Memories || Kimetsu no Yaiba

By Mizuraaaa

90.5K 12.1K 4.6K

Highest Rank: #1 in mitsuri (13/2/21) #1 in kyoujuro (6/2/21) #1 in kimetsu (2/4/21) #1 in yaiba (2/4/21)... More

Author Note!
Prolog
1.A new world?
2.Pelatihan
3.Kisatsutai
4.Rapat Pilar
5.Uzui's Family
6.Become Stronger
7.Natagumo
8.Tanjirou
9.No Tittle
10.Mugen Train(1)
11.Mugen Train(2)
12.Datang lagi
13.Pertemuan Pertama
14.Keputusan
15.Alasan
INFO!!!
Flashback Moment
16.Tidak Terduga
17.Hubungannya
18.Kerinduan
19.Berita Buruk
21.Yuki no Hashira
22.Maksud Sebenarnya
23.Memburuk
24.Percobaan
25.Permintaan
26.Misi Bersama
27.Penyerangan
Flashback Moment
28.Pemburu Iblis vs Iblis
29.Lemah
30.Kesembuhan
31.Keinginan untuk Mati
32.Takut untuk Mati
33.Keluarga
34.Penyelesaian Masalah
35.Festival Kembang Api
36.Iblis Es
37.Memperbaiki
38.Uji Coba
39.Penangkapan
Pengumuman
40.Terjebak
41.Teman Lama
42.Penyelamatan Diri
43.Rasa Bimbang
44.Tanpa Dirinya
45.Setelahnya
46.Diskusi
46.Diskusi (bag 2)
47.Rasa Bersalah
48.Rasa yang Nyata
49.Tanpa jejak
50.Yuri tanpa Sahabatnya
51. Sudahkah, berakhir?
52. Kejahilan Bertambah
53.Seragam SMA

20.Menyadarinya

1.5K 214 68
By Mizuraaaa

Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!

"Tidak mungkin..."

(Y/n) jatuh terduduk dihadapan batu nisan bertuliskan...

...Urokodaki Sakonji

Tunggu, apa apaan ini? Sungguh (Y/n) tidak mengerti apa yang terjadi saat ini. Ia benar benar melihat dengan mata kepalanya sendiri ada pemakaman dengan tulisan Urokodaki Sakonji di batu nisannya?

(Y/n) menolehkan kepalanya kebelakang, tepat dimana Giyuu berdiri sambil menatap batu nisan itu pula. Giyuu balik menatapnya, (Y/n) memberi tatapan seolah mengatakan 'apa maksudnya ini?'

Giyuu mendekat, ia berlutut di sebelah (Y/n) dan berkata "Urokodaki Sakonji, ia ditemukan tewas di hutan dekat kediamannya. Saat itu kondisinya sangat mengenaskan, aku- aku bahkan tidak sanggup menjelaskannya"

(Y/n) membatu di tempat. Giyuu pasti bercanda kan? Sebelumnya kakek tua itu masih sarapan bersama dengannya. Tapi, sekarang? Benarkah tubuh Urokodaki ada dibawah tanah ini? Benarkah jiwa Urokodaki benar benar telah terbang menuju alam yang berbeda?

"Kapan?" tanya (Y/n) lirih. Tatapannya terus tertuju pada pemakaman Urokodaki. Namun, jika dilihat lebih teliti, tatapannya terlihat kosong

"Setelah kau dibawa oleh Shinazugawa dalam keadaan sekarat, aku hendak mengunjungi nya untuk sekedar berterimakasih karena telah menjagamu. Tapi saat aku datang, tak ada siapapun di kediamannya, aku berinisiatif untuk mencarinya di hutan, dan yang aku temukan hanyalah- hanyalah tubuh tak bernyawa darinya" jelas Giyuu, terdengar sedikit getaran pada ucapannya

Tak dapat Giyuu pungkiri, ia sangat terpukul oleh kepergian Urokodaki. Bagaimanapun juga, Urokodaki yang telah mengajarinya menjadi pemburu iblis. Urokodaki bagai keluarga bagi Giyuu. Tak pernah terpikirkan setitik pun di otaknya bahwa ia akan kehilangan Urokodaki secepat ini

"Kenapa itu bisa terjadi?" tanya (Y/n) lagi

"Berdasarkan laporan dari gagak kasugai Oyakata-sama, ia melawan..."

(Y/n) dengan sabar menunggu jawaban dari Giyuu. Ia mengerti, sangat mengerti, merelakan kematian orang terdekatmu tidaklah mudah. Giyuu tetaplah manusia, ia memiliki emosi yang berujung menjadi dendam ketika orang yang kau sayangi pergi. (Y/n) tau tentang hal itu.

"...uppermoon dua"

Tanpa sadar, (Y/n) mengepalkan tangannya kuat kuat. Kepalanya menengadah menghadap langit, setetes air mata keluar melewati pipinya "Douma sialan..."

Giyuu tidak dapat mendengar perkataan (Y/n) karena suaranya pelan sekali. Ia pun kembali menjelaskan "Sepertinya uppermoon dua tau kau tinggal dengan Urokodaki-san. Saat ia hendak menyerangmu, Urokodaki-san berusaha menahannya, dan ia gagal" suaranya semakin mengecil di akhir

(Y/n) beralih menatap kedua tangannya, ia menunduk membuat rambut yang terurai menutupi wajahnya "Ini semua salahku"

"(Y/n)?"

"Ini semua salahku" kali ini suaranya lebih besar sehingga Giyuu dapat mendengarnya

"(Y/n)-"

"Ini semua salahku!" teriaknya

"(Y/n), ini bukan-"

"Ini semua salahku Giyuu! Aku lagi lagi gagal! Aku gagal melindungi orang yang berharga bagiku! Ini semua salahku!" teriak (Y/n) pilu disela sela tangisnya

"Tidak (Y/n), ini bukan-"

Dengan cepat (Y/n) menatap Giyuu dan kembali memotong ucapannya "Bukan salahku huh? Lalu salah siapa lagi?! Sudah jelas ini salahku! Jika saja aku tidak menuruti keinginanmu semua ini tidak akan terjadi!" bentaknya pada Giyuu. Air matanya terus mengalir dengan deras

"Sudah ku bilang ini-"

"Apalagi Giyuu?!" sela (Y/n) cepat "Apa kau berusaha menenangkan ku? Membuatku tidak merasa bersalah? Apapun yang kau lakukan tidak akan merubah fakta bahwa Urokodaki-san mati karena aku!!!"

"Sadarlah (F/n) (Y/n)!!" bentak Giyuu sambil mengguncang tubuh (Y/n) kasar "Sadarlah, bodoh! Ini bukan salahmu!"

(Y/n) berhenti berteriak, ia menatap tepat pada iris mata Giyuu. Ia berucap lirih "Tapi ini salahku Giyuu, jika aku tak ke sana pasti Urokodaki-san masih hidup. Jika saja... jika saja..."

"Tidak, hal itu bukan kesalahanmu. Ini sudah keputusannya, kau tidak boleh menyalahkan dirimu sendiri"

"Tidak (Y/n), itu bukan salah mu, itu juga sudah keputusannya sendiri, kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri"

Deg

(Y/n) membatu ditempat. Tunggu, mengapa? Apa yang terjadi? Bukankah kata kata itu...

"Sadarlah, (Y/n). Hentikan tangis bodoh mu itu. Jika kau terus menangisinya, dia juga akan ikut sedih. Kau harus bahagia, agar perjuangannya tidak sia sia, dan dia pun akan ikut senang"

"jika kau terus menangisi kami, kami juga ikut bersedih. Jika kau ingin kami senang, maka kau harus tersenyum"

Mengapa rasanya seperti... deja vu? Oh bagus, puluhan pertanyaan kembali mengisi otak (Y/n) kali ini. Ia sangat tidak fokus hingga tidak sengaja berkata "Senpai?"

"Apa? Kau mengatakan sesuatu? Aku tidak mendengarnya"

(Y/n) seketika sadar dari lamunannya, dengan cepat ia menggelengkan kepalanya dan memeluk Giyuu dengan erat. Giyuu hanya memasang wajah kaget dan bingung, apa yang terjadi pada (Y/n)? Pikirnya

"Giyuu, Arigatou"

Giyuu tersenyum kecil, ia pun membalas pelukan itu dan mengelus kepala (Y/n) "Tidak masalah, aku senang bisa membantumu"

"Sungguh, terimakasih. Terimakasih selalu ada untukku, terimakasih telah menemaniku selama ini, kau sangat berharga bagiku Giyuu, tolong jangan pernah pergi meninggalkanku" ucap (Y/n) panjang lebar

Giyuu yang semula mengelus kepala (Y/n) gerakannya terhenti. Dengan seksama ia mendengarkan kata kata yang terucap dari mulut (Y/n), dan itu benar benar di luar ekspektasinya. Giyuu pun mengeratkan pelukannya seakan ia pun tak ingin kehilangan (Y/n) "Aku akan selalu disini, (Y/n)"

Sementara itu, (Y/n) yang berada didalam pelukan Giyuu sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang dirasakannya, hingga akhirnya ia sadar, bahwa ia...

...telah jatuh cinta pada pria yang tengah mendekapnya saat ini

'Ini perasaanku, senpai. Aku tidak lagi membohonginya' batinnya tersenyum kecil

.
.

Merasa tempat pemakaman bukan tempat yang bagus, mereka memutuskan untuk berpindah tempat ke padang rumput yang mereka jadikan tempat favorit

(Y/n) masih setia memeluk Giyuu dengan erat. Giyuu juga tidak menunjukan bahwa ia terganggu dengan hal itu, justru ia senang

"Hatchim..." (Bersinnya estetik ya bund)

"Eh? Kenapa kau bersin? Kau sakit?" tanya Giyuu beruntun dengan nada khawatir

"Tidak, hanya saja, rambutmu membuat hidungku geli. Apa kau tidak ada niatan memotong rambutmu?" tanya (Y/n) sambil melepas pelukan dan menggosok hidungnya

"Tidak, aku menyukai rambut ini, tidak mungkin aku akan memotongnya" tolak Giyuu

(Y/n) memutar bola malas dan kembali memeluk Giyuu "Eh? Kau jadi senang dipeluk oleh ku ya?" tanya Giyuu kegeeran

"Entahlah, akhir akhir ini tubuhmu terasa seperti futon hangat di kamarku, membuatku nyaman" balas (Y/n)

Sungguh, jika saja Giyuu tidak melontarkan pertanyaan yang harus (Y/n) jawab, sejak tadi ia sudah tertidur di pelukan Giyuu. Ahh, mereka berdua sama sama aneh akhir akhir ini

"Apa uppermoon dua membenturkan kepalamu? Setelah kau sadar sepertinya kau lebih manja" tanya Giyuu keheranan

(Y/n) membalasnya dengan tawaan "Tidak juga, hanya perasaanmu saja" jawabnya enteng

(Y/n) yang masih berada di dalam pelukan Giyuu otomatis dapat melihat haori Giyuu dengan jelas. Ia sedikit termenung ketika melihat motif kotak kotak berwarna hijau dan kuning. Rasanya, ia pernah melihat itu, tapi dimana?

"Sabito..." tanpa sadar bibirnya mengucapkan nama itu

Giyuu yang mendengar hal itu langsung melepas pelukannya. "Kau bilang Sabito? Sabito mana yang kau maksud?"

(Y/n) panik ketika mendengar pertanyaan dari Giyuu. Iris matanya melihat ke segala arah secara acak, menghindari kontak langsung dengan iris Giyuu. Keringat menetes dari pelipis saking gugupnya. 'Aduhh, aku kan tidak mungkin mengatakan pada Giyuu kalau Sabito adalah temanku di duniaku yang lama'

"(Y/n)?"

(Y/n) tersadar dari lamunannya. Ia mulai menghirup nafas dalam dalam dan mengeluarkannya perlahan. Ia terlihat lebih tenang kali ini "Saat aku melihat motif haori mu, aku teringat pada seseorang bernama Sabito-sen- yang aku temui di dalam mimpi" ucapnya gugup. Hampir saja kebiasaannya memanggil Sabito dengan akhiran senpai terucap, untung saja ia langsung menyadari nya

"Mimpi?"

(Y/n) mengangguk "Saat itu aku pergi keluar untuk mencari udara segar, aku mengelilingi hutan hingga menemukan tempat yang cukup luas untuk dipakai latihan. Kau tau, di sana ada batu raksasa yang terbelah dengan sempurna! Aku latihan di tempat itu dan akhirnya ketiduran, dan di mimpi aku bertemu dengan Sabito juga Makomo" jelas (Y/n) panjang lebar

"Lalu, apa yang terjadi di mimpimu?" tanya Giyuu penasaran

"Mereka hanya mengatakan bahwa mereka teman lamamu, apa itu benar?"

'Maaf Giyuu, aku belum bisa mengatakan yang sebenarnya' sesalnya dalam hati

Giyuu terdiam, ia tak menjawab pertanyaan (Y/n) dengan sepatah katapun. "Yah, begitulah" jawabnya singkat setelah hening beberapa saat

"Dia juga mengatakan bahwa dia murid Urokodaki-san, itu benar?" tanya (Y/n) memastikan

Giyuu menunduk "benar" jawabnya lebih singkat

"Hee? Benarkah? Bisa kau ceritakan sedikit tentangnya??" terdengar nada antusias pada ucapan (Y/n)

"Sepertinya sudah waktunya aku mengatakan hal ini padamu"

(Y/n) memiringkan kepalanya tidak mengerti saat mendengar ucapan dari Giyuu

"Sejak kecil, aku tinggal bersama kakak perempuanku" Giyuu sengaja memberi jeda untuk melihat reaksi (Y/n)

(Y/n) yang mulai mengerti arah pembicaraan ini langsung menyimak dengan fokus. Dalam hati ia merasa sedikit senang, Giyuu bersedia menceritakan masa lalunya. Entah itu penting atau tidak bagi orang lain, tapi bagi (Y/n) hal itu sebuah kehormatan, ia merasa bahwa Giyuu telah benar benar mempercayai nya

"Saat usia ku menginjak 5 tahun, rumah kami diserang oleh Oni"

(Y/n) terkejut dengan hal itu, tangan kanan terangkat untuk menutup mulutnya yang terbuka. 'Entah kenapa aku tidak ingin tau kelanjutannya seperti apa' batinnya

"Kakak ku mati, ia dibunuh oleh Oni sialan itu" ucap Giyuu dengan nada parau. Menahan tangis? Tentu saja, siapa yang tidak ingin menangis ketika membuka kembali luka yang susah payah disembuhkan?

Benar apa yang ia pikirkan, entah kenapa (Y/n) menjadi merasa sangat bersalah kali ini. Ia pun menepuk pundak Giyuu dan berucap "Giyuu, maaf aku tidak bermaksud-" dengan cepat Giyuu menyela perkataan (Y/n)

"Tidak apa" Giyuu meraih tangan (Y/n) yang sedang berada di pundaknya "Memang keinginanku untuk menceritakannya padamu" ucapnya sambil mengelus punggung tangan (Y/n)

"Kau tau mengapa haori ku memiliki 2 motif seperti ini?" pertanyaan mengawali cerita Giyuu yang sempat tertunda

(Y/n) menggeleng sebagai jawaban. Walau dalam otaknya ia ingin mengatakan bahwa Giyuu kekurangan kain. Astaga, apa yang ia pikirkan? Kalau mau bercanda tau waktu dan tempat dong

"Kain berwarna merah ini, sebelumnya adalah haori milik kakak ku" ucapnya sembari menunjuk kain berwarna merah yang dipakainya

"Dan kain ini" tunjuk Giyuu pada kain bermotif kotak kotak hijau dan kuning "Ini miliki Sabito"

'Sudah aku duga! Aku pernah melihat motif itu di suatu tempat. Aku melihat Sabito memakai pakaian dengan motif yang sama disaat wujudnya menjadi anak anak!' batin (Y/n)

"Sebelum kakak ku menutup mata untuk selamanya, ia memerintahkan aku untuk pergi dan meminta bantuan. Karena hari sudah malam, kakaku ku memberikan haori ini supaya aku tidak kedinginan. Saat itu aku bertemu dengan Urokodaki-san. Ia mengenalkan ku dengan dua anak yang tak lain adalah muridnya juga. Sabito dan Makomo"

(Y/n) mengangguk angguk mengerti. 'Jadi itu pertemuan pertama mereka ya'

"Aku, Sabito dan Makomo berteman baik setelah itu. Kami sangat dekat hingga seperti saudara" Giyuu tersenyum kecil disaat mengatakan itu

"Disaat kami mengikuti ujian akhir, mereka mati" seketika tatapan Giyuu menjadi kosong "Mereka mati untuk menyelamatkanku" dapat dilihat Giyuu mengepalkan tangannya kuat

(Y/n) berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Mendengar kisah Giyuu membuatnya kesakitan. Ia tau perasaan itu, perasaan kehilangan seseorang yang sangat disayangi. Dan hal itu lebih sakit daripada mengalami patah tulang—baginya.

"Kakak ku dan Sabito adalah orang yang paling berharga bagiku. Itulah mengapa aku membuat haori dari kain yang mereka pakai. Agar aku selalu mengingat mereka" jelas Giyuu

"Sampai sekarang, aku masih dihantui rasa bersalah, aku merasa tidak pantas menjadi Pilar. Bukankah aku bisa selamat karena Sabito? Jika ia tidak ada saat itu, aku tidak akan menjadi Pilar saat ini" ujar Giyuu dengan suara bergetar

"Dan sekarang, belum habis rasa penyesalanku, Urokodaki-san telah mati" tangisnya pecah saat itu. Hati (Y/n) sakit, ia seperti dapat merasakan penderitaan Giyuu yang begitu menyakitkan

(Y/n) memutuskan untuk membawa Giyuu kedalam pelukannya. Ia membiarkan kepala Giyuu bersandar pada dadanya. Dagu (Y/n) diletakan di atas kepala Giyuu

Perlahan, ia mengelus kepala Giyuu "Lepaskan saja, jika kau ingin menangis menangis saja"

Giyuu menangis didalam dekapan (Y/n). (Y/n) ikut meneteskan air mata disaat mendengar isakan keluar dari mulut Giyuu. Sungguh menyakitkan ketika melihat seorang pria sekuat Giyuu mengeluarkan air mata. (Y/n) tak peduli soal baju nya yang basah, tangannya beralih mengelus punggung Giyuu, berusaha menghentikan getaran yang dihasilkan Giyuu karena menangis

"Keluarkan saja, jangan ditahan lagi"

"Urokodaki-san sudah aku anggap keluarga sendiri, dan sekarang dia pergi (Y/n), dia pergi. Lagi lagi keluargaku meninggalkan aku sendiri" ucap Giyuu disela sela tangisnya

(Y/n) membiarkan Giyuu melepas semua kesedihannya. Tangannya tak henti henti mengelus punggung Giyuu untuk menenangkannya. Beberapa saat, hingga tangisnya mulai reda

(Y/n) melepas pelukan itu dan memegang kedua pundak Giyuu "Maaf, jika bukan karena aku Urokodaki-"

Ucapan (Y/n) terhenti ketika Giyuu menyimpan telunjuknya pada bibir (Y/n) "Ini semua salahku. Seharusnya aku melarang mu untuk pergi. Dan lihat apa yang sudah aku lakukan. Kau terluka parah, dan Urokodaki-san pergi. Aku benar benar bodoh" ucap Giyuu dengan kepala menunduk

(Y/n) mengangkat kepala Giyuu dengan menyentuh pipinya. Ia menatap iris biru tua itu dalam "Aku mengerti perasaanmu Giyuu"

"Aku tau bagaimana rasanya ketika kehilangan orang yang paling ku sayangi. Aku tau hal itu sangat menyakitkan. Tapi percayalah, Urokodaki-san akan sedih jika melihatmu begini. Tolong jangan menangis, tersenyumlah dan buat pengorbanan nya menjadi lebih berharga" (Y/n) mengelus pipi Giyuu lembut

'Walau aku juga ingin menangis sih' batin (Y/n)

"Maaf, aku terlihat sangat rapuh di hadapan mu. Menangis seperti bukanlah laki laki saja" kekeh Giyuu

(Y/n) menggeleng "Tidak ada siapapun yang melarang laki laki untuk menangis. Laki laki juga butuh mengeluarkan emosi untuk membuat perasaannya lebih baik. Biarkanlah semua air mata kesedihan itu keluar. Sehingga suatu saat air mata itu tak akan keluar lagi" (Y/n) tersenyum setelah mengatakan itu

Giyuu meraih tangan (Y/n) yang sedang mengelus pipinya "Arigatou"

Cup~

Giyuu mengecup singkat tangan (Y/n). Oh astaga, rasanya ini bukan musim dingin, tapi mengapa pipi (Y/n) terasa memanas? Ah, mungkin ia demam

(Y/n) cepat cepat menarik tangannya kembali, Giyuu sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya. Ia pun menghadap arah lain dan menatap lurus hamparan rumput didepannya

"Luka karena kehilangan seseorang yang disayangi memang sulit untuk disembuhkan. Tapi, apa kau tau? Luka adalah penyebab seseorang menjadi lebih kuat" tatapannya menerawang ke atas, lalu menunduk dan mengulum senyum kecil

Giyuu menatap (Y/n) heran "Kau curang" ucapnya tiba tiba

(Y/n) menoleh dan menaikan sebelah alisnya "Curang apanya?"

Giyuu ikut menghadapkan tubuh nya ke arah yang sama seperti (Y/n) "Kau sudah tau semua hal tentangku, tapi aku tidak mengetahui apapun tentangmu"

(Y/n) terkikik kecil dan kembali menatap lurus "Kau akan tau saat waktunya tiba, Giyuu"

Giyuu menoleh menatap (Y/n) "Kapan? Dari dulu kau selalu mencari alasan ketika ditanyai perihal masa lalu. Disini, kami tidak tahu apapun tentang kehidupanmu di dunia lamamu. Kenapa kau harus selalu menyembunyikannya?"

(Y/n) terkekeh dan mengangkat bahunya tak peduli "Tidak ada orang yang mau mengetahui tentangku, Giyuu. Tak ada hal yang menarik tentang masa lalu ku"

(Y/n) menunduk bersamaan dengan tatapan nya yang berubah menjadi... sulit diartikan "Segalanya terlalu suram..."

Giyuu dapat mendengar perkataan (Y/n) walau suaranya pelan. Ia menepuk pundak (Y/n) membuat si pemilik pundak menoleh "Aku akan siap menunggu sampai kau bersedia menceritakan segalanya"

Giyuu tersenyum, senyuman yang sedikit berbeda dari biasanya. Binar bahagia terlihat pada mata (Y/n) saat melihat senyuman itu

'Oh Kami-sama, mengapa aku harus mencintai orang yang bukan berasal dari dunia ku'

.
.
.
.
.
TBC

Cerita Giyuu sama kakak nya itu bukan yang sebenarnya ya. Author dapet sedikit informasi, dan menambahkan sedikit bumbu r*yko biar enak /plakk

Akhir akhir ini gaada mood banget buat nulis, jadi update nya lama terusಥ‿ಥ

Maafkan author membuat Giyuu nangis kejer kejer kayak gitu╥﹏╥

Chapter ini agak gak jelas, jadi yasudahlah bodo amat

See you next time:*

Continue Reading

You'll Also Like

38.4K 4.9K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...
1M 84.9K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
180K 15.3K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
331K 27.5K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...