NALARD

By madebygigie

139 23 5

"Sekali aku katakan kau milikku, akan aku pastikan yang lainnya tidak bisa menyakitimu." -Adelard Pranadipa "... More

🌪🕊 P R O L O G 🦭🤍
1. Batu Es Hidup
3. Happy meal
4. Tuan Puteri Naura vs Nenek Sihir Alana
5. Gadis Baik
6. Gone.

2. Rencana Nikah Muda?

18 4 0
By madebygigie

Hai, kembali lagi bersama Gekti di Part 2 cerita NALARD. Hari ini aku update pagi-pagi karena aku nanti mau nugas brou😔

By the way, baca sampai akhir bangettttt sampai bawah karena ada info special🧚🏻‍♀️

💍 2. Rencana Nikah Muda? 💍

Happy Reading🌸

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Tetapi, Guru matematika di kelas Adelard masih menjelaskan cara mendapatkan jawaban dari soal-soal yang ada di papan tulis. Adelard bosan.

"Gua pinter elah gua udah tau itu jawabannya," celetuknya dengan sombong. Ia sudah tidak tahan lagi, ia sangat bosan dan ingin pulang.

"Sombong amat lo ketos!" sungut Dion disebelahnya. Naura memukul pelan kepala Adelard dan Dion bergantian dengan pulpen berwarna ungu.

"Diem, tar makin lama pulangnya!" Naura kembali menghadap ke papan yang berada di depannya.

Akhirnya, soal-soal di papan tulis sudah berisi jawaban semua. Adelard memfoto tulisan-tulisan tersebut. Bukan karena ia ingin menyalin, itu untuk Naura. Karena ia tau, Naura akan menyalin jawaban-jawaban itu di rumah nanti.

"Ade, udah difoto?" Tanya Naura sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam tasnya yang berwarna pink pastel. Adelard mengangguk menanggapi pertanyaan tunangannya, dan Naura tersenyum membalas.

Naura berjalan beriringan dengan Cinta. Sedangkan Adelard berjalan dibelakangnya bersama Dion dan Brian.

Langkah Naura terhenti, dan ia langsung membalikkan badannya sambil menunjukkan isi pesan dari mamanya kepada Adelard.

From: Bunda🌸🍒❤️
Sayang, kamu nginep di rumah Ade ya. Baju-baju sama peralatan kamu sudah bunda bawa ke rumah Ade. Bunda harus ikut Papa ke London untuk urus bisnis disana. Kalo kamu gak mau di rumah Ade, kamu boleh ke apartment ya sayang.

Adelard mengangguk paham. "Terus? Kan udah biasa? Kok kaget gitu?" Tanya Adelard dengan tatapan menggodanya.

"Ade! Matanya genit banget," Naura mengatakan itu setengah berteriak. Sampai-sampai orang-orang yang ada di sekitar koridor tertawa mendengarnya.

"Ra, malu." rengek Adelard sambil membungkuk menyembunyikan wajahnya di punggung Naura. Ketiga remaja itu melihat dua sejoli ini dengan tatapan geli. Lalu mereka berlima melanjutkan langkahnya menuju parkiran sekolah.

"Ra, kamu mau tidur dimana malam ini?" Tanya Adelard sambil fokus dengan jalanan didepannya.

Naura tersentak, apakah Adelard baru saja menggunakan aku-kamu dengannya? Wow, ajaib.

"Kalo dibolehin mami, kita tidurnya di apart aja ya? Biar enggak ngerepotin mami." Adelard mengangguk setuju. Tetapi maminya pasti tidak mengizinkan mereka untuk tidur di apartment. Apalagi ini bukan hari libur atau weekend.

Saat sudah sampai di kediaman Pranadipa, Naura turun dari mobil dan langsung mengambil beberapa kantong cemilan yang tadi dibelinya. Adelard membantu Naura membawa kantong yang berisi sayuran dan daging. Maminya tadi yang nitip beli.

"Naura datangggg, Miiii..." Naura dengan ceria melangkah masuk dan langsung memberikan kantong-kantong belanjaannya kepada Bi Ranti, asisten rumah tangga di rumah ini.

"Siang nona cantik."

"Siang juga Bi Ranti." sahut Naura ramah.

"Mami mana bi?" Tanya Adelard dengan wajah datarnya sambil menaruh beberapa kantong yang ia bawa.

"Di kamar tuan, sebentar lagi keluar." Bi Ranti pamit untuk kembali menyuci di belakang.

Karena Mami Adelard belum keluar kamar juga, Naura memutuskan untuk menyusul Adelard ke kamarnya. Ia ingin mengganti pakaian.

Sesampainya di kamar, ia disungguhkan oleh perut kotak-kotak milik Adelard. Pemandangan yang sudah biasa ia lihat ketika mereka menginap di apartment.

"Aku mau mandi, kamu diem diluar sana." usir Naura.

"Udah biasa liat juga." Adelard menyahut dengan sangat amat enteng.

"Rara, mandi bareng yuk." rengek Adelard yang tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Naura. Apa-apaan ini? Mandi bareng? Yang ada tahun depan mereka baru selesai mandi.

"Kok enggak mau sihh?" Masih dengan nada manjanya. Adelard kini mendekati Naura yang sedang memilih baju di lemari dekat ranjangnya.

Adelard, dengan posisi duduk di pinggiran ranjang, ia memeluk pinggang Naura dan menggesekkan hidung mancungnya di punggung tunangannya.

"Sana ih, aku mau mandi." Adelard keluar dari kamarnya.

Naura mandi dengan damai. Setelah 30 menit ia mandi, ia turun ke dapur untuk membantu Naya menyiapkan makan malam. "Mi, masak apa tuh? Rara bantuin ya." Naya menoleh dan mengangguk. Naura langsung mengambil beberapa buncis yang sudah dicuci dengan air bersih dan memotongnya.

"Ade kalo di sekolah ganjen gak Ra?" tanya Naya sambil mengangkat daging yang sudah matang.

"Boro-boro ganjen, ngomong aja kalo marah." Naura memberikan buncis yang sudah dipotongnya kepada Naya. Adelard yang mendengar suara Naura dari arah dapur langsung berlari menghampiri tunangannya.

"Rara kok ga samperin aku sihh." rengeknya sambil memeluk gadis itu dari belakang. Naura yang sedang membersihkan alat-alat memasak tadi menoleh sebentar lalu mengecup sayang pipi Adelard.

"Aku bantu Mami dulu lah." Adelard memajukan bibirnya.

"Heh udah gede ngambekan." ledek Naya. Naura menoleh melihat ekspresi Adelard dan langsung tertawa.

"Ngapain heh maju-maju gitu? Kayak Donald bebek." ledek Naura sambil menaruh sendok yang ia cuci.

"Misii Ade, aku mau nata piring dulu." rengek Naura. Naya tertawa melihat dua sejoli itu yang seperti kucing dan tikus.

Sekarang mereka berempat makan malam bersama di ruang makan Rumah Pranadipa. Semuanya makan dengan tenang.

"Ade di sekolah nakal gak Ra?" Pramudya menatap Naura Sambil menunggu jawaban dari gadis itu.

"Nakal gimana Pi? Orang ngomong aja gak pernah kecuali sama aku atau lagi marah-marah." sahut Naura enteng. Sedangkan Adelard menganggukkan kepalanya di sebelah Naura. Apa yang diucapkan tunangannya itu memang benar. Adelard tidak pernah mengeluarkan suara saat disekolah, kecuali dengan Naura, sahabat-sahabatnya, dan pada saat ia marah.

"Hmm, Papi sama Papa kamu merencanakan kalian untuk menikah muda.." Pramudya menggantungkan kalimatnya. Ia ingin melihat reaksi kedua remaja di hadapannya ini.

Naura dan Adelard langsung terbatuk dan meneguk air sampai gelas itu menjadi kosong. Naya tertawa melihat anak dan calon menantunya yang terlihat kaget itu.

"Kalian kelas berapa sih?" Tanya Pramudya.

"Kelas 11." kali ini yang menjawab adalah Adelard.

"Yaudah. Nanti pas liburan kenaikan kelas aja kalian nikahnya. Semakin cepat semakin baik." sahutnya enteng.

Naura membulatkan matanya hingga matanya itu hampir jatuh. Abelard? Adelard sangat tenang sampai ia tidak merespon apapun.

"Kok nikahnya cepet?" Tanya Naura.

"Biar cepet halal kalik Ra." sahut Adelard enteng yang langsung mendapat pukulan di bahunya.

"Apaan sih orang bener! Tanya aja Papi." Adelard tidak terima dirinya dipukul oleh tunangannya ini.

"Pi gak bisa diundur lagi ya?" Tanya Naura sedikit memelas. Pramudya tertawa terbahak-bahak melihat wajah memelas dari calon menantunya.

"Nggak bisa, Adelard harus naik jadi CEO. Lagian kalian cuman nikah, punya anaknya nanti setelah lulus sekolah."Pramudya meneguk air sampai gelas itu kosong.

Pramudya dan Naya dibuat tertawa lagi melihat pemandangan di depan mereka. Naura dengan ekspresi kesalnya dan Adelard dengan ekspresi bahagianya.

"Kamu pengen nikah cepet De?" Adelard mengangguk semangat sambil tersenyum lebar. Naura di sebelahnya merasa kesal melihat ekspresi yang Adelard berikan.

"Ngaco ah. Belum siap jadi istri." Gerutu Naura sambil menghabiskan makanannya.

"Tapi aku udah siap jadi suami." Sekali lagi, Adelard memberikan senyum terlebarnya. Naura jadi kesal sendiri.

Setelah makan malam, Naura pergi ke kamarnya dan disusul oleh Adelard. Naura langsung mengeluarkan buku pelajaran dan buku tugasnya. Adelard melakukan hal yang sama.

Keheningan menyelimuti mereka berdua. Naura bergelut dengan soal-soal di bukunya sedangkan Adelard malah memandanginya.

"Tugasnya dikerjain De, bukan aku yang dibengongin." Adelard tertawa dan langsung menulis tugasnya.

Setelah beberapa jam berkutat dengan tugas, Adelard dan Naura merapikan buku dan alat tulisnya. "Ayo bobo," Naura menguap dan memeluk badan kekar Adelard. Adelard tersenyum dan langsung menggendong Naura menuju kasurnya.

"Mimpi indah sayang," Adelard mengecup kening Naura, dan menarik selimut menutupi badan mereka sampai sebatas dada.

☁️☁️☁️

"ADEE TURUN SARAPAN!!" Teriakan Naura menggelegar ke seluruh penjuru di rumah ini. Naya hanya menggeleng sambil tersenyum melihat tingkah calon menantunya itu. Selang beberapa menit, Adelard turun sambil mengecek isi tasnya.

Seperti biasa, Adelard turun menuju meja makan dengan kemeja sekolah yang tidak dimasukkan, dasi yang tersangkut di kelapa, dan ikat pinggang yang ia jadikan kalung.

"Ck! Anak siapa sih ini berantakan banget!" Naura berjalan menghampiri Adelard sambil menggerutu. Adelard menoleh ke arah mama dan papanya berniat mencari bantuan. Namun sayangnya, mama dan papanya malah menggeleng.

Tiba-tiba saja, muncul sebuah ide untuk menggoda Naura. "Kan mumpung ada calon istri aku disini, jadi ya aku manfaatin lah." Adelard mengedipkan sebelah matanya dan dibalas dengan tatapan menjijikan dari Naura.

"Jangan ganjen gitu ah, aku merinding." Naura merapikan dasi Adelard dengan telaten, "Kok udah manggil aku-kamu?" Sambungnya.

"Kan mau nikah."

"Orang gak jadi." Sahut papanya dari meja makan. Adelard memajukan bibirnya beberapa senti.

"Apaan maju-maju kayak donald bebek." ledek Naura sambil menjulurkan lidahnya lalu berlari kecil ke arah meja makan.

Mereka sarapan dengan tenang. Adelard melirik jam yang melingkar di tangannya, ia berdiri sambil membawa piring dan gelas kotor yang ia pakai sarapan tadi ke dapur.

"Ra ayo berangkat nanti telat." Naura yang sedang membantu Naya mencuci piring langsung mengangguk dan berpamitan pada Naya.

Naura berjalan mengambil dua kotak bekal yang sudah disiapkan oleh Naya, dan langsung memasukkan ke dalam tasnya dan tas Adelard. Naura berjalan ke arah Pranadipa untuk berpamitan.

"Titip anak bebek ya Ra!" Seru Pranadipa ketika Naura sedang memakai sepatu di teras rumah bersama Adelard. Naura mengacungkan jempolnya, sedangkan Adelard berteriak.

"IYA PAPA BEBEK!"

Tawa Naura pecah saat melihat raut kesal di wajah tampan Adelard. Dengan cepat, Naura mengecup pipi Adelard dan membuat Adelard mematung.

"Gitu aja kaget, padahal sering dicium." Naura langsung berjalan menuju mobil Adelard.

"Ra, mau lagi dong." Pinta Adelard saat sudah duduk di sebelah Naura. Naura mengernyitkan alisnya. Apa yang lagi? Batin Naura.

"Ini disini, lagi dong." Adelard menunjuk pipinya yang sebelah kiri. Naura langsung tertawa dan mengecup pipi Adelard lagi. Kali ini agak lama dan Adelard senyam-senyum sendiri.

"Udah kan? Ayo berangkat." Naura memasang seatbelt dan mobil Adelard melaju meninggalkan halaman rumahnya.

Mobil hitam mewah itu telah terparkir rapi di parkiran khusus mobil yang sudah disediakan di sekolah ini. Naura keluar terlebih dahulu dan langsung mendengar beberapa celotehan dari beberapa siswi yang kebetulan lewat.

"Ngapain tuh nebeng-nebeng."
"Gak bisa bayar ongkos bus kali."
"Caper kali."

Semua cibiran itu diterima Naura dengan senyuman. Adelard yang mendengar itu tidak suka, ia langsung menggenggam tangan tunangannya dan berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai dua.

"Nanti pulang sekolah mampir ke butik tante aku ya." Naura memiringkan kepalanya menatap kekasihnya. "Ngapain?" Naura kembali menoleh ke depan setelah bertanya singkat.

"Fitting gaun." Adelard menjawab singkat sambil tersenyum membuat seluruh siswi yang berada di koridor tertegun.

Seorang Adelard Pranadipa, ketua OSIS yang memiliki wajah tampan dan sangat dingin, tersenyum hangat di pagi hari? Ini pasti akan menjadi hari terbaik bagi mereka.

"Jangan senyum ah. Semua liatin tunangan aku nih!" Naura memajukan bibirnya beberapa senti. Dan setelah itu, cibiran-cibiran tentangnya mulai terdengar.

"Huft jadi bahan ghibah lagi," Naura berjalan sambil tangannya yang menggenggam erat tangan Adelard dan kepala yang menunduk.

Naura dan Adelard masuk ke kelasnya. Adelard masih setia menggenggam tangan kesukaannya. Naura menyapa teman-teman sekelasnya, semua pun balik menyapanya.

Bagi teman-teman sekelas Naura, gadis ini sering menyebarkan aura positif. Jadi mereka sangat senang jika berada di dekat Naura. Lain halnya dengan fans Adelard. Bagi mereka, Naura hanyalah benalu yang sedang beruntung saja lalu menjadi tunangan seorang Adelard Pranadipa.

"Kita fitting gaun buat apaan, De?" Naura menyusun buku pelajaran dan alat tulisnya di atas meja agar terlihat rapi.

"Buat nikah nanti," Adelard menjawab dengan santai sambil bermain game di handphonenya. Naura terdiam, Adelard yang merasa tidak ada pergerakan lagi dari gadis disebelahnya pun menoleh.

"Kenapa? Ada yang sakit?" Adelard mengecek tunangannya dengan teliti. Ia tidak menemukan tanda-tanda bahwa Naura kesakitan. Remaja tampan yang terkenal dengan sebutan pangeran es itupun bingung.

Naura duduk menghadap Adelard, "Emang kita kapan nikahnya?" Adelard tertawa melihat raut wajah yang Naura tampilkan. Seperti sedih, namun ia terlihat menerima dengan senang hati.

"Nanti, tapi belum tau pastinya kapan. Kita emang harus nikah secepatnya." Adelard mengelus rambut Naura dengan sayang. Naura sendiri kini sedang menetralisir detak jantungnya.

"Mau nikah aja jantungan," batin Naura.

Tak lama kemudian, Cinta dan Dion datang bersamaan sambil tersenyum ceria. Jangan lupakan Brian yang menyusul setelahnya.

"Parah sih Dion ninggalin gua mulu!" geritu Brian tak suka. Dion dan Cinta terbahak menertawakan wajah sahabatnya itu.

"Siapa piket?" Tanya Adelard singkat pada kedua sahabatnya itu. Seketika Cinta menepuk jidatnya. Ia lupa bahwa dirinya mendapat jadwal piket OSIS hari ini.

Cinta berlari menuju gerbang depan sekolah. Jika ia tidak melaksanakan piketnya, Adelard tidak akan tanggung-tanggung memberikan hukuman padanya.

Lima remaja itu kini sedang bercanda gurau di pojok kantin. Dion yang sibuk meledek Brian membuat Adelard menggelengkan kepalanya melihat kedua sahabatnya yang konyol itu. Cinta dan Naura yang sibuk memakan cemilannya pun hanya memperhatikan keduanya.

"Minta engga?" tawar Naura pada Adelard sambil menyodorkan keripik basreng yang ia pegang. Adelard menoleh sekilas, lalu menggeleng sambil tersenyum. Namun detik berikutnya, lelaki tampan itu menoleh lagi ke arah keripik yang berada di tangan tunangannya.

"NAURA KENAPA MAKAN PEDES LAGI?" Adelard yang berteriak membuat seluruh penghuni kantin terkesiap dan tertegun. Adelard jarang sekali mengeluarkan suaranya. Sekalinya keluar, hanya suara bentakan yang terdengar, seperti sekarang ini.

"Kaget anjing!" Dion mengelus dadanya dan mengundang gelak tawa dari Brian. Cinta pun ikut menertawai kekasihnya itu.

"H-hah? I-iya p-pingin makan p-pedes..." jawab Naura sambil menunduk. Ia sangat takut menatap tunangannya itu kini. Sudah dipastikan di hadapannya ini Adelard sedang mengeluarkan raut muka marahnya.

Adelard mendengus, mengambil keripik basreng yang warnanya sangat merah itu dari tangan Naura. Naura pun sedikit tidak rela jika keripik kesukaannya diambil oleh tunangannya.

Poor keripik basreng hot jeletot...

"Ade..." cicit Naura. Gadis itu masih saja menundukkan kepalanya sampai ia tidak tahu bahwa tunangannya itu sudah tidak ada di hadapannya.

"Cowo lo udah ilang," bisik Cinta disamping kirinya. Naura terkejut, ia mendongakkan kepalanya dan mengedarkan pandangannya. Benar saja, Adelard tidak ada di hadapannya lagi.

Naura panik meneliti segala penjuru kantin. Tiba-tiba lelaki yang ia cari itu datang sambil membawa 2 bungkus keripik basreng yang berwarna merah. Namun tidak semerah tadi.

"Ini. Besok-besok makan yang level ini aja. Jangan yang pedes amat. Kamu mau sakit perut lagi?" Naura menggeleng seraya menerima 2 bungkus keripik kesukaannya itu.

"Makasih, maaf ya?" tanya Naura sambil mendongak menatap tunangannya yang tinggi. Sedangkan tinggi dirinya hanya sebatas dada Adelard. Lelaki itu hanya mengangguk sambil mengacak rambut Naura.

Lima menit kemudian, bel tanda masuk kelas berbunyi dan berbarengan pula dengan keluarnya suara seseorang dari pengeras suara yang ada di sudut kantin.

"Diumumkan kepada seluruh siswa dan siswi Moonlight Highschool bahwa hari ini tidak ada KBM jam terakhir. Begitu pula dengan kelas XII yang ada jadwal pengayaan, hari ini pengayaan ditiadakan. Untuk seluruh siswa dan siswi silahkan pulang ke rumah masing-masing dan dilarang berkeliaran di sekolah atau sekitarnya. Terimakasih."

Para siswa dan siswi langsung bersorak mendengar pengumuman itu. Lima remaja yang menjadi pusat perhatian di sekolah ini, berjalan memasuki kelas untuk merapika barangnya masing-masing.

"Na, mau ke toko buku bareng nggak? Novel inceran kita udah ada di toko buku loh!" Cinta terlihat semangat sekali mengajak Naura untuk ke toko buku yang berada di salah satu mall dekat sekolahnya. Naura berpikir sejenak, lalu menoleh ke belakang, ke arah Adelard.

"Naura pulang sekolah gak bisa kemana-mana hari ini. Dia harus fitting gaun sama gue," Adelard kelewat santai berbicara. Ia tidak sadar bahwa ketiga sahabatnya sedang terkejut menatapnya dan Naura.

Adelard yang merasa ditatap, langsung menoleh. "Apa-apaan natap gua begitu? Mau jatuh tuh mata." Setelah dirasa semua barang sudah masuk tas. Adelard menutup tasnya dan menyampirkan di bahu kanannya.

"Gaun buat apaan? Tunangan? Kan kalian tunangannya udah waktu kelulusan SMP." Brian berusaha berpikir mencari jawaban atas semua pertanyaan yang ada di dalam benaknya.

"Gua sama Naura mau nikah, dalam waktu dekat ini. Paling lambat 3 bulan lagi." Sahutnya. Ketiga sahabatnya kini berteriak karena terkejut dan langsung dihadiahi tatapan menusuk oleh Adelard.

Naura? Ia menunduk malu.

"Wow gak nyangka bentar lagi temen gua jadi seorang istri," Cinta memeluk Naura dengan perasaan terharu.

"Nikahnya nanti private. Tapi ada resepsi kecil yang dateng cuman keluarga besar, sahabat papi mami, papa bunda dan temen-temen gua sama Ade. Resepsi mewahnya nanti diadain pas udah lulus SMA nanti," Naura menyahut sambil tersenyum. Bukan senyum yang dipaksakan. Adelard yang melihat senyum kebahagiaan dari gadis kesayangannya itu ikut tersenyum senang.

"Akhirnya Naura nerima rencana ini. Gua harus bilang ke papi," batin Adelard bersorak senang.

To be continue...

Hai hai hai hai hai!!!
Gimana? Hehehe Jangan lupa vote komennya woy🧚🏻‍♀️

Eh ada info special, aku sudah menetapkan siapa visual dari Adelard dan sudah diberi izin sama yang bersangkutan🧚🏻‍♀️

Fotonya ada di mulmed ya gais! Kalo mau tau siapa, bisa cek di ig @bentengrasa hihiw🧚🏻‍♀️

Jangan lupa share cerita ini sebanyak-banyaknya ke teman-teman kalian ya🧚🏻‍♀️

—Salam sayang, Gekti🧚🏻‍♀️🌸✨💖

Continue Reading

You'll Also Like

491K 53.4K 23
( On Going ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bay...
306K 18.1K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.8M 231K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
996K 14.9K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+