My Only Wish ✨ Christmas Even...

By Markrentown

7.2K 638 79

"Santa, can you hear me? Please make my wish come true." Oneshoot/Ficlet/Drabble of Markren from Markren's ci... More

✨ Hi ✨
✨ Christmas Party✨
✨ Wishes ✨
✨ Santa Tell Me ✨
✨ Christmas Gift ✨
✨ Miracle in December ✨
✨ Just Like Christmas Day ✨
✨ White Christmas✨
✨ I Saw Mommy Kissing Santa Claus ✨

✨ Wish ✨

886 82 8
By Markrentown

Wish

Story by : lionhuang

Pairing : Mark Lee & Renjun Huang

Rate : T

Genre : Angst, romance

24 Desember 2020

"Besok adalah natal pertama yang ku lewati tanpa dirimu, Mark. Kuharap aku bisa melewati nya sendirian."

Renjun menggigit bibirnya menahan suara seraknya agar tidak berubah menjadi isak tangis. Menatap gundukan tanah merah depannya membuat Renjun teringat kembali kejadian satu tahun lalu kecelakaan maut yang merenggut nyawa kekasihnya, Mark.

Sudah satu tahun tapi Renjun belum bisa menerima kepergian sang kekasih, satu-satunya orang yang dimilikinya dalam hidup setelah kepergian kedua orangtuanya. Kini, saat Mark sudah pergi, Renjun kembali sendirian tanpa ada yang menemani nya.

Terlalu larut dalam kesedihan, Renjun segera menguatkan hatinya lagi agar lebih tegar. Ia tidak boleh terus-menerus bersedih karena Mark tentu tidak suka. Mark selalu bilang agar Renjun menjadi orang yang kuat.

Renjun lihat jam tangan nya yang menunjukkan pukul lima sore. Segera ia beranjak untuk kembali ke rumah dan menyiapkan segala sesuatu untuk hari Natal besok.

~ W I S H ~

Renjun selesai dengan pekerjaan rumahnya. Membereskan rumah, memasak, menghias pohon natal dan menata beberapa kue di atas meja tamu lalu mandi setelahnya. Meskipun ia tinggal sendirian, tapi biasanya ada anak-anak kecil yang sering datang mengunjunginya. Pribadinya yang ramah dan penyayang membuatnya disukai anak-anak. Selama inilah Renjun hidup berteman bocah-bocah kecil menggemaskan yang membuatnya tidak merasa begitu kesepian.

Selesai dengan pekerjaannya Renjun duduk didepan rumahnya. Terdapat sebuah tempat duduk kayu didepan rumahnya yang menghadap ke jalanan. Rumah Renjun tidak berada di pinggiran kota yang ramai, melainkan hanya rumah kecil sederhana diantara padang rumput yang asri.

Cuaca malam ini cukup cerah sehingga Renjun bisa melihat bulan dan taburan bintang kelap-kelip diatas sana, membuatnya merasa tenang dan damai meskipun kesepian. Senyumnya terukir, ia pikir Mark sedang menatapnya dari atas sana.

"Jangan khawatir, Mark, aku bisa tanpamu." katanya lembut, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Menit terus berjalan, tanpa terasa haru sudah malam, suasana begitu sunyi dan senyap. Hanya suara jangkrik dan hewan malam yang mengisi keheningan. Renjun memang selalu lupa diri jika sedang mengenang Mark. Bahkan udara dingin yang melanda pun tidak Renjun sadari sampai tiba-tiba ia bersin.

"Hattchii~"

Si kecil mengusap hidungnya yang memerah. Barulah ia sadar bahwa udaranya sangat dingin, dan Renjun hanya mengenakan baju tipis lengan pendek. Ia kembali melihat jam tangannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 23:59. Ya ampun, satu menit lagi pergantian hari yang artinya sudah tiba hari Natal.

Ini waktu nya?

Renjun pun menangkupkan kedua tangannya dan memejamkan matanya sambil mendongak ke atas, ke arah langit gelap berhias bintang, menyampaikan keinginannya di hari natal kali ini.

Selesai berdoa Renjun kembali membuka matanya dan tersenyum. Harapannya di hari natal kali ini sudah ia ungkapkan tepat di menit pergantian hari. Kini saatnya Renjun tidur untuk melakukan aktivitas besok hari.

~ W I S H ~

Renjun terbangun saat merasakan hawa dingin menyapu kulit tubuhnya. Membuka matanya perlahan, Renjun mengambil kesadarannya sebelum akhirnya bangun menatap luar jendela yang memperlihatkan tumpukan salju menyelimuti bumi. Sejak kapan salju turun? Pantaslah Renjun merasa kedinginan.

Ia menguap sesaat kemudian melihat jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul delapan pagi. Hah~ Renjun hampir lupa kalau ini adalah hari Natal. Sangat tidak istimewa, bukan? Dulu.. Renjun selalu bersemangat bangun pagi dihari natal lalu membangunkan Mark untuk diajak merayakan natal berdua. Tapi sekarang.. sudahlah, Renjun tidak boleh terlalu sedih, kan? Dia sudah bilang pada Mark bahwa dia bisa hidup tanpa Mark.

Renjun beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Jika turun salju begini biasanya anak-anak akan ramai bermain salju dan membuat boneka salju di padang. Si Huang tersenyum, tidak sabar ingin menghampiri anak-anak itu dan bermain bersama.

Tiga puluh menit Renjun gunakan untuk mandi dan berganti pakaian. Usai dengan baju hangat, mantel, kupluk dan syal untuk melindungi tubuhnya dari suhu dingin, Renjun keluar dari kamarnya bersiap untuk pergi. Namun langkahnya terhenti begitu melihat seseorang berdiri menghadap pohon natal nya, terlihat sedang menata kembali hiasan pohon natal itu.

Renjun bergeming masih ditempatnya dengan tatapan bingung dan heran. Siapakah orang asing yang sudah masuk kerumahnya di hari baik ini. Maling kah? Hingga beberapa menit kemudian sosok itu berbalik menghadap nya sambil menunjukkan senyumnya.

"Oh? Sudah bangun, tuan putri?" sapanya terkekeh.

"Mark?"

Renjun tidak mengerti apa maksudnya ini, tapi orang didepannya benar-benar Mark, orang yang sangat ia harapkan kehadirannya di hari baik ini. Dan dia benar-benar datang. Tapi bagaimana...

"Sampai kapan kau akan melamun memandangi ketampanan ku, hm?" Mark melangkah mendekat ke arah Renjun,namun Renjun mundur perlahan seakan menghindar, membuat Mark tertawa kecil.

"Hei, kenapa? Ini aku, kekasih tampan mu. Ayo rayakan Natal bersama seperti tahun-tahun lalu," senyum khasnya benar-benar terpatri diwajahnya. Renjun bergeming saat Mark semakin mendekati nya.

"Selamat hari Natal, sayang." ucapnya lembut dengan bumbu kecupan manis di keningnya.

Renjun tidak membalas, masih terlalu syok dengan kehadiran Mark yang membingungkan. Meski tak dipungkiri bahwa Renjun pun merasa senang, tapi juga bingung.

Apakah ini mimpi?

"Ini aku. Benar-benar aku, Mark Lee yang Renjun cintai," ujar Mark percaya diri seolah mampu membaca pikiran Renjun yang kebingungan. "Sudah jangan dipikirkan. Ayo pergi, kita bagikan hadiah-hadiah ini untuk anak-anak."

Kini beberapa kotak kado sudah ada di atas meja tamu nya. Lagi-lagi Renjun bahkan tidak menyadarinya sejak tadi. Sejak kapan ada tumpukan kado diatas meja itu.

"Kau dapat kado ini dari mana?" tanya Renjun yang akhirnya membuka suara.

"Dari Santa?" Mark menyengir atas jawaban nyeleneh nya. Lalu menggamit tangan kanan Renjun dan mengajaknya pergi. "Ayo. Mereka pasti sudah menunggu."

Renjun hanya pasrah dengan segala kebingungannya.

Keduanya berakhir di sebuah lahan kosong yang luas. Lahan yang tadinya padang rumput kini jadi padang salju karena terselimuti salju putih. Seperti dugaan Renjun, disana sudah banyak anak-anak yang tengah bermain salju bersama. Ada yang main perang-perangan saling lempar bola-bola salju, ada yang membuat boneka salju, dan kejar-kejaran.

Mark menarik tangan Renjun untuk mendekat, menyapa anak-anak itu. Menyadari kedatangannya, anak-anak itu langsung memekik kegirangan menghampirinya.

"Kak Mark, kak Injun!" seru mereka.

Mark menyambut nya ramah. "Hai, anak-anak. Maaf kami terlambat." Ucap Mark.

"Tak apa, kak. Kami menunggu sambil bermain salju." Jawab salah satu bocah. "Hadiah kami?" si kecil menanyakan hadiah natalnya pada Mark seolah Mark sudah menjanjikan pada mereka.

"Ada. Santa Claus menitipkan nya padaku. Ambilah." Dan Mark pun langsung mengambil hadiah yang dibawanya tadi kemudian membagikan pada anak-anak yang memekik kegirangan.

"Yeay! Terimakasih, kak! Selamat Natal. Semoga hal baik terus menyertai kalian." ucap mereka tulus lalu berlari menuju tempat bermainnya pada salju-salju tadi. Tanpa sadar Renjun tersenyum hangat melihat raut wajah bahagia anak-anak itu, juga melihat ketulusan doa yang diucapkan untuknya dan Mark.

Sepeninggal bocah-bocah itu, Renjun menatap Mark yang masih memandangi bocah-bocah itu bermain dengan senang. Renjun sentuh tangan Mark yang membuat Mark mengalihkan pandangannya.

"Terimakasih sudah datang."

"Sudah seharusnya aku menemani mu." Balas Mark tersenyum. Kemudian menarik Renjun duduk di tempat duduk kayu. Mark membersihkan saljunya terlebih dahulu untuk diduduki Renjun dan dirinya.

"Mark, bagaimana bisa kau datang..."

"Ssttt.." ucapan Renjun terputus saat jari telunjuk Mark membungkam bibirnya. "Berhenti memikirkan itu, yang penting aku bisa menemani mu sekarang. Karena aku pun tidak bisa melihatmu merayakan nya sendirian, sayang." Tutur Mark lembut.

"Tapi.."

"Ayo kita habiskan waktu berdua seharian ini. Kau mau kita melakukan apa?" tanya Mark kembali memotong ucapan Renjun.

Renjun yang sudah menyerah untuk bertanya pun akhirnya memilih pasrah. Benar kata Mark, yang terpenting sekarang adalah Mark datang dan Renjun tidak kesepian merayakan natal sendirian. Natal seperti tahun-tahun lalu yang ia lewati bersama Mark.

"Apapun asalkan bersama mu, Mark." putus Renjun akhirnya. Mark tersenyum kecil.

"Membuat boneka salju sepertinya seru. Nanti kita beri nama bonekanya dan anggap itu anak kita," ujar Mark mulai nyeleneh. Renjun memukul lengan si Lee sambil mendengus geli.

"Konyol."

"Ayo."

Mark kembali menarik Renjun untuk mengambil tempat yang agak jauh dari anak-anak tadi untuk bermain salju. Lagi-lagi Renjun hanya tertawa geli melihat tingkah laku Mark yang ia rindukan sejak setahun ini tanpanya.

Mereka mulai membuat boneka salju sambil sesekali bercanda. Saling lempar salju dan tertawa lepas seperti tanpa beban pikiran. Renjun benar-benar melupakan kesedihannya, melupakan kenyataan bahwa Mark sudah tidak ada. Ia pikir ini hanya mimpi, tapi Renjun merasa seperti nyata bisa bertemu Mark.

Tanpa sadar mereka sudah menghabiskan waktu setengah dari dua puluh empat jam. Hari mulai sore bahkan hampir memasuki waktu malam. Anak-anak yang bermain tadi tampak sudah tidak ada disana. Mereka pulang tanpa pamit.

Renjun menatap Mark yang sedang membersihkan bajunya dari salju-salju yang menempel lantas beralih ke Renjun.

"Sudah hampir gelap, ayo kita pulang." Mark mengulurkan tangannya berniat membantu Renjun berdiri. Renjun menyambut baik dan berdiri setelahnya. Mark membantunya membersihkan salju di bajunya kemudian.

"Ayo pulang." Renjun mengangguk, mereka pulang ke rumah Renjun, berjalan beriringan dengan tangan saling bertautan mesra.

~ W I S H ~

Makan malam bersama dengan sup daging sapi panas telah usai. Renjun membereskan meja makan terlebih dahulu, lalu membuat dua gelas coklat panas sebelum menghampiri Mark yang menungguinya.

"Kita ke atas."

Mereka berakhir di balkon rumahnya. Duduk menghadap halaman dan menikmati pemandangan malam. Renjun ambil tempat ternyaman dalam pelukan Mark, meresapi kenyamanan yang sudah setahun ini tidak ia rasakan. Rasanya.. benar-benar rindu.

"Bagaimana natal kali ini?" Mark bertanya setelah beberapa lama hening melanda. Tangan besar nya mengusap lembut surai coklat si kecil yang sedang manja dalam pelukannya.

"Sangat menyenangkan. Terimakasih sudah menemani ku. Aku tidak tau bagaimana jadinya jika merayakannya sendirian," jawab Renjun pelan. Mark terkekeh pelan.

"Kau bisa. Kau sendiri yang bilang agar aku tidak perlu khawatir karena kau pasti bisa melewati nya sendirian," balas Mark.

Renjun terdiam. Mengingat kembali kalimat yang ia ucapkan malam kemarin sambil menatap langit seolah sedang bertatapan dengan Mark. Apakah Mark benar-benar mendengar ucapannya?

"Mark.."

"Huang Renjun pasti bisa," lagi-lagi Mark memotong ucapan nya sambil mengeratkan pelukannya.

"Jangan terlalu kuat, aku tidak bisa nafas!" pekik Renjun kesal.

"Maaf maaf, hehe. Aku terlalu merindukan kekasihku ini, sih. Menggemaskan." Mark tertawa ringan melihat bibir Renjun mencebik kesal.

Mark memperhatikan wajah Renjun. Wajah merah itu bukan semburat malu, tapi efek dari udara yang terlalu dingin malam ini. Si kecil juga terlihat menggigil kedinginan sambil mengusap-usap telapak tangannya.

"Masih dingin?" tanya Mark cemas. Renjun mengangguk.

"Rasanya aku hampir beku,"

Mark lepas syal yang melilit lehernya lalu dipasangkan pada Renjun, membuat si manis menolehkan kepalanya menatap dengan kening berkerut.

"Bagaimana denganmu? Kau juga kedinginan." kata Renjun khawatir.

Mark menggelengkan kepalanya, setelah memasangkan syal ke leher Renjun, Mark memeluk Renjun lagi. "Hanya dengan memeluk mu sudah cukup untuk menghangatkan ku," katanya manis.

"Keju." cibir Renjun.

Keheningan kembali melanda, keduanya sibuk menikmati waktu berdua dan pemandangan malam itu. Tanpa sadar hari mulai larut, Renjun pun tampak sudah lesu didalam pelukannya. Seperti ia sudah mengantuk karena terlalu nyaman dalam pelukannya Mark.

Mark melirik jam nya sekilas yang sudah menunjukkan pukul 23.00. Ia pun mengangkat Renjun masuk ke dalam kamar lalu dibaringkan di kasur dengan hati-hati. Namun Renjun kembali terjaga, mata sayunya menatap Mark yang sedang menyelimutinya. Mark tersenyum.

"Tidurlah."

"Jangan pergi, Mark." ucap Renjun dengan sorot memohon.

"Tidak. Aku disini." Mark tersenyum meyakinkan. Ia ambil posisi di samping Renjun berbaring lalu mengusap lembut pipi si kecil.

Renjun memiringkan tubuhnya kemudian memeluk tubuh tegap Mark, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Mark. "Temani aku tidur."

"Iya. Tidurlah."

"Janji jangan pergi lagi."

"Selamat malam, Renjun-ku." ucap Mark sambil mengecup kening Renjun tulus. Renjun tersenyum dibalik pelukannya, tanpa sadar satu butir air mata menetes dari pelupuk matanya sebelum terpejam.

~ W I S H ~

Bunyi kicau burung membangunkan Renjun dari tidur nyenyak nya. Ia membuka matanya perlahan dan menyesuaikan matanya yang masih agak ngantuk. Dilihatnya langit pagi terlihat cerah dengan sinar matahari yang mulai muncul. Renjun melongok ke jendela, sisa-sisa salju kemarin mulai hilang sedikit demi sedikit menampakkan tanah dan rumput hijau. Kemudian kepalanya beralih menoleh ke samping nya yang terlihat kosong. Tidak ada siapapun, tidak ada Mark yang memeluknya seperti semalam. Mungkinkah Mark sudah bangun lebih dulu seperti kemarin?

"Mark." panggil Renjun memastikan.

Tidak ada jawaban. Renjun tersenyum getir menyadari Mark tidak ada disampingnya. Ia sadar semuanya hanya mimpi, mimpi indah yang cukup panjang. Bertemu dengan Mark dan menghabiskan seharian penuh merayakan natal berdua. Tentu saja semuanya hanya mimpi karena kenyataannya Mark sudah tidak ada didunia. Meski terasa begitu nyata dan cukup membuat Renjun bahagia sesaat, tapi tetap saja ada rasa sesak begitu menyadari kenyataan sebenarnya.

"Aku terlalu merindukan mu, Mark." Air matanya menetes lagi kala merindukan sosok Mark.

Namun tiba-tiba sebuah mantel bulu yang terlipat di atas meja samping ranjangnya membuat Renjun mengeryit. Secarik kertas berisi tulisan juga terdapat diatas mantel tersebut. Renjun mengambil nya lalu membacanya dalam hati.

Selamat hari natal, Renjun sayang. Maaf waktu ku singkat untuk menemani mu. Semoga setelah ini harimu selalu menyenangkan meskipun tanpaku! ^^

Dari Mark yang kau rindukan🐯

Renjun terdiam sejenak untuk berpikir. Ia pikir semuanya hanya mimpi yang seperti nyata, tapi ternyata.. apakah Mark benar-benar datang ? Renjun menyentuh syal marun yang melilit lehernya, itu syal Mark yang semalam dipasangkan untuknya. Lalu berpindah menilik kalender untuk mengecek tanggal hari ini.

26 Desember, yang artinya sudah lewat satu hari dari hari natal.

Jadi.. Mark benar-benar datang. Natal kemarin benar-benar Renjun lewati bersama Mark.

Tapi... Bagaimana bisa.

Renjun meremas mantel pemberian Mark itu sambil memeluknya erat dan menangis meluapkan kebahagiaan nya yang singkat.

Setelah menenangkan dirinya, Renjun segera beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Renjun berniat pergi ke makam Mark hari ini, mengucapkan terimakasih telah datang menemani perayaan natalnya kali ini. Meskipun masih membingungkan karena Mark bisa datang tapi Renjun tak peduli. Mungkin itu adalah jawaban atas doanya di malam natal kemarin. Ya, Renjun berdoa dan berharap bisa merayakan natal seperti tahun lalu bersama Mark, dan tuhan benar-benar mengabulkannya.

~W I S H~

Renjun duduk di samping makam Mark. Menatap lekat pigura foto yang terpajang di atas nisan sang kekasih lalu diusap lembut.

"Aku tidak tau bagaimana ini bisa terjadi. Tapi.. terimakasih sudah menemani aku merayakan natal, Mark. Awalnya aku pikir aku akan benar-benar merayakan nya seorang diri. Tapi kau datang, dan menciptakan satu hari yang begitu berarti untukku setelah satu tahun hidup sendirian. Akan aku ingat selalu kenangan satu hari yang kita lewati kemarin. Aku janji mulai sekarang akan lebih semangat menjalani hari-hari ku tanpamu."

Renjun mengusap air matanya. "Selamat Natal, Mark."

✨✨✨

Selesai! Yeay! Gatau mau ngomong apa wkwkwk. Makasih aja udah baca ff ini. Ide dadakan yang tiba-tiba muncul dan langsung ketik dalam durasi dua jam. Maaf kalo ada typo 🤣

Btw aku ga begitu paham tentang kapan salju turun, berapa lama dan kapan waktunya, jadi ya anggap aja gitu ya, haha  😁

Sayang markren banyak-banyak 💚💚💚

Continue Reading

You'll Also Like

1.9K 128 30
CERITA INI KHUSUS UNTUK MARKREN SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA...
152K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
961 156 21
*Disarankan membaca 'liners' terlebih dahulu* Ternyata bulan Ramadhan emang bulan yang paling indah, buktinya terbentuk sebuah keluarga yang harmonis...
61.7K 5.6K 47
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...