phi Tharn secara pribadi?"

Saat bertanya, Type memperlihatkan senyuman dingin pada anak yang wajahnya sudah memucat, terlihat akan pingsan di tempat. Dia bahkan membuat wajah hampir menangis. Jelas, penampilan Type sekarang sudah seperti iblis yang sedang menaikkan level kekuatannya.

Meskipun sudah terlihat begini, Type terlihat tidak perduli, sebaliknya, dia menyeret tubuh anak itu dan memaksanya untuk duduk di atas kursi, masih memegangi tubuhnya, dan pandangan matanya terlihat lebih kejam dari sebelumnya, lalu bertanya dengan sederhana;

"Bukankah seharusnya ada yang ingin disampaikan?"

Anak yang ada dihadapannya terlihat berjengit kaget sekaligus frustasi menghadapi ini.

Aku benar-benar benci sikap lemahnya ini, kamu ini pria atau bukan sih?

Rasanya Type ingin mengumpat, tapi dia masih terlihat tenang dengan menutup mulutnya, dia hanya ingin mengatakan apa yang diinginkan.

Hanya saja, ketika Thiwat tidak mengira anak yang lembut itu mampu bicara. Ternyata cukup punya nyali untuk mendongak dan menangkap matanya, setelah itu bicara padanya dengan nada seperti orang yang sedang menangis;

"Aku... Akan membuatmu putus dengan Phi Tharn"

Kalimat yang terlontar ini seolah berdengung di kepala Type, membuatnya sekarang benar-benar ingin menjadi seorang pembunuh.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Penulis: M.A.M.E.

Thai-Indonesia: iu3a

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 24.8K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
3.7K 42 19
NOVEL TERJEMAHAN DARI RAINBOW CITY terdapat total 23 BAB Sinopsis: Seokhwa: Peneliti senior virus Adam dan mutasi dari Pulau Jeju. Meskipun dia memil...
4.6K 231 25
Judul asli: ε―ζ„›ιŽζ•εŽŸ / ε―ηˆ±θΏ‡ζ•εŽŸ Penulis: 稚ζ₯š Subgenre: Drama, Romance, School Life, Slice of Life, Yaoi Jumlah Chapter: 109 ...
84.3K 6.2K 64
[WARNING TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR CERITA BL(BOYS LOVE) YANG SUDAH CUKUP UMUR...