Memories || Kimetsu no Yaiba

By Mizuraaaa

90.5K 12.1K 4.6K

Highest Rank: #1 in mitsuri (13/2/21) #1 in kyoujuro (6/2/21) #1 in kimetsu (2/4/21) #1 in yaiba (2/4/21)... More

Author Note!
Prolog
1.A new world?
2.Pelatihan
3.Kisatsutai
4.Rapat Pilar
5.Uzui's Family
6.Become Stronger
7.Natagumo
8.Tanjirou
9.No Tittle
10.Mugen Train(1)
11.Mugen Train(2)
12.Datang lagi
13.Pertemuan Pertama
14.Keputusan
15.Alasan
INFO!!!
Flashback Moment
16.Tidak Terduga
17.Hubungannya
18.Kerinduan
20.Menyadarinya
21.Yuki no Hashira
22.Maksud Sebenarnya
23.Memburuk
24.Percobaan
25.Permintaan
26.Misi Bersama
27.Penyerangan
Flashback Moment
28.Pemburu Iblis vs Iblis
29.Lemah
30.Kesembuhan
31.Keinginan untuk Mati
32.Takut untuk Mati
33.Keluarga
34.Penyelesaian Masalah
35.Festival Kembang Api
36.Iblis Es
37.Memperbaiki
38.Uji Coba
39.Penangkapan
Pengumuman
40.Terjebak
41.Teman Lama
42.Penyelamatan Diri
43.Rasa Bimbang
44.Tanpa Dirinya
45.Setelahnya
46.Diskusi
46.Diskusi (bag 2)
47.Rasa Bersalah
48.Rasa yang Nyata
49.Tanpa jejak
50.Yuri tanpa Sahabatnya
51. Sudahkah, berakhir?
52. Kejahilan Bertambah
53.Seragam SMA

19.Berita Buruk

1.7K 235 147
By Mizuraaaa

Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!

Hujan gerimis mengiringi hari pemakaman kali ini. Semua orang dirundung kesedihan yang ikut dirasakan pula oleh awan yang ikut mendung.

Tak ada yang tidak menangis dikala peti berisi mayat itu ditimbun oleh tanah basah yang terkena air hujan. Bagaimanapun juga, orang yang telah berpisah dengan jiwanya itu sudah banyak berjasa di dunia ini.

Perjuangannya telah usai, walau misi terakhir nya tidak dapat diselesaikan dengan baik, orang yang tidak akan membuka matanya lagi itu sangat bangga. Bangga karena nyawanya terlepas dari raga di tengah pertempuran. Pertempuran yang menjadi akhir dari perjalanannya

Biarlah semua orang mengeluarkan semua air matanya hari ini, agar dikemudian hari mereka bisa tersenyum mengingat perjuangan yang dilalui orang tersebut.

Satu persatu kaki itu mulai melangkah meninggalkan tempat pemakaman. Tak ada gunanya menangisi seseorang yang sudah mati. Yang lebih baik dilakukan adalah melihat ke depan, dan meneruskan perjuangan dari mereka yang telah gugur

Pria bersurai hitam itu tak kunjung mengalihkan tatapannya dari batu nisan dihadapannya. Tak peduli soal air hujan yang membasahi pakaiannya ataupun soal tak ada lagi orang disekitarnya.

Bibir itu perlahan terbuka, berucap sebuah kata lirih yang mengandung makna sangat berarti "Maaf..."

.
.
.
.
.

Kaki itu melangkah dengan cepat ke arah yang ingin ia tuju. Matanya telah menangkap fusuma dari sebuah ruangan yang menjadi penyebab kekhawatiran nya akhir akhir ini

Fusuma digeser pelan, sangat pelan hingga orang didalam tidak menyadari kedatangannya. Manik dingin itu menatap seorang pria yang sedang menggenggam erat tangan dari orang yang sedang terbaring lemah di ranjang

"Shinazugawa"

Pria bermarga Shinazugawa itu menoleh cepat. Jari yang semula ditautkan dengan jari dari seseorang yang lain dilepas. "Tomioka, kau sudah pulang?"

"Ya, aku sudah pulang. Dan sekarang aku meragukan penglihatan ku, apa yang sedang kau lakukan?" manik biru tua itu menatap tajam pada orang dihadapannya

Sanemi menghela nafas kasar "Baguslah jika kau sudah pulang, aku tidak harus melakukan hal yang tidak penting ini. Dan soal penglihatan mu, lupakan saja, pasti kau sudah rabun" balasnya santai. Kaki itu melangkah pelan menuju pintu keluar. Gagang fusuma dipegang, hendak ditutup agar tidak ada orang yang masuk sembarangan

"Terimakasih"

Gerakan Sanemi terhenti ketika sebuah kata terucap dari mulut Giyuu.

"Terimakasih telah menjaganya selama aku menjalankan misi"

"Tidak masalah. Tapi lain kali, jangan minta tolong padaku. Menjaga gadis itu selama kau pergi bukan urusanku" fusuma tertutup sempurna setelah Sanemi menyelesaikan perkataannya

Giyuu duduk di kursi sebelah ranjang. Tangan dari orang yang sedang berbaring itu diambilnya lalu dielus pelan. Punggung tangan itu didekatkan, hingga tak berjarak lagi dengan bibir Giyuu. Giyuu mencium punggung tangan itu, menyalurkan rasa rindu dan harapan kepada si pemilik tangan

Giyuu memandang lekat wajah orang itu. Bertanya tanya mengapa iris mata yang ia rindukan tak kunjung memperlihatkan diri. Mungkinkah akhir akhir ini ia menjadi pemalu? Hingga selalu menyembunyikan diri dibalik kelopak mata itu?

Giyuu lelah, ia ingin memejamkan matanya sebentar dan menuju ke alam mimpi. Tapi entah kenapa, matanya tidak ingin beralih dari wajah tenang gadis itu

Baginya, tak ada yang lebih indah dibanding melihat kelopak mata itu terbuka lagi. Seringkali ia melihat dalam mimpinya gadis itu bersikap seperti biasa, memasakkan salmon daikon untuknya dan mengocehkan hal yang tidak penting. Dan disaat ia terbangun dari mimpinya, ternyata gadis itu masih terbaring di ranjang ruang perawatan. Pada akhirnya, rasa penyesalan yang teramat sangat menyerang dirinya kembali.

Karena itulah, menurutnya lebih baik memandangi kelopak mata yang masih tertutup, dibanding melihat kelopak mata itu terbuka, yang pada akhirnya menimbulkan sesak di dada saat realita menghadang. Gadis itu belum juga terbangun dari tidur panjangnya.

Giyuu baru saja pulang dari misinya, tak sedikitpun terpikirkan olehnya untuk pulang ke kediamannya sendiri, ia lebih memilih langsung menemui gadis ini.

Wajar jika matanya mengantuk, wajar jika tubuhnya kelelahan, ia hanya manusia biasa yang butuh istirahat setelah menjalankan aktivitas berat seperti membunuh iblis

Kepala ditidurkan pada pinggiran ranjang, tangan dari gadis penyebab kekhawatiran nya tetap digenggam erat. Matanya mulai terpejam, perjalanannya ke alam mimpi baru setengah jalan, hingga ia merasakan elusan di kepala. Dengan sigap matanya kembali terbuka, tubuh ditegakkan dan mata langsung mencari iris mata yang mungkin sudah siap menunjukkan dirinya kali ini

Mata Giyuu berkaca kaca, dikala iris mata yang ia rindukan telah terlihat, disertai senyuman tipis dari sang gadis

Rasa lelahnya hilang, digantikan dengan rasa bahagia setelah penantiannya selama ini akhirnya terwujud. Dengan semangat tangannya membawa gadis itu kedalam pelukan.

Usapan di punggung menandakan gadis itu membalas pelukannya. Giyuu senang, sangat bahagia.

Gadis itu segera melepas pelukannya. Ia berusaha untuk duduk walau harus dibantu oleh Giyuu

"Giyuu, apa yang terjadi?"

"Shinazugawa membawamu dalam keadaan sekarat, kau terluka parah setelah melawan uppermoon dua"

(Y/n) berusaha mengingat kejadian sebelumnya, menghela nafas panjang setelah rentetan kejadian itu mulai mengisi ingatannya kembali.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" (Y/n) menoleh saat mendengar pertanyaan dari Giyuu. Ia tersenyum tipis

"Sudah lebih baik"

Giyuu mengangguk paham setelah mendengar jawaban dari (Y/n). (Y/n) memegang perutnya yang terasa sedikit sakit. Perih, itu yang ia rasakan

Giyuu mengerti dari ekspresi wajah (Y/n) "Mungkin luka di perutmu belum sembuh total, biar aku panggilkan Kochou"

Giyuu beranjak dari tempat duduknya untuk memanggil Shinobu, tapi (Y/n) mencegah Giyuu dengan memegang tangannya

"Jangan pergi, disini saja temani aku"

Giyuu mengerti dan duduk kembali di tempatnya semula. Ia memperhatikan wajah (Y/n) membuat sang pemilik wajah risih "Kenapa? Ada yang salah dengan wajahku?"

Giyuu menggeleng pelan "Aku hanya merindukanmu"

Entah kenapa wajah (Y/n) serasa memanas. Ia pun memalingkan wajah untuk menyembunyikan rona merah di pipinya dari Giyuu

"Ne, Giyuu, berapa lama aku tidak sadar?" tanya (Y/n) sambil menoleh pada Giyuu

"3"

"3 minggu? Sudah kuduga, luka ku pasti sangat parah ya?" ujar (Y/n) merasa tidak enak, karena ia pasti merepotkan Shinobu dan Aoi untuk merawatnya

Giyuu menggeleng membuat (Y/n) memberikan tatapan tanya "3 bulan"

Mata dan mulut (Y/n) terbuka lebar saat mengetahui hal itu "3 bulan?! Yang benar saja?!"

Wajah Giyuu yang tidak menunjukan sedang bercanda membuat (Y/n) yakin jika itu adalah kebenaran. Punggungnya disandarkan pada kepala ranjang lalu memijat pelipisnya pelan

Helaan nafas keluar dari bibir kecilnya. Terkejut tentu saja, ia tidak pernah menyangka jika ia akan tidak sadar selama itu

"Hey"

(Y/n) menoleh saat Giyuu memanggilnya

"Bisakah kau menunjukan ekspresi lain? Setiap kali kau mendengar berapa lama kau pingsan, maka kau akan bersandar di kepala ranjang, memijat pelipis, dan menghela nafas" jelas Giyuu panjang lebar

(Y/n) melongo mendengar perkataan Giyuu, ia pun tertawa "haha, memang sejelas itu ya?"

"Sebenarnya tidak terlalu jelas. Hanya saja, aku sering memperhatikanmu"

Jawaban Giyuu selanjutnya membuat wajah (Y/n) kembali memerah. Lagi lagi ia memalingkan wajahnya dari Giyuu. Hey, ada apa dengan Giyuu hari ini? Dia seperti bukan Giyuu yang ia kenal

Rona di wajahnya mereda, (Y/n) kembali menatap Giyuu yang masih berekspresi datar. Entah kenapa tangan (Y/n) serasa gatal ingin menampar orang didepannya ini

"Giyuu, apa saja yang aku lewatkan selama ini?" (Y/n) menatap ke langit langit ruangan

"Cukup banyak yang terjadi" balas Giyuu

"Yang pentingnya saja"

Giyuu menghela nafas sebelum menjawab "Tokito, Kanroji, Tanjirou dan teman temannya berhasil membunuh uppermoon ke 4 dan 5"

Jawaban Giyuu membuat atensi (Y/n) beralih padanya "Benarkah?! Kau serius?!" terdengar nada semangat pada perkataannya

"Benar, mereka hebat bisa mengalahkan dua uppermoon sekaligus" jawab Giyuu

"Woah, hebat sekali. Oh iya, iblis rembulan atas itu ada enam kan? Artinya tinggal uppermoon 1,2,3 dan 6 yang masih hidup"

"Uppermoon 6 sudah mati" ujar Giyuu yang membuat (Y/n) kembali terkejut

"Heh?! Kapan?!"

"Kau ingat saat pertukaran misi kita? Aku harus membantu Uzui menjalankan misi di distrik merah. Disana, kami melawan uppermoon 6, dan kami berhasil membunuh nya" terang Giyuu

"Hah? Uppermoon 6?! Seriusan?! Paman Tengen bilang dia tidak melawan Oni yang berbahaya" ucap (Y/n) tidak percaya

"Sebenarnya kami melawan uppermoon 6. Firasat mu benar benar terbukti, aku juga tidak yakin Uzui bisa menghadapinya sendirian atau tidak. Lagipula, kau seperti tidak tau kebiasaan Uzui saja yang suka menjahili mu" terang Giyuu

"Heee, begitu kah?"

"Tentu saja begitu"

(Y/n) mengangguk angguk mengerti, sesaat kemudian ia menunduk, jarinya ia tautkan menandakan bahwa ia gugup, hingga sebuah kata akhirnya terucap dari bibirnya "Giyuu, gomen-"

"Sudahlah, tidak usah diingat lagi" potong Giyuu cepat "Sekarang istirahat lah, akan ku panggilkan Kochou"

Giyuu beranjak dari tempat duduknya, ia mengelus kepala (Y/n) sebentar lalu pergi meninggalkan (Y/n) sendiri

"Giyuu"

Panggilan dari (Y/n) membuat kegiatan Giyuu yang sedang menutup pintu terhenti. Tunggu, kenapa posisinya sama seperti Sanemi tadi ya?

"Panggilkan Shinobu-chan saja, jangan yang lain" ucap (Y/n) seakan tau apa yang ada dipikiran Giyuu

Giyuu menghela nafas kecil "iya" jawabnya singkat

Fusuma tertutup rapat, menyisakan keheningan di ruang perawatan dimana hanya ada (Y/n) seorang diri

"3 bulan ya" ia berucap lirih

Tak lama kemudian suara fusuma tergeser menggema di ruangan. Mata (Y/n) terbelalak ketika melihat orang yang masuk ke ruangan itu

Matanya mencari cari keberadaan Giyuu, setelah ditemukan (Y/n) langsung menatapnya dengan tatapan seolah berkata apa-apaan-ini. Giyuu yang ditatap seperti itu hanya mengangkat bahunya tak peduli

(Y/n) menepuk dahinya sendiri. Perlahan ia menatap satu persatu Pilar dan berakhir di Oyakata-sama. Hahh, mengapa Giyuu membawa semua Pilar ditambah Oyakata-sama juga?! Dia benar benar menyebalkan

Amane juga ikut kesana karena harus membantu Oyakata-sama untuk berjalan. Amane menatap aneh pada Giyuu "Tomioka-san, kau kurang tidur?"

(Y/n) yang mendengar pertanyaan dari Amane ikut melihat Giyuu. Ah, ia tidak menyadarinya. Padahal sangat terlihat jelas bahwa Giyuu memiliki kantung mata yang sangat tebal dan hitam

"Tidak apa, Amane-san. Saya baik baik saja" jawab Giyuu singkat

Amane menghela nafas "Tomioka-san, kau harus menjaga kesehatanmu sendiri, kurang tidur bukanlah hal yang baik" Amane memberi nasehat

"Ini bukan apa apa, Amane-san. Saya masih harus menjaga (Y/n)" jawab Giyuu keras kepala

"Giyuu, istirahatlah, kau akan sakit jika kekurangan tidur" (Y/n) ikut membujuk Giyuu

"Tidak (Y/n), aku-"

"Giyuu, ku mohon" (Y/n) segera memotong perkataan Giyuu. Dan hasilnya, Giyuu pun pasrah dan pergi dari ruangan itu setelah sebelumnya berpamitan

"Disuruh pacar baru mau" sindir seseorang

"Urusai, Sanemi!" kesal (Y/n)

"Biar aku periksa dulu keadaanmu, (Y/n)-chan" Shinobu menghampiri (Y/n). Dengan dibantu Aoi, ia mengecek keadaan (Y/n) dimulai dari luka kepala hingga luka di perutnya

"Luka nya sudah mulai membaik, istirahat sebentar lagi pasti sembuh" ucap Shinobu setelah pemeriksaannya selesai

"Arigatou, Shinobu-chan" Shinobu hanya mengangguk mendengar ucapan terimakasih dari (Y/n)

"Minna" panggil (Y/n)

Otomatis semua langsung menatap (Y/n) membuatnya semakin gugup. Helaan nafas keluar dari bibir kecilnya "Maafkan aku. Maaf karena telah merepotkan kalian selama ini" sesalnya dengan kepala menunduk

Oyakata-sama menggeleng "Ini bukan salahmu, (Y/n)"

"Hei, bukankah ini aneh? (Y/n) selalu pulang dalam keadaan yang sangat parah setelah bertarung. Tapi yang anehnya, kenapa dia masih bisa selamat?" ucap Muichiro tiba tiba

Sanemi menjitak dahi Muichiro "Harusnya kau bersyukur dia masih hidup bodoh, bukannya mempertanyakan kenapa dia selalu selamat" geramnya

"Ara~ ara~ jarang jarang sekali Shinazugawa-san peduli pada orang lain" ucap Shinobu, terdengar nada mengejek disana. Sanemi hanya membalas dengan tatapan tajam dan berhasil membuat Shinobu diam

"Hei, sakit! Wajar saja aku bertanya seperti itu karena hal itu sangat aneh. Patah tulang, rusaknya organ dalam, perut tertusuk, dan dia masih selamat? Orang biasa pastinya akan langsung mati. Aku hanya bertanya tanya apakah ketahanan tubuh (Y/n) ada hubungannya dengan darah langka yang dibicarakan Tomioka" ujar Muichiro panjang lebar

"Tokito-san, sebaiknya kita bicarakan hal itu nanti. (Y/n)-san baru saja sadar, jangan membicarakan hal yang sensitif" tegur Amane

"Tidak apa, Amane-san. Ini memang membuatku bingung juga. Sampai sekarang aku tidak mengerti soal darah langka yang dibicarakan Kibutsuji Muzan. Mungkin yang dibicarakan Mui memang benar?" terdapat nada ragu pada perkataan (Y/n)

"Yah, meskipun aku masih bisa selamat, luka ini tetap saja terasa sakit, haha" (Y/n) tertawa di akhir ucapannya

Semua orang bingung, bukankah mereka sedang membicarakan tentang luka yang tidak bisa dibilang ringan? Tapi kenapa gadis itu masih bisa tertawa? Hahh~ dasar aneh

"Tapi, (Y/n)-chan, kau sungguh membuatku khawatir, tolong jangan lakukan hal seperti ini lagi" ujar Mitsuri sambil memegang tangan (Y/n)

"Benar, kami sangat mengkhawatirkan mu, kami takut hal buruk terjadi padamu" lanjut Shinobu

"(Y/n), kau lupa kalau kau punya kakak laki laki ya?" ucap Kyoujuro dengan wajah yang dibuat sedih

"Dasar bocah, seharusnya kau memberitahukan hal ini pada kami! Kami pasti melindungi mu. Tengen-sama ini akan melindungi mu sekuat tenaga!" seru Tengen dengan sombong

"Hehh? Bukannya kau yang paling memprovokasi Oyakata-sama kalau (Y/n) seorang pengkhianat?" ejek Muichiro

"Bukan hanya aku! Iguro juga!" tuduh Tengen menunjuk Obanai yang sedang diam di tempat

Obanai mengangkat bahu nya tidak peduli "Bukan salahku, caramu kabur memang mencurigakan"

Akhirnya para Pilar pun bertengkar soal pengkhianatan (Y/n) yang ternyata sebuah kesalahan

"Intinya..." perkataan Amane membuat ruangan kembali hening

"Kami sangat mengkhawatirkan mu, (Y/n)-san. Jangan membahayakan dirimu sendiri, jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, ceritakan lah pada kami. Bukankah kita adalah keluarga?"

Mata (Y/n) berkaca kaca. Ia menutup matanya dengan lengan dan mulai menangis "Kenapa? Bukankah aku hanya orang asing yang tidak sengaja datang ke dunia ini? Kenapa kalian harus begitu peduli padaku?" tanyanya dengan suara bergetar

Oyakata-sama mendekat, perlahan tangannya berusaha menggapai kepala (Y/n) dan mengelusnya pelan "(Y/n), setelah kami mengajarimu menjadi pemburu iblis, setelah kita menjalani hari hari bersama, butuh bukti apalagi untukmu menyadari bahwa kami telah menerimamu?"

Kepalanya mendongkak untuk menatap Oyakata-sama, sesaat air matanya berhenti mengalir

"Dengan kau membantu membasmi iblis di dunia ini, kau telah menjadi bagian dari kami" lanjut Oyakata-sama

Iris mata (Y/n) melebar, dengan cepat ia memeluk Oyakata-sama membuat orang lain yang melihatnya terkejut

"Hei, apa yang-" ucapan Sanemi terpotong ketika Amane memberi isyarat untuk membiarkan (Y/n) memeluk Oyakata-sama sebentar

"Maaf jika saya lancang, Oyakata-sama. Tapi tolong, saya membutuhkan ini" ucap (Y/n) yang masih memeluk Oyakata-sama

Oyakata-sama tersenyum tipis, tak lama kemudian ia membalas pelukan (Y/n) sambil mengelus kepalanya pelan "Ingatlah selalu bahwa kita adalah keluarga. Dan seperti yang kau tau, keluarga akan saling melindungi dan menyayangi satu sama lain"

"Aku sudah menganggap mu seperti anak ku sendiri, (Y/n). Jadi, jika terjadi sesuatu katakanlah. Kami akan melindungi mu sekuat tenaga. Kami tidak akan membiarkan keluarga kami terluka" tambah Oyakata-sama lagi

(Y/n) melepas pelukannya terhadap Oyakata-sama. Matanya menatap para Pilar satu persatu "Arigatou minna, hontou ni arigatou" (Y/n) sedikit membungkuk meskipun tubuhnya masih kesakitan

"Begini saja, kalau kau masih perlu bukti apakah kami sudah menganggap mu sebagai keluarga atau tidak, maka-"

"Tidak perlu Oyakata-sama" potong (Y/n) cepat "Saya sudah percaya, anda tidak perlu melakukan sesuatu lagi untuk saya" tolaknya

Oyakata-sama menggeleng "Hal ini memang sudah aku rencanakan sejak jauh jauh hari. Aku akan menjadikanmu salah satu dari Pilar"

"APA?!"

.
.
.

"Akwu bwenar bwenar tidak menyangkwa"

"Hei, telan dulu makananmu. Jangan mengoceh saat mulutmu penuh" tegur Giyuu

(Y/n) menelan makanannya hingga habis "Habisnya aku sangat kaget, tiba tiba Oyakata-sama mau menjadikanku Pilar? Yang benar saja!" ia melipatkan tangannya di depan dada

"Tapi menurutku kau memang pantas menjadi Pilar" ujar Giyuu sambil menyendokan bubur dan kembali menyuapi (Y/n)

(Y/n) menerima suapan itu dan memutar bola matanya malas "Kwau swama sajwa"

Giyuu hanya geleng geleng kepala dan melanjutkan menyuapi (Y/n) hingga bubur di mangkuk yang ia pegang habis

"Akhirnya habis, aku sangat kenyang" ucap (Y/n) sambil mengelus perutnya

"Ne, Giyuu, ayo jalan jalan diluar!" ajak (Y/n) dengan semangat

"Tidak, kau belum sembuh total, kau harus istirahat dulu" tolak Giyuu

"Ayolahh, badanku pegal pegal setelah tidak bergerak selama tiga bulan. Aku perlu menghirup udara segar" bujuk (Y/n)

Giyuu menghela nafas lelah "Baiklah, tapi hanya sebentar" pasrahnya

"Yeyy!" (Y/n) mengangkat kedua tangannya ke atas seperti anak kecil

.

"Sudah berapa lama ya aku tidak ke tempat ini" gumamnya bertanya pada diri sendiri

"Sudah sangat lama pastinya" balas Giyuu yang mendengar gumaman dari (Y/n)

Mereka sedang berjalan santai di padang rumput kesukaan mereka

"Oh iya, bagaimana keadaan Urokodaki-san? Aku harus minta maaf padanya karena tidak bisa menjaga diriku sendiri dengan baik, hehe" (Y/n) melirik Giyuu yang berada disebelahnya

"..."

"Giyuu?"

"..." masih tak ada jawaban

(Y/n) menghadapkan tubuhnya pada Giyuu dan memegang pundaknya

"Giyuu, apa yang terjadi?!"

"Sebenarnya..."

.
.

"Tidak mungkin..."

(Y/n) jatuh terduduk dihadapan batu nisan bertuliskan...

...Urokodaki Sakonji

.
.
.
.
.
TBC

Continue Reading

You'll Also Like

493K 5.2K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
81K 7.7K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
184K 15.5K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
50.7K 3.6K 51
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...