"Mau kemana?"
Tubuh (Y/n) menegang. Dalam hati ia mengutuk dirinya sendiri karena salah perhitungan waktu, seharusnya ia pergi lebih malam
Dengan gerakan patah patah tubuhnya berbalik. (Y/n) merasa nyawa nya sudah diambang batas ketika sang pemilik suara menatapnya tajam
"Y-yo! Giyuu" sapa (Y/n) seolah tidak ada yang terjadi
"Mau kemana malam malam begini hm?" ucap Giyuu dengan nada rendah tetapi menusuk
Oh astaga, rasanya (Y/n) akan segera mendekati ajalnya. Masih dengan nada yang dibuat tenang, ia mencoba mengalihkan pembicaraan "Wah, Giyuu, sedang apa kau malam malam begini?"
"Sudah tau kalau ini sudah malam, kan? Lalu kenapa kau ada diluar? Dengan mengendap endap lagi"
Bagus! (Y/n) salah mencari pengalihan pembicaraan. Astaga, bolehkah ia memaki Oyakata-sama karena memberinya kediaman di sebelah tempat tinggal Giyuu? Dia sangat, sangat menyebalkan!
"Jadi, mau kemana?" tanya Giyuu masih mencoba tenang. Bagi Giyuu ini masih tenang, tapi bagi (Y/n) ia serasa sedang berhadapan dengan malaikat maut
Dengan panik, (Y/n) menjawab "Itu! Mau berburu ubur-ubur!"
Plak
(Y/n) menepuk dahinya sendiri hingga memerah. Bagaimana bisa ia memikirkan alasan sebodoh itu. Ahh, ini benar benar hari paling sial yang dialami olehnya
Giyuu tentu saja bingung, alisnya terangkat sebelah menunjukan bahwa ia tidak mengerti. Mulutnya telah terbuka untuk berkata namun (Y/n) kembali memotongnya
"A-ah! Bu-bukan. Lupakan yang tadi. M-maksudku, a-aku mau itu, anu... itu loh, mau menjalankan misi" lagi lagi alasan yang bodoh keluar dari mulut (Y/n)
(Y/n) sangat benci kepanikan. Karena hal itu membuatnya mengeluarkan alasan bodoh yang tidak jarang tidak masuk di akal
"Ohh... begitu ya..."
Hah?
Apa (Y/n) salah dengar? Giyuu mempercayai alasan itu? Oke oke, mungkin dibalik kesialan sebelumnya, masih ada keberuntungan yang menunggu
Dengan nafas lega, (Y/n) berkata dengan percaya diri "Iya, benar. Kalau begitu, aku pergi dulu ya, jaa"
(Y/n) segera berbalik tapi tangannya dicekal oleh Giyuu sehingga langkahnya lagi lagi terhenti
"Begitukah? Bukannya kau baru pulang menjalankan misi? Aku yakin Oyakata-sama tidak akan memberimu misi lagi secepat itu"
(Y/n) diam tak berkata apapun. Giyuu membalikkan tubuh (Y/n) sehingga mereka sekarang ini berhadapan. Giyuu menatap (Y/n) yang lebih pendek darinya, sedangkan (Y/n) menunduk seakan kedua kakinya lebih menarik di pandang
"(Y/n), aku mohon. Jangan sembunyikan apapun lagi dariku. Apa kau tau? Saat aku tau bahwa kau memiliki 'firasat aneh' seakan tau apa yang terjadi di masa depan, aku sangat terkejut. Saat kau mencoba menyelamatkan Rengoku, dan tau tentang firasat yang mengganggu dirimu dari Oyakata-sama dan Kanroji aku sangat terkejut. Padahal aku bersama denganmu setiap hari, tapi aku tak mengetahui hal itu sama sekali? Jadi tolong, ceritakan padaku apapun itu yang mengganggu pikiranmu" ucap Giyuu panjang lebar
(Y/n) mulai mengangkat kepalanya lalu tersenyum tipis "Sepertinya aku tidak bisa menyembunyikannya lagi ya"
"Katakan, apa yang terjadi!" pinta Giyuu lebih terdengar seperti perintah
(Y/n) sempat diam beberapa saat, mencoba mengingat pertemuan pertamanya dengan musuh utama di dunia ini. Kepalanya menggeleng cepat saat mengingat betapa mengerikannya pertemuan itu [*FM1]
"Saat aku pulang dari misi sebelumnya, aku bertemu dengan Kibutsuji Muzan"
"Apa?!" Dapat ditebak wajah Giyuu sangat terkejut saat itu
"Ssssttt, jangan terlalu keras" (Y/n) menaruh telunjuknya di bibir Giyuu
Giyuu pun kembali tenang dan siap menyimak apa yang akan diceritakan oleh (Y/n). (Y/n) menarik jari yang sebelumnya ia tempatkan di bibir Giyuu
"Dia mengatakan jika alasan aku ada di dunia ini adalah karenanya"
Alis Giyuu menukik tajam tanda tidak mengerti
"Entah bagaimana caranya, Muzan bilang kalau aku memiliki darah yang langka. Dengan sengaja dia 'memanggil' ku menggunakan anggota iblis bulan atas. Tapi, saat itu kedatanganku terlambat, sehingga aku datang saat siang dan ditemukan oleh kau dan Kyou-nii. Dia bilang, dia telah mencari ku selama ini, tapi ia tak pernah menemukanku. Saat aku membantu Kyou-nii melawan Akaza, sepertinya Akaza melaporkan tentangku pada Muzan" jelas (Y/n). Tatapannya terlihat kosong saat menceritakan pertemuan itu
"Aku tidak mengerti apa yang dia maksud dengan darah langka. Yang pasti, aku sangat penting baginya, dan dia bilang tidak akan melepaskan ku. Aku takut, bagaimana jika dia datang kemari dan melukai kalian demi mendapatkan ku-"
"Dan itu menjadi alasanmu untuk kabur dari sini?" potong Giyuu
(Y/n) mengangguk lemah. Tak ada yang ia sembunyikan lagi sekarang. Saat ini, beban yang ia rasakan telah terkikis sedikit demi sedikit. Ia senang bisa mencurahkan isi hati nya pada orang lain. Tapi disaat yang bersamaan ia juga takut, bagaimana jika Giyuu tidak mengizinkannya untuk pergi?
"Kau tidak bisa menjadikan hal itu sebagai alasan untukmu kabur dari sini"
Tebakan (Y/n) benar, Giyuu pasti tidak mengizinkannya. Lalu ia harus apa? Ia tidak ingin seseorang terluka lagi karenanya, ia tidak akan cukup kuat jika harus melindungi semua Pilar
"Tapi... tapi aku takut, Giyuu. Bagaimana jika dia datang kesini lalu melukai kalian demi mendapatkan ku? Jika aku pergi, jika ada yang akan terluka maka itu hanya aku" ujar (Y/n)
"Lalu peran kami disini apa, (Y/n)? Kau pikir kami akan membiarkan Muzan mendapatkan dirimu begitu saja? Kami pasti melindungi mu" ucap Giyuu
Tidak ada lagi emosi dalam perdebatan ini, mereka mencoba sebisa mungkin untuk mengerti satu sama lain. Mereka yang sama sama keras kepala, tetapi dibalik sifat itu mereka sama sama menginginkan yang terbaik
"T-tapi, Muzan sangat kuat Giyuu. Bahkan dengan tekanan nya saja aku sampai sulit bernafas. D-dia sangat menyeramkan. R-rasanya aku bisa terbunuh dalam sekejap Giyuu, aku takut, sangat takut" (Y/n) menggeleng geleng kan kepalanya berusaha melupakan pertemuan dengan Muzan yang menurutnya sangat menyeramkan
Giyuu mengusap pipi (Y/n) lembut "Hei~ hei~, apa kau meragukan kekuatan kami? Kami adalah Pilar. Kami adalah yang terkuat dari semua pemburu iblis. Tidak mungkin kau mengira kalau kami lemah, kan?"
"Bukan begitu" (Y/n) menggeleng lemah, setetes air mata jatuh membasahi pipi "Aku takut, Giyuu, aku benar benar takut..." Tentu ia tidak bisa meremehkan kekuatan Pilar begitu saja, tapi baginya Muzan terlalu kuat untuk dikalahkan, ia hanya tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi karenanya.
Giyuu menghela nafas panjang untuk menetralkan pikirannya. Setelah beberapa saat berfikir ia pun berkata, "Pergilah ke kaki gunung Sagiri. Di Sana ada kakek tua bernama Urokodaki Sakonji. Tinggal lah bersamanya, dia guru ku saat aku masih kecil"
(Y/n) tampak terkejut dengan perkataan Giyuu " Giyuu, aku sudah bilang bahwa aku ingin pergi dari sini karena tidak ingin kalian terluka. Jika aku pergi ke ke sana, maka sama saja aku akan membahayakan guru mu!"
"(Y/n) berhentilah meremehkan kami! Guru ku adalah mantan Pilar! Aku yakin dia bisa melindungi mu jika sesuatu terjadi padamu" tegas Giyuu
(Y/n) mengusap wajahnya kasar. Mengapa Giyuu tidak mengerti juga apa yang ia inginkan? Ia hanya tidak ingin orang lain terluka karenanya. "Bukan begitu, Giyuu. Tapi-"
"Pergi ke sana atau aku teriak agar semua Pilar melarang kepergian mu!" ancam Giyuu
(Y/n) menghela nafas lelah "Baiklah, tapi aku mohon jangan beritahu soal kepergian ku pada siapapun"
"Dan membiarkan mereka mengatakan yang tidak tidak tentangmu?" ujar Giyuu
"Dengar (Y/n), jika kau pergi tanpa alasan maka sudah pasti mereka akan mengira kau seorang pengkhianat, apalagi si Pilar angin sinting yang akan dengan semangat mengompori Oyakata-sama. Aku tidak akan membiarkan mereka mengatakan sesuatu tidak jelas sedangkan mereka tidak tau perihal yang sebenarnya" tambahnya
"Tapi, Giyuu-" lagi lagi ucapan (Y/n) dipotong oleh Giyuu
"Aku hanya akan memberitahu alasan kau pergi dari sini. Aku tidak akan memberitahu mereka kemana kau pergi. Ikuti perintahku atau ucapkan selamat tinggal pada ide gila mu itu" tegas Giyuu
Sekali lagi, (Y/n) menghela nafas lelah. Ia sudah tidak memiliki pilihan lain. Ia berjanji jika dirinya dalam bahaya, maka ia akan berusaha sekuat mungkin untuk tidak merepotkan gurunya Giyuu
"Baiklah, aku menyerah" pasrah (Y/n)
"Kalau begitu, hati hati. Jaga dirimu baik baik" ucap Giyuu sambil mengelus kepala (Y/n) lalu mengecup dahinya singkat tanpa sadar
"Eh?//Eh?"
Keduanya saling tatap dan perlahan wajah mereka mulai merona. Giyuu dengan cepat memalingkan wajahnya dan (Y/n) menutup wajahnya dengan kedua tangan
Setelah dirasa merona di pipinya mereda, mereka saling bertatapan lagi
"Aku pergi," pamit (Y/n)
Giyuu mengangguk lalu (Y/n) pun segara pergi dengan berlari agar tak ketahuan lagi. Sebenarnya, alasan (Y/n) pergi dengan mengendap-endap adalah karena takut ditemukan oleh Giyuu, karena ia yakin jika Pilar lain pasti sudah istirahat saat itu
Giyuu juga mulai berbalik dan segera kembali ke kediamannya, menyisakan keheningan di tempat mereka sempat berdebat. Namun, diantara mereka tidak ada yang menyadari, bahwa ada sepasang mata tajam mengamati obrolan mereka sejak tadi
.
Di kediamannya, Oyakata-sama menikmati semilir angin malam hari menerpa tubuhnya. Dalam pikirannya ada suatu pertanyaan yang menghantui nya akhir akhir ini
'Sebenarnya apa hubungan (Y/n) dengan Kibutsuji Muzan dan Oni rembulan?' batinnya bertanya tanya
Otaknya mengingat percakapan dengan (Y/n) beberapa hari yang lalu [*FM2]
"Entah kenapa, Akaza bertingkah seperti dia mengenalku"
Ucapan (Y/n) kembali menggema di pikiran Oyakata-sama
"(Y/n)... sebenarnya apa alasan kau datang ke dunia ini..." mulutnya berucap lirih
Kepalanya terlalu banyak memikirkan banyak hal. Denyutan kecil terasa di kepalanya. Mengangkat tangan untuk meremasnya pelan
"Oyakata-sama" suara lembut menyapa pendengaran
"Amane?" tanya Oyakata-sama memastikan
"Ini sudah malam, sebaiknya kita masuk ke dalam" ucap Amane
Oyakata-sama tampak berfikir sebentar, setelah itu ia berkata, "Baiklah, kita masuk kedalam"
Amane pun membantu Oyakata-sama masuk ke kediamannya. Matanya yang buta menyulitkan Oyakata-sama untuk berjalan sehingga harus dibantu oleh orang lain
Dalam hati, Oyakata-sama berucap 'Mengapa perasaanku tidak enak ya?'
.
.
(Y/n) menangkap satu kediaman di matanya. Perlahan ia mendekat lalu mengetuk pintu pelan. Di ketukan ketiga gerakannya terhenti, otaknya memikirkan sesuatu
'(Y/n) bodoh, orang di dalam pasti sudah tidur, lebih baik aku menunggu sampai pagi' batinnya memutuskan
Tubuhnya berbalik untuk mencari lahan tempatnya bersantai. Tidak tidur satu malam bukan hal yang sulit bagi (Y/n). Baginya menatap langit berhiaskan bintang lebih menarik dibandingkan menutup matanya.
Baru beberapa langkah kakinya berjalan, telinganya mendengar suara pintu terbuka. Kepala menoleh kebelakang memastikan apa yang dipikirannya. Ternyata benar, pintunya terbuka dan menampilkan pria paruh baya menggunakan topeng Tengu di wajahnya
Dengan cepat (Y/n) berbalik dan langsung membungkuk 90° "U-urokodaki-san, namaku (F/n) (Y/n), yoroshiku. G-giyuu menyuruhku, a-ah bukan menyuruh, menyarankan, aduh... bukan menyarankan, itu... gimana ya"
'Ahhhhh, aku lupa bertanya pada Giyuu apa yang harus aku katakan padanya saat bertemu' batin (Y/n) kesal
"Itu... maksudnya-"
"Giyuu sudah memberitahukannya padaku" potong Urokodaki cepat
"Hah?"
(Y/n) mengangkat kepalanya dan menunjukan wajah bingung. Bagaimana bisa Giyuu memberitahukan soal kedatangan nya pada Urokodaki
"Masuklah dulu, ini sudah malam, udaranya dingin nanti kau masuk angin" Urokodaki mempersilahkan (Y/n) untuk masuk ke kediamannya
(Y/n) masuk diikuti dengan Urokodaki di belakangnya. Urokodaki mempersilahkannya duduk diikuti dengan dirinya sendiri juga
"Urokodaki-san, apa aku merepotkan mu? A-aku sebenarnya tidak mau ke sini tapi Giyuu memaksaku" ucap (Y/n) dengan nada panik
"Tidak apa, Giyuu sudah menjelaskan alasanmu datang kemari. Aku tidak keberatan, lagipula aku jadi memiliki teman disini" dibalik topeng Tengu nya Urokodaki tersenyum tipis
(Y/n) bernafas lega, ia sangat takut jika tidak diterima oleh Urokodaki, tapi perkiraannya salah. "Terimakasih. Aku akan berusaha untuk tidak merepotkan mu"
Urokodaki mulai bangkit dari duduknya dan pergi untuk menggelar dua futon di lantai, posisinya berjauhan tentu saja. Saat Urokodaki menggelar futon kedua, gerakannya terhenti saat mendengar perkataan yang (Y/n) ucapkan
"Urokodaki-san, jika suatu hari aku dalam bahaya, tolong jangan melakukan apapun untuk menolongku"
.
.
.
Pagi hari tiba, sinar matahari mengintip masuk lewat jendela dan kicauan burung yang menjadi alarm merdu bagi pada Pilar di masing masing kediamannya
Seperti tadi malam, Oyakata-sama sedang duduk di teras kediamannya sambil memikirkan beberapa masalah yang ada
Tapi tiba tiba, telinganya mendengar suara langkah kaki mendekat, lebih terdengar seperti orang yang sedang tergesa gesa
Orang tersebut langsung berlutut di hadapan Oyakata-sama. Memberi beberapa salam sebagai basa basi. Oyakata-sama langsung memerintahkannya memberitahu alasan dia datang kemari dengan tergesa gesa
"Oyakata-sama, saya tidak bisa menemukan (Y/n)-Chan di kediamannya!"
.
.
.
.
.
TBC
Kalian tadi liat [FM1] & [FM2] kan? Itu maksudnya Flashback Moment. Untuk yang belum ngerti aku jelasin di chapter selanjutnya (info)