AXELION

By starlightlui

162K 11.6K 658

"She's my greatest HELLO and the hardest GOOD BYE." *** Hanya berawal dari insiden kecil yang malah membawa b... More

PROLOG
Part 1 - Insiden Kecil
Part 2 - Dia Lagi!?
Part 3 - Kalung Ursa Minor
Part 4 - Hukuman Pagi
Part 5 - Perjanjian
Part 6 - Hangover
Part 7 - Rumor [1]
Part 9 - He's Everywhere
Part 10 - Threat
Part 11 - Feel Sorry
Part 12 - The (Fake) Girlfriend
Part 13 - Tamu Istimewa
Part 14 - Pingsan
Part 15 - Dijodohkan
PART 16 - Langit Malam Tanpa Bintang
Part 17 - Late Again
Part 18 - The Punishment
Part 19 - Anggota Baru Sixers
Part 20 - Teman
Part 21 - This Feeling
PART 22 - The Basketball Match
Part 23 - Pasangan Dadakan
Part 24 - What If More Than Friend
Part 25 - The Truth
Part 26 - Dinner With Her Family
Part 27 - Aku?
Part 28 - A Night With Him
Part 29 - Beauty And The Beast
Part 30 - Sisi gelap Axelle
Part 31 - She's Weak
Part 32 - Let's Dating

Part 8 - Rumor [2]

4.6K 370 8
By starlightlui

HALO, SEMUA!

JANGAN LUPA BINTANG KECILNYA SEBELUM ATAU SESUDAH BACA YA!

SORRY FOR THE TYPO...

HAPPY READING!

___________________________

PLAYLIST : Zayn - Better.

***

Lucya menatap bosan penjelasan materi dari guru sejarah mereka. Sudah setengah jam pelajaran dia hanya mendengarkan penjelasan tanpa minat sedikitpun. Beberapa jam terakhir hidupnya telah berubah disekolah ini. Rumor hubungannya antara Axelle sudah menyebar sampai-sampai saat dia melangkah saja para murid memperhatikannya dan ada juga yang nekat bertanya langsung padanya mengenai dia dan Axelle.

Teman-teman kelasnya juga begitu, mereka menyerbunya saat Axelle dan gengnya pergi setelah mengantar Lucya dan Sarah ke kelas mereka. Dan yang keluar dari mulut Lucya sebagai jawaban Tentu saja, TIDAK.

"Hei, hei! Lo berdua mikir jorok ya?" Sarah yang duduk di barisan depan Lucya dan Hope bersama Fania— sekretaris kelas mereka, memicingkan kedua matanya sambil menunjuk kedua gadis itu dengan pulpen.

"Hah?"

"Nah, kan, bener gue. Kagak denger penjelasan di depan malah mikir jorok. Parah otak lo bedua. Udah otak udang, mikir begituan lagi."

Lucya melotot dan sontak saja melempar tempat pensilnya pada Sarah yang dengan gesit menangkapnya. "Siapa yang mikir jorok, malih! Lo kali yang kebanyakan mikir begituan."

"Tau ih, Sar. Orang Hope enggak mikir begituan juga. Jangan suudzon jadi manusia." Sahut Hope lalu mencebikkan bibirnya.

"Lagian sampe Bu Lasti selesai ngejelasin terus ngasih tugas, lo berdua masih aja bengong."

"Eh, udah dikasih tugas?"

"Tuhh, kan, katanya mau berubah malah kebanyakan menghayal ini bocah satu." Tangan Sarah yang memegang pulpen, memukul kepala Hope pelan dengan ujung pulpen tersebut membuat Hope memejamkan matanya sebentar dan menyengir.

"Lo juga satu. Udah tahu materi kita disini lebih cepat dari sekolah lama lo, bukannya disimak malah ngelamun dari mapel mtk tadi."

"Gue sentil juga ginjal lo berdua." Ancam Sarah dengan kedua mata yang melotot pada Lucya dan Hope.

"Awas matanya lompat, Sar. Ngeri nanti enggak punya mata." Gurau Hope diakhiri kekehan gelinya.

"Gigimu lompat."

"Lah—,"

"Shh, udah-udah." Lucya mengatupkan kedua bibirnya kembali dan mencebik pada Sarah. "Ini kita mau belajar barengnya jadi sore ini atau besok?"

"Kalo Hope sih boleh sore ini. Enggak tahu kalo Lucya?"

Lucya melirik Sarah dan Hope yang menoleh padanya, menunggu jawabannya. "Enggak tahu nih, kayaknya hari ini enggak bisa. Besok juga ada acara pernikahan teman bokap."

"Iyaudah, paling bener pas minggu deh. Dirumah gue ya, awas aja kalo enggak ada yang dateng. Gue putusin lo bedua."

Tidak berapa lama kemudian, Bel pulang sekolah berbunyi yang sontak saja membuat lara murid berseru senang sama halnya dengan Sarah yang terlihat sangat bersemangat memasukan buku-bukunya kedalam tas.

"Seneng amat nih. Mau kemana abis ini, Sar?" Tanya Hope yang sudah selesai memasukan semua alat tulis dan bukunya kedalam tas dan memakainya dikedua pundak.

"Mau pulang bareng Arnold hehehe." Jawab Sarah diakhiri tawa malunya.

"Ayo, yok, siapa tahu nanti ketemu si Gibson terus ajak pulang bareng deh."

"Eh, enggak usah, Sarah pergi aja, Hope mau ke koperasi dulu, beli atasan olahraga buat mapelnya besok." Ucap Hope.

"Lo, Lus? Mau bareng enggak ke parkiran? Pasti ada Axelle juga."

"Lah, apa urusannya dia ama gue?"

"Pacar kan?" Goda Sarah yang langsung mendapatkan pelototan dari Lucya. Selain karena celetukannya yang menyebalkan Suaranya juga agak keras dan dapat di dengar murid lain yang pasti akan semakin yakin dengan spekulasi aneh mereka.

"Iyaudah, yuk, gue juga sekalian mau pulang. Ini enggak nemenin Hope dulu apa?" Lucya melirik Hope yang segera menggeleng dengan melambaikan kedua tangannya.

"Enggak usah, Lus. Cuman beli itu doang kok, kalian balik duluan aja gapapa kok." Ucap Hope lalu Lucya segera memeluk gadis itu dari samping.

"Yaudah deh, hati-hati ya, kita duluan. Bye!"

"Iya, kalian juga!"

"Hati-hati ya, Kurcil. Nanti kalo ada om-om genit ama lo, jangan lupa timpuk palanya pake termos ajaib lo, oke?"

"Sarah juga, entar kalo Arnold macam-macam, semprot pake air cabe ya." Balas Hope sembari terkikik geli. Sementara Lucya hanya terkekeh dengan menggeleng kecil.

***

"Buah kedondong dimakan itik. Hai, cantik, pulang bareng yuk!" Putra yang tengah duduk di atas motor Aerox menghadap belakang dengan kedua tangan yang menumpu pada helmnya, sedari tadi tidak henti-hentinya memberikan pantun pada siswi-siswi yang lewat di parkiran itu.

Sama halnya dengan Putra, Axelle dan yang lainnya juga tengah duduk di atas motor mereka masing-masing, terkecuali Gibson yang hari ini membawa mobil. Gibson yang sudah berganti pakaian dengan baju basketnya dengan nomor punggung tiga itu menyandarkan tubuhnya di body motor BMW S1000rr putih milik Axelle dengan bersidekap dada, malas bergabung dengan pembicaraan teman-temannya yang sekarang sudah ke arah tidak jelas. Seperti biasa.

"Hati-hati, Put, jangan sampe salah satu cewek yang lo godain ternyata transgender. yakin gue dia bakal langsung neror lo ampe rumah." Celetuk Arnold dengan gelak tawanya.

"Kek si Farel ya, Nold?"

"Farel mah bencong, bego." Timpal Zayn pada Axelle.

"Otw jadi transgender dia. Yakin dah, pas selesai SMA bakal ada kabar dari bambang berubah jadi juleha tuh orang." Ucap Arnold, mengundang tawa Axelle, Jibril, Zayn, dan Putra. "Nyali nya baja, gila, dua tahun disini di bully sama anak-anak cowok sampe sering di ceramahin guru agama tetap betah banget. Udah mana kemarin gue liat dia post foto pake bikini lagi, anjir."

"Ghibah lo semua." Interupsi Gibson yang sedari tadi hanya menjadi pendengar setia mengenai pembicaraan sahabatnya dari yang penting sampai menjadi paling tidak penting.

Arnold menyengir pada Gibson. "Hehehe, lagian kesel juga gue ama tuh banci, Gib. Ngatain gue waktu itu lagi, udah mana orangnya suka nyolot."

"Jangan terlalu benci, mas. Nanti suka loh, baru tahu rasa kamu." Sahut Jibril dengan suara yang dibuat gemayu.

"Idih, lo aja sana ama dia. Setahu gue dia open BO tuh, Jib. Gih lumayan." Celetuk Arnold sebelum dia dan yang lainnya terbahak. Kali ini, Gibson juga tertawa pada ucapan Arnold.

"Kampret, gue masih lurus ya. Mending gue nyari janda daripada ama dia, najis!" Sembur Jibril sembari menggebrak jok motornya.

"Janda lebih menggoda." Papar Zayn.

"Udah pernah lo ama yang janda, Zayn?" Tanya Axelle yang dijawab gelengan kecil oleh Zayn.

"Ya, belum sih, tapi kalo dikasih, gas lah, ya kali enggak." Kata Zayn diakhiri cengirannya yang membuat teman-temannya berseru padanya.

"Yeu, brengsek!"

"Buaya kamu, mas."

"Muka doang kalem, asli mah bajingan tingkat dewa." Celetuk Axelle.

"Aduh, aduh, pengin deh disamperin mbak pacar, tapi sayang, sayangnya enggak ada." Putra berucap dengan dramatis begitu melihat Sarah yang tengah sedikit berlari ke arah mereka untuk menghampiri siapa lagi kalau bukan Arnold.

"Cantik banget, Sar. Ngidam apa mak lo pas lagi ngandung lo?" Goda Zayn sembari mengerling pada Sarah yang langsung mendapatkan tatapan maut dari Arnold.

"Axelle, anu, tolong dong, si Lucy—-,"

Mendengar nama Lucya dari mulut Sarah, Axelle segera turun dari motornya dan menunggu ucapan selanjutnya Sarah. "Kenapa Lucya?"

"Diserbu sama fans-fans lo tuh di koridor." Ucap Sarah masih tersengal-sengal karena berlari dari koridor gedung IPS sampai parkiran.

"Wah, gila, bar-bar ya fans lo, Xel." Sahut Jibril geleng-geleng.

"Cepet samperin." Ucap Gibson pada Axelle yang tanpa basa basi langsung berlari ke arah gedung IPS secepat mungkin.

Begitu langkahnya sudah menginjak koridor gedung IPS, di ujung sana matanya menangkap kerumunan yang tengah heboh, menyerbu Lucya yang berada di tengah-tengah dengan banyak sekali pertanyaan yang tertuju untuk Lucya mengenai hubungan Lucya dengan Axelle.

"Eh, serius lo sama kak Axelle?"

"Sejak kapan lo pacaran sama Axelle? Setahu gue dia anti cewe banget."

"Perasaan lo baru seminggu disini deh, sejak kapan lo deket sama Axelle?"

"Bagi tips dong buat dapetin Axelle, siapa tau gue bisa tikung hehehe."

"Woy! Ngapain lo semua gangguin dia hah?!" Axelle memasuki kerumunan itu dan berdiri disebelah Lucya. "Sini kalo mau nanya, Tanya ama gue langsung!

"Ngefans sama gue boleh, tapi jangan sampe kelewatan kayak gini. Gue enggak suka." Ucap Axelle dengan marah, membuat kerumunan gadis-gadis itu menunduk takut. "Jangan ada yang gangguin Lucya lagi. Urusannya langsung sama gue sini." Lalu setelah mengucapkan itu dengan penuh ketegasan, Axelle menarik tangan Lucya, membawanya pergi dari situ.

Begitu mereka telah keluar dari koridor, Lucya menghentikan langkahnya dan menarik tangannya dari Axelle yang sontak saja membuat cowok itu menoleh padanya."Kenapa?"

"Kenapa?" Ulang Lucya sembari tertawa hambar untuk dua detik sebelum raut mukanya berubah kesal. "Dengan lo kayak tadi itu malah membenarkan rumor tentang lo sama gue, tahu enggak?"

"Ya udah, biarin aja sih."

"Enak lo ngomong begitu. Yang kena gue, kayak tadi tuh. Besoknya entar apa? Cewek-cewek yang lain yang suka sama lo bakal bully gue, iya."

"Enggak akan."

"Pala lo enggak akan. Baru juga seminggu gue disini, udah enggak tenang aja idup gue."

"Kalo ada yang apa-apain lo, tinggal bilang ke gue. Apa susahnya?"

Lucya berdecak kesal. "Tapi tetap aja gue enggak mau mereka membenarkan rumor tentang hubungan lo sama gue disaat itu semua enggak bener."

"Berarti kalo bener, lo mau dong?" Goda Axelle.

"Gue enggak lagi becanda, bego."

"Ya, udah, kan gue udah bilang, kalo ada yang macam-macam sama lo, lo harus bilang sama gue. Setelah tadi juga, percaya sama gue enggak ada yang bakal berani apa-apain lo." Ucap Axelle menjelaskan agar gadis itu tidak perlu khawatir dengan kehidupannya di sekolah ini setelah ini.

"Tapi rumornya—,"

"Enggak usah peduliin kata orang. Kita bukan artis yang harus klarifikasi masalah kayak gini." Sela Axelle. "Tapi, kalo dipikir-pikir bagus juga sih."

"Apanya yang bagus sih?" Ketus Lucya kesal.

"Bagus kalo mereka membenarkan rumor tentang kita pacaran, jadi rencana gue punya pacar pura-pura nanti bakal lebih akurat." Ungkap Axelle sembari menaik-turunkan kedua alisnya pada Lucya.

***

Axelle melempar asal tasnya ke sofa panjang dan menjatuhkan dirinya disana. Ia merenggangkan otot-ototnya setelah membuka jas seragam berwarna biru tersebut dan untuk beberapa saat memejamkan matanya ketika suara bel apartmentnya berbunyi membuat Axelle mengerutkan keningnya kesal.

Sebelum berdiri untuk membuka pintu, Axelle sempat mengecek ponselnya untuk melihat jika teman-temannya mengabarinya untuk berkunjung ke apartmentnya namun tidak ada satupun pesan dari mereka.

"Hai, Axelle." Seketika wajah Axelle semakin datar melihat seorang gadis yang selalu membuat moodnya jelek tambah jelek.

Siapa lagi kalau bukan Julia Wilhelmina, gadis yang sejak pertama bertemu dengannya sudah gencar mengejarnya dengan selalu bertingkah semanis mungkin di depannya dan se perhatian mungkin padanya, meskipun Axelle selalu menganggap gadis itu hanya sebagai tembok.

"Aku masuk ya?" Julia dengan wajah berbinarnya langsung saja menerobos masuk kedalam apartment. "Tadi aku sempet kesini, tapi kamunya belum ada jadi pergi lagi."

"Siapa?"

"Aku lah."

"Yang nanya?"

"Gitu banget sih, Xel." Julia mencebik kesal, yang bukannya terlihat lucu dimata Axelle malah membuat lelaki itu muak melihatnya.

"Kamu dah makan, Xel?"

Axelle hanya bergumam menanggapi gadis itu.

"Gimana sekolah kamu, Xel?"

"Ya gitu."

Julia berdecak kesal mendengar tanggapan Axelle yang memang selalu begitu dingin padanya. "Bisa enggak sih jawabnya yang bener?"

"Maksud lo?" Tanya Axelle dengan satu alis terangkat. Ketenangannya sedikit tersentil mendengar ucapan Julia dengan suara gadis itu yang meninggi padanya.

"Kenapa sih tiap kali ditanya responnya harus kayak gitu? Kayak enggak punya sopan santun, tahu enggak?"

"Lo sendiri punya sopan santun enggak seenaknya sama gue? Masuk-masuk apart gue lagi." Balas Axelle dengan sikap tenangnya. "Lagian ngapain juga gue harus respon lo? Baper lo yang ada."

"Kapan sih Xel lo bakal ngelirik gue? Gue tuh suka sama lo, Xel." Kata Julia terlihat lesuh ditempatnya. Jujur saja, Julia itu gadis yang cantik dan memiliki body goals, Axelle tidak menyangkalnya. namun tetap saja dia tidak menyukai gadis itu yang selalu caper dan sangat ingin bersamanya dengan terus bersikap tidak seperti dirinya di depan Axelle.

"Buang-buang waktu lo ngejar gue. Berapa kali gue bilang, gue enggak suka sama lo. Sorry, Jul."

Julia menghentakan kedua kakinya, terlihat manja. "Apa susahnya coba sih? Ortu kita juga pasti setuju aja kok, mereka temenan banget kan."

"Perasaan enggak bisa dipaksain, Jul."

"Tapi, Xel—,"

"Iyaudah... rabu, jam enam, gue tunggu lo di Henshin The Westin."

TO BE CONTINUED.

Julia Wilhelmina

Semoga suka part ini sampai seterusnya ya!!

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT DAN SHARE KE TEMAN KALIAN JUGAA! Also Follow me if u haven't yet 🤗

Aku juga post Teaser-nya Axelle di instagram aku, buat yang kepo, jangan lupa mampir + follow ig aku ya!

Thank you for the Vote & Comments!

Sincerely,
Lou.

More info and spoiler : Go Follow @Loucamilee_

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 117K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
4.9M 388K 37
[DIMOHON BUAT READER'S SEBELUM BACA CERITA INI UNTUK TAHU KALAU INI MENCERITAKAN TENTANG TRANSMIGRASI YANG CUKUP KLISE. JADI JIKA ADA KALIMAT YANG SA...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.2M 221K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.8M 327K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...