I SHALL EMBRACE YOU

By Toelisan

21.8K 1.7K 91

[FOLLOW SEBELUM BACA] "Kita itu cuma dua orang yang saling kenal terus tinggal satu atap." ucap gadis itu. ... More

ISEY || CHAPTER SATU
ISEY || CHAPTER DUA
ISEY || CHAPTER TIGA
ISEY || CHAPTER EMPAT
ISEY || CHAPTER LIMA
ISEY || CHAPTER ENAM
ISEY || CHAPTER TUJUH
ISEY || CHAPTER DELAPAN
ISEY || CHAPTER SEMBILAN
ISEY || CHAPTER SEPULUH
ISEY || CHAPTER SEBELAS
ISEY || CHAPTER DUA BELAS
ISEY || CHAPTER TIGA BELAS
ISEY || CHAPTER EMPAT BELAS
ISEY || CHAPTER LIMA BELAS
ISEY || CHAPTER ENAM BELAS
ISEY || CHAPTER TUJUH BELAS
ISEY || CHAPTER DELAPAN BELAS
ISEY || CHAPTER SEMBILAN BELAS
ISEY || CHAPTER DUA PULUH
ISEY || CHAPTER DUA PULUH SATU
ISEY || CHAPTER DUA PULUH DUA
ISEY || CHAPTER DUA PULUH TIGA
ISEY || CHAPTER DUA PULUH EMPAT
ISEY || CHAPTER DUA PULUH LIMA
ISEY || CHAPTER DUA PULUH ENAM
ISEY || CHAPTER DUA PULUH TUJUH
ISEY || CHAPTER DUA PULUH DELAPAN
ISEY || CHAPTER DUA PULUH SEMBILAN
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH DUA
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH TIGA
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH EMPAT
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH LIMA
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH ENAM
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH TUJUH
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH DELAPAN

ISEY || CHAPTER TIGA PULUH SATU

526 41 5
By Toelisan

[I Shall Embrace You]

-

-

happy reading

vote cerita ini kalau kalian suka. Jangan jadi silent readers~

-

-

-

"Ran, kita sebenarnya mau kemana?" tanya Cia. Pasalnya sudah dua jam lebih mereka mengitari setiap sudut mall.

"Berisik deh, Ci. Aku lagi bingung nih," gerutu gadis itu. Cia memutar bola matanya. Kalau bukan teman, sudah Cia koyak mulut Ranti sedari tadi.

"Temen Dimas itu cewek atau cowok sih?" tanya Cia lagi.

Tadi Ranti meminta bantuan Cia untuk memilihkan hadiah yang cocok untuk teman SMP Dimas yang akan berulang tahun besok.

"Kenapa nggak Dimas aja beli hadiahnya?" tanya Cia. Gadis itu sudah penat mengikuti Ranti yang hanya memutari mall.

"Blouse itu bagus nggak ya?" tanya Ranti mengabaikan pertanyaan Cia.

Cia menggaruk belakang kepalanya. "Bagus," jawab Cia pasrah.

"Itu aja kali ya?" tanya Ranti lagi. Menatap Cia bingung meminta saran.

"Yaudah ambil," Cia sudah tidak bersemangat. Ranti mengangguk lalu segera masuk ke dalam toko.

Setelah menjatuhkan pilihan pada blouse berwarna beige, kedua gadis itu memilih singgah di restauran jepang. Ranti yang minta, katanya ia sedang ingin makan sushi.

"Vian keren banget ya," ucap Ranti sembari memasukkan sushi ke dalam mulutnya.

"Keren apanya?" tanya Cia bingung.

"Dia milik aku," ucap Ranti menirukan perkataan Vian tadi pagi di gedung jurusannya.

Cia tersenyum samar. Ia menyeruput ramen ke dalam mulutnya.

"Tukeran posisi yuk, Ci." rengek Ranti pada Cia tidak tahu malu.

"Aku bilangin Dimas baru tahu rasa kamu," ancam Cia main-main.

Ranti terkekeh pelan menertawakan tingkah lakunya sendiri. "Tapi hubungan kamu sama Vian baik-baik aja kan, Ci?" tanya Ranti.

"Kok kamu nanyanya gitu?" todong Cia tidak suka.

"Bukannya kamu bilang Vian udah punya pacar? Trus pacarnya gimana?" tanya Ranti penasaran.

Cia terkekeh. Ia memandangi wajah Ranti yang menatapnya bingung. "Vian nggak punya pacar."

"Hah?" heran Ranti.

Cia mengangguk. "Selama ini aku salah paham sama Vian. Dila itu sahabatnya dari kecil."

"Tahu dari mana?" tanya Ranti lagi.

"Awalnya aku tahu dari mamanya Vian. Trus waktu aku tanya langsung ke Vian, dia juga bilang hal yang sama."

Ranti mengangguk-anggukan kepalanya seolah mengerti. "Berarti nggak ada hambatan lagi nih?" goda Ranti.

"Hambatan apa sih, Ran?" Cia kembali menyeruput ramen ke dalam mulutnya.

"Kamu sama Vian." Ranti menggantung ucapannya.

"Cia, aku pengen ponakan. Kapan kamu bikin anak sama Vian?" tanya Ranti random.

Uhukk ... uhuk ... uhuk.

Cia tersedak setelah mendengar penuturan dari Ranti. Sedangkan gadis itu menatap Cia tanpa merasa bersalah.

-

-

-

"Mau kemana, Ma?" tanya Cia menatap Ratna yang sudah rapi.

Ratna menatap Cia yang berdiri tidak jauh darinya. "Ke rumah Bunda kamu. Mau ikut?" ajak Ratna. Cia menggeleng pelan.

"Enggak deh, Ma. Udah malem juga," tutur gadis itu jujur.

Setelah mengantar Ratna ke depan rumah, Cia duduk melantai diruang tengah sembari mengerjakan jurnal yang harus ia serahkan ke jurusan lusa. Cia terlalu fokus mengerjakan tugas itu hingga tidak sadar Vian sudah berdiri di belakangnya.

"Ngerjain apa?" tanya Vian membuat Cia tersentak kaget.

Gadis itu memegangi detak jantungnya lantas menatap kesal ke arah Vian. "Ngagetin aja."

Vian tersenyum simpul lantas berlalu ke kamar di lantai dua.

Cia kembali berkutat dengan tuga-tugas itu. Sesekali ia mengecek beberapa notifikasi yang masuk. Mengetikkan balasan lalu kembali mengerjakan tugas. Cia meregangkan tubuhnya yang terasa letih karena menemani Ranti tadi siang.

Vian ikut bergabung setelah laki-laki itu terlihat lebih segar. Ia memakai celana pendek selutut serta kaos hitam yang sedikit kusut karena lipatan.

"Ngerjain apa?" tanya Vian setelah duduk tepat disebelah Cia.

"Jurnal," jawab Cia.

Vian mengangguk lalu mengintip apa yang diketik gadis itu pada layar laptop.

"Vian," panggil Cia.

"Hmm," jawab laki-laki itu tanpa melirik ke arah Cia. Matanya fokus menatap kalimat demi kalimat yang terpatri di layar laptop.

"Nggak jadi," ujar Cia memalingkan wajah setelah lama terpaku menatap wajah Vian yang entah kenapa terlihat lebih tampan dari biasanya.

"Ini susunan grammar-nya salah," tutur Vian menunjuk kalimat bahasa inggris itu. Gadis itu mengerinyit bingung.

Cia kembali memandangi wajah Vian dari samping. Sangat pas dan sempurna. Cia tidak mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh Vian. Ia terlalu asik meneliti setiap inci wajah Vian.

"Kenapa bisa seganteng ini sih?" gumam Cia membatin.

Ia menghela nafas. "Jadi bingung," ucapnya pelan namun masih bisa didengar oleh Vian.

Laki-laki itu mengangguk. Ia mengganggap jika Cia bingung karena kesalahan susunan grammar pada abstrak jurnalnya. Laki-laki itu menarik laptop Cia, mengetik susunan kalimat yang benar.

"Kamu suka bagian apa?" tanya Vian tanpa menoleh ke arah Cia. Laki-laki itu kini asik sendiri membolak-balik buku pemprograman milik Cia.

Cia berpikir sejenak. Ia semakin meneliti wajah Vian. Bagian yang paling ia suka? Cia rasa ia suka semua yang ada di dalam diri Vian.

Ingatkan Cia untuk membenturkan kepalanya nanti. Gadis itu harus sadar.

"Semuanya," jawab Cia masih memandangi wajah Vian lekat.

Vian tersenyum. "Yang paling favorit?" tanya Vian kembali menatap layar laptop.

Cia berpikir lalu tatapannya berhenti pada bibir Vian yang merekah. Entahlah, Cia merasa ia sudah gila. Ia tersenyum malu ketika mengingat hari dimana Vian menciumnya.

"Bibir," jawab Cia polos.

Kening Vian mengerinyit heran lalu ia menoleh menatap Cia. Tak lama ia terkekeh geli memandangi wajah Cia yang bersemu.

"Di teknik komputer nggak ada yang bahas soal bibir," tukas Vian menyadarkan Cia dari pemikirannya.

"Hah?" tanya Cia.

"Aku nanya bagian mana dari pemprograman yang kamu suka," jelas Vian gemas.

Cia melirik pada buku yang sedari tadi berada di genggaman Vian. Detik berikutnya ia memukul lengan Vian sebal.

"Ihh...nanya yang jelas dong," kesal Cia.

"Kamu aja yang pikirannya kemana-mana," jawab Vian lalu laki-laki itu tertawa terbahak-bahak.

Cia refleks menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Malu sampai ke ubun-ubun.

"Jadi bibir aku bagian favorit kamu?" goda Vian mendekatkan tubuhnya pada Cia.

"Enggak!" jawab Cia cepat. Ia meraih buku lalu berpura-pura membaca sumber untuk jurnalnya  yang masih belum rampung. Ia mengamati Vian dari ekor matanya. Laki-laki itu menatapnya lekat.

"Kenapa?" tanya Cia gugup mendapati dirinya yang sedang ditatap seperti itu.

Vian tidak menjawab. Laki-laki itu semakin mendekat, menghapus jarak antara dirinya dengan Cia.

Cia gelagapan. Ia mencoba menghindari tatapan Vian meski wajah laki-laki itu semakin mendekat.

Cia mengepalkan tangannya kala hembusan nafas Vian semakin terasa menyapa wajahnya. Cia menggigit bibir bawahnya, tatapan gadis itu tidak lepas dari bibir merekah milik Vian.

"Ya Tuhan ... apa yang aku pikirin?!" runtuk Cia dalam hati.

Gadis itu memejamkan matanya. Bersiap untuk apa yang akan terjadi setelahnya. Cia menghitung dalam hati. Menerka pada detik keberapa Vian akan menciumnya.

Namun ia sudah menghitung sampai sepuluh. Namun tidak ada tanda-tanda jika Vian akan menciumnya. Ia memberanikan diri membuka matanya.

Hal pertama yang ia lihat adalah wajah Vian yang hanya berjarak sejengkal dari wajahnya. Laki-laki itu tersenyum lalu berucap, "Aku nggak akan ngapa-ngapain. Cuma mau natap kamu aja dari jarak sedekat ini."

Wajah Cia bersemu.

Cia bersumpah akan mengutuk dirinya sendiri karena sudah berpikiran yang bukan-bukan.

"Vian!!" geram Cia lalu mendorong Vian menjauh darinya.

-

-

-

Nulis apaan sih? heran huehuehue

Vote cerita ini kalau kalian suka

see ya~






Vv, Jan 2021

Toelisan,-

Continue Reading

You'll Also Like

4.2M 319K 52
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
591K 27.9K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
1.5M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1.1M 17.7K 28
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+