Memories || Kimetsu no Yaiba

By Mizuraaaa

90.5K 12.1K 4.6K

Highest Rank: #1 in mitsuri (13/2/21) #1 in kyoujuro (6/2/21) #1 in kimetsu (2/4/21) #1 in yaiba (2/4/21)... More

Author Note!
Prolog
1.A new world?
2.Pelatihan
3.Kisatsutai
4.Rapat Pilar
5.Uzui's Family
6.Become Stronger
7.Natagumo
8.Tanjirou
9.No Tittle
10.Mugen Train(1)
11.Mugen Train(2)
12.Datang lagi
13.Pertemuan Pertama
14.Keputusan
15.Alasan
INFO!!!
Flashback Moment
17.Hubungannya
18.Kerinduan
19.Berita Buruk
20.Menyadarinya
21.Yuki no Hashira
22.Maksud Sebenarnya
23.Memburuk
24.Percobaan
25.Permintaan
26.Misi Bersama
27.Penyerangan
Flashback Moment
28.Pemburu Iblis vs Iblis
29.Lemah
30.Kesembuhan
31.Keinginan untuk Mati
32.Takut untuk Mati
33.Keluarga
34.Penyelesaian Masalah
35.Festival Kembang Api
36.Iblis Es
37.Memperbaiki
38.Uji Coba
39.Penangkapan
Pengumuman
40.Terjebak
41.Teman Lama
42.Penyelamatan Diri
43.Rasa Bimbang
44.Tanpa Dirinya
45.Setelahnya
46.Diskusi
46.Diskusi (bag 2)
47.Rasa Bersalah
48.Rasa yang Nyata
49.Tanpa jejak
50.Yuri tanpa Sahabatnya
51. Sudahkah, berakhir?
52. Kejahilan Bertambah
53.Seragam SMA

16.Tidak Terduga

1.6K 247 64
By Mizuraaaa

(Y/n) merentangkan tubuhnya sembari menguap kecil. Ia sedikit merapikan rambutnya yang acak acakan khas orang bangun tidur. Pandangannya ia edarkan ke sekeliling, sedikit terkejut ketika melihat langit sudah sangat cerah.

Dengan secepat kilat, ia langsung pergi untuk membersihkan diri.

Sekembalinya (Y/n) dari kegiatan membersihkan diri, ia melihat Urokodaki sedang memasak makanan untuk sarapan mereka pagi ini. Merasa bersalah, (Y/n) pun menghampiri Urokodaki lalu duduk dihadapannya

"Ano... gomenasai, aku bangun kesiangan jadi tidak bisa menyiapkan sarapan" ucap (Y/n) sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

"Tidak apa, lagipula kau kelihatannya kelelahan sekali" balas Urokodaki

Heh? Benarkah? (Y/n) memiringkan wajahnya tidak mengerti. Apa memikirkan sesuatu itu melelahkan? Jika iya, maka sudah pasti ia sangat kelelahan sekarang ini karena banyak sekali hal yang ia pikirkan

Satu pertanyaan kembali keluar dari otaknya. Memangnya kelihatan sekali kalau dia sedang banyak pikiran ya? (Y/n) meraba wajahnya, takut takut jika wajahnya berubah hingga orang lain bisa menyadari pikirannya yang dilanda kebingungan

'Tidak ada yang berubah' batinnya. Ia masih meraba wajahnya seakan mencari perbedaan walau sekecil apapun

"Ini, makanlah" Urokodaki menyodorkan semangkuk sup miso hangat yang baru saja ia masak. Dengan senang hati, (Y/n) menerima pemberian itu dan memakannya dengan lahap

Mereka pun makan diiringi keheningan. Keduanya fokus pada makanan masing masing. Sesekali (Y/n) memuji makanan buatan Urokodaki yang sangat enak walau dibuat oleh seorang 'kakek tua'. Tidak sopan memang.

Mereka menghabiskan makanannya dengan cepat. Urokodaki segera bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah belakang (Y/n). Baru beberapa langkah, ia berhenti

"(Y/n), aku akan tetap membantumu jika kau dalam kesulitan. Jadi, beritahu aku jika kau dalam bahaya" ujar Urokodaki tanpa membalikan badannya

Kedua tangan (Y/n) meremas haori yang ia pakai hingga menimbulkan bekas kusut. Matanya terpejam erat menahan sesuatu yang ingin ia keluarkan. Kenapa, kenapa semua orang tidak mengerti apa yang ia inginkan. Ia hanya tidak ingin orang lain terluka karenanya, apa hal itu sangat sulit untuk dilakukan?

Urokodaki kembali melangkah. Tangannya terulur untuk menggeser fusuma. Keheningan yang melanda membuat suara gesekan fusuma itu terdengar jelas. Pintu terbuka, (Y/n) yang kebetulan duduk di dekat pintu terkena sorotan cahaya matahari yang membuat rambutnya sedikit berkilau

Urokodaki diam di tempat beberapa saat hingga ia berucap, "tapi aku yakin kau tidak akan kesulitan bukan?"

(Y/n) menoleh kebelakang cepat untuk melihat wajah Urokodaki yang tertutup topeng tengu itu. Urokodaki pula memiringkan tubuhnya dan menatap (Y/n) lembut dibalik topengnya, tapi entah kenapa, (Y/n) dapat merasakan tatapan lembut itu.

"Kau kuat, aku tau itu. Jangan sampai kau kesulitan, mengerti?" ucap Urokodaki terdengar seperti ayah yang menasehati anaknya sendiri

Urokodaki pergi meninggalkan (Y/n) sendirian. (Y/n) menunduk lalu tersenyum kecil ketika akhirnya menemukan seseorang yang mengerti akan dirinya

(Y/n) segera bangkit untuk pergi ke suatu tempat, ia merapikan haori yang sempat sedikit kusut tadi. Nichirin ia bawa, rambut yang biasanya diikat kini ia geraikan, dengan langkah riang ia pun keluar dari kediaman Urokodaki

(Y/n) menyusuri hutan yang ada di dekat kediaman Urokodaki. Sebenarnya ia belum tau harus kemana untuk mengatasi rasa bosan nya, ia juga tidak terlalu mengetahui tentang tempat ini

Akhirnya, dengan mengandalkan kata 'semoga' (Y/n) sampai di sebuah tempat. Tempatnya cukup luas, pohon pohon besar mengelilingi tempat itu. Ia terus melihat lihat, saat matanya menangkap sesuatu, ia memekik terkejut

"Astaga!" (Y/n) melihat sebuah batu yang berukuran besar, bahkan lebih tinggi darinya, terbelah dengan sempurna. Mulut (Y/n) terbuka lebar dengan tidak elitnya.

Tangannya terangkat untuk menyentuh batu itu, mengelus pelan lalu menariknya kembali "Keras sekali, sebenarnya siapa yang berhasil memotong batu ini dengan sempurna" ucap (Y/n) tanpa menyembunyikan nada kagumnya

"Tempat ini lumayan bagus, apa aku latihan disini saja ya?" gumamnya pelan

Akhirnya, (Y/n) memutuskan untuk latihan di tempat itu. Kekalahannya dari Akaza membuat (Y/n) sadar jika ia masih jauh lebih lemah. Jadi, ia berniat untuk memperkuat dirinya agar ia bisa melindungi orang yang ia sayangi

.
.

"Saya tidak bisa menemukan (Y/n)-chan di kediamannya!" seru orang itu

Seketika Oyakata-sama membulatkan matanya, ia berkata dengan nada serius "Apa kau yakin, Kanroji?! Bisa saja dia di kediaman lain bukan?" tanyanya panik

Mitsuri menggeleng "Entahlah, tapi aku sudah cek ke kediaman Tomioka-san dan Kochou-san, dia tidak ada di sana"

"Panggil semua Pilar kesini sekarang juga!" perintah Oyakata-sama tegas. Mitsuri mengangguk lalu dengan pergi untuk memanggil Pilar lain dengan cepat

Oyakata-sama mengusap wajahnya pelan. Seharusnya ia tidak terlalu panik, (Y/n) bukanlah seorang anak kecil lagi, ia bisa pergi kemana saja. Namun, karena perasaannya yang buruk sejak tadi malam, ia menjadi khawatir jika terjadi sesuatu pada (Y/n)

Setelah menunggu beberapa menit, para Pilar sudah ada dihadapannya dengan posisi berlutut. Mereka mengucapkan beberapa salam, Oyakata-sama membalasnya setenang mungkin, tidak ingin orang lain juga ikut khawatir

"Oyakata-sama, apa ada yang terjadi? Kanroji memanggil kami dengan keadaan panik" tanya Sanemi mengawali

"Kanroji tidak dapat menemukan (Y/n) di kediamannya, apa kalian melihatnya?!" tanya Oyakata-sama tak dapat menyembunyikan lagi rasa khawatir nya

"(Y/n)? Bocah itu berulah lagi ya?!" ucap Tengen dengan tidak kalem

"Aku tidak melihatnya, apa terjadi sesuatu ya?" gumam Muichiro yang diam diam juga mengkhawatirkan (Y/n). Ia berpikir keras untuk mengingat-ingat apakah ia melihat (Y/n) sebelumnya

Para Pilar menjawab dengan ketidaktahuan. Perasaan Oyakata-sama kacau, ia mulai membayangkan kejadian buruk yang menimpa (Y/n). Menggelengkan kepala cepat, Oyakata-sama berusaha menghilangkan pikiran itu

Tiba tiba Muichiro mengangkat tangannya "Tadi malam, aku melihatnya pergi entah kemana dengan tergesa-gesa. Ia memakai seragam lengkap, apa mungkin ia kabur?" tebak Muichiro

Giyuu sedikit terkejut dengan ucapan Muichiro, jadi ada orang yang melihat kepergian (Y/n) selain dirinya?

Para Pilar menatap Muichiro dengan tatapan tidak percaya. Sedetik kemudian seruan Tengen membuat seluruh atensi beralih padanya "Tuh kan! Dia pasti berkhianat! Bocah itu memang tidak berniat baik! Dia berhasil mengelabui kita!"

"Benar! Dia memang bocah yang menyusahkan! Arghhh kenapa kita harus mempercayainya saat itu" timpal Obanai yang diakhiri dengan keluhan

Tepat seperti yang Giyuu bayangkan. Semua pasti menyudutkan (Y/n), mengompori Oyakata-sama untuk tidak percaya lagi pada (Y/n)

Jauh dalam lubuk hati mereka, mereka ragu akan hal itu. Bagaimanapun juga, mereka sudah melewati masa masa menyenangkan bersama (Y/n). Tidak mungkin (Y/n) mengkhianati mereka begitu saja. Namun, ini semua berurusan dengan dunianya. Jika ada pengkhianatan, maka akan berpengaruh pada rencana mereka untuk mengalahkan Muzan. Mereka harus mengesampingkan perasaan mereka terlebih dahulu dan lebih mementingkan keselamatan dunia.

Oyakata-sama juga bingung. Ia bimbang, (Y/n) sudah ia anggap seperti anak sendiri. Tapi jika (Y/n) memang seorang pengkhianat, maka itu akan cukup merepotkan. Lagi lagi ia harus mempertimbangkan hal itu.

"Cukup!" bentakan Giyuu membuat ocehan yang dilayangkan para Pilar terhenti

"Jangan membicarakan hal yang tidak tidak tentang (Y/n) sedangkan kalian tidak tau apa yang terjadi sebenarnya" desis Giyuu membuat beberapa Pilar merinding

Obanai berdecih "Tomioka, aku tau kau menyukainya, tapi kau harus lebih mementingkan dunia ini ketimbang perasaanmu!"

Giyuu menatap tajam Obanai "Aku? Jadi duta shampo lain? Bwahahaa

G. g. g. g. g. canda

Giyuu menatap tajam Obanai "Aku? Mementingkan perasaanku sendiri hm?" ia terkekeh "Bukankah kalian yang mementingkan pendapat kalian sendiri ya?"

Giyuu bangkit dari posisinya dan berdiri dengan wajah suram "Kalian, kalian yang selalu mementingkan pendapat sendiri. Kalian terlalu membenci (Y/n) sehingga selalu mencari cari kesalahannya. Kalian bahkan tidak tau apa yang terjadi sebenarnya"

Alis Oyakata-sama mengernyit "Tomioka, apa kau tau apa yang terjadi pada (Y/n)?"

Giyuu menatap Oyakata-sama sekilas lalu menatap para Pilar lagi "Tau, sangat tau, bahkan lebih tau dari mereka yang suka menyimpulkan hal yang tidak jelas"

Sanemi berdecih mendengar perkataan Giyuu 'Menyusahkan saja'

"Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada (Y/n)?" tanya Oyakata-sama. Terdengar nada tidak sabar saat ia mengucapkannya

Giyuu menghadapkan tubuhnya pada Oyakata-sama lalu menatapnya serius "Sepulang dari misi yang seharusnya saya kerjakan. (Y/n) bertemu dengan Kibutsuji Muzan"

Semua orang lantas terkejut dengan perkataan Giyuu. Mitsuri dan Shinobu bahkan menutup mulut dengan tangannya, terlalu kaget ketika mendengar apa yang sebenarnya terjadi

Namun, diantara semuanya masih ada yang sepertinya menyimpan dendam pada (Y/n) entah kenapa. Dengan lantang ia berseru "Lihat! Dia pasti berkhianat! Dia menemui Kibutsuji Muzan untuk-"

"Tutup mulutmu dasar ular sawah!" bentak Giyuu memotong ucapan Obanai. Telunjuknya mengarah pada Obanai dengan raut wajah yang terlihat sangat marah

Obanai tentu saja tidak Terima dihina seperti itu, ia hendak membalas namun Oyakata-sama menginstruksikan nya untuk diam. Mau tidak mau, Obanai hanya membalasnya dengan decihan lalu membuang tatapannya ke sembarang arah

"Lanjutkan!" perintah Oyakata-sama

.

Semua orang bagai mendapat serangan jantung dadakan saat mendengar penjelasan Giyuu. Mereka benar benar tidak menyangka jika (Y/n) bisa datang ke dunia ini karena Muzan.

Mereka juga sedikit tidak mengerti mengenai darah langka yang dimiliki oleh (Y/n), tak ada satupun yang tau soal hal itu. Giyuu menjelaskan semuanya, semua yang (Y/n) jelaskan padanya

"Sudah mengerti sekarang hah?! (Y/n) tidak ingin kalian terluka karenanya, tapi kalian dengan mudahnya malah menuduhnya!" bentak Giyuu. Ia benar benar tidak rela jika seseorang mengatakan hal buruk tentang (Y/n), apalagi jika hal itu sama sekali tidak benar.

Tubuh Oyakata-sama oleng, ia hampir saja jatuh jika saja Kiriya—anaknya tidak menahannya. Dengan memanfaatkan kekuatan yang masih tersisa, ia bertanya "Lalu, apa kau tau dimana dia sekarang?"

Giyuu menatap Oyakata-sama sekilas lalu menunduk. Raut wajahnya terlihat suram. Tangannya ia kepalkan erat erat. "Aku tidak tau" lirihnya

.
.

Dengan semangat yang membara, ia berlatih tak mengenal lelah. Ia mencoba beberapa pernafasan, mengayunkan nichirin, dan lain sebagainya. Ia bahkan mencoba memotong batu raksasa itu, tapi yang terjadi adalah dia malah terpental ke belakang dan menghantam pohon

Ia berlatih terus menerus, bertekad untuk menjadi lebih kuat dan melindungi orang orang yang ia sayangi. Langit sudah memancarkan cahaya jingga, tapi ia masih saja berlatih.

Baru sadar jika dirinya masihlah manusia, (Y/n) terduduk kelelahan. Keringat mengucur deras, bahkan sampai membuat rambutnya basah. Kepalanya menengadah ke atas, melihat langit yang sudah berubah warna menjadi jingga

"Hahh~ lelah~ lebih baik aku tidur saja" gumam (Y/n)

(Y/n) menghampiri batu besar yang terbelah itu. Ia menyenderkan punggungnya, dan menjadikan kedua tangan sebagai bantalannya. Perlahan, mata yang kelelahan itu mulai menutup dan siap menuju ke alam mimpi

~

"Aku... dimana...?"

Pandangan gadis itu diedarkan ke sekeliling. Ia tidak mengenal tempat ini. Tempat ini begitu asing baginya, tapi begitu indah.

Yang dapat matanya tangkap hanya hamparan rumput luas tak berujung. Kicauan burung yang sedang terbang bebas menjadi alunan merdu yang menyapa telinganya. Tangan gadis itu direntangkan, berputar pelan untuk menikmati semilir angin yang menerpa tubuhnya. Ia menghirup nafas dalam dalam, wangi berbagai macam jenis bunga yang tertanam di beberapa bagian tercium hidungnya.

Gerakan gadis itu terhenti, saat telinga tajam nya mendengar suara langkah kaki, yang dapat ia pastikan langkah itu menuju padanya. Ia mulai mencari-cari nichirin yang biasa tersampir di pinggang nya, namun kali ini tidak ada

Umpatan keluar dari mulutnya, apa ia meninggalkan nichirin nya di suatu tempat? Ia memilih menghiraukannya dan fokus pada orang yang akan datang

Dia memasang wajah santai, tapi tatapannya waspada akan sesuatu yang mungkin akan diterimanya sesaat lagi. Pandangannya mulai di edarkan kembali, mencari si pelaku dari suara langkah yang ia dengar

Tatapannya terpaku pada bayangan dua anak pendek tertutup kabut yang entah sejak kapan datangnya kabut itu. Memasang posisi waspada, ia mulai bertanya "Siapa kalian?"

Perlahan kabut itu mulai menipis, jarak diantara gadis itu dan kedua anak pendek tadi terus menipis.

Kabut mulai menghilang dan menampakkan dua anak berwajah lucu berbeda gender. Meski hanya dua orang anak dan wajahnya sangat imut, gadis itu tidak melonggarkan kewaspadaannya.

Lagi lagi, gadis itu bertanya "Siapa kalian?"

Anak dengan gender perempuan tersenyum manis lalu menatap anak di sisinya, anak laki laki yang lebih tinggi dari anak perempuan tadi tersenyum "Senang bertemu denganmu, (Y/n)-san" anak perempuan tadi berucap, suaranya sangat imut

Gadis yang ternyata (Y/n) itu mengernyitkan alisnya "Bagaimana bisa kalian mengetahui namaku?"

Tak ada jawaban. Kedua anak tadi masih setia dengan senyumannya. Barangkali (Y/n) agak merinding karena sikap kedua anak aneh itu, ia memberanikan diri untuk bertanya kembali "Kalian itu siapa?"

Suara lembut keluar dari mulut anak laki laki "Namaku Sabito, dan dia temanku, Makomo"

.
.
.
.
.
TBC

Oalah kenapa bisa ada mayad. Canda mayad //plak

Author tuh makin gak ngerti deh sama cerita ini, makin hari makin ga jelas aja

Maafkan author yang lagi gak ada semangat nulis, jadi updatenya agak lama ༎ຶ ͜   ༎ຶ

Kalian kesel gak sih, pas lagi seru serunya semua orang fitnah (Y/n), Giyuu malah iklan shampoo, kan author jadi pengen menjitak dahinya(ノ˙︶˙)ノ

Ok, see you next chap:*

Continue Reading

You'll Also Like

81.1K 7.8K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
39.2K 5K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...
316K 23.9K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
54.9K 8.5K 52
Rahasia dibalik semuanya