Pojok Ambigu Otak Kanan

By vermoza

11.2K 297 13

Kumpulan sampah dalam otak yang dirasa sayang untuk dilupakan More

Tempat Spesial Kita
Terima Kasih
Conversation
Eyes
Bus Stop
Hunter With No Name
Old Friend
Captain
Daydream
Can of Coffee
Opposite
Meet Again
24 Hours
Chocolate
LOST
Hey Ratu
The Mechanic
Gelap
Aku Siapa?
Signal
MiraTelli

Second Chance

757 17 2
By vermoza

“Naomi tolong bantuin bikin mading dong”

“Gw nyontek tugas lo dong mi”

“Bisa gantiin gw presentasi gak ? gw ada urusan mendadak nih”

Kata kata yang sering kudengar setiap hari. Mereka menganggap Aku Naomi si serba bisa pasti akan membantu mereka. Sebenarnya apa yang mereka pikirkan tidak salah toh pada akhirnya aku pasti membantu mereka.

Yah beginilah kehidupanku sehari hari. Dipenuhi disibukkan dengan kerjaan yang sama sekali bukan kepentinganku. Entah kenapa setiap teman teman dikelasku selalu meminta bantuan untuk mengerjakan tugas tugas mereka, atau hanya sekedar melihat tugas yang kukerjakan dirumah. Apakah aku sepintar itu ? aku rasa tidak, mungkin aku hanya sedikit lebih rajin dari mereka.

Tidak jarang aku harus mengorbankan waktuku untuk menolong mereka. Tidak kah mereka tahu kalu aku juga memiliki urusan juga ? Tidak tahu kah mereka bahwa aku bukan termasuk orang yang memiliki banyak waktu luang ?.

“Oh yaudah mana yang mau dibantu ?”

Senyum, ya senyum palsu yang menjadi senjata andalanku untuk menghadapi mereka. Mungkin senyum bukan jawaban yang tepat untuk semua masalahku. Tapi nyatanya senyum palsu cukup efektif untuk menjaga perasaan teman temanku karena aku tidak bisa menolak setiap permintaan mereka, sigh sampai kapan aku akan terus begini ?.

****

Akhirnya hari yang melelahkan ini berakhir, saatnya untuk pulang ke istanaku. Aku merogoh sesuatu dari dalam tas ku. Sebuah brosur, brosur pendaftaran untuk audisi sebuah grup wanita. Girlband ? aku sempat berpikir begitu karena tertulis dalam persyaratan bahwa harus bisa dance dan bernyanyi, tapi aneh di brosur tidak sedikitpun menyinggung tentang Girlband.

Cukup lama aku memandangi brosur itu, berusaha meyakini diriku untuk mengikuti audisi tersebut. Namun apakah aku mampu ? bukannya aku tidak bisa menari ataupun menyanyi tapi waktu yang menjadi kendala terbesar. Waktuku sudah cukup habis terkuras untuk ‘Menolong’ teman temanku di kampus, belom lagi waktu untuk mempersiapkan diri mengikuti audisi ini, aku tidak ingin datang hanya untuk mempermalukan diri sendiri, Oh tuhan apa yang harus kulakukan ?.

*BRUAKKK*

“….”

“Aduh..” Ucapku menahan sakit karena menabrak sesuatu.

Karena terlalu larut dalam pemikiranku sendiri aku jadi tidak memperhatikan jalanan. Menabrak sesuatu ? tunggu dulu sepertinya lebih tepat menabrak seseorang.

“Maaf aku ngelamun tadi..” Ucapku meminta maaf, dan lagi lagi senyum palsu menjadi senjata andalan.

“…” Pemuda itu hanya diam memunguti barangnya yang jatuh.

Ok pemuda ini cukup aneh. Biasanya para lelaki langsung merespon senyumanku. Yah bukannya sombong tapi banyak orang mengatakan kalo senyumanku mampu menghipnotis khususnya untuk para kaum adam.

“…”

Pemuda itu bangkit setelah berhasil mengambil barangnya yang terjatuh, dan ternyata itu adalah komik. Lalu pemuda itu berjalan menuju selokan di dekatnya dan terlihat merogoh sesuatu.

“Eh..” Aku sedikit heran dengan tingkah lakunya

Ternyata dia mengambil sebuah komik dari dalam selokan itu. Salah satu komiknya pasti jatuh saat dia bertabrakan denganku tadi. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli toh aku juga terjatuh dan merasakan sakit. Namun aku mecoba untuk meminta maaf lagi, hanya sekedar pencitraan agar aku tidak di cap sebagai wanita sombong.

“Maaf ya beneran aku gak sengaja” Lagi lagi senyumanku ku keluarkan agar dia melupakan komiknya

“…” Pemuda itu hanya diam tanpa ekspresi.

Kenapa dia hanya diam ? apakah senyumanku tidak mempan padanya ? atau dia tidak suka dengan wanita ? ahh nampaknya aku berpikir terlalu jauh.

Aku memperhatikan pria unik ini. Postur badan yang cukup tinggi, aku hanya setara dengan bahunya, rambut gaya old school dengan poni depan yang hampir menutupi matanya, dimana jaman sekarang para pria memilih model rambut klimis dengan menggunakan pomade tapi dia tetap bertahan dengan gaya rambut seperti itu yah walaupun kuakui potongan rambutnya cukup rapi.

Yang paling mencolok adalah ada bekas luka di bawah matanya. Terkesan sangar memang namun semua itu tidak terlihat karena tatapan matanya yang sejuk dan tidak memperlihatkan emosi sedikitpun. Apakah sebenarnya dia ini ? manusia ? robot ? atau alien ?.

“…” Tanpa mengucapkan sepatah kata pemuda itu langsung pergi

Apaa !!?? dia pergi begitu saja ? sial, aku tidak pernah merasa tidak dianggap seperti ini seumur hidupku. Baginya kejadian tadi seperti sebuah hal yang tidak pernah ada. Ah sudahlah buat apa aku memikirkannya. Lebih baik aku memikirkan bagaimana aku mempersiapkan diri untuk mengikuti audisi itu.

****

Aku mulai menyisihkan waktu untuk latihan. Memperbagus gerakan gerakanku dalam menari, melatih vokal dan melatih senjata andalanku senyum.

Bagaimana dengan kegiatanku ‘menolong’ orang ? yah itu masih juga kulakukan, cukup lelah memang mau tidak mau aku harus mengorbankan waktu istirahatku agar semua kegiatanku bisa kujalani dengan sempurna. Kadang aku berpikir apakah teman temanku ini tidak bisa menyelesaikan semuanya sendiri ? atau mereka hanya terlalu malas karena mereka berpikir untuk apa melakukannya sendiri toh ada Naomi yang selalu bisa diandalkan.

Apapun itu pokoknya aku harus bisa lolos audisi ini. Karena mungkin ini satu satunya cara agar aku bisa lepas dari mereka. Yah menjadi terkenal dan punya banyak uang, aku bisa kuliah di kampus manapun yang aku suka, bertemu dengan teman teman baru yang mungkin lebih mandiri dari teman temanku sekarang.

“Naomi sini deh sebentar aku gak bisa ngerjain ini nih”

“Oh iya tunggu bentar ya” Senyumanku kembali terukir di wajah

****

Akhirnya hari yang kutunggu tunggu tiba, hari audisi. Meskipun aku rasa waktunya kurang tepat karena jatuh pada hari kerja. Jadi aku harus kuliah dulu baru aku bisa pergi untuk audisi.

“Naomi, kamu dipilih untuk mensosialisasikan kegiatan charity jurusan kita ke kelas kelas”

“Eh.. tapi ?” Aku sedikit kaget

“Iya kamu”

“Kenapa aku ? apa gak ada yang lain ? aku hari ini ada urusan” Aku berusaha mengelak dari tanggung jawab yang diberikan ini

“Ayolah, gak ada yang bisa selain kamu, lagian kamu cukup di kenal di kampus ini, kalo kamu yang sosialisasi pasti banyak yang bakalan ikut, kan fans kamu banyak” Temanku merapatkan kedua telapak tangannya sambil sedikit menunduk.

“Emm yaudah deh” Ucapku terpaksa.

Akhirnya aku langsung mengerjakan tugas yang di berikan kepadaku. Aku masuk ke kelas demi kelas untuk mensosialisasikan tentang acara yang akan deselenggarakan oleh jurusanku.

Aku berusaha untuk melakukannya dengan sempurna dan secepat mungkin karena aku tidak ingin terlambat untuk sampai ke tempat audisi.

Sesuai dengan perkataan temanku, banyak orang orang yang akan berpartisipasi di acara  kami. Syukurlah tapi aku bukan bersyukur karena banyaknya partisipan yang ikut dalam acara ini tapi karena akihrnya selesai sudah tugas ini dan aku bisa bergegas menuju tempat audisi. Jujur kuakui cukup melelahkah namun aku harus menampilkan yang terbaik agar bisa lolos di audisi ini.

****

Disinilah aku sekarang. Dengan napas tersengal sengal memasuki gedung tempat audisi itu akan dilaksanakan. Aku pun berjalan menuju seseorang di belakang meja yang sepertinya punya informasi yang dibutuhkan mengenai audisi ini.

“Maaf mbak mau nanya audisinya udah dimulai ?” Tanyaku sembari mengatur nafas

“Oh mbak mau ikut audisi ? ambil nomer urut disini abis itu nunggu giliran disana ya” Dia menunjuk kearah kursi yang ramai oleh gadis gadis muda, nampaknya mereka peserta audisi juga.

“Makasih ya mbak” akupun pergi menuju tempat yang ditunjuk oleh wanita tadi.

Haah inilah kesempatanku untuk memiliki hidup yang lebih baik. Walaupun sangat lelah tapi aku tidak ingin menyia nyiakan kesempatan emas ini.

Ternyata peserta audisinya cukup banyak. Aku cukup lama menunggu hingga ketiduran beberapa kali sebenarnya bukan Cuma aku yang sempat tertidur karena menunggu di panggil, yah mau gimana lagi menunggu memang salah satu pekerjaan yang paling menyebalkan.

“Nomer 72” terdengar teriakan dari pintu tempat para peserta yang dipanggil masuk.

“Saya !!” Aku berlari menuju arah suara itu

Aku memasuki ruangan tempat audisi. Terlihat ada 3 orang juri yang akan menilai penampilanku. Ada 1 orang asing yang menjadi salah satu juri, aku tidak tau darimana asalnya, namun nampaknya dia orang asia apakah china ? korea ? atau mungkin jepang ? ah kayaknya itu bukanlah hal yang penting.

“Nama..” Salah satu juri bertanya padaku

“Shinta Naomi”

“Umur ?”

“18 tahun”

“Ok tunjukkan kemampuanmu”

Baiklah inilah saatnya. Aku menarik nafas panjang dan memulai performance ku. Gerakan gerakan yang ku latih setiap hari ku pertunjukan di depan juri. Nampaknya ini akan lancar.

Namun Ditengah tengah penampilanku tiba tiba otakku blank. Aku tidak bisa mengingat gerakanku selanjutnya, staminaku juga mulai habis, konsentrasi sudah mulai buyar apa yang harus kulakukan ?

Mau tidak mau aku harus menyelesaikan penampilanku ini. Aku mulai menciptakan gerakan gerakan baru yah meskipun tidak terlalu bagus bisa dilihat dari juri yang mulai nampak tidak tertarik dengan penampilanku tapi setidaknya aku bisa menyelesaikan tarianku.

****

Akhirnya tiba waktu pengumuman. Aku tidak terlalu berharap banyak karena penampilanku tadi memang jauh dari kata bagus. Dan seperti dugaanku aku tidak lolos audisi.

Perasaan kecewa yang sangat besar kurasakan. Aku mulai menyalahkan semuanya. Andai saja aku bisa menolak permintaan untuk sosialisasi tadi pasti aku tidak akan kelelahan, andai saja aku bisa menolak setiap permintaan teman temanku aku pasti punya waktu lebih banyak untuk mempersiapkan diri andai saja, andai saja andai sa… arrrgghh.

Kesal rasanya ketika kita tidak bisa melampiaskan amarah kita. Atau mungkin aku sudah terlalu lelah menyalahkan orang lain ?. Ah lebih baik aku pulang, tempat ini juga mulai sepi.

*Drashhh*

Sial, hujan deras turun. Aku terjebak disini sendirian, arrghh apakah dunia sudah mulai benci padaku ? ingin rasanya aku menangis sekeras kerasnya namun entah kenapa ada sesuatu yang menghalangiku untuk melakukan itu enah apa itu.

*Ckiiiit* *Clap* *Jglek*

Suara mobil berhenti di depanku atau lebih tepatnya taxi. Seseorang turun dari taxi itu, dan ternyata dia adalah Pemuda yang bertabrakan denganku kemarin. Mau apa dia disini ?.

“…” Pemuda itu menatapku di tangannya terlihat sebuah komik yang dibatasi dengan jari telunjuknya.

Aku tidak tahu harus berkata apa. Perasaanku saat ini membuatku tidak ingin untuk berinteraksi dengan orang lain. Tunggu sebentar… taxi ? ya taxi aku bisa pulang dengan taxi yang dinaiki pemuda itu tadi sebuah kebetulan yang sangat indah.

Tanpa pikir panjang aku langsung masuk kedalam taxi itu dan memberitahu arah tujuanku kepada supir taxi.

Aku melihat pemuda itu di gedung itu berdiri sendirian. Dia menyandarkan badannya di dinding dan membaca komik yang dibawanya. Siapa sebenarnya pemuda unik ini ? apa dia sengaja memanggilkan taxi ini ? aku nampaknya berpikir terlalu jauh. Bagaimana mungkin dia melakukan itu kamu bahkan tidak saling mengenal.

Tanpa sadar aku memegang pipiku. Basah ? ini bukan air hujan, apakah air mataku tadi keluar ? apa dia melihat aku menangis ?.

*****

Kurebahkan diriku di kasur. Mungkin hari ini adalah hari yang cukup melelahkan bagiku, Hingga untuk mengganti pakaian pun diri ini terlalu malas melakukannya. Haah apakah aku memang di takdirkan terjebak dalam situasi situasi ini ? situasi dimana hari hariku dilalui dengan kepalsuan ? hari hari dimana aku tidak memiliki waktu bahkan untuk menjadi diriku sendiri ?.

Namun ada sesuatu yang terlintas di pikiranku. Ya pria yang datang secara misterius itu. Siapa sebenarnya dia ? dia tidak tampak seperti pemuda biasa, aku merasakan sesuatu tentang dia namun aku tidak tahu apa itu. Kalau kalian pikir itu cinta kurasa itu sangat konyol. Cinta tidak datang semudah itu dalam intensitas pertemuan yang random dan serba kebetulan. Realistis, mulai sekarang mungkin kata kata itu mempunyai arti lebih untukku.

****

Hmmm jam berapa ini ? aku melirik ke arah jam yang ada di meja belajarku. Jam 11 malam, cukup lama aku tertidur rupanya. Kulihat aku masih mengenakan pakaianku untuk audisi tadi.

*Kruyuuukkk~~*

Ahhh perutku sudah meminta untuk diisi ternyata. Akupun mengganti pakaianku dengan pakaian rumahan. Kuberjalan ke dapur melihat apakah ada sesuatu yang bisa meredam amarah dari perutku ini dan ternyata hasilnya nihil.

Bagaimana ini ? nampaknya perutku tidak bisa menunggu hingga waktu sarapan besok. Kelihatannya mau tidak mau aku harus keluar untuk memenuhi keinginannya dan sepertinya aku juga butuh udara segar. Haha udara segar dimalam hari ? tidak kusangka aku bisa melucu juga tapi apakah itu lucu ?.

Aku keluar setelah mengenakan sweaterku, ternyata lebih tepat disebut udara yang menusuk tulang dibanding udara segar. Tidak lupa aku mengunci pintu, mengingat tingkat kriminalitas yang semakin tinggi aku tidak mau ambil resiko membiarkan rumahku tidak terkunci, tapi keluar seorang diri di malam hari bukankah sudah termasuk mengambil resiko bagi seorang wanita ?. haha satu lagi hal lucu yang bisa kuciptakan.

Tidak lama berjalan tiba tiba ada aroma yang nikmat membelai lembut hidungku. Aroma yang cukup menggoda dan membuat perutku kegirangan.

“Wah Kayaknya enaktu” Ucapku sambil menghampiri arah datangnya aroma itu

Sebuah gerobak di sudut jalan, dari situlah aroma sedap itu berasal. Nampaknya nasi goreng dari gerobak itu sumber dari aroma itu. Aku pun duduk di bangku plastik yang sudah disediakan.

“Bang nasi gorengnya satu dong” Aku langsung memainkan HP ku

Tidak terdengar balasan dari si penjual yang sedang memasak seporsi nasi goreng itu.

“sombong amat ni yang jual” pikirku

“Eh maaf neng mau pesen ya ?” Seorang bapak bapak dengan pakaian khas penjual nasi goreng membuyarkan lamunanku

Lho ? kalau ini si penjual nasi gorengnya lalu yang memasak itu siapa ?

“Eh.. iya pak nasi gorengnya 1 dong makan disini aja”

“Bentar ya neng” Bapak itu lalu pergi menghampiri pria yang sedang memasak lalu duduk di sebelahku

Rasa penasaranku rupanya terlalu besar hingga aku mulai bertanya kepada bapak si empunya gerobak nasi goreng itu.

“Bapak yang punya gerobak ini ?”

“Iya neng emang ada apa ya ?”

“Trus yang masak itu siapa ? anak bapak ?”

“Oh bukan adek yang masak itu bukan anak saya kok”

“Terus ?”

“Bapak nemuin dia  pingsan di jalan, badannya basah kuyup kayaknya dia ujan ujanan” Jelas bapak itu

“Hmmm” aku masih menyimak cerita penjual nasi goreng itu

“Akhirnya bapak bawa dia kerumah, Kayaknya dia nyasar deh soalnya yang dia bawa Cuma komik”

“hah komik ?” ucapku dalam hati

“Adek itu pelit banget ngomong, tapi kayaknya dia orang baik deh, buktinya dia mau bantuin bapak jualan dan ternyata masakan dia enak banget jadi bapak sedikit kebantu deh” bapak itu mengakhiri certitanya

Aku terlalu asik mendengarkan cerita bapak itu hingga tidak menyadari ada seseorang yang berdiri didepanku. Dia memegang sepiring nasi goreng dan nampaknya itu adalah pesananku

“…” Dia menyodorkan sepiring nasi goreng padaku

“Ma..makasih.. eh !!!” Aku mengenal sosok ini, ya tidak salah lagi.

Dia adalah pria unik yang kutemui belakangan ini. Pemuda pendiam dengan komiknya. Kenapa dia bisa ada disini ?.

“Makasih ya dek udah bantuin bapak, Nih buat kamu” Bapak penjual nasi goreng itu memberikan sepiring nasi goreng pada pemuda itu.

“…” Dia hanya mengangguk dan duduk disebelahku dengan nasi gorengnya.

Aku masih terdiam. Nasi gorengku belum tersentuh. Aku memperhatikan pemuda itu melahap nasi gorengnya. Mungkin dia sadar kalau dirinya kuperhatikan dari tadi. Dia pun menatapku.

“…Kenapa ?” Kata pertama kudengar dari mulutnya

“Eh…gak kenapa kenapa kok” Aku langsung menyendok nasi gorengku yang dari tadi kubiarkan

Ternyata dia bisa bicara. Awalnya aku berpikir kalau dia itu bisu tapi ternyata tidak, dia hanya irit bicara.

“Nama Kamu siapa ?” Aku mencoba mengeluarkan senjata andalanku

“…Vermo…Lebih baik kau hentikan senyum palsu itu” Jawabnya ketus.

Haaaah ?!! dia tau kalau senyumku itu palsu. Pemuda bernama Vermo ini adalah orang pertama yang menyadari bahwa senyumku ini palsu. Pantas saja senjata pamungkasku ini tidak mempan terhadapnya. Ok setidaknya aku tau kalau dia bukan orang dengan penyimpangan seksual apakah aku terlalu cepat menyimpulkan itu ?.

Aku masih penasaran dengan pemuda yang mengaku bernama Vermo ini. Siapa sebenarnya dia ? dan bagaimana dia mengetahui senyum palsu yang biasa kugunakan mungkin lebih baik kutanyakan sekarang untuk membunuh rasa penasaranku tentunya setelah aku menghabiskan nasi goreng yang kelihatannya lezat ini.

“Enaaaaak~~” tanpa sadar aku mengucapkan kata itu karena jujur nasi goreng ini benar benar enak

“…” Dia menatapku dengan tatapan sejuk yang masih tidak memancarkan emosi apapun.

“Kamu belajar masak dimana ? kok bisa seenak ini” yah jarang kutemui pria semuran dia yang pintar memasak jadi wajar aku sangat tertarik.

“…Apa kamu suka mengurus sesuatu yang bukan urusanmu ?” Balasnya dingin

“…” Tidak kusangka jawabannya seperti itu, dasar pemuda yang menyebalkan.

Piringku sudah kosong, nasi goreng yang tadi menjadi isinya sudah berteleportasi ke perutku, saatnya pulang, tapi tunggu dulu, sepertinya ada yang ganjil tapi apa ya ? oh iya komik !, pemuda itu tidak membaca komiknya. Sebegitu tertarikkah aku dengan dia sehingga hal sekecil itu bisa menarik perhatianku ? lebih baik kutanyakan saja kabar barang kesukaannya itu, kurasa.

“Gak baca komik ?” Kuambil sebotol air mineral yang kubeli di pedagang kaki lima

“…” Dia hanya menggeleng

“Kenapa ?”

“hahhh” Dia menarik nafas panjang, nampaknya dia tidak nyaman kutanyai terus “….Komiku basah kena ujan…”

Hah ? kena hujan ? berarti kemarin dia pulang jalan kaki ?.

“Emangnya kamu dari mana ?” aku mencoba bertanya lebih dalam

“…Aku ketiduran di taksi, uangku habis buat bayar ongkos…saat aku turun ada cewek bodoh menangis yang naik taksiku…karena hujan gak berenti aku putuskan buat jalan….dan akhirnya pingsan karena kelaparan…” Jelasnya

Cewek bodoh katanya ? apa yang dia maksud itu aku ? tentu saja aku siapa lagi coba ? tapi nampaknya dia belom menyadari kalau cewek yang disebutnya bodoh itu aku.

“Maaf…yang kamu bilang cewek bodoh itu aku” ucapku mencoba mengklarifikasi

“…hmm…ternyata kamu…dasar cengeng”

Pertama dia sebut aku bodoh sekarang cengeng, apa sebenarnya maksudnya ? apa dia tidak tahu apa yang sudah kualami ? ah lebih baik aku pulang daripada memikirkannya.

Aku pun beranjak dari tempat dudukku dan bersiap pulang. Setelah membayar nasi goreng yang kumakan akupun berjalan menuju rumah namun tiba tiba…

*Greb*

Ada yang memegang tanganku. Reflek aku berbalik, melihat siapa yang melakukannya. Ternyata pemuda yang bernama  Vermo itu sedang memegang tanganku. Apa yang diinginkannya ?

“…Tunggu…Kamu pulang sendirian ?” Dia masih memegang tanganku

“Iya kenapa ?”

“…Hati hati…disana gelap…dan ‘anjing liar’ biasanya berkeliaran…” dia melepas tanganku dan kembali bersiap memasak nasi goreng

Apa apaan itu ? dia kira aku anak kecil yang bisa termakan dengan tipuan murahan seperti itu ? lebih baik aku segera pulang sebelum orang rumah menyadari aku tidak berada di kamarku.

Aku pun berjalan menuju istanaku hmm mungkin rumah lebih enak didengar daripada istana. Baru kusadari ternyata jalanan ini cukup gelap, benar juga yang dia katakan bagaimana kalau anjing liar itu juga benar ? ah sudahlah memikirkannya hanya membuatku semakin takut.

*Greb*

Lagi lagi aku merasakan ada sesuatu yang memegang tanganku. Pasti dia lagi yang mencoba memperingatiku akan sesuatu.

“Apaan lagi sih iya aku tahu kalo jalanan ini gelap” aku menoleh kebelakan

Aku terkejut, ternyata bukan si pemuda unik itu yang menahan tanganku. Seorang pria dengan badan besar yang mengenakan tang top yang melakukannya. Dibelakangnya ada 2 orang lagi yang satu kurus tinggi dengan mata yang mengerikan dan seorang lagi agak gemuk dengan senyum yang menjijikan melihat kearahku.

“Mau kemana dek malem malem ?” Pria berbadan besar itu mengencangkan genggamannya

“Aw… sakit…” Aku berusaha melepaskan tanganku

“Uuu..ddaaah…ii…kuutt..kkkkitaaa.aajjaaa.” Ternyata yang tinggi dan kurus kurang lancar dalam berbicara.

“Eh apa apaan ini lepasin” Aku meronta berharap tanganku bisa lolos namun apa daya genggamannya terlalu kuat untuk wanita sepertiku.

Mungkin ini yang dia sebut anjing liar. Kenapa dia tidak mengatakan terus terang saja  ? agar aku lebih waspada dan tidak terjebak dalam situasi yang tidak kusuka lagi, mungkin kali ini aku tidak bisa selamat oh siapapun tolong aku.

*Tap tap tap*

Suara langkah kaki ? nampaknya teman mereka bertambah, apakah situasi tidak bisa lebih buruk lagi ?.

*Tap tap tap*

Suara langkah kaki itu semakin dekat, mulai terlihat siluet seseorang dibalik gelapnya malam. Sosok itu semakin dekat aku mulai pasrah hingga akhirnya sosok itu terlihat jelas dibawah sinar lampu jalan yang berulang kali hidup-mati Vermo !!.

“…Kamu lupa…Kembalianmu….” Dia menghampiriku menyerahkan sekumpulan uang

Aku berusaha untuk meronta namun pria badan besar ini menatapku tajam seperti memberi kode agar tetap tenang jika aku masih ingin melihat indahnya matahari pagi esok hari.

“…Ternyata kamu pulang sama temen….bagus….jadi gak perlu takut sama anjing liar….” Dia pergi meninggalkan kami

Tunggu mereka bukan temanku. Bagaimana mungkin aku mempunyai teman seperti mereka ? bukankah mereka terlihat seperti orang jahat ? ah habislah aku.

“Hahaha ternyata dia cowok yang bodoh, dia pikir kita teman gadis ini” Pria tersebut nampaknya senang rencana busuknya tidak terungkap.

*Grauppp*

“Arrrggggghh gadis sialan”

Aku menggigit tangannya saat dia sedang lengah. Cih begini rasanya daging manusia ternyata wajar saja kalau jual beli daging manusia dilarang.

“Ku beri pelajaran kau dasar gadis sialan” Pria tersebut mengeluarkan pisau lipat dari sakunya

“Kyaaaa~” Aku menutup mata saat pria tersebut akan menusukan pisanya kearahku

*Jleb*

Sesuatu menetes di wajahku. Apa ini ? hangat dan sedikit kental yang jelas ini bukan air mata, Apakah aku sudah mati ? tapi kenapa aku tidak merasakan sakit ?. Kuberanikan diri membuka mataku, sesosok pria dengan darah mengucur di lengannya dan sebuah pisau tertancap disana.

“….siapa yang kau bilang bodoh…..” Pria itu mencabut pisau dari lengannya

Dia…Vermo ?!!!. dia datang kembali untuk menolongku. Jadi sesuatu yang menetes di wajahku ini ? darahnya ? tapi kenapa dia mau melakukan ini ?.

“Ke..kenapa ?” Dengan sisa tenagaku aku mencoba bicara

“….Mereka bilang aku bodoh…”

“Awasss!!!” Teriakku memperingatkan Vermo

“…” Dia bangkit dan berdiri membelakangiku namun kali ini dia berbeda.

Mendadak atmosfer disekitarku berubah. Kenapa ini ? mendadak aku kesulitan bernafas dan udara menjadi lebih dingin hawa mengerikan sepertinya inilah rasa takut yang sebenarnya.

“…Kalian…mau mati ?...” Vermo berkata kepada tiga orang jahat itu yang berdiri terdiam, nampaknya mereka merasakan apa yang aku rasakan.

Vermo kali ini sangat berbeda. Tatapan sejuknya berganti degan tatapan tajam layaknya orang yang ingin menghabisi lawannya, aku takut, lebih takut daripada saat bertemu ketiga preman tadi.

Aku tidak bisa bergerak, bahkan mengucapkan satu kata pun sangat sulit sementara Vermo hanya berdiri disana menatap para anjing liar itu yang senasib denganku. Entah kenapa aku merasa sesak, sulit bernafas, ah perasaan apa ini ? dan lama kelamaan kesadaranku pun hilang, hal yang terakhir kulihat adalah Vermo menghampiriku ternyata dia bukan mau menyelamatkanku dia lebih menakutkan, aku hanya bisa pasrah menerima apapun yang terjadi.

****

*Kriiiing Kriiiiing Kriiiing*

Suara alarm membangunkanku. Akupun berjalan menuju meja belajarku untuk mematikan alarm itu. Ahh nampaknya aku masih butuh tidur lagipula aku tidak berencana untuk masuk kuliah hari ini kasur yang hangat dan nyaman adalah pilihan terbaik. Tunggu dulu ada yang aneh ? Alarm ? Meja belajar ? Kasur ? ini kan kamarku ?!!!. Aku berlari menuju cermin kulihat aku masih mengenakan sweater semalam.

“SINKAAAAAA !!!!” aku berlari keluar kamarku

“Apaan sih kak pagi pagi udah ribut” Ternyata adikku sedang menikmati sarapannya

“Semalem kakak pulang sama siapa ?”                                                                                              

“Loh bukannya itu temen kakak ?”

“Temen ?” Aku mengerutkan dahiku

“Yang pelit ngomong itu lo, katanya kemaren dia nemuin kakak lagi tidur sambil  jalan trus dia anter deh”

“Dia nganter kakak sampe kamar ?” aku mulai panik.

“Ya enggaklah aku yang gotong kakak ke kamar, lagian siapa yang mau masuk ke kamar yang berantakan kayak gitu” Pipi gembulnya terlihat semakin besar saat mengunyah makanan

Ternyata dia mengantarku ke rumah. Tapi bukannya kemarin dia terluka ? kupikir lukanya cukup parah aku harus menemuinya. Tapi sosoknya yang kemarin sedikit menggoyangkan keinginanku untuk bertemu lagi dengannya, bagaimana kalau itu adalah sosok aslinya ? bahkan melihatnya saja aku pingsan. Arrgghh apa apaan sih aku ini ? bukankah dia sudah menolongku ? tidak pokoknya aku harus bertemu dengannya.

Segera aku bersiap siap untuk mencari Vermo. Namun kemana harus kucari ? aku bahkan tidak tau dimana dia tinggal. Ah sudahlah yang penting aku harus mencoba dulu.

****

Ternyata mencari sesuatu yang tidak jelas itu cukup melelahkan, ditambah matahari yang sepertinya sedang bersemangat membakar kulit para penghuni bumi membuatku ingin menyudahi pencarian ini.

Tempat pertama kali kami bertemu, Gedung audisi, Pangkalan bapak penjual nasi goreng sudah kusambangi namun hasilnya nihil. Aku beristirahat sebentar di sebuah halte bus nampaknya pencarian akan kulanjutkan besok. Lagian aku tidak punya informasi apapun tentang dia, yang aku tau hanya sebatas nama. Hah dimana lagi aku harus mencari seorang pria pendiam yang gemar membaca komik…komik ? ya komik bukankah dia sangat suka komik ? dimana lagi seorang maniak komik akan menghabiskan waktu kalau bukan di toko buku ? ah kenapa aku tidak memikirkannya dari tadi.

Disana ! tepat beberapa meter lagi aku sampai di sebuah toko buku. Aku harap dia ada disana soalnya aku sudah cukup lelah mencari dan sepertinya aku tidak sanggup lagi melanjutkan pencarianku hari ini jika dia tidak ada disini.

“Pergi sana !!!!” Seseorang berteriak nampaknya suaranya dari arah toko buku.

“…” Seorang pria keluar dari toko buku itu

“Kerjaan kok Cuma numpang baca tiap hari, jangan datang lagi !!!” orang yang berteriak tadi masuk kembali ke dalam toko buku

Vermo !!! tepat dugaanku, pria yang diusir tadi adalah vermo terima kasih tuhan akhirnya aku bisa menemukannya eh tapi.

*Bruak*

Ehhhh dia terjatuh ?! aku pun berlari menghampirinya, apakah luka kemarin cukup parah sehinggap membuatnya pingsan ?.

“Ver bangun Ver ayo “ Aku menggoyang goyangkan badannya berharap dia segera sadar.

*KRUYUUKKK~~~*

Suara ini ? sigh ternyata dia kelaparan. Sedikit menyesal aku sudah menghawatirkannya seperti orang bodoh. Tapi untunglah aku tidak bertemu dengan dia yang kemarin.

****

*Kraup haaupp hap hap*

Ok ini sedikit menggelikan. Dia makan seperti orang yang belum makan selama 1 bulan. Disinilah kami sekarang di taman kota duduk di bangku yang keras, tentu saja keras apa yang aku harapkan  ? sebuah sofa di taman umum ? lucu.

Vermo telah sadar setelah aku membelikan dia makanan. Kelihatannya luka semalam bukan masalah baginya, dia tidak terlihat kesakitan sedikitpun.

“…makasih…” Dia membersihkan sisa makanan dari mulutnya

“Sama sama”

Dan kamipun kembali terjebak dalam suasana hening. Tidak ada yang mencoba membuka sebuah percakapan. Jelas saja lawan bicaraku adalah orang yang pelit bicara.

“…kenapa gak kuliah….” Pertanyaannya mengejutkanku

“Eh tau darimana ?” aku sedikit kaget, apakah dia punya kekuatan membaca pikiran ?

“…Nebak aja…dari reaksi kamu…pasti lagi bolos…” dia membersihkan sisa makanan yang ada dimulutnya

“Males aja” balasku singkat

“…Pasti lelah…Memasang senyum palsu…selama jam kuliah”

Eh ? Sepertinya dia bisa tahu masalahku. Ok aku mulai merasa aneh dengan keunikannya

“Tentu saja banyak hal terjadi belakangan ini”

“…gak bisa bilang ‘Tidak’…Gagal dalam meraih impian…Dan hampir jadi korban kriminalitas… tidak buruk”

“Tidak buruk katamu ? sebenernya maniak komik kayak kamu tahu apa ?” nampaknya amarahku mulai tersulut.

“…Dibanding dijauhi orang karena takut…Dibenci orang yang berharga padahal kamu coba menolongnya… dan…tersesat”

Aku terkejut mendengar ceritanya. Jujur dibandingkan apa yang kualami nampaknya kejadian yang menimpanya jauh lebih menyakitkan.

“Jadi itu sebabnya kamu berpura pura jadi pendiam ?”

“…Pura pura ?... tidak…aku emang begini…” Dia menyenderkan badannya di kursi

“Jadi yang kemaren itu ?” aku memberanikan diri untuk menanyakan itu, aku sudah bersiap untuk kemungkinan terburuk.

“…Itu…juga aku…”

Dia mengakui sisi mengerikan yang dimilikinya tanpa ragu. Aku salut dia tidak berusaha menjadi orang lain agar bisa diterima di lingkungannya.

“…Kamu orang kedua….yang berani menemuiku….setelah melihat…sisi lainku…”

“Orang kedua ?” Aneh kukira Cuma aku yang mau melakukan hal bodoh itu

“…Yang pertama…Anggap saja dia yang menyelamatkanku…dari jurang kesepian…” Dia tersenyum

“Pasti dia orang yang hebat”

“…Tidak…dia ceroboh, berantakan, dan bodoh…”

“Bagaimana bisa ?” aku mulai penasaran

“…yah mungkin orang yang bisa segalanya bisa mengatasi masalahmu…tapi…kamu butuh orang yang tepat…untuk menutup lubang dihatimu…”

Kata kata yang tidak kusangka akan kudengar dari orang seperti dia. Mendadak aku seperti lupa dengan masalah masalahku dan muncul sebuah semangat baru. Semangat yang entah darimana datangnya, nampaknya dia menyadari hal itu.

“…masih mau menyerah… ?” pertanyaan itu muncul tiba tiba dari mulutnya, sepertinya dia benar benar punya kekuatan psikis

“Tentu tidak, hanya saja… aku gak tahu harus mulai dari mana”

“…Dasar gadis bodoh…” Dia bangkit dari tempat duduknya “...Lebih baik kau gak usah menemuiku lagi…”

Apa ? apa sebenarnya yang dia maksud ? aku benar benar tidak mengerti sungguh tidak ada alasan yang jelas mengapa dia mengatakan hal yang kejam seperti itu. Bukankah dia bilang aku salah satu orang yang mau menemuinya lagi setelah melihat sisi lain dirinya ? bukankah itu tandanya dia menganggap aku lebih spesial dari orang orang lainnya.

Ternyata pertemuan ini tidak berakhir seperti yang kuharapkan. Kulihat dia sudah berjalan menjauhiku. Entah kemana tujuannya tapi sepertinya dia benar benar tidak ingin bertemu denganku lagi.

Dari kejauhan aku melihat dia berbalik. Dia menatapku dan dia menunjuk kearah bangku tempat dia duduk tadi. Terdapat sebuah kertas putih seperti kertas yang digunakan untuk membuat brosur dan disitu tertulis.

“…Jangan temui aku lagi… Setidaknya sampai kau sudah berhasil meraih mimpimu…dan komikmu akan kujadikan jaminan…”

Aku mengecek tasku dan ternyata benar, komik yang kubeli di toko buku tadi sudah tidak ada. Sial, aku mengambil kertas yang dia tinggalkan. Kuangkat tinggi tinggi kearah matahari. Ini Cuma kertas bia…tunggu dulu ada sesuatu di balik kertas ini. Buru buru aku membalik kertas tersebut.

“Formulir pendaftaran audisi Generasi kedua” Aku membaca apa yang ada di kertas tersebut.

Ternyata ini yang dia maksud meraih mimpiku. Kesempatan kedua untuk diriku agar bisa mencapai apa yang kuinginkan. Aku mau mengucapkan terima kasih tapi dia sudah menghilang entah kemana.

Dengan ini aku berjanji, Aku akan mengambil kembali komik itu dan saat itu terjadi aku sudah berhasil meraih mimpiku.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 32.1K 60
In which Daniel Ricciardo accidentally adds a stranger into his F1 group chat instead of Carlos Sainz.
293K 14.2K 94
Riven Dixon, the youngest of the Dixon brothers, the half brother of Merle and Daryl dixon was a troubled young teen with lots of anger in his body...
1.5M 26.1K 53
What if Aaron Warner's sunshine daughter fell for Kenji Kishimoto's grumpy son? - This fanfic takes place almost 20 years after Believe me. Aaron and...
82.6K 2.7K 27
Yn was married to a cold man, Kim Taehyung, the Mafia King, who never showed any emotion towards her. He never trusted her and it caused him to take...