[✔] Klub 513 | Hidden Chapter...

By Wiki_Dwiki

86K 21.7K 4K

Juyeon : "Jadi kita ber empat dikutuk ama Seonghwa, gitu?" Moonbin : "Gaada yang namanya kutukan, yang ada it... More

Prologue : "Let Death Make a Room"
Para Akang Ganteng :')
1. Ketakutan Akibat Trauma
2. Kebetulan Mengerikan
3. Di Tempat Yang Sama
5. Kelipatan Dua
6. Saling Terhubung
7. Bunga Aster Yang Tenggelam
8. Kepingan Aster, Si Bunga Kecil
9. Lingkaran Terang, Lingkaran Gelap
10. Susunan Angka
11. Ingatan dan Ketakutan
12. Kisah Raja, F dan A
13. Jalan Petunjuk
14. Kotak Merah Berisi Kematian
15. Utopia Dalam Anarkisme
16. Malam Gelap, Saksi Bisu Kematian
17. Sepanjang Masa
Epilogue : "Semua Baik Baik Saja Sekarang"

4. Panggilan Dari Masa Lalu

3.9K 1K 175
By Wiki_Dwiki

.
.
.

    Moonbin memiliki ingatan masa lalu yang indah dalam otaknya. Dia beranggapan jika dari seluruh Zahuwirya di rumah itu, dialah yang paling beruntung. Dia mengingat masa lalunya dengan baik karena selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.

    Kedua orang tuanya menyayanginya, namun sebuah kebakaran harus menelan nyawa kedua orang tuanya ketika dia berumur 10 tahun. Setelah kematian kedua orang tuanya, Moonbin tetap melanjutkan sekolahnya dan bertemu dengan Hongjoong di kelas 6 SD. Dia tak ingat kapan jelasnya dia mulai berteman Seonghwa, dia selalu coba mengingatnya, namun, tetap saja, dia hanya mengingat uluran tangan Seonghwa yang mungkin membantunya untuk berdiri karena jatuh.

  "Moonbin, bangun, jangan ngebo." Suara Jungwoo dan suara pintu yang diketuk dari luar membangunkan Moonbin dari posisi tidurnya. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya.

  "Hari apa ini?" Tanya Moonbin sambil menguap lebar.

  "Aku bukan anggota BMKG, aku perawat di rumah sakit." Jawab Jungwoo sambil berjalan menuruni tangga, menuju ke arah dapur. Moonbin mengusap matanya, meregangkan otot ototnya yang kaku dan berjalan mengikuti Jungwoo. Setelah pandangannya jelas karena menabrak dispenser, Moonbin hanya lihat keberadaan Jungwoo dengan baju rapihnya tengah menuangkan susu ke dalam gelas.
  
  
  "Kok rumah sepi pada kemana?" Tanya Moonbin duduk di kursi meja makan sambil mengambil roti dan setoples nutela.

  "Juyeon kerja, Hongjoong kerja, aku mau otw RS, kamu yang pengangguran tolong bersihkan rumah hari ini." Ucap Jungwoo menyodorkan segelas susu ke arah Moonbin.

  "Enak aja manggil gua pengangguran, gua juga kerja, kali." Ucap Moonbin ga terima.

  "Dan kebetulan hari ini libur." Lanjut Jungwoo, "nanti aku pulang cepet kok, jadwalku dikit, gaada jaga malam."

  "Hmm.." Balas Moonbin dengan pipi menggembung sambil mengunyah rotinya.

    Jungwoo ketawa gemas, setelah dengan iseng mencubit hidung Moonbin sampai merah, Jungwoo berlari ke luar rumah karena sang korban kejahilan meneriakinya dengan kata kata yang kurang bisa dimengerti, mengingat mulut pemuda itu sedang penuh oleh roti.

    Setelah kepergian Jungwoo, Moonbin menegak habis segelas susu tadi dan bangun dari duduknya untuk mencuci piring dan gelas kotor yang tersisa. Setelahnya dia pergi ke kamar mandi untuk membasuh mukanya—mandinya nanti aja habis bersih bersih biar ga mubazir karena habis bersih bersih pasti keringetan dan kotor lagi kena debu.

    Moonbin mulai dari ruang tamu, ruang keluarga, dapur, kamar Juyeon-Jungwoo dan ruang perpustakaan mini rumah itu sebelum menuju ke lantai dua. Kamarnya, kamar Hongjoong beserta studio kecil miliknya, dan terakhir ruangan kecil yang dulunya adalah ruang belajar Seonghwa.

    Sambil menghela nafas panjang, dia membuka pintu itu dan menyalakan lampunya. Moonbin tak terkejut dengan betapa berdebunya ruangan kecil yang didominasi oleh rak buku dengan meja belajar kecil yang menghadap ke luar jendela. Bunga aster putih yang dulu Seonghwa rawat dengan sangat tlaten telah mengering dalam potnya,
  
  
Bunga Aster yang malang.. Moonbin yang malang.."
  
  
    Telinga Moonbin tiba tiba berdenging dan itu membuat pening menyerang kepalanya. Dia bisa mendengar suara Seonghwa ada di sekitar sana, dan akibat pening di kepalanya, dia merasa mual hingga hampir muntah. Moonbin menggelengkan kepalanya, "pasti gua kecapekan.."
  
  
—Hwa akan bantu nulis ulang ceritanya, jadi jangan menangis lagi, Moonbin.."
  
  
    Tubuh Moonbin oleng dan hampir jatuh ke lantai jika sebuah rak buku di belakangnya tak menyediakan tumpuan padanya. Beberapa buku jatuh dari tempatnya, salah satu di antaranya mendarat di atas kepala Moonbin.

    Dengan nada memekik, Moonbin mengumpat dan menatap tajam buku sialan yang menjadikan kepalanya sebagai tumpuan empuk sebelum jatuh ke lantai. Tubuh Moonbin membungkuk dan tanganya terulur untuk memunguti buku yang jatuh itu. Ketika dia berencana mengembalikan buku buku tadi ke tempatnya, Moonbin melihat sebuah flasdisk ada di sana.

    Dengan penasaran, Moonbin mengambil benda itu dan mengamatinya. Tanda pengenal yang dibuat dari kertas yang di double tip itu berbunyi 'Dear My Zahuwirya'.

    Moonbin kembali ke kamarnya, dengan tidak sabar dia menyalakan laptopnya, dia ingin memastikan apakah flashdisk itu masih berfungsi atau tidak, dan itu masih berfungsi. Moonbin membukanya dan menemukan 5 file yang memiliki nama nama anak Zahuwirya.

    Moonbin membuka file dengan nama Juyeon Abuwayna, dan hanya mendapatkan satu dokumen dengan format pdf disana. Moonbin membukanya dan itu berisi sebuah foto lima batu nisan yang keseluruhannya memiliki tahun yang salah. Karena jumlah tahun kematiannya berbeda dengan umur terakhirnya. Katakanlah ada nisan dengan ukiran
   
  

R.I.P
1890 - 2014
Age 35
 

 
  
    Di bawah foto nisan itu, Seonghwa mengetik sebuah kalimat : "Juyeon Zahuwirya, aku mempercayainya lebih dari siapapun bahkan dari Joongie. Dia sudah sangat menderita. Aku akan pastikan dia tak akan menderita lagi. Karena dia berhak bahagia."
    
  
    Walau Moonbin tersentuh dengan kalimat 'dia berhak bahagia'  yang Seonghwa tujukan pada Juyeon, tetap saja, Moonbin tak mengerti tujuan Seonghwa menyertakan gambar batu nisan dengan tanggal yang salah ke dalam dokumen pdf itu.

    Kan, Moonbin jadi shuudzon kalo Juyeon diramal bakal mati di umur 35. Naudzubillah! Jangan dulu, Moonbin masih ingin menagih hutang Juyeon berupa seorang ponakan kembar.
  
  
    Setelah memastikan tak ada apapun selain dokumen tadi di sana, dia berlanjut membuka file dengan nama Moonbin Mahawira dan juga menemukan satu dokumen dengan format pdf di sana. Moonbin membukanya, dan kini dia mendapatkan sebuah gambar sebuah bunga aster putih.

    Di bawah foto yang jauh lebih indah dari foto nisan itu, Seonghwa mengetik :'Aku membantu Moonbin menulis ulang semua ceritanya karena dia tak bisa berhenti menangis. Aku tak suka melihat bunga asterku menangis, dia adalah syair yang para pujangga tulis di masa lalu."

 
    Pertanyaan yang langsung muncul di kepala Moonbin setelah membaca tulisan itu adalah, "sejak kapan Seonghwa nyebut gua bunga aster dan kenapa dia nyebut gua gitu?"

    Terlarut dengan kebingungannya, Moonbin sangat terkejut ketika suara Juyeon yang telah berdiri bersandar di pinggiran pintu memasuki indra pendengarannya. Dengan refleks, Moonbin menutup laptopnya dengan cepat.

  "Gitu banget reaksi lu, baru liatin apa, hayoo~?" Tanya Juyeon sambil menaik turunkan alisnya mengejek Moonbin.

  "Lu sadar nggak, sih, kalo muka lu sekarang kek orang utan?" Balas Moonbin berdiri dari duduknya.

  "Habis reaksi lu gitu banget.." Ucap Juyeon mengikuti langkah Moonbin menuju dapur.

  "Tumben jam segini udah pulang. Kawanan betina yang bucin ama lu udah pada ganti haluan semua?" Tanya Moonbin.

  "Nggak kok, cuma lagi ga mood aja hari ini." Jawab Juyeon mendudukkan dirinya di kursi meja makan dan menidurkan kepalanya di atas meja menghadap punggung Moonbin.

  "Nggak mood kenapa?" Tanya Moonbin berbalik dan memberikan segelas teh hangat pada Juyeon, tak lupa sepiring biskuit dari bungkus yang warnanya merah.

  "Gua denger suaranya Seonghwa lagi." Ucap Juyeon.

    Moonbin diam, setia mendengarkan.

  "Dia tetep ngulangin kata kata yang sama, 'kau berhak bahagia ' sebelum kedengeran suara tembakan, dan kalimat selamat tinggal. Awalnya gua biasa aja, tapi lama lama itu bikin gagal fokus, sampai gua ga sengaja numpahin kopi ke salah satu pengunjung. Jadinya gua dapet peringatan dari Boss, mantep, kan?" Jelas Juyeon.

  "Ngomongi soal suara tadi gua juga sempet denger pas bersihin ruangan lamanya Seonghwa. Dia manggil gua bunga aster, lu tau nggak?" Tanya Moonbin.

    Juyeon menekuk alisnya, "kan Hwa kalo manggil lu pakai nama Aster pas kecil.. Lu ga inget?"

  "Dia manggil gua Aster?" Tanya Moonbin.

  "Well, awalnya dia manggil gitu, tapi setelah Hongjoong ngomelin Seonghwa perkara nyebut lu 'Drown Aster', dia berhenti." Jelas Juyeon.

  "Gua dikatain tenggelam ama Seonghwa?" Tanya Moonbin.

    Juyeon menggeleng, "Seonghwa bilang kalau Aster itu bukan lu, tapi orang lain. Dia nge gambarin lu sebagai bunga Aster, gatau kenapa, mungkin karena lu sabar kali, ya, makanya dipanggil Aster ama dia.."

  "Gua ga inget." Ucap Moonbin memijat pelan kepalanya.

  "Lupa itu udah manusiawi, sekarang mending lu mandi sana, bau lu kek sarang laba laba." Ucap Juyeon.

  "Iya, sarang laba laba di kamar lu baunya kek sampah." Balas Moonbin.

  "Astagfirullah, gua pingin mukul Moonbin.."
 

    Jungwoo lagi duduk duduk ganteng di poli tempat dia ditugaskan, yaitu poli Ortopedi. Sebelumnya dia ditugaskan di Anestesi tapi karena poli Ortopedi lagi kekurangan tenaga kesehatan, Jungwoo dipindahin ke sana.

    Nggak ada yang spesial, tetep keluar masuk ruang rawat sambil senyum 24/7 dan ngajakin para pasien bercanda. Untung orang orang penghuni poli itu banyak yang Jungwoo kenal.

    Salah satu yang paling dekat dengan Jungwoo adalah salah satu dokter spesialis yang ada di poli itu, Baekhyun. Mereka pernah menangani oprasi yang sama dan setelah oprasi itu sukses Baekhyun mentraktir seluruh tim oprasi yang ikut dengannya termasuk Jungwoo. Ada pula seorang residen yang pernah Jungwoo bantu semasa koasnya, Hendery.
 
 
Btw, kebayang ga tuh betapa rusuhnya poli Ortopedi di RS Cipta Sehat? Spesialisnya Baekhyun, residennya Hendery, perawatnya Jungwoo. Ini fix yang koas kawanan pelawak, terus pasiennya kawanan orang receh.
  
  
    Bersyukur sekali Jungwoo hari ini karena poli Ortopedi lagi sepi. Kemarin kemarin rasanya tulang Jungwoo mau rontok ngurusin korban kecelakaan beruntun. Mungkin hari ini para polisi lagi mengadakan razia, makanya gaada potensi kecelakaan yang bikin korbannya sampai harus dilarikan ke rumah sakit.
 
 
  "Jangan ngelamun, Ners.. Nanti kerasukan. Gaada dokter yang nanganin orang kesurupan disini." Suara familiar dari dokter spesialis Ortopedi itu mengejutkan Jungwoo.

  "Nggak ngelamun kok, Dok. Lagi meditasi." Balas Jungwoo.

    Baekhyun duduk di sebelah Jungwoo sebelum menghela nafas panjang. Jungwoo menoleh dan bertanya, "baru nanganin pasien?"

    Baekhyun mengangguk, "pasien yang bikin saya deja vu."

    Jungwoo nengerutkan alis, "deja vu gimana, Dok?"

  "Tujun tahun lalu kalo ga salah ingat, pas saya masih jadi residen ada pasien yang punya kondisi serupa." Jawab Baekhyun.

  "Kondisinya parah?" Tanya Jungwoo.

  "Retak tempurung kepala. Namun ketika pihak RS ingin mengoprasinya, dia menolak karena ada yang harus dia lakukan. Kemudian esok harinya dia kembali datang dengan keadaan tak bernyawa dengan 17 tusukan di lehernya." Jelas Baekhyun.

    Jungwoo ga dosa kan, kalo shuudzon si Baekhyun lagi ngomongin Seonghwa? Tujuh tahun lalu, banyak luka tusukan di leher. Namun Jungwoo sangat terkejut tentang cedera kepala Seonghwa, tak satupun media yang mengatakan itu.
 
 
  "Namun, seseorang membayar atasan saya untuk menutup mulut tentang fakta tempurung kepala yang retak itu dengan triliunan rupiah, karena waktu itu saya masih residen, gaada yang bisa saya lakuin untuk membuktikan kalau faktanya dijungkir balikkan. Kasusnya ditutup dan saya sangat merasa bersalah untuk itu."

  "Seharusnya waktu itu saya memaksanya untuk tinggal sehingga pada minggu itu dia akan tetap berada di RS untuk menjalani perawatan, sehingga pembunuhan itu tak terjadi." Lanjut Bakhyun.

  "Apa dokter inget nama pasiennya atau umurnya?" Tanya Jungwoo.

    Baekhyun mengangguk, "tentu saja, bagaimana mungkin saya bisa lupa? Seonghwa, 17 tahun."
  
  
    Boom! Shuudzonnya Jungwoo terbukti. Sekarang Jungwoo gatau harus ngasih reaksi kayak gimana. Fakta tentang tempurung yang retak saja sudah memberikan puluhan nomer berisi pertanyaan di kepala Jungwoo.
    
  
  "Jungwoo, kamu baik baik aja, kan?" Tanya Baekhyun karena Jungwoo hanya diam terpaku tanpa bereaksi apapun.

  "Dokter, apakah kau ikut dalam otopsi?" Tanya Jungwoo.

    Baekhyun mengangguk, "kebetulan saya ada di dekat kamar otopsi kala itu."

  "Kemungkinan apa yang membuat tempurung kepalanya retak?" Tanya Jungwoo.

  "Pukulan benda keras pastinya. Sebelum itu kami sempat berdebat jika kemungkinan korban terjatuh atau terantuk sesuatu, namun, luka itu ada di kening kanannya, dan itu jelas hasil pukulan. Saya meyakini jika pelaku memukul keningnya sebanyak dua kali karena lukanya sedikit bergeser dari tempat awal. Cederanya juga sangat fatal, saya mengatakan padanya jika dalam 24 jam, dia kemungkinan akan mati karena penggumpalan darah, namun, dia bilang, saya sedang dalam perjalanan menuju ajal saya.' Saya coba membujukya, namun.."

  "Namun kenapa?" Tanya Jungwoo.

  "Dia membuat saya tak bisa menolaknya, ketika saya bicara dengannya, saya merasa seperti sedang diprogram ulang. Dia mengatakan banyak hal, namun saya tak bisa mengingatnya." Jawab Baekhyun.

    Jungwoo berdiri di hadapan Baekhyun, "apakah dokter tak bisa untuk mencoba mengingatnya? Saya mohon.."

    Baekhyun memijat kepalanya, "saya rasa tentang ritual gagak."
 
 
  "Ritual gagak? Seonghwa mau manggil Genderuwo?" Batin Jungwoo bergidik ngeri.
 
 
  "Apakah data pasien masih disimpan di ruang arsip?"

    Baekyum mengangguk, "jika kau ketahuan kau mungkin akan dikeluarkan dari RS, Jungwoo."

  "Saya akan berhati hati."

  "0,7,9,9. Itu kode kunci gemboknya."

  "Terima kasih banyak dokter."
 
  
  
  
  
  
  
  
  

#####

Nguehehehehe :D

Continue Reading

You'll Also Like

26K 4.6K 25
[ END ] Ketika seluruh kesatria dunia berkumpul. Untuk menjadi jantung dunia yang sesungguhnya. Genre. Fantasi, action
27K 4.3K 20
Jihoon tidak pernah menyangka bahwa game zombie yang selama ini ia rancang, memiliki kehidupan yang sebenarnya.
11K 2K 41
Sekolah adalah rumah kedua. Sial, istilah itu jadi kenyataan untuk mereka. Setelah semua orang di sekolah menghilang secara misterius menyisakan anak...
68.8K 6.2K 49
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...