minggu pertama bulan november berlalu, satu minggu itu pula pemuda berasma jevon dendalion gemar mendekati jehara andrapadu.
entah dengan alasan gadis itu sendirian, mengajaknya jalan-jalan tanpa tujuan katanya untuk menghilangkan kesedihan yang sangat tampak di raut si puan. atau mungkin seperti sabtu kemarin, seharian mengikuti sukma nona jehara hingga gadis itu muak dan melemparinya dengan gitar kesayangan si nona yang hampir rusak dilapuk tirta.
jangan tanya reaksi pemuda,
manusia itu tersenyum nyaris terkekeh
seperti orang gila sembari menggaruk telinganya.
dan hari ini ia berencana minum kopi di seberang toko buku tempat jehara bekerja.
jevon menjejak kaki ke dalam toko, indranya langsung disuguhkan jejeran buku-buku dan beberapa anak manusia di sudut-sudut meja tengah membaca.
sedang di sudut dekat pintu masuk orang-orang juga nampak mengantri untuk melakukan aksi tukar menukar.
gadis berbusana kasir selalu menjadi titik perhatiannya. rambut cepol dengan beberapa helai yang terlepas di sisi muka menambah kesan alami wajah tanpa polesannya.
diam-diam jevon mengangkat kamera. kemudian satu gambar memenuhi salah satu bilik penyimpanannya.
sekon sekon berikutnya ia habiskan dengan memandang rupa si sona. kemudian beranjak setelah atrian menipis.
"hai," sapanya pertama-tama.
seakan mengenali suara pemuda,
gadis itu enggan angkat mata.
"aku ingin membeli juga." ujarnya berusaha menarik perhatian nona.
"tinggal dipilih aja!" ucap jehara menunjuk kumpulan buku-buku itu. masih tak menaruh atensi pada jevon.
"kalau gitu, aku mau yang ini." ujarnya hati-hati.
"yaudah tinggal diambil, jevon!" ada setitik nada geram saat membalas kecerewetan pemuda itu.
sesuai perintah, jevon mengambil objek yang ia inginkan membuat jehara menoleh kaget saat jemarinya melingkar di lengan si nona sembari menariknya keluar dari loka.
"aku mau nona jehara."
jevon berencana minum kopi dengan si nona rupanya.