AXELION

By starlightlui

162K 11.6K 658

"She's my greatest HELLO and the hardest GOOD BYE." *** Hanya berawal dari insiden kecil yang malah membawa b... More

PROLOG
Part 1 - Insiden Kecil
Part 2 - Dia Lagi!?
Part 3 - Kalung Ursa Minor
Part 5 - Perjanjian
Part 6 - Hangover
Part 7 - Rumor [1]
Part 8 - Rumor [2]
Part 9 - He's Everywhere
Part 10 - Threat
Part 11 - Feel Sorry
Part 12 - The (Fake) Girlfriend
Part 13 - Tamu Istimewa
Part 14 - Pingsan
Part 15 - Dijodohkan
PART 16 - Langit Malam Tanpa Bintang
Part 17 - Late Again
Part 18 - The Punishment
Part 19 - Anggota Baru Sixers
Part 20 - Teman
Part 21 - This Feeling
PART 22 - The Basketball Match
Part 23 - Pasangan Dadakan
Part 24 - What If More Than Friend
Part 25 - The Truth
Part 26 - Dinner With Her Family
Part 27 - Aku?
Part 28 - A Night With Him
Part 29 - Beauty And The Beast
Part 30 - Sisi gelap Axelle
Part 31 - She's Weak
Part 32 - Let's Dating

Part 4 - Hukuman Pagi

5.9K 400 3
By starlightlui

HALO, SEMUA!

JANGAN LUPA BINTANG KECILNYA SEBELUM ATAU SESUDAH BACA YA!

SORRY FOR THE TYPO...

HAPPY READING!

___________________________

PLAYLIST : Pink Sweat$- At My Worst.

"Kembaliannya buat bapak aja. Makasih ya, pak!" Tanpa menunggu lagi, Lucya segera turun dari Taksi. Samar-samar mendengar sang sopir taksi yang berterimakasih padanya sampai berkali-kali. Padahal uang yang dia lebihkan hanya sepuluh ribu.

Lucya menghentikan larinya di depan gerbang yang sudah tertutup. Ia mengumpat berkali-kali. Dia sudah terlambat. Shit. Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari satpam dan mendapati Pak Kasim yang baru saja memasuki pos satpam. "Pak! Pak! Bukain dong, pak. Pliss banget, pak."

"Yahh, neng... ini udah telat banget, kalo neng cuman telat sepuluh menitan mah masih bisa saya kasih masuk. Mending pulang aja neng, izin aja."

"Saya telat lima belas menit aja kok. Ayolah, pak, masa bapak enggak mau nolongin saya sih pak? Nanti saya beliin cokelat deh Pak, janji."

"Aduh gimana ya, neng? Seriusan neng tetep mau masuk nih? Nanti kena hukum—,"

"Gapapa, daripada saya bolos mending telat, pak. Bukain ya, pak? Tolong banget, pak."

"Nanti—-," ucapan Lucya menggantung di udara begitu sebuah suara mesin motor sport masuk kedalam indera pendengarannya. Lucya dan pak kasim menoleh pada sang pemilik motor.

Axelle Alterio, lelaki muda berjaket kulit hitam dengan lambang kepala macan dan bertulisan RANGELS di bawah kepala singa—- melepaskan helmnya dan menyugar rambutnya yang sedikit berantakan ke belakang sebelum turun dari motor merah metalic-nya.

"Pagi, pak Kasim." Sapa Axelle dengan wajah datarnya begitu ia sampai di sebelah Lucya yang masih menatapnya datar.

"Pegangin." Axelle menyodorkan tas sekolahnya pada Lucya yang mengangkat kedua alisnya.

"Ha?"

Axelle melempar tasnya pada Lucya yang dengan gesit memeluk tas itu. Tidak berat, sama sekali tidak berat. Tas hitam itu seperti tidak ada isinya. Lucya menentengnya sembari menggoyangkan tas tersebut yang benar-benar ringan. "Niat sekolah enggak sih dia?" Gumam Lucya Lalu dia mengangkat tatapannya dari tas itu pada Axelle yang sudah memanjat gerbang.

Lucya membulat, berbeda dengan pak Kasim yang hanya geleng-geleng kepala, sudah terbiasa dengan kelakuan Axelle. Tentu saja, Axelle sudah sangat langganan terlambat sampai ia harus memanjat gerbang sekolah yang mana pak Kasim sendiri tidak bisa menghentikan aksi anak muda itu.

Begitu ia sudah di atas gerbang, Axelle melompat dengan mudahnya dan mengibas rambutnya lalu menatap Lucya yang masih bergeming ditempatnya dengan mulutnya yang sedikit terbuka. "Lempar sini tas gue."

Lucya mengerjapkan matanya dan menatap tas milik Axelle beberapa detik hingga sebuah ide muncul dalam otaknya. Ia mengangkat kepalanya, menatap Axelle. "Bujuk pak Kasim bukain gerbang buat gue dulu." Ucap Lucya yang membuat satu alis Axelle naik.

"Ogah. Bujuk sendiri lah." Tolak Axelle mentah membuat Lucya mencibirnya.

"Ya udah ya tasnya gue buang nih." Ancam Lucya. Berharap itu ampuh. Meskipun ia sendiri ragu Axelle akan menurutinya, mengingat tasnya ini tidak ada isi, well, tasnya branded yang membuatnya yakin Axelle akan menyelamatkan tasnya.

"Iya, udah buat lo aja tasnya, enggak ada isi ini."

"Pasti KW ya tas lo? Makanya lo bodo amatin." Celetuk Lucya yang mengundang kekehan kecil dari Axelle.

"Tas segitu mah enggak ada harga buat gue. Ambil aja, jual, hasilnya buat suap pak Kasim biar bukain gerbang buat lo." Tanggap Axelle sebelum membalikan badannya, hendak pergi dari situ.

Lucya buru-buru memasukan tangannya di sela pagar dan menarik ujung jaket Rangels Axelle. "Bantuin bujuk pak Kasim dong. Please banget, banget, banget. Jadi cowok baik dikit dong lo, ish."

"Dapet apa gue bantuin lo?"

"Apa aja yang lo mau. Janji." Sadar apa yang telah ia ucapkan barusan, Lucya langsung mengatupkan kedua bibirnya tapi terlambat, kalimat-kalimat itu sudah terlanjur ia ucapkan dan Axelle juga sudah mendengarnya dengan jelas. Sial!

"Apa aja yang gue mau? Wah, bakal seru nih. Udah janji segala lagi." Axelle menyeringai penuh kemenangan. "Pak Kasim, bukain gerbangnya. Gaji perbulan bapak dari saya nanti saya naikin."

Lucya menatap bengong, mendengar ucapan Axelle barusan. Namun ia tidak memiliki waktu untuk berpikir mengenai itu lagi. Saat gerbang terbuka, dengan segera Lucya masuk dan berniat berlari untuk ke kelasnya, sebelum ada guru yang menangkapnya, ketika sebuah tangan mencekalnya. Lucya berbalik, menatap Axelle dengan kerutan di dahinya.

"Inget, lo udah janji sama gue."

"Iya-iya, bawel. Udah lepasin, gue mau masuk nih, keburu ketahuan guru ih." Lucya menarik-narik lengannya yang di cekal Axelle.

"Gue kasih tau pas pulang sekolah apa yang gue mau. Awas lo kalo berani kabur." Ancam Axelle sebelum ia melepaskan Lucya yang langsung berlari terbirit ke arah gedung IPS dengan sedikit kesusahan menenteng tote bag-nya yang berisi buku-buku paket.

Axelle mengedarkan pandangannya sebelum melangkahkan kakinya ke arah gedung MIPA. Lihat saja, Jika Lucya berani kabur atau tidak menepati janjinya, ia akan terus mengejar gadis itu dan tidak akan mengembalikan kalung Ursa Minor milik gadis itu, karena ia sudah berencana akan membuat persyaratan dengan gadis itu jika ia menginginkan kalungnya kembali. Jadi Axelle akan memiliki dua permintaan apapun yang ia mau pada gadis itu.

We'll see, Lucya.

"Ekhem, santai sekali kamu jalannya ya, Axelle." Langkah Axelle yang akan menginjak lantai gedung IPA, seketika terhenti begitu suara yang sudah sangat familiar di telinganya terdengar, disusul sebuah langkah kaki yang kian mendekat.

"SUDAH JAM BERAPA INI, AXELLE?!" Axelle membalikan badannya, memperlihatkan cengiran lebarnya pada Pak Imam.

"SAYA TANYA SUDAH JAM BERAPA INI?"

Axelle buru-buru melihat arlojinya yang terdapat di pergelangan kirinya. "Jam delapan lewat, pak."

"TERUS JAM MASUK SEKOLAH JAM BERAPA?!"

"Jam delapan lewat, pak."

"JAM DELAPAN, JAM DELAPAN! JAM TUJUH LEBIH. KAMU INI SEBENARNYA SELAMA INI SEKOLAH DIMANA SIH SAMPE ENGGAK TAHU JAM MASUK SEKOLAH!."

"Wah, gimana ya pak? soalnya saya biasanya dateng sekolah jam segini, pak. Jadi jam masuk sekolah saya, jam delapan lewat, pak." Ucap Axelle kelewat santai.

"AXELLE, AXELLE! KAPAN KAMU BERUBAHNYA SIH? KAMU UDAH KELAS SEBELAS JUGA. MAU KAMU ENGGAK NAIK KE KELAS DUA BELAS?"

"Jangan gitu dong, pak. Kan yang penting saya pinter, pak, sering ngerjain tugas, enggak kayak si Putra ama Arnold tuh, pak."

"ENGGAK USAH BAWA-BAWA TEMAN-TEMAN KAMU. SEKARANG JUGA KAMU KE LAPANGAN, BERDIRI DI DEPAN TIANG BENDERA SAMPAI ISTIRAHAT."

"Boleh deh, pak. Tapi bareng Lucya. Dia juga telat tuh. Masih anak baru masa udah telat aja, pak." Ucap Axelle memanas-manasi dengan telunjuknya yang menunjuk Lucya yang tengah celingak-celinguk di gedung sebelah.

"LUCYA!!! BERDIRI DI DEPAN TIANG BENDERA SAMPAI ISTIRAHAT SEKARANG JUGA!" Teriak Pak Imam dengan keras sampai membuat Axelle menutup telinganya, namun tetap saja saking keras suara guru itu yang masih tetap terdengar memekakan telinganya. Bahkan mungkin murid-murid di kelas gedung sebelah juga dapat mendengar teriakan tersebut hingga lantai tiga.

Lucya sendiri hanya bisa pasrah di ujung sana dan menuruti perintah tersebut dengan perasaan yang malu. Berbeda dengan Axelle yang tersenyum kecil. Ia akan dihukum bersama Lucya.

***

"Pasti lo kan yang ngaduin gue ke Pak Imam?" Tuding Lucya tanpa menoleh pada Axelle yang berdiri disebelahnya dengan sikap istirahat.

"Salah sendiri enggak masuk kelas tadi."

"Ih! kan lagi nunggu gurunya keluar kelas dulu gitu atau sibuk ngapain gitu biar gue enggak ketahuan."

"Bakal tetep ketahuan." Tanggap Axelle, tenang.

"Iya sih, tapi kan setidaknya gue enggak bakal di hukum kek gini. Malu-maluin, tahu enggak!"  Ucap Lucya dengan dongkol. Ia menunduk saat matanya menangkap beberapa murid yang sedang berjalan di koridor menatap ke arahnya dan Axelle.

"Biasa aja."

"Ya, lo biasa aja, kan pasti lo sering telat." Hardik Lucya.

"Sok tau."

"Enggak usah nyangkal, udah ketahuan kali."

Axelle tidak menanggapi lagi, membuat suasana di antara kedua remaja itu hening. Lucya mengelap peluh dikeningnya sampai lehernya, berbeda dengan Axelle yang sedari tadi berdiri disebelahnya dengan sikap istirahat, menatap depan, tidak terganggu sedikitpun dengan peluhnya.

"Oh ya, kalung gue balikin."

"Kalung yang mana?" Tanya Axelle datar.

"Lah emang kalung gue ada berapa?"

"Enggak tau, belom pernah masuk kamar lo."

"Ih! That's not what i meant." Lucya mengerutkan keningnya kesal. "Maksudnya, emang kalung gue di lo ada berapa?"

"Satu." Jawab Axelle singkat.

"Nah iya udah, yang itu balikin."

"Nanti aja."

"Apaan sih lo!?"

Axelle akhirnya melirik Lucya yang berdiri disebelahnya. "Nanti gue pasti balikin. Tapi lo harus berusaha buat ngambil juga."

"Contohnya gimana?" Tanya Lucya yang dibalas dengan mengedikkan bahu Oleg Axelle.

"Kayak yang tadi lo ngasih gue imbalan udah bukain gerbang buat lo?"

"Enak dong lo. Yang tadi aja sama aja boong, gue berakhir disini juga. tapi tenang aja gue bakal tepatin janji."

"Bagus."

"Terus soal kalung gue?"

"Nanti. Gue masih mikir-mikir."

"Awas aja lo kalo kalung gue sampe ilang ya! Enggak bakal tenang tuh hidup." Ancam Lucya.

"Hmm."

"Oh ya. Nama lo siapa?"

"Axelle."

"Gue Lucya."

"Iya tau."

Lucya mencibir tanpa suara karena sedari tadi lelaki itu hanya membalasnya singkat-singkat, membuat ia merasa dirinya paling cerewet. Well, bukan karena Lucya sangat ingin di respon lebih, tetapi ia kesal pada orang yang di ajak bicara dan hanya merespon seadanya saja. Seolah berbicara lebih panjang itu harus bayar.

"Gue mau minta maaf. Terserah lo mau maafin atau enggak, tapi ini kesekian kalinya gue minta maaf. Dan tulus kok." Ucap Lucya sembari melirik Axelle yang hanya bergumam dan mengangguk.

Tuh, kan, ngeselin!

"Btw, tadi kok lo bilang bakal naikin gajinya pak kasim yang dari lo sih? Lo emang sering suap pak Kasim biar enggak ngadu sama guru soal lo telat ya?" Tanya Lucya beruntun. Dia sangat penasaran mengenai hal itu.

"Enggak."

"Ih, ditanya apa, jawabnya apa. Cakep-cakep kok goblok sih?"

"Udah jangan cerewet. Mau berdiri disini sampe pulang?"

"Enggak, enggak! Nanti gosong kayak abis di panggang." Ucap Lucya garing. Lalu ia kembali menatap lurus kedepan. Tidak ada lagi yang membuka suara di antara keduanya hingga bel pelajaran pertama berbunyi, pertanda pelajaran pertama telah selesai.

Lucya yang akan segera pergi dari situ sebelum murid-murid keluar dari kelas untuk ke loker mereka dan lainnya, terhenti saat segerombolan laki-laki melangkah dan menghalangi jalannya. Lucya sedikit familiar dengan wajah mereka. Siapa lagi kalau bukan teman-teman Axelle.

"Ehhh! Ada neng Lucya. Telat ya, neng?!" Seru Putra bertanya yang hanya mendapatkan anggukan kaku dari Lucya.

"Lo juga ya, Xel?"

"Menurut lo?" Axelle mengangkat satu alisnya.

"Ya, kan, basa-basi. Galak amat lu kek Bu Ijah." Ucap Putra.

"Enak ye dihukum ama cecan. Jadi pengin." Sahut Jibril sembari melirik Lucya yang masih berdiri di tengah-tengah mereka— berseblahan dengan Axelle dan berhadapan dengan Gibson yang hanya menunjukan raut muka tanpa ekspresinya.

"Maunya elo itu mah! Lucya mana mau ama lo. Yang ada Gatel-gatel dia di deket lo, Jib." Sahut Zayn.

"Anying. Dikata gue sarangnya nyamuk! Bersih, Harum, ganteng begini. Siapa yang enggak mau deket-deket ama gue hah? Sini! Gue jabanin."

"Gue enggak mau." Sahut Axelle membuat teman-temannya tertawa, terkecuali Gibson dan Lucya. Axelle lalu merampas minuman yang digenggam Arnold dan menyodorkannya pada Lucya. "Nih, minum. Masih segel."

Lucya mengangkat pandangannya dari botol mineral yang masih penuh itu pada Axelle. Sedikit terkejut karena perlakuan baik lelaki itu padanya. Bahkan teman-temannya sendiri pun sampai melongo. Arnold yang sempat hendak berseru tidak terima karena minumannya di ambil pun, mengurungkan niatnya.

"Eh, enggak usah, gue bisa minta punya temen gue kok." Tolak Lucya. Sangat bertolak belakang dengan keinginannya yang memang sangat ingin menerima mineral dingin itu, namun melihat Axelle yang langsung membukanya dan meminumnya membuat Lucya mencibir dalam hati.

Ga pekaan banget jadi cowok. Mending gausah nawarin, bambang! Batin Lucya berseru.

"Ya udah, kalo gitu gue permisi dulu mau ke kelas." Lucya tersenyum ramah pada mereka terkecuali pada Axelle. Gibson dan Putra pun segera bergeser, memberi jalan pada Lucya yang langsung melangkah dengan kepalanya yang sedikit menunduk.

"Eh, iya, neng, sorry ngalangin hehe." Ucap Putra. "Semangat belajarnya, Neng Lucy!"

"Lain kali, jangan telat ya, kasian nanti capek di hukum!" Seru Jibril tidak mau kalah. Lucya hanya menoleh dan mengangguk kaku pada mereka sebagai respon.

"Yailah! Gimana sih lo? Modusnya setengah-setengah!" Zayn memukul pundak Axelle, tidak terlalu kuat.

"Tau nih ah! Eh, tapi bukannya dia yang nabrak lo waktu itu ya? Kemarin aja ngatain, sekarang modus nawarin aqua. Halah!" Timpal Arnold membuat teman-temannya mengangguk.

"Gapapa lah! Terobos aja. Lagian udah baikan juga kayaknya. Ya, enggak, boss?" Putra menaik turunkan kedua alisnya, menggoda Axelle.

"Lah, serius? Sejak kapan tuh lo berdua baikan, Xel?" Tanya Jibril, penasaran.

"Sejak lo bertelur, Jib! Ya, itu urusan mereka. Kepo aja lo, pentil motor!" Timpal Arnold.

"Serius, anjir! Lo yang minta maaf, Xel? Demi apa? Woy! Sejak kapan baikan?" Jibril mengguncang-guncang lengan Axelle, menuntut jawaban atas pertanyaannya dengan dibuat frustasi.

"Sejak tadi."

TO BE CONTINUED.

Hope you guys like it!

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT AND SHARE YA KE TEMAN KALIAN! Also Follow me if u haven't yet 🤗

Thank you for the Vote & Comments!

Sincerely,
Lou.

More info and spoiler : Go Follow @Loucamilee_

Continue Reading

You'll Also Like

GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.4M 100K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
2.7M 132K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
512K 55.8K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
1.6M 115K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...