On The Limit

By simahiro

9.1K 1.3K 383

Hari berhujan, Kyuhyun bertemu dengan wanita aneh. Menghantarkan rasa sakit dan menyisakan sesuatu untuknya. More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
13
14
15

11

364 65 12
By simahiro

Shindong menggedor pintu rumah Nyonya Eum. Tidak menahan diri. Kyuhyun telah buta karena dirinya. Dia pantas disalahkan. Dengan segala pemikiran dia kembali ke tempat ini. Dia melakukan semuanya atas bantuan Nyonya Eum, jadi pasti wanita ini juga bisa membantunya menyembuhkan anaknya dari kebutaan.

30 menit telah berlalu dan pintu rumah ini sama sekali tidak terbuka. Bahkan tidak terlihat jika ada kehidupan di dalam rumah.

Merasa frustasi Shindong mundur ke halaman. "Aku yakin kau di dalam!! Sekali lagi!! Kumohon!!" Shindong mengatupkan tangan dan memukulkannya di kening. "Aku tidak akan pergi sampai kau keluar!! Kau harus membantuku!!"

Siwon telah membawa Kyuhyun ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Tapi Dokter juga tidak yakin apa sebab Kyuhyun menjadi buta. Tidak ada cidera atau kerusakan syaraf. Mungkin karena debu atau alergi pada sesuatu. Semua hanya kemungkinan. Tapi tidak ada yang meyakinkan mereka jika putranya akan sembuh.

Bagaimana jika selama sisa usianya dia akan mengalami kegelapan seperti itu? Menjadi cacat dan berkekurangan?

Shindong tidak menumpulkan pikiran. Kesimpulan terbesar dari kebutaan Kyuhyun adalah aksinya malam itu. Ini adalah hal di luar akal sehat maka harus diselesaikan dengan cara itu juga. Jadi dia pergi ke tempat ini dan bertekad bulat untuk menunggu Nyonya Eum muncul.

#

Kyuhyun menggeleng, menutup telinga pada bujukan Siwon. Sejak dari rumah sakit dia menolak makan dan minum. Bersembunyi di dalam kamar dan membungkus dirinya dengan selimut. Siwon cemas dan prihatin melihatnya seperti ini.

"Hyung,"

"Heum?" Siwon menjawab dengan sedikit semangat. Dia pikir Kyuhyun akhirnya merasa lapar dan bersedia untuk makan.

"Aku akan bisa melihat lagi, kan?"

Cahaya mata Siwon sedikit meredup kembali. Tapi dia tetap berusaha meyakinkan Kyuhyun. "Pasti."

"Kapan?"

"Kita akan mencari Dokter lain. Pasti ada cara untuk membuatmu kembali melihat. Tapi harus sabar, ya."

Kyuhyun menurunkan dagunya dalam. Ini belum 24 jam sejak dia bangun dengan seluruh penglihatan menggelap, tapi dia sudah tidak tahan. Dia masih takut. "Aku ingin melihat lagi. Aku ingin melihat Hye dan Hwan lagi."

Siwon menatap adiknya. Sudah beberapa kali Kyuhyun menyebut nama ini. Siwon tidak yakin siapa, tapi dia merasa bahwa ini bukan hal yang bisa dia pahami dengan kalimat sederhana.

"Apa aku sudah tidak bisa bertemu mereka lagi?"

Ditanya seperti ini Siwon pun bingung harus menjawab apa. Ya dan tidak, keduanya sama-sama tidak meyakinkan.

Kyuhyun semakin menenggelamkan kepalanya, sebenarnya dia tidak mengharapkan jawaban Siwon. Dia tahu kesulitan sang kakak. Tidak ingin membebaninya lagi, dia beringsut untuk pergi tidur. Siwon melihat pergerakannya segera pergi membantu.

"Kau harus makan dulu."

"Aku hanya ingin tidur."

"Baiklah." Siwon mengalah, membantu adiknya berbaring dan menata selimut di tubuh Kyuhyun. Memastikan itu bisa melindungi sang adik dari dingin. Dia juga tidak langsung pergi, tinggal beberapa saat untuk menemani Kyuhyun hingga tertidur. Memandanginya dengan hati berat dan miris.

Kyuhyun sudah melalui banyak hal sejak kecil. Masih harus melalui hal tidak menyenangkan seperti ini. Dia sekrang kakak tapi tidak bisa membantu apapun. Merasa tidak berguna. Siwon mengerjapkan matanya yang berair. Dia tidak boleh menangis. Dia tidak akan lemah. Dan tidak boleh! Sebagai anak tertua dia harus mengambil tanggung jawabnya.

#

Shindong masih menunggu. Kepalanya menyandar di tiang rumah Nyonya Eum. Dengan kepala menengadah dia melihat bulan yang terang. Waktu telah mendekati fajar dan bulannya masih begitu terang dan terang. Tapi hatinya kelabu.

Benarkah ini akibat dari Ibunya. Kyuhyun menjadi seperti ini. Masih tidak tahu harus ke mana dan bagaimana. Shindong hanya punya tempat ini untuk dituju. Tapi Nyonya Eum pun seolah tidak ingin ditemui.

Shindong melamun seperti itu sampai menyadari keberadaan Nyonya Eum di halaman. Dia bangun dengan tergesa. Meninggalkan undakan tempatnya duduk dan menyandar untuk menyongsong wanita itu.

Nyonya Eum menatapnya yang terburu dan tertekan. Tapi tidak mengatakan apapun.

Meneguk ludahnya dengan sulit, Shindong mengatakan ini dengan putus asa. "Kyuhyun buta. Dia tidak bisa melihat lagi."

"Hem." Dengung Nyonya Eum tidak acuh. Dia melangkah menuju rumahnya. Shindong merasa tersinggung dengan tanggapan remeh itu. Berbalik mengejar Nyonya Eum.

"Kau tidak mengatakan ini akan terjadi padanya!!"

"Aku sudah memberimu peringatan," sergah Nyonya Eum dengan tenang. Dia hanya menyentuh pintu rumahnya dan itu terbuka tanpa membuka kunci. Shindong sedikit terkejut namun segera sadar bahwa wanita itu telah masuk. Dia juga bergegas masuk. Tapi Nyonya Eum berbalik membuatnya tidak bisa melangkah lebih jauh.

Nyonya Eum menghela napas dalam. Dari tatapan Shindong, pria ini membagi kesalahan padanya. Menekan rasa frustasi dan rasa bersalah. Mendengus pelan, "itu hanya sementara."

"Jangan membodohiku lagi. Aku tidak percaya padamu! Sekarang berikan saja sesuatu yang bisa membuat putraku kembali melihat. Apapun itu!! Kembalikan penglihatan Kyuhyun!"

"Aku bilang itu hanya sementara." Nyonya Eum bersikap lebih kalem. Shindong meragu namun sedikit mendengarkan kata-kata Nyonya Eum.

"Ba-gaimana jika itu,"

"Aku berani menjamin!"

Shindong mengatupkan mulut. Dia menjadi tenang dan seolah beban terangkat darinya. "Kapan itu akan berakhir?"

Nyonya Eum menggeleng. "Tidak pasti."

"Apa?! Bagaimana itu menjadi tidak pasti!! Putraku akan hidup dalam kebimbangan seperti itu sepanjang waktu!! Ketakutan dan kebingungan!!"

"Kau yang menginginkannya menjadi normal! Aku mengatakan padamu, bukan kau yang akan menanggung resiko tapi putramu!! Kenapa sekarang kau datang dan mengeluh padaku?"

"A-aku,"

Nyonya Eum mengibaskan lengan. "Putramu akan kembali melihat. Itu pasti. Bisa sebentar, bisa lama."

Shindong menggeleng pasrah. Nyonya Eum menatapnya sebentar. "Kau hanya sampai satu tangan."

"Hn. Aku kehilangan Keris yang kau berikan."

"Aku mengambilnya kembali."

"Ha? Bagaimana mungkin?"

"Kau pikir itu hanya benda mati biasa?" Ejek Nyonya Eum. "Yang pasti, untuk sekarang itu cukup."

Shindong memicing curiga. Seolah apa yang dikatakan Nyonya Eum ganjil. "Itu apa Kyuhyun sudah normal?"

Nyonya Eum melirik Shindong. Tersenyum geli. "Shindong, Shindong. Kyuhyun adalah sesuatu yang rumit. Itu tidak akan bisa kau terima jika benar-benar kujelaskan."

"Rumit? Dia putraku! Apa yang tidak bisa kuterima, ha?"

"Kau juga tidak menerima Ibumu."

Mulut Shindong benar-benar mengatup rapat sekarang. Nyonya Eum ini menyinggung tentang orang-orang sekitarnya seolah dia mengetahui segala hal. Dia jadi sedikit waspada. Dan detik itu juga dia sadar bahwa Nyonya Eum telah menyebut nama putranya dengan sangat jelas, begitu pun namanya.

Dia tidak pernah memberikan nama-nama itu pada Nyonya Eum!

Kaki Shindong mundur selangkah. Dia melihat Nyonya Eum dengan curiga dan takut sebelum akhirnya berbalik pergi. Langkahnya hampir berlari ketika dia meninggalkan tempat itu. Merasakan bahaya. Dia bersumpah tidak akan kembali ke sana lagi! Dia mungkin telah melakukan kesalahan dan menggiring putranya dalam bahaya!

###
##
#

Kibum mendekati Heechul di ruang kerjanya. Dilihat ayah tirinya masih berkutat dengan berkas kantor. Dia duduk menunggu sampai pria itu selesai dan mengutarakan maksudnya.

"Ada apa?" Heechul sendiri tidak menunggu urusannya jika itu menyangkut Kibum. Dia mengesampingkan dokumen-dokumen itu dan memilih untuk menanggapi sang anak.

Dia menyadari ini. Sejak kemarin, Kibum gelisah. Dia juga ingin tahu, jika mungkin itu adalah masalah yang tidak bisa diatasi Kibum sendiri.

"Abeoji, aku ingin meminta pertolonganmu."

"Katakan."

Kibum mengambil napas. "Kyuhyun terkena musibah. Kupikir jika Abeoji tahu Dokter yang handal."

"Dokter? Ada apa dengan Kyuhyun? Kenapa membutuhkan Dokter?"

"Saat aku sakit dua hari lalu. Dia juga sakit. Dia tertidur selama itu dan baru bangun di hari ketiga. Tapi dia menjadi buta."

"Apa?! Bu-buta? Buta... dia tidak bisa melihat?"

Kibum menggeleng sedih. Heechul mengerjap masih terkejut. "Ibumu tahu hal ini?"

"Tidak. Aku tidak memberi tahunya."

"Kibum, Ibu kalian perlu tahu."

"Tidak!" Tolak Kibum. Memberi tahu Ibunya untuk apa? Ibunya saja sangat tidak peduli pada Kyuhyun. Ada masalah ini apa pengaruhnya pada wanita itu.

"Cukup Abeoji saja yang tahu. Kumohon, bantu Kyuhyun."

Heechul tidak setuju jika istrinya tidak tahu masalah ini. Tapi dia tetap mengangguk untuk membantu Kyuhyun.

###
##
#

"Kibum, kau melihat mereka?"

Kibum yang sedang menyodorkan sendok berisi nasi dan lauk di depan mulutnya ketika dia menanyakan itu. "Tidak."

"Appa membunuhnya," lirih Kyuhyun.

"Jangan menyalahkan Appa. Dia melakukannya untukmu."

Kyuhyun menarik dirinya mundur. Menempelkan punggungnya di dinding dan memeluk lututnya sendiri. Melihat itu Kibum mendesah tanpa suara. Meletakkan sendok dia bergeser maju mendekati Kyuhyun.

"Aku tahu kau sedih. Tapi coba pikirkan ini. Setelah ini kau bisa hidup normal. Bagus, kan?"

Kyuhyun menggeleng. Hidup normal itu yang bagaimana? Dia sudah menjalani hidupnya selama ini dengan keadaan itu. Bisa dianggap bahwa dia sudah menerima kondisinya yang harus menjauhi kegelapan. Kemudian Hye dan Hwan muncul. Dia juga beradaptasi dengan kondisinya yang baru itu bersama keduanya dengan baik. Kyuhyun sudah menerima mereka menjadi bagian dari dirinya. Dia telah menikmati waktu bersama mereka.

"Kenapa jika aku tidak normal?"

"Kyu, Appa bilang ini tidak selamanya. Kau akan bisa melihat lagi. Jadi jangan pikirkan apapun lagi. Fokus pada pemulihan. Dokter juga bilang kalau matamu baik-baik saja. Jadi sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan. Heum? Ayo, kusuapi kau makan."

Kyuhyun justru semakin erat memeluk lututnya. Kibum juga tidak memahaminya. Tidak ada yang memahaminya. Kyuhyun tidak senang. Dia kecewa.

#

Haejong sudah menolak untuk datang. Tapi Heechul terus memaksa. Mereka pergi mengunjungi Kyuhyun yang sedang sakit. Pertama mendengar bahwa anak itu mengalami kebutaan membuatnya cukup terkejut. Hanya sebatas itu. Sedikit prihatin, tapi dia sungguh enggan untuk melihatnya.

Sampai di rumah Shindong pun dia lebih banyak diam selagi Heechul mengajak bicara Kyuhyun. Ada Kibum juga di dalam kamar menemani adiknya yang menjadi begitu pendiam.

Haejong memilih diam di ruang depan. Awalnya dia sendirian sampai Shindong muncul.

"Kau tidak ingin mihatnya? Sebentar?"

Haejong tidak membalas dan membuang wajah pemandangan kuyu Shindong. Pria itu bahkan tidak bisa menegakkan kepala dan bahunya.

"Dia tidak meninggalkan kamar dan tidak makan. Siwon terus membujuk, hari ini juga Kibum berusaha tapi Kyuhyun masih selerti itu.

Dokter dari Tuan Kim sudah datang memeriksa. Hasilnya tidak jauh berbeda dengan yang dikatakan Dokter yang sudah kami temui.

Tapi jangan khawatir, Kyuhyun pasti melihat lagi!"

Akhirnya Haejong menatapnya. "Bagaimana kau bisa seyakin itu?"

"Ini.... adalah ulahku. Upaya untuk membuatnya normal. Shaman itu bilang ini hanya sementara."

Haejong tersenyum mengejek. "Pada akhirnya kau melakukan sesuatu. Jangan bertingkah semenyesal itu."

Shindong menghela panjang. Mengangguk saja. "Temui dia sebentar, semoga bisa membuatnya semangat lagi."

Haejong mendecih pelan. "Tidak-lah. Sudah ada Kibum."

"Mungkin kau yang paling diinginkannya."

Haejong tersenyum merasa konyol. "Aku tidak ingin."

Shindong menahan napasnya sabar. "Untuk kali ini saja. Jika kau tidak bisa menyayanginya, kau bisa mengasihaninya. Dia membutuhkanmu."

Haejong tidak membalas. Namun beberapa saat kemudian dia bangun dengan masih berat hati. "Hanya kali ini." Haejong bangkit dari duduk, pergi ke kamar Kyuhyun.

#

Kyuhyun tidak membuka mulutnya sekata pun untuk Heechul dan Kibum. Dia tidak acuh pada keduanya dan terlarut pada pikiran dan kegelapannya. Mereka bicara tanpa bisa dia lihat. Semuanya gelap.

Hidupnya ini lucu sekali.

"Eomma," Kibum berdiri. Heechul sudah mengatakan jika ibunya juga ada. Tapi tahu watak sang Ibu dia tidak terpikir jika wanita itu masih sudi memasuki kamar Kyuhyun.

Kyuhyun bereaksi ketika Kibum menyebut sang Ibu. Itu Ibunya? Dia datang? Sungguhkah? "Eomma," gumamnya pelan.

Heechul bangun menjemput istrinya. Membawanya semakin masuk bahkan memaksanya duduk di dekat Kyuhyun. Tapi kemudian tidak ada apa-apa yang dilakukan wanita itu. Karena Heechul pikir mereka perlu ditinggal berdua dia pun mengajak Kibum untuk keluar.

Setelah hanya berdua Kyuhyun membuka kaitan lengannya, menggapai ke depan. Bermaksud untuk menemukan sosok Haejong.

"Aku di sini." Ujar Haejong menatap tangan Kyuhyun. "Tidak perlu melakukan apapun. Diam saja."

Kyuhyun mengangguk. Menarik kembali tangannya. "Eomma datang menjengukku?"

"Eun." Haejong mengalihka  pandang dari Kyuhyun ke sekitar dan menemukan nampan makanan yang belum berkurang. Dia mengambilnya. Meletakkan nampan itu di pangkuannya dan mulai menyendok. "Kau sudah besar, jangan banyak merajuk dan membuat orang lain kesulitan." Dia berkata seraya membawa sendok berisi nasi dan lauknya ke depan mulut Kyuhyun.

Kyuhyun merasakan pergerakan dan aroma masakan di depan hidungnya menebak apa yang sedang dilakukan sang Ibu.

"Buka mulutmu. Makan."

Kyuhyun segera membuka mulutnya. Makanan masuk berkat Haejong. Satu suap, dua suap, tiga suap.... Kyuhyun merasa matanya berembun. Dia senang sekaligus bahagia. Dalam keadaannya yang menyedihkan Haejong mau mengasihaninya.

"Terima kasih, Eomma."

Kyuhyun menghabiskan semua. Haejong puas. Mengangguk meski Kyuhyun tidak bisa melihatnya.

Haejong memperhatikan sebentar Kyuhyun sebelum bangkit hendak keluar. Dia sudah menuruti mantan suaminya dan merasa sudah cukup. Anak kesayangan Shindong itu tidak akan mati kelaparan.

"Eomma," panggil Kyuhyun sebelum Haejong melangkah. "Jika aku normal apa kau juga bisa menerimaku?"

Haejong tidak menjawab.

"Tapi, normal itu seperti apa?" Kyuhyun tersenyum sendu. "Aku yang seperti ini apa sudah normal? Kau bisa menerimaku yang sekarang?"

"Kenapa kau tidak menjawabku? Appa sudah membunuhnya. Aku sudah kehilangannya. Jika kau masih tidak bisa menerimaku, lalu apa yang harus kulakukan? Aku hanya menjadi seorang yang menyedihkan." Kepala Kyuhyun menunduk. Dia telah bicara banyak dan Ibunya tidak mengatakan apapun untuk menjawabnya. Sekarang dia malah mendengar langkah itu menjauhinya. Meninggalkannya seorang diri seperti itu.

Air matanya jatuh meski telah dia tahan sekuat tenaga. Kyuhyun merangkak. Mencari pintu kamarnya dan menguncinya meski kesulitan.

Kibum melihat Ibunya telah keluar. Tanpa berhenti wanita itu meninggalkan rumah Shindong. Kibum merasa ada yang aneh. Dia pergi ke kamar Kyuhyun dan mendapati pintunya telah tertutup. Bahkan ketika dia mencoba membukanya itu tekah dikunci. "Kyuhyun, kau baik-baik saja?"

"Ya."

"Benarkah? Eomma tidak melakukan sesuatu, kan?"

"Tidak. Eomma baik. Dia menyuapiku tadi. Aku hanya ingin sendiri. Aku sedang senang tapi tidak ingin membaginya denganmu."

Kibum masih sanksi. "Tidak heran. Kau memang pelit seperti itu. Tapi buka dulu pintunya. Biarkan aku mengambil nampannya."

"Tidak. Biarkan Siwon Hyung saja nanti. Kau pulang saja."

Kibum mendengus. Siwon sedang masuk Kuliah setelah berhari-hari ijin. Yang sebenarnya Kyuhyun hanya ingin mengusirnya pulang. "Ha~ terserahmu. Aku pulang."

"Hn."

Kibum berbalik ke ruang depan. Pamitan pada Shindong. Heechul juga berpamitan dan mereka pergi bersama.

#

Kyuhyun berdiam diri di dalam kamarnya saat malam. Semua orang sudah tidur. Suasana begitu sunyi dan dingin.

Dia sedang memikirkan hari ini. Memikirkan semua hal.

"Hwan, bagaimana untuk menemui Sima?"

Dari balik bajunya, Hwan merayap keluar. Sosok itu menjadi Hwan yang berukuran kecil dan berwarna lebih pucat. Di permukaan tubuhnya muncul retakan nadi berwarna merah. Sosok kecil itu merayap di lengan Kyuhyun hingga mencapai bahunya.

'Tuan. Kau dalam kesulitan. Tunggu sampai matamu pulih dan kita akan pergi.' Hwan meletakkan kepalanya di pangkal leher Kyuhyun. Matanya telah berubah gelap dan dia merasa kehilangan banyak energinya.

"Kau juga mengalami kesulitan."

Hwan melihat tangan Kyuhyun terangkat. Dia paham dan segera beralih ke tangan itu. Meenggelungkan diri. 'Jangan khawatir. Aku masih bisa menjagamu. Aku juga akan menyembunyikan diri sebaik mungkin.'

Setelah berkata begitu Hwan dengan cepat menutup matanya. Dia tertidur. Kyuhyun menaruhnya di pangkuan dan dia terjaga sepanjang malam.

###
##
#

14:26 WIB
Rabu, 13 Januari 2021

Sima Yu'I

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 30.1K 37
After the passing of Abigail Bentley's mother, she is now the only one responsible for her family's well-being. Her father, often too drunk to stand...
211K 7.4K 97
Ahsoka Velaryon. Unlike her brothers Jacaerys, Lucaerys, and Joffery. Ahsoka was born with stark white hair that was incredibly thick and coarse, eye...
139K 6.4K 36
"I can never see you as my wife. This marriage is merely a formality, a sham, a marriage on paper only." . . . . . . She was 10 years younger than hi...
438K 11.4K 62
❝spencer, all this week you've been holding my hands. what about your germ thing?❞ ❝you were more important.❞ hazel finley is a liar. but she's a da...