AXELION

By starlightlui

163K 11.6K 658

"She's my greatest HELLO and the hardest GOOD BYE." *** Hanya berawal dari insiden kecil yang malah membawa b... More

PROLOG
Part 1 - Insiden Kecil
Part 2 - Dia Lagi!?
Part 3 - Kalung Ursa Minor
Part 4 - Hukuman Pagi
Part 5 - Perjanjian
Part 7 - Rumor [1]
Part 8 - Rumor [2]
Part 9 - He's Everywhere
Part 10 - Threat
Part 11 - Feel Sorry
Part 12 - The (Fake) Girlfriend
Part 13 - Tamu Istimewa
Part 14 - Pingsan
Part 15 - Dijodohkan
PART 16 - Langit Malam Tanpa Bintang
Part 17 - Late Again
Part 18 - The Punishment
Part 19 - Anggota Baru Sixers
Part 20 - Teman
Part 21 - This Feeling
PART 22 - The Basketball Match
Part 23 - Pasangan Dadakan
Part 24 - What If More Than Friend
Part 25 - The Truth
Part 26 - Dinner With Her Family
Part 27 - Aku?
Part 28 - A Night With Him
Part 29 - Beauty And The Beast
Part 30 - Sisi gelap Axelle
Part 31 - She's Weak
Part 32 - Let's Dating

Part 6 - Hangover

4.7K 398 6
By starlightlui

HALO, SEMUA!

JANGAN LUPA BINTANG KECILNYA SEBELUM ATAU SESUDAH BACA YA!

SORRY FOR THE TYPO...

HAPPY READING!

___________________________

PLAYLIST : Jonas blue - Perfect stranger.

***

"Lo kenapa sih?!" Lucya berhenti dan menghentakan lengannya sampai cekalan Axelle di pergelangannya terlepas. Ia menatap Axelle dengan bingung bercampur kesal.

Sementara yang di tatap malah menatapnya dengan datar. "Lo yang kenapa? Ngapain lo malam-malam ke tempat kayak gini buat nemuin cowok?"

"Ya, emang kenapa? Apa urusannya sama lo hah?"

Axelle terdiam. membenarkan pertanyaan Lucya. Apa urusannya dengannya? Mau Lucya kesini untuk berpacaran juga itu bukan urusannya sama sekali.

Axelle berdehem pelan lalu berkata dengan dingin, "Enggak ada."

"Nah tuh lo tau—,"

"Lo mikir dong, mana ada temen cowo yang nyuruh temen cewenya ke tempat kayak gini sendirian kalau bukan karena ada alasan dibalik itu."

"Oh, jadi lo menyimpulkan kalo temen gue ini bakal aneh-aneh sama gue gitu?"

"Bagus deh nyadar."

"Tau apa sih lo tentang temen gue? Lo aja enggak kenal dia tapi pikiran lo ke dia seakan lo kenal seberapa brengseknya dia."

"Itu buat jaga-jaga. Lo tuh kelewat polos ya. Kalau emang dia cuman mau ngomong, kan bisa di jam siang atau sore di cafe kek, asal bukan di tempat kayak gini."

"Ternyata lo kayak gini ya? Menilai seseorang yang lo sendiri belum kenal seenak jidat lo."Kata Lucya. Dia menjadi bertambah kesal karena teringat Axelle yang waktu itu menghinanya tepat di depan teman-teman cowok itu dan beberapa siswi.

Rahang Axelle mengeras. "Fine, kita buktiin perkataan gue bener atau enggak. Sekarang, mana temen lo?"

"Hah?"

"Temuin temen lo itu, jangan bilang kalau lo kesini bareng temen. Kita liat apa yang bakal dia lakuin ke lo." Lalu setelah mengucapkan itu, Axelle berlalu meninggalkan Lucya di meja bar dan melangkah ke meja anak-anak RANGELS kembali.

Lucya meneguk ludahnya. Kenapa setelah mendengar kalimat demi kalimat Axelle tadi ia perasannya menjadi tidak enak dan membenarkan bahwa perkataan cowok itu tidak salah. Dia menggelengkan kepalanya. Ini temannya, dia sudah mengenal teman cowoknya ini lebih dari Axelle, ya, walaupun baru sekitar tujuh bulan, namun dia tidak boleh berprasangka buruk seperti yang dikatakan Axelle.

Lucya melihat layar ponselnya begitu getaran bersamaan dengan layar ponsel itu yang menyala, menunjukan notifikasi dari temannya tersebut bahwa dia sudah berada di kelab itu.

Dengan segera, Lucya mengangkat kepalanya dan mengedarkan tatapannya sebelum jatuh pada cowok jangkung yang berpakaian rapi— Zach. Cowok berkaos putih polos dipadukan dengan jeans hitam dan sepatu nike air Jordan itu melangkah ke arah Lucya dengan senyum yang terpatri.

"Hai. Gua kira lo enggak bakal datang." Sapa Zach. Kedua lengannya terbuka dan tiba-tiba saja memeluk Lucya membuat gadis itu menjadi kaku ditempatnya dan tentu tidak membalas pelukan cowok itu.

"Eh... dateng kok hehehe."

"Dateng sendirian nih atau sama temen?" Tanya Zach begitu ia sudah mengurai pelukannya.

Untuk dua detik Lucya terdiam, berpikir untuk menjawab apa. Tidak masalah mengikuti usulan Axelle. Dia akan membuktikan bahwa ucapan cowok itu kelewat salah nan sok tahu.

"Sendiri, Zach. Pada enggak bisa di ajakin malem-malem gini." Jawab Lucya di akhiri kekehan kecilnya.

Sementara di waktu yang sama dan tempat yang sama hanya terpisah beberapa jarak meter saja, Axelle memperhatikan interaksi kedua orang itu tanpa mengalihkan fokusnya dari mereka sedikitpun. Sama halnya dengan Gibson disebelahnya yang sudah Axelle jelaskan mengenai hal itu. Berbeda dengan teman-temannya yang lain yang sudah sibuk berbincang dan berdebat dengan sesekali menggoda Sarah dan Arnold.

"Oh ya, Zack. Mau ngomong apa btw? Kenapa enggak ketemuan aja di cafe gitu?"

"Enggak apa-apa sih. Mumpung malam ini gue lagi kesini aja sekalian ngajak lo buat gue traktir dalam rangka ultah gue waktu itu, soalnya takutnya kalo jam pulang sekolah, lo sibuk."

"Oalah... gapapa kali kalo mau ajak ketemu pas jam pulang sekolah gitu, soalnya gue agak risih ke tempat ginian."

"Belom pernah main ke tempat ginian ya?"

Lucya mengangguk jujur, mengundang tawa Zack. "Kali-kali lo keluar kandang, liat dunia luar dan nikmati."

"Jadi mau ngomong apa, Zack?"

"Minum dulu lah lo, kan gue yang traktir." Zack lalu memanggil salah satu bartender.

"Enggak usah, Zack. Gue enggak terlalu suka minum alkohol soalnya."

"Minumlah. Yang alkoholnya enggak keras, okey? Kan gue traktir dalam rangka ultah gue waktu itu, masa di tolak sih."

"I-iyaudah tapi satu gelas kecil aja, yang kadar alkoholnya rendah ya." Ucap Lucya yang Akhirnya menerima mau tidak mau. Jujur saja, dia tipe orang yang sangat tidak enakan pada orang lain. Lagipula satu gelas kecil dengan kadar alkohol rendah tidak akan membuatnya mabuk.

"Sip! Bang satu lagi yang kadar alkoholnya rendah aja." Pesan Zack diakhiri kedipan mata untuk sang bartender Pria, seperti mengode sesuatu yang sayangnya tidak Lucya Lihat.

"Siap!"

Tidak membutuhkan waktu yang lama, sang bartender kembali ke mereka dan memberikan satu gelas kecil dengan cairan emas di dalamnya. Lucya dengan pasrah meraih gelas itu untuk meminumnya agar cepat selesai dan bisa cepat pergi dari tempat itu, sebelum ia meminumnya, Zack mengajaknya untuk melakukan cheers.

Lucya pun segera menenggak minuman itu yang langsung terasa seperti membakar tenggorokannya. Wait... rasa alkohol berkadar rendah tidak sekeras ini. Lantas Lucya segera menaruh gelas kosong itu saat beberapa detik ia merasa sedikit pusing dikepalanya. Lucya merasakan tangan seseorang yang mengelus punggungnya turun sampai ke bokongnya disusul bisikan. "Kenapa?"

Lantas, Lucya menepis tangan Zack, menyingkirkan tangan cowok itu yang bersarang di bokongnya namun tenaganya tidak sekuat Zack sampai tiba-tiba saja tubuh Zack terhuyung dari tempat duduknya ke lantai.

"Sialan lo!" Axelle menendang perut Zack dengan kencang sebelum menerjang Zack dengan melemparkan bogem mentah pada wajah cowok itu.

"Brengsek lo! Ini yang lo bilang cuman mau ngomong ha?! Ngomong, anjing! Gagu lo tiba-tiba hah?!"

Axelle masih terus memukuli wajah Zack dengan berada di atas cowok itu. Lucya yang ingin melerai dengan sisa kesadarannya terjatuh pada pelukan seseorang. Gibson. Cowok itu memberikannya mineral. "Minum sampe habis, biar hilangin hangover nya."

Dengan cepat Lucya meneguk air mineral tersebut. Sementara Axelle yang masih anteng memukuli Zack segera di hentikan oleh Zayn dan Jibril juga Putra. Mereka menarik kedua lengan cowok itu dan bajunya. "Udah, Xel, udah. Bisa mati anak orang di tangan lo." Bisik Zayn.

"SAMPAH!" Bentak Axelle pada Zack yang sudah terkapar dengan wajah yang babak belur—sembari memegangi perutnya.

Axelle menarik kedua lengannya kasar dari pegangan teman-temannya. Kemarahan tercetak jelas di wajahnya yang sudah memerah. "Sekali lagi lo berani lakuin kayak gitu ke Lucya, urusan lo sama gue. Gue catat muka lo!"

"Dan lo, pulang sama gue." Axelle menarik Lucya yang masih di papah Gibson dan Hope. Gadis itu hanya mengikuti langkah Axelle keluar dari kelab itu dengan tertatih, bahkan ia belum mendapatkan kesadarannya penuh.

Axelle membuka pintu mobil mercedes G Class nya dan membantu gadis itu masuk dengan hati-hati, sebelum ia mengitari mobil setelah menutup pintu dan duduk di bagian Kemudi. Lucya sedari tadi tidak berhenti bergumam tidak jelas.

"Kenapa sih lo bebal? Kalo enggak ada gue, gimana?" Axelle menoleh pada gadis itu yang masih terus bergumam dengan mata menyipit, menatapnya. Tidak dapat di pungiri, Lucya memang memiliki wajah yang cantik walaupun ia tidak berpoles— dengan mata berwarna hijau, hidung mancung, bulu mata yang lentik nan panjang, dan tahi lalat kecil yang berada di atas ujung bibir kirinya.

"Polos banget sih lo? Untung ada gue, kalo enggak—-," Axelle sengaja menggantung perkataannya. Dia pun menyalakan mobilnya dan pergi darisana untuk mengantar Lucya, namun belum Benar-benar keluar dari parkiran, Axelle sadar dia tidak tahu tempat tinggal gadis itu.

Axelle menoleh lagi. Sekarang, gadis itu sudah tertidur pulas. Ia jadi bingung sendiri. "Hei." Telunjuk Axelle terangkat, mencolek lengan Lucya berkali-kali dengan pelan. Ragu untuk membangunkannya, tapi bukannya malah bangun justru gadis itu terlihat semakin pulas dengan dengkuran kecilnya.

Lagipula, jika dia membangunkan Lucya memangnya gadis itu sudah sadar sepenuhnya? Axelle ragu. Bukannya malah memberikan alamat rumahnya, yang ada Lucya akan memberikan alamat kuburan.

***

Lucya memegangi kepalanya yang terasa pusing. Dengan mengerjapkan matanya beberapa kali, tangannya menyibak bedcover putih yang menutupi setengah tubuhnya. Seketika mata Lucya membulat, ia mengedarkan pandangannya pada ruangan bernuansa krem cokelat yang sangat asing. Ini bukan kamarnya, lalu ini kamar siapa? Dia sedang Ada dimana sekarang?

Dia terdiam, mencoba untuk berpikir apa yang terjadi semalam. Untuk beberapa menit, Lucya terus merutuk agar ia mengingat kejadian apapun semalam. Lucya membelak begitu dia mengingat apa yang terjadi semalam. Dia segera me lompat turun dari kasur, melihat dirinya di pantulan kaca dan menghela napas lega. Pakaiannya masih lengkap dan sama.

"Enggak gue apa-apain, Tenang aja." Suara itu terdengar setelah bunyi pintu yang dibuka. Lucya segera melemparkan tatapannya pada Axelle yang tengah menutup pintu dan melangkah mendekatinya.

"Lo yang bawa gue kesini? Ini kita dimana?"

"Dirumah gue."

"DIRUMAH LO?!" Sontak Lucya berteriak dengan kedua matanya yang membulat.

Axelle memejamkan matanya sebentar saat suara gadis itu berdengung di telinganya."Enggak usah teriak-teriak, bisa?"

"Eh, maaf, abisnya kok gue bisa disini sih? Kenapa enggak anterin kerumah gue aja?"

"Dan lo nyuruh gue nanya alamat rumah lo yang lagi hangover gitu? Yang ada lo ngasih alamat ke kuburan." Papar Axelle dengan kedua alis yang terangkat.

"Ngaco deh. Ya, enggak lah. Lagian lo juga ngapain sok-sokan nganter gue pulang?"

"Masih mending gue bantu."

Lucya meringis pelan. Benar juga, jika bukan karena Axelle juga pasti Zack sudah melancarkan aksinya semalam dan Lucya benar-benar tidak tahu akan Bagaimana kehidupannya setelah itu. Berbicara tentang Zack, Lucya dibuat sangat kecewa. Dia tidak percaya, Zack ternyata sebrengsek itu.

"Maaf. Makasih." Ucap Lucya sembari sedikit menundukan kepalanya.

Axelle tidak membalas. Tangannya yang menggenggam sebuah paper bag cokelat terulur. "Sana mandi, abis itu gue anter lo pulang."

Lucya pun menerima paper bag tersebut, namun melihat Axelle yang berbalik untuk pergi. refleks, dia segera menahan tangan Axelle. "Apa lagi?"

"Mau kemana?"

"Keluar lah. Lo mau gue intipin lo mandi?"

Lucya melotot dan segera melepaskan tangan lelaki itu. "AWAS LO YA! GUE SUMPAHIN MATA LO BINTITAN BERTAHUN TAHUN!" Seru Lucya begitu Axelle sudah kembali melangkah dan menghilang dibalik pintu dengan senyum gelinya.

TO BE CONTINUED.

Zack Ragesta

Hope you guys like it!

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT AND SHARE YA KE TEMAN KALIAN! Also Follow me if u haven't yet 🤗

Thank you for the Vote & Comments!

Sincerely,
Lou.

More info and spoiler : Go Follow @Loucamilee_

Continue Reading

You'll Also Like

703K 5.3K 26
di jadikan pembantu di rumah pengusaha kaya raya dan anak dari pengusaha kaya itu jatuh cinta kepada pembantu itu bahkan saat baru awal bertemu ia su...
4.3M 97.3K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
211K 25.5K 23
⚠️ BL Gimana sih rasanya pacaran tapi harus sembunyi-sembunyi? Tanya aja sama Ega Effendito yang harus pacaran sama kebanggaan sekolah, yang prestas...
2.1M 97.7K 70
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...